• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Musyawarah menurut bahasa berarti berunding dan berembuk, sedangkan pengertian musyawarah menurut istilah adalah perundingan bersama antara dua orang ataulebih untuk mendapatkan keputusan yang terbaik.Musyawarah adalah pengambilan keputusan bersama yang telah disepakati dalam memecahkan suatu masalah (Ricky, 2015).

Kata Musyawarah berasal dari Bahasa Arab yang menggambarkan bagaimana warga saling berdiskusi memecahkan masalah, konflik dan juga problem di masyarakat. Kata Musrenbang identik dengan diskusi di masyarakat tentang kebutuhan pembangunan daerah. Musrenbang adalah mekanisme perencanaan sebuah institusi perencana yang ada di daerah dan sebagai mekanisme untuk mempertemukan usulan atau kebutuhan masyarakat ( Bottom

Up Plannning ) dengan apa yang akan diprogram pemerintah ( Top Down Planning ) Iskandar, 2010.

Pelaksanaan Musrenbang yang berjenjang mulai dari tingkat desa atau kelurahan, kecamatan, kabupaten atau kota, provinsi, hingga dibawa ketingkat nasional merupakan kesempatan emas bagi masyarakat untuk dapat terlibat dalam perencanaan pembangunan. Akan tetapi dalam penyelenggraannya kerap kurang memperhatikan aspek partisipasi secara luas, dan masih terbatas pada seremonial dan cara rutin belaka. Peran lembaga daerah dalam hal ini Pemerintah Daerah dan Dewan Perwaiklan Rakyat Daerah (DPRD) untuk meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya dalam forum Musrenbnag mutlak diperlukan sebagai salah satu usaha menuju pemerintahan daerah yang lebih baik (Wahyu Ishardino Satries, 2010).

Kegiatan Musrenbang tidak hanya menjadi wadah bagi penyusunan rencana kegiatan akan dilaksanakan. Musrenbang harus dipandang sebagai saluran resmi yang dipersiapkan untuk menganalisasi aspirasi masyarakat dalam rangka memperoleh akses yang memadai dalam kebijakan penganggaran pembangunan.

Musrenbang hendaknya dipandang sebagai wadah yang dipersiapkan untuk melakukan upaya harmonisasi dan singkronisasi berbagai kutub perencanaan tersebut, sehingga aspirasi masyarakat dapat turut mewarnai hasil perencanaan teknokratis dan perencanaan politis. Musrenbang adalah forum public perencanaan (program) yang diselenggarakan oleh lembaga public yaitu pemerintah desa bekerja sama dengan warga dan para pemangku kepentingan penyelenggaraan Musrenbang merupakan salah-satu tugas pemerintah desa untuk

menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan (Nanda, 2014).

Dalam melihat fenomena Musrenbang, penelitian ini menggunakan dua pendekatan yang terhubung teori medan dan teori tindakan komukatif. Teori medan menggambarkan bagaimana musrenbang dapat dilihat sebagai fenomena pertarungan antara aktor yang memiliki kepentingan dengan aktor yang mmiliki penguasaan sumber daya. Sumber daya yang dimaksud dalam kontreks ini dapat diartikan sebagai spektrum, baik itu ekonomi, politik, selera seni termasuk intelektualitas. Pertarungan antar aktor tersebut nantinya akan menentukan siapa yang berhak berbicara dan menyampaikan gagasan di Musrenbang Desa (Muhammad Ridho Nugroho, 2016).

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) merupakan mekanisme perencanaan pembangunan di daerah yang melibatkan pertisipasi dari masyarakat. Penyelenggaraan Musrenbang merupakan salah satu tugas Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu saja dari tiga komponen tata pemerintahan (Pemerintah, Masyarakat, Swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu, Musrenbang juga merupakan forum pendidikan bagi warga agar menjadi bagian aktif dari tata pemerintahan dan pembangunan (Dila, 2012).

Dalam poses Musrenbang partisipasi masyarakat masih terlibat kurang baik, pelaksanaan Musrenbang masyarakat menjadi penentu bagi keberhasilannya.

Akan tetapi yang terjadi masyarakat minim untuk berperan langsung dalam proses

pelaksanaannya. Pelaksanaan Musrenbang yang bersentuhan langsung pada masyarakat yaitu pelaksanaan Musrenbang pada tingkat Kelurahan atau Desa.

Dengan adanya Musrenbang diharapkan dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan (Fikri, 2015).

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) diselenggarakan secara berjenjang mulai dari tingkat Kelurahan atau Desa, Kecamatan atau Kota hingga tingkat Provinsi dan Pusat atau Nasional. Adapun alur proses kegiatan Musrenbang yaitu tahapan persiapan, tahapan pra Musrenbang, dan tahapan pelaksanaan sehingga sampai menetapkan waktu dan tempat (Ricky, 2015).

Keputusan Menteri Dalam Negeri No.050-187/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) mengatur tujuan dan prinsip-prinsip penyelenggaraan Musrenbang, yaitu:

Secara umum tujuan penyelenggaraan musrenbang yaitu:

1. Mendorong pelibatan para pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan perencanaan (RKPD);

2. Mengidentifikasi dan membahas isu-isu dan permasalahan pembangunan dan pencapaian kesepakatan prioritas Pembangunan Daerah yang akan dilaksanakan pada tahun rencana;

3. Optimaliasi pemanfaatan dana yang tersedia terhadap kebutuhan pembangunan;

4. Menfasilitasi pertukaran (sharing) informasi, pengembangan konsensus dan kesepakatan atas penanganan masalah pembangunan daerah;

5. Menyepakati mekanisme untuk mengembangkan kerangka kelembagaan, menguatkan proses, menggalang sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi issu dan permasalahan prioritas pembangunan daerah

6. Menggalang dukungan dan komitmen politik dan sosial untuk penanganan isu dan permasalahan prioritas pembangunan daerah.

Wahyu Ishardino Satries (2010), Musrenbang perlu memiliki karakter atau prinsip-prinsip penyelenggaran Musrenbang sebagai berikut:

1. Merupakan demand driven processartinya aspirasi dan kebutuhan peserta Musrenbang berperanan besar dalam menentukan keluaran Musrenbang;

2. Bersifat inkusif, artinya Musrenbang melibatkan dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua stakeholders untuk menyampaikan masalahnya, mengidentifikasi posisinya, mengemukakan pandangannya, menentukan peranan dan kontribusinya dalam pencapaian hasil Musrenbang;

3. Merupakan proses berkelanjutanartinya merupakan bagian integral dari proses penyusunan daerah (RKPD);

4. Bersifat strategic thingking process proses pembahasan dalam Musrenbang distrukturkan, dipandu, dan difasilitasi mengikuti alur pemikiran strastegis sampai menghasilkan keluaran nyata; menstimulasi diskusi yang bebas dan fokus, dimana solusi terhadap permasalahan dihasilkan dari proses diskusi dan negosiasi;

5. Bersifat partisipastif dimana hasil merupakan kesepakatan kolektif peserta Musrenbang;

6. Mengutamakan kerja sama dan menguatkan pemahaman atas isu dan permasalahan pembangunan daerah dan mengembangkan konsensus;

7. Bersifat resolusi konflik artinya mendorong pemahaman lebih baik dari peserta tentang perspektif dan toleransi atas kepentingan yang berbeda;

menfasilitasi landasan bersama dan mengembangkan kemauan untuk menemukan solusi permasalahan menguntungkan semua pihak (mutually acceptable solutions).

Dokumen terkait