• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3 Pola Interaksi Asosiatif Dan Disosiatif Pada Petani Plasma Desa Mahato Timur Dengan Perusahaan Inti Dalam Pengelolaan Perkebunan. Timur Dengan Perusahaan Inti Dalam Pengelolaan Perkebunan

4.3.1 Kerja Sama Dalam Pembagian Lahan Dan Pengelolaan Lahan Perkebunan

Dalam kehidupan bermasyarakat selalu terjadi interaksi baik itu antara individu dengan individu atau dengan kelompok begitu juga sebaliknya. Interaksi yang terjadi pada masyarakat bersifat langsung maupun tidak langsung. Interaksi yang sering terjadi pada suatu kelompok sosial pada satu masyarakat adalah kerja sama. Kerja sama yang terjalin antara individu maupun kelompok terjadi karena adanya kepentingan bersama yang berkaitan dalam mencapai tujuan bersama. Intensitas pertemuan dalam suatu kelompok sosial ataupun antara kelompok sosial yang sedang bekerja sama dapat juga meningkatkan kerja sama yang terjalin. Kerja sama terjadi antara dua pihak yang telah sepakat untuk melakukan suatu aktivitas bersama yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan bersama.

Menurut Charles Cooley (dalam Soekanto, 2012: 66) “kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan cukup pengendalian terhadap diri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna”. Kerja sama yang terjalin antara petani plasma dan perusahaan inti merupakan kesepakatan bersama antara kedua pihak dalam mencapai tujuan bersama. Seperti penuturan informan Bapak Derbin Tondang (45 tahun) sebagai berikut:

“Kerja sama yang terjalin antara petani plasma desa mahato timur dengan perusahaan inti yaitu Torganda terjadi pertama kali pada

tahun 2005. Dimana kami sepakat menyerahkan lahan desa kami yah dapat dikatakan kayak tanah ulayat gitulah, kepada torganda untuk dikelolah dalam sistem PIR. Yah kami hanya penyedia lahan saja untuk mengelola yah pihak torganda dek. Tujuan kami menjalin kerja sama ini yahh sama supaya bisa meningkatkan penghasilan saja.”

Dalam menjalankan kerja sama yang melibatkan berbagai pihak tahap pertama adalah pembentukan wadah atau tempat berinteraksi dalam menjalankan kerja sama, umumnya pada pola kemitraan pihak yang terlibat telebih dahulu membentuk KUD atau koperasi unit desa. Pembentukan KUD menjadi wadah atau tempat berinteraksi, memiliki tujuan untuk mempermudah semua pihak untuk melaksanakan kerja sama yang telah disepati. Selain itu pembentukan KUD sendiri juga betujuan untuk menjadi tempat untu para petani plasma menyampaikan pendapat dan inspirasinya yang berkaitan dengan pola kemitraan yang sedang dijalin. Sama halnya dengan kerja sama yang sedang dijalin dalam sistem pola perkebunan inti rakyat antara masyarakat desa Mahato Timur dengan Torganda. Mereka juga membentuk wadah yang menjadi tempat kedua belah pihak untuk berinteraksi, seperti penuturan Ibu Mita berikut:

“Awal-awal kan, kami rapat dulu hanya untuk pembentukan KUD, nama KUD Karya Bakti. Terus pemilihan pengurusnya juga. Tapi kepengurusannya telah berganti sekali. Sementara untuk pemilihan para pengurus pada koperasi unit desa Karya bakti ditentukan dengan cara pemilihan secara langsung oleh para petani plasma.”

Hal serupa juga dituturkan oleh Bapak Daniel berikut:

“Saya dicalonkan dari perwakilan petani dan disarankan oleh sesama teman petani, lalu mereka juga yang memilih saya secara langsung seperi pemungutan suaralah. Saya menang dan menjadi sekretaris II, saya masih dari kepengurusan lama belum berganti.”

Dalam pengelolaan perkebunan dengan menggunakan sistem pola inti rakyat, interaksi yang terjalin antara masyarakat desa dengan perusahaan perkebunan besar lebih jelas terlihat. Hal ini dikarenakan adanya jalinan kerja sama yang telah dibuat mengharuskan kedua pihak berhubungan secara langsung. Interaksi yang terjalin antara pihak Torganda dengan petani plasma desa Mahato Timur juga terjadi dalam hal pembagian lahan. Kesepakatan penyerahan lahan dan pembagian lahan merupakan kesepakan awal yang harus dijalani dalam sistem pengelolaan perkebunan dengan sistem pola inti rakyat. Kesepakatan penyerahan lahan dan pembagian lahan sering kali mengalami kesulitan hal ini dikarenakan kedua belah pihak sama-sama ingin mendapatkan lahan perkebunan yang luas. Masyarakat desa Mahato Timur menyerahkan 600 hektar tanah ulayat desa Mahato kepada pihak perkebunan. Dimana 400 hektar lahan perkebunan dibagikan kepada 200 kk petani plasma, dan 200 hektar menjadi milik Torganda. Seperti penuturan informan S.Damanik yang merupakan asisten afdeling dari perkebunan Torganda.

“Kami mengelola 600 hektar milik masyarakat Desa Mahato, 400 hektar dibagikan kepada 200 petani plasma dimana mereka mendapatkan 1 kavling perkepala keluarga atau 2 hektar lahan sawit.” Begitu juga dengan penuturan informan Khodir Nasution:

“Kami menyerahkan tanah ulayat desa kami kepada Torganda untuk dikelola mereka, dan setelah itu kami dapat 2 hektarlah perkeluarga. Yang menyerahkan itu kami semua anggota PIR sama perangkat desalah.”

Pada penyerahan lahan, pihak perangkat desa juga terlibat. Karena dalam penyerahannya dilakukan oleh kepala desa. Hal ini dibenarkan oleh kepala desa Mahato Timur., yaitu informan Hamson Siregar:

“Penyerahan lahannya dilakukan sama kepala desa, waktu itu kan masih di bersatu Mahato Timur dengan Mahato jadi yang

menyerahkan kepala desa Mahato. Tapi aku udah ikut disitu, karena aku waktu itu kadus Mahato Timur ini.”

Pada pelaksanaan kerja sama dalam hal ini pengelolaan perkebunan, interaksi yang terjalin lebih sedikit. Hal ini dikarenakan pada kesepakatan awal, dimana sistem pengelolaan, mulai itu dari dari pembukaan lahan, pembibitan tanaman, penanaman, perawatan tanaman, pemanenan, hingga penjualan hasil perkebunan sepenuhnya menjadi tanggung jawab perusahaan inti. Sama seperti kerja sama antara petani plasma desa Mahato Timur dengan PT.Torganda, petani plasma desa Mahato Timur hanya berperan sebagai penyedia lahan perkebunan, sementara pihak PT.Torganda memiliki peran lebih besar. Pihak PT.Torganda berperan sebagai pengelola perkebunan, yang meliputi penyedia modal, tenaga kerja, alat-alat perkebunan, penampung hasil perkebunan dan perawatan tanaman. Seperti penuturan inforrman Mariati Tarigan berikut:

“Kami hanya punya lahan itu saja, itupun punya desanya. Kalo semua biayanya Torganda yang mengeluarkan sampe penggajian karyawannya Torganda yang bayar. Pokoknya cuman lahan ajalah dari kami. Karna kami gak pernah dipungut biaya apapun dari awal sampe sekarang.”

Berdasarkan hasil wawancara para informan dan obsorvasi, kesepakatan kerja sama sejak tahun 2005 antara petani plasma denga pihak PT.Torganda bertujuan untuk membantu dan meningkatkan pendapatan petani kelapa sawit desa Mahato Timur. Tanah ulayat milik desa terbengkalai hal ini karenakan kurangnya modal dan tenaga dalam pembukaan lahan dan pengelolaan lahan. Dengan sistem pengelolaan perkebunan inti rakyat, lahan yang terbengkalai dapat dikelola dengan baik sehingga mampu memberikan pendapatan tambahan kepada petani kelapa sawit. Pada awal pembentukan pola perkebunan inti rakyat, petani plasma dengan Torganda mencapai berbagai kesepakatan, mulai dari kesepakatan pembentukan pola PIR,pembentukan

KUD, kepengurusan KUD, penyerahan lahan, pembagian lahan dan pengelolaan lahan. Dalam mencapai kesepakatan antara kedua pihak bukanlah hal mudah, dikarenakan banyaknya perbedaan pendapat, keinginan,dan tujuan.

interaksi yang terjalin antara petani plasma desa Mahato Timur dengan

PT.Torganda dimulai dari rencana kerja sama yang menjadi kesepakatan antara petani plasma dengan perusahaan inti. Interaksi yang terjadi dalam hal penyerahan lahan dan pembagian lahan antara petani plasma dengan Torganda terjadi secara langsung. Pada penyerahan lahan dan pembagian kontak sosial secara langsung selain itu komunikasi antara petani plasma dengan Torganda juga terjadi lebih intens. Kontak sosial dan komunikasi yang merupakan syarat utama terjadinya interaksi sosial terlihat jelas pada tahap ini, karena pada tahap ini walaupun melibatkan perangkat desa tetapi perangkat desa hanya berperan pada penyerahan lahan saja kepada Torganda. Sementara untuk mencapai kesepakatan dalam pembagian lahan antara petani plasma dengan Torganda, dan pembagian lahan sesama petani plasma yang berperan hanyalah petani plasma dan Torganda.

Dokumen terkait