• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Kerangka Pikir

Kebijakan perencanaan pembangunan Desa di Desa Erabaru Kecamatan Tellulimpoe Kabuparten Sinjai adalah partisipatif dengan melibatkan komponen lapisan masyarakat di dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan dengan tetap memperhatikan tata nilai, budaya dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat juga merupakan salah satu fungsi bottom up strategy dalam proses perencanaan pembangunan. Sehingga tercipta relevansi yang memadai antara harapan dan kebutuhan masyarakat dengan hasil perencanaan pembangunan yang menjadi tujuan bersama antara masyarakat dan Pemerintah. Untuk mencapai tujuan perencanaan tersebut maka diperlukan tiga indikator dalam Musyawarah Perencanaan pembangunan Desa antara lain : (a) Kehadiran (b) Penyampaian Ide (c) Kesediaan Bertanggung jawab

Bagan 2.1 Kerangka Pikir E. Fokus Penelitian

Fokus penelitian participatory governance dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Desa di Desa Erabaru Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai adalah;

Untuk dapat menyelenggarakan participatory governance yang sesuai dengan participatory governance dalam Musrenbang, maka partisipasi dapat diukur dengan indikator-indikatornya yaitu;

1. Kehadiran adalah keterlibatan masyarakat secara langsung yang dapat dijumpai dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan Musrenbang tingkat Desa di Desa Erabaru.

a. Kehadiran masyarakat sangat dibutuhan karena dalam kehadiran dan keikutsertaan aktif masyarakat pada saat Musrenbang merupakan partisipasi masyarakat dalam perencaaan pembangunan.

b. Kehadiran masyarakat merupakan hal yang paling dibutuhkan oleh pemerintah setempat karena pembangunan yang akan dilaksanakan bukan hanya bagian dari proyek Pemerintah tetapi adanya kerjasama antara Pemerintah dan Masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan dan pihak-pihak terkait.

c. Kehadiran masyarakat dibutuhkan untuk berpartisipasi disemua tahap-tahap pembangunan khusunya dimulai dari perencanaan untuk menentukan apa yang menjadi prioritas utama perencanaan pebangunan nantinya.

2. Penyampaian ide adalah keterlibatan masyarakat dalam penyampaian gagasan maupun saran dari masyarakat, dalam kegiatan musrenbang Desa di Desa Erabaru.

a. Masyarakat perlu memberikan ide atau sarannya untuk kelancaran dalam kegiatan Musrenbang.

b. Masyarakat harus banyak memberikan usulan untuk kegiatan Musrenbang karena banyak masyarakat yang mengeluh tentang pembangunan maka dari itu perlu keaktifan masyarakat dalam mengoreksi perencanaan pembangunan yang belum berjalan sesuai dengan harapan.

c. Musyawarah pembangunan di Desa Erabaru masyarakat selalu dilibatkan.

Apalagi setiap tahun ada kebijakan dari pemerintah daerah untuk

menampung aspirasi masyarakat terkait pembangunan, hal ini dinamakan dengan system jemput bola Musrenbang.Masyarakat yang memberikan secara langsung ide-ide atau pemikiran mereka.

3. Kesediaan bertanggungjawabadalah keterlibatan masyarakat serta kesediaannya untuk ikut bertanggung jawab atas segala usaha mengambil bagian dalam segala aktifitas pembangunan di Desa Erabaru.

a. Masyarakat bersedia bertanggung jawab dan ikutserta dalam terlesenggaranya kegiatan Musrenbang tersebut.

b. Masyarakat harus terlibat serta kesediannya untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan mulai sejak perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan.

BAB III

METODE PENELITIAN A.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian “participatory governance Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa di desa Erabaru Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai” penelitian ini telahdilaksanakan selama dua bulan terhitung dari 10 Juni sampai 10 Agustus.Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Desa Erabaru Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai, alasan melakukan penelitian di wilayah tersebut karena ingin mengetahui kegiatan pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Desa di Desa Erabaru Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai.

B. Jenis dan Tipe penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah sebagai lawannya adalah eksperimen, dimana peneliti merupakan instrumen kunci dengan analisi data bersifat induktif dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.

2. Tipe penelitian

Peneliti menggunakan tipe fenomenologi yaitu untuk memberikan gambaran fenomena yang dialami masyarakatdalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Erabaru Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai

33

C. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data.Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat obyek penelitian dilakukan.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh untuk mendukung data primer yang sumbernya dari data-data yang sudah diperoleh sebelumnya menjadi seperangkat informasi dalam bentuk dokumen, laporan-laporan dan informasi tertulis lainnya yang berkaitan dengan peneliti. Pada penelitian data sekunder yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data-data yang diperoleh melalui buku-buku ilmiah, tulisan, kerangan ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

b. Dekomentasi yaitu dengan menggunakan catatan-catatan yang ada dilokasi serta sumber-sumber yang relevan dengan obyek penelitian.

D. Informan Penelitian

Pemilihan informan dalam ini dilakukan secara proporsife atau sengaja yang didasarkan pertimbangan bahwa untuk memperoleh data yang akurat sesuai dengan keperluan peneliti maka dipilih orang-orang yang berkompeten untuk memberikan informasi serta data yang akurat dan akuntabel mengenai partisipasi

governance dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Desa di Desa Erabaru Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai. Adapun informan dari penelitian ini yaitu:

Tabel 3.2 Data Informan Penelitian

No Informan Keterangan

1 Kepala Desa Erabaru 1 Orang

2 Sekretaris Desa Erabaru 1Orang

3

Lembaga Pemberdayaan Kemasyarakatan Desa Erabaru

1 Orang

4 Masyarakat di Desa Erabaru 4 Orang

Jumlah 7 Orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Menyusun instrumen adalah pekerjaan yang paling penting dalam langkah penelitian. Akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya. Metode atau cara pengumpulan data yang penyusun gunakan dalam penyusunan proposal adalah dengan cara dokumentasi, observasi dan wawancara.

1. Observasi adalah observasiyang dimaksud dalam Musrenbang seperti teknik pengumpulan data dan peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap masyarakat setempat untuk menyaring dan melengkapi data setiap warga yang ada di Desa Erabaru Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai.

2. Wawancara adalah Peneliti turun langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang lebih jelas dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara masyarakat dengan Informan.

3. Dekomentasi dalam Musrenbang yaitu melakukan pendataan nyata terhadap warga setempat untuk mengetahui secara langsung data yang dimiliki warga yang ada di Desa Erabaru Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan alat digunakan oleh peneliti untuk mengelolah data menjadi hasil penelitian sebagaimana data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara di lapangan dapat dimanfaatkan untuk menyimpulkan hasil penelitian. Dimana dalam teknin analisis data ada 3 komponen yang harus diperhatikan (Sugiyono, 2012) yaitu;

1. Reduksi data

Yaitu merangkum dan menfokuskan pada hal-hal penting yang berkaitan dengan Analisis data merupakan alat digunakan oleh peneliti untuk mengelolah data menjadi hasil penelitian dimana data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara di lapangan dapat dimanfaatkan untuk menyimpulkan hasil penelitian. Sebagaimana dalam teknin analisis data ada 3 komponen yang harus diperhatikan yaitu:

2. Reduksi data

Yaitu merangkum dan menfokuskan pada hal-hal penting yang berkaitan dengan participatory governance dalam Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) Desa Di Desa Erabaru Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai.

3. Penyajian Data

Yaitu merupakan salah satu dari teknik analisis data. Penyajian data adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan dan menyususun informasi sehingga dapat memberikan kesimpulan mengenai informasi yang didapatkan dari objek yang diteliti dalam hal ini Desa Erabaru Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai. Bentuk penyajian data dapat berupa catatan lapangan grafik dan bagan.

4. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila data kesimpulan data yang dikemukakan pada tahap awal, di dukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

Dengan demikian triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu (Sugiyono, 2013) yaitu;

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara dan dokumen yang ada.

2. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yangberbeda. Dalam hal ini data yang diperoleh dengan wawancara lalu dicek dengan observasi dn dokumen. Apabila dengan tiga teknik pengujian kreadibiltas data tersebut menghasilkan data yang berbeda maka pneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda 3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara pada pagi hari pada saat narasumber masih segar belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga leih kredibel.untuk itu dalam rangka pengujian kredibitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka lakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara

mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi atau Karakteristik Obyek Penelitian

1. Sejarah singkat Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai

Sinjai adalah sebuah Kabupaten yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan.

Nama Sinjai berasal dari Kata Sijai’ (Bahasa Bugis) artinya sama jahitannya. Hal ini diperjelas dengan adanya gagasan dari LAMASSIAJENG Raja Lamatti X untuk memperkokoh bersatunya antara kerajaan Bulo-Bulo dan Lamatti dengan ungkapannya "PASIJA SINGKERUNNA LAMATI BULO-BULO" artinya satukan keyakinan Lamatti dengan Bulo-Bulo, sehingga setelah meninggal dunia beliau digelar dengan PUANTA MATINROE RISIJAINA. Eksistensi dan identitas kerajaan-kerajaan yang ada di Kabupaten Sinjai pada masa lalu semakin jelas dengan didirikannya Benteng pada tahun 1557. Benteng ini dikenal dengan nama Benteng Balangnipa, sebab didirikan di Balangnipa yang sekarang menjadi Ibukota Kabupaten Sinjai.Disamping itu, benteng ini pun dikenal dengan nama Benteng Tellulimpoe, karena didirikan secara bersama-sama oleh 3 (tiga) kerajaan yakni Lamatti, Bulo-bulo, dan Tondong lalu dipugar oleh Belanda melalui perang Manggarabombang. Agresi Belanda tahun 1559–1561 terjadi pertempuran yang hebat sehingga dalam sejarah dikenal nama Rumpa’na Manggarabombang atau perang Mangarabombang, dan tahun 1559 Benteng Balangnipa jatuh ke tangan belanda. Tahun 1636 orang Belanda mulai datang ke daerah Sinjai. Kerajaan-kerajaan di Sinjai menentang keras upaya Belanda untuk mengadu domba

40

menentang keras upaya Belanda unntuk memecah belah persatuan kerajaan-kerajaan yang ada di sulawesi Selatan. Hal ini mencapai puncaknya dengan terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap orang-orang Belanda yang mencoba membujuk Kerajaan Bulo-bulo untuk melakukan peran terhadap kerajaan Gowa.

Peristiwa ini terjadi tahun 1639.Hal ini disebabkan oleh rakyat Sinjai tetap perpegan teguh pada PERJANJIAN TOPEKKONG. Tahun 1824 Gubernur Jenderal Hindia Belanda VAN DER CAPELLAN datang dari Batavia untuk membujuk I CELLA ARUNG ( PUANG CELLA MATA) Bulo-Bulo XXI agar menerima perjanjian Bongaya dan mengizinkan Belanda Mendirikan Loji atau Kantor Dagang di Lappa tetapi ditolak dengan tegas. Tahun 1861 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi dan Daerah, takluknya wilayah Tellulimpoe Sinjai dijadikan satu wilayah pemerintahan dengan sebutan Goster Districten.

Tanggal 24 pebruari 1940, Gubernur Grote Gost menetapkan pembagian administratif untuk Daerah Timur termasuk Residensi Celebes, sebagimana Sinjai bersama-sama beberapa Kabupaten lainnya berstatus sebagai Onther Afdeling Sinnai terdiri dari beberapa adat Gemenchap, yaitu Cost Bulo-bulo, Tondong, Manimpahoi, Lamatti West, Bulo-bulo, Manipi dan Turungeng. Pada masa pendudukan Jepang, struktur Pemerintahan dan namanya ditatah sesuai dengan kebutuhan Bala Tentara Jepang yang bermarkas di Gojeng. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945 yakni tanggal 20 Oktober 1959 Sinjai resmi menjadi sebuah kabupaten berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 1959.

Kabupaten Sinjai berdasarkan penelusuran sejarah, dimulai dari pemukiman pertama di WAWO BULU Manipi Kecamatan Sinjai Barat di sebelah timur

Malino dipimpin oleh orang yang digelar PUATTA TIMPAE’ TANA ataui TO PASAJA yaitu Arung Manurung Tanralili. Keturunan Arung Tanralili, salah seorang diantaranya adalah wanita yang kemudian puteri Tanralili inilah yang mengembangkan wilayah Wawo Bulu menjadi Kerajaan TURUNGENG. Raja Wanita tersebut diperisterikan oleh Putera Raja Tallo yang kemudian salah seorang turunannya adalah Wanita kawin dengan salah seeorang Putera Raja Bone.Dari hasil perkawinan itulah yang kemudian melahirkan enam orang putera dan satu orang Puteri.Akan tetapi Puterinyalah yang menggantikan ibunya menduduki tahta kerajaan di Turungeng. Adapun keenam Puteranya ditebarkan ke wilayah lain sehingga ada yang bermukim di Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka, Bala Suka dan masing-masing berusaha membentuk wilayah kekuasaan.

Dari keturunan Puatta Timpae’ Tana atau To Pasaja inilah yang berhasil membentuk kerajaan dalam wilayah dekat pantai yang dikenal dengan kerajaan Tondong, Bulo-Bulo, dan Lamatti. Untuk memelihara hubungan dan keutuhan wilayah kerajaan yang bersumber dari satu keturunan, maka muncullah gagasan dari I Topacebba (anak dari La Padenring) yang digelar Lamassiajingeng (Raja Lamatti ke-X) berupaya mempererat hubungan Lamatti dengan Bulo-Bulo atas dasar semboyan “ PASIJAI SINGKERUNNA LAMATTI BULO-BULO

“ artinya satukan keyakinan/kekuatan Lamatti dengan Bulo-Bulo. Penggagas dalam memelihara persatuan Lamatti dan Bulo-Bulo saat meninggalnya digelar “ PUATTA MATINROE’ RISIJAINNA “. Sinjai dalam ungkapan bahasa Bugis bermakna satu jahitan.Sinjai artinya bersatu dalam jahitan. Dari istilah sijai menjadi sinjai, merupakan suatu simbol dalam mempererat hubungan

kekeluargaan, menurut bahasa Bugis. Dari pertumbuhan dan perkembangan kerajaan yang ada, muncul pemikiran baru tentang perlunya memperkuat persatuan dan kesatuan dalam memelihara dan melindungi kerajaan yang ada, maka dibentuklah kelompok gabungan kerajaan yang berbentuk vederasi yang dikenal dengan :

a. TELLU LIMPOE’, merupakan persekutuan kerajaan yang berdekatan dengan pantai, yaitu Tondong, Bulo-Bulo, dan Lamatti.

b. PITU LIMPOE’, merupakan persekutuan kerajaan yang berlokasi di daerah dataran tinggi , yaitu kerajaan Turungeng, Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka, Balasuka.

Federasi kerajaan Tellu Limpoe’ dan Pitu Limpoe’ merupakan dua kekuatan yang akan membendung arus ekspansi dari barat dan selatan, juga merupakan kekuatan pertahanan untuk membendung arus ekspansi dari utara dan penyelamatan garis pantai.

2. Keadaan Geografis Desa Erabaru a. Letak Wilayah

Berdasar letak geografis wilayah, Desa Era Baru berada di dataran rendah, berbukit dan tinggi wilayah sekitar 5.000 meter dari permukaan laut, dengan batas – batas sebagai berikut :

Sebelah utara : Desa Sukamaju Sebelah Timur : Desa Pattongko

Sebelah Selatan: Desa Batu Nilamung, Kec. Kajang, Kab.Bulukumba Sebelah Barat : Desa Tellulimpoe

b. Luas Wilayah

Desa Erabaru terletak di bagian Timur Ibu Kota Kecamatan Tellulimpoe dengan jarak kurang lebih 6 Kilometer dari Ibu Kota Kecamatan dan berada di bagian Selatan Ibu Kota Kabupaten Sinjaidengan jarak tempuh kurang lebih 27 Kilometer, Desa Erabaru terdiri dari lima Dusun dengan luas wilayah 11, 32 Kilometer

c. Demografi

Jumlah penduduk Desa Erabaru secara administrasi tercatat berjumlah 3.694Jiwa, menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak sekitar 1.799 Jiwa dari pada jenis kelamin laki-laki sekitar 1.895 jiwa dengan jumlah 3.694 dengan jumlah KK 1.038.

3. Sejarah Desa Erabaru

Desa Erabaru merupakan salah satu desa di Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai terletak di bagian Timur ibu kota Kecamatan Tellulimpoe, secara geografis Desa Era Baru dinilai stretegis. Terbentuknya Desa Era Baru adalah Pemekaran dari Desa Pattongko pada tahun 1985 dan pemberian Nama tersebut oleh Arung Pattongko, Karaeng Bagong dan disepakati oleh Tokoh – Tokoh Sehingga lahirlah nama Desa Era Baru yang terbentuk pada masa Orde Baru.

a. Pendidikan

Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesadaran Masyarakat pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya, Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan.

Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya keterampilan kewirausahaan dan pada gilirannya mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru dengan sendirinya akan membantu program Pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistematika pikir atau pola pikir individu, selain itu mudah menerima informasi yang lebih maju.

Dalam rangka memajukan pendidikan, Desa Erabaru akan secara bertahap merencanakan dan menganggarkan bidang pendidikan baik melalui ADD,DD, swadaya Masyarakat dan sumber-sumber dana yang sah lainnya, guna mendukung program Pemerintah yang termuat dalam RPJM Daerah Kabupaten Sinjai.

b. Perekonomian Desa

Secara umum kondisi perekonomian Desa Erabarudi topang oleh beberapa mata pencaharian warga Masyarakat dan dapat teridentifikasi kedalam beberapa bidang mata pencaharian, seperti:PNS/TNI/Polri, Guru swasta, Guru Honor, karyawan swasta, pedagang, wirausaha, pensiunan, tukang kayu, petani dan lain-lain.

c. Kesehatan

Kualitas Kesehatan sangat menentukan kualitas dan angka harapan hidup penduduk, semakin sehat suatu Desa maka angka harapan hidup semakin tinggi, untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat maka yang penting di dilihat sejauh mana pemerintah memperhatikan sector ini yakni dengan melihat sedekat apa fasilitas kesehatan, seberapa bagus kualitas sarana dan

prasarana serta pelayanan yang dilakukan tenaga medis juga sejauh mana kualitas SDM pelaku dan tenaga medis yang dimiliki sebuah Desa.

d. Keagamaan

Dilihat dari penduduknya, Desa Erabaru mempunyai penduduk yang heterogen dilihat dari agama dan keyakinan mereka. Perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat dilihat dari banyaknya sarana peribadatan masing-masing agama.

e. Sarana dan Prasarana Desa

Pembangunan Infrastruktur akan dihadapkan pada terbatasnya kemampuan Pemerintah Desa untuk menyediakannya. Pada sebagian infrastruktur, pihak Desa telah berhasil membangun, harapannnya Infrastruktur ini dapat menopang pendapatan Masyarakat, memperlancar transportasi, pelayanan publik dan lain lain..

f. Pemerintahan Umum

Untuk memberikan pelayanan kepada Masyarakat, khususnya di sektor pemerintahan umum, Desa Erabaru telah sejak lama memberikan pelayanan antara lain berupa: pencatatan sipil/surat-surat keterangan perkawinan yang telah teradministrasi dengan baik. Selain itu guna memenuhi persyaratan administrasi perijinan, juga telah secara rutin memberikan surat keterangan usaha kepada warga Masyarakat Desa maupun pihak lain yang akan membuka usaha di Desa Erabaru Peng-administrasian perijinan juga telah dilakukan dengan baik, meskipun diperlukan penyempurnaan/perbaikan demi kepentingan kearsipan dan Pendokumentasian.

Dalam hal melayani Masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, di desa Erabaru, telah tersedia tapi masih mau diperbaiki dan dimaksimalkan fungsi sebagai perputaran ekonomi Desa.Pemerintahan Desa ini menjadi ujung tombak penggerak pembangunan di Desa, sehingga untuk mencapai tatanan pemerintahan yang baik maka penting untuk memperhatikan kualitas SDM para pelaku pelayan masyarakat.

4. Visi dan Misi Desa Erabaru a. Visi

Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa. Peenyusunan Visi Desa Erabaru ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif, melibatka pihak-pihak yang berkepentingan di Desa seperti Pemerintahan Desa, BPD, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, lembaga Masyarakat Desa dan Masyarakat Desa pada umumnya. Pertimbangan kondisi eksternal bahwa Desa Erabaru merupakan salah-satu Desa yang berada di dataran rendah, berbukit dan tinggi wilayah sekitar 5.000 meter dari permukaan laut dan Desa Erab Baru merupakan daerah penghasil pertanian maka berdasarkan pertimbangan diatas Visi Desa Era Baru adalah:

“Terwujudnya Desa Era Baru sebagai Desa mandiri berbasis Pertanian dan Perkebunan melalui peningkatan infrastruktur, Sumber Daya Manusia yang handal dan berkualitas serta Pemerintahan yang baik dan bersih menuju Masyarakat Sejahtera”

b. Misi

Untuk mewujudkan Desa Erabaru dengan Visi sebagai di atas maka Desa Erabaru melakukan Misi sebagai berikut:

1. Basis Pertanian dan Perkebunan dengan cara sebagai berikut:

a) Peningkatan kapasitas bagi kelompok tani

b) Perbaikan, pembangunan sarana dan prasarana pertanian

c) Peningkatan produksi pertanian dan perkebunan dengan meningkatkan kualitas hasil pertanian dan perkebunan

d) Untuk mencapai pemerintahan yang bersih (good governanvce) maka ada beberapa yang harus dilakukan

e) Menciptakan kondisi kerja yang ramah berkualitas, kondusif dan inklusif f) Melakukan perekrutan aparatur desa secara terbuka

g) Peningkatan kapasitas bagi aparatur Desa dan perangkat Desa

h) Meningkatkan control masyarakart Desa terhadap kinerja Pemerintahan Desa

i) Menguatkan peran dan fungsi pemerintahan Desa, BPD, LPM dan Lembaga lainnya yang ada di Desa.

2. Peningkatan infrastruktur, beberapa yang harus dilukakan antara lain:

a) Pembangunan jalan, irigasi, tanggul, pompanisasi dan infrastruktur lainnya dalam mendukung peningkatan produksi pertanian dan perkebunan.

b) Selain pembangunan maka penting memastikan kualitas pembangunan dan pemanfaatan infrastruktur desa dalam peningkatan perekonomian Masyarakat Desa.

c) Pembangunan infrastruktur Desa secara merata untuk mencapai pemerataan akses masyarakat dalam mendapatkan manfaat pembangunan.

3. SDM yang handal dan berkualitas, untuk mecapai Misi ini maka penting

3. SDM yang handal dan berkualitas, untuk mecapai Misi ini maka penting

Dokumen terkait