• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang mendukung

2.1.1.2 Kerjasama

2.1.1.2.1 Pengertian Kerjasama Siswa

Beberapa pihak telah menyadari kerjasama merupakan hal penting bagi kehidupan manusia demi menumbuhkan solidaritas dalam kehidupan, karena

dengan bekerjasama manusia dapat melangsungkan hidup (Zulkarnain, 2013:23). Menurut Suprihanto (dalam Zulkarnain, 2013: 4), kerjasama merupakan interaksi dalam kelompok dengan cara-cara tertentu, sehingga perilaku atau prestasi seseorang mempengaruhi prestasi atau perilaku orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Moreno (dalam Zulkarnain, 2013:23) mengemukakan perlunya kerjasama kelompok-kelompok kecil, seperti keluarga, regu kerja, regu belajar adalah untuk membangun interaksi demi mencapai tujuan bersama.

Kerjasama dalam konteks pembelajaran yang melibatkan siswa menurut Huda (2011:24) yaitu, ketika siswa bekerjasama menyelesaikan suatu tugas kelompok, mereka memberikan dorongan, anjuran, dan informasi pada teman sekelompoknya yang membutuhkan bantuan. Saat kerjasama, siswa yang lebih paham akan memiliki kesadaran untuk menjelaskan kepada teman yang belum paham, dengan demikian siswa yang belum paham tadi akhirnya menjadi paham.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kerjasama adalah proses interaksi yang melibatkan semua anggota dalam kelompok untuk menumbuhkan solidaritas dengan cara berinteraksi melalui cara-cara tertentu, sehingga perilaku atau prestasi seseorang mempengaruhi prestasi atau prilaku orang lain. Kerjasama dalam konteks penelitian ini adalah bekerjasama dalam menguasai materi ajar guna mencapai prestasi secara maksimal.

2.1.1.2.2 Indikator Kerjasama Siswa

Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar menurut Harmin (dalam Isjoni, 2009:36) dapat memberikan berbagai pengalaman, dikarenakan mereka lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara, berinisiatif, menentukan pilihan, dan secara umum mengembangkan kebiasaan yang baik. Sutikno (2012:212), menjelaskan bahwa untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dianjurkan agar guru membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi, yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa melainkan juga melibatkan interaksi

dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya sebagai bentuk kerjasama mereka dalam upaya memahami materi.

Teori perkembangan Piaget (dalam Trianto, 2015:70) memperkuat pendapat di atas yakni, perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi siswa dengan lingkungan dan teman sebayanya. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu, bahwa interaksi dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi mampu memperjelas pemikiran itu lebih logis (Trianto, 2015:70).

2.1.1.2.3 Manfaat dan Tujuan Kerjasama

Beberapa manfaat kerjasama menurut Sunarto (dalam Zulkarnain, 2013:28) antara lain:

1. Individu satu dengan yang lainya akan bekerjasama saling membantu

2. Segala masalah yang membutuhkan pemecahan masalah akan teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang besar

3. Individu satu dengan yang lain akan dapat memberikan masukan

Sedangkan tujuan dari kerjasama (group goals) menurut Cartwright & Zander (dalam Zulkarnain, 2013:28) ialah segala sesuatu yang akan dicapai oleh kelompok dan harus relevan dengan tujuan anggota serta diketahui oleh semua anggota. Selanjutnya dijelaskan oleh Sunarto (dalam Zulkarnain, 2013:28) mengenai tujuan kerjasama kelompok antara lain:

1. Membangkitkan kepekaan diri seseorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai.

2. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain.

3. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok. 4. Menimbulkan adanya itikad yang baik di antara sesama anggota kelompok.

Berdasarkan beberapa pendapat yang menjelaskan manfaat dan tujuan kerjasama kelompok di atas, peneliti menyimpulkan indikator kerjasama yang digunakan dalam penelitian STAD ini antara lain:

1. Saling membantu sesama anggota dalam kelompok (mau menjelaskan kepada anggota kelompok yang belum jelas).

2. Setiap anggota ikut memecahkan masalah dalam kelompok sehingga mencapai kesepakatan.

3. Menghargai kontribusi setiap anggota kelompok.

4. Berada dalam kelompok kerja saat kegiatan berlangsung.

5. Memberi kesempatan siswa lain untuk berpartisipasi dalam tugas kelompok.

2.1.1.2.4 Faktor yang Mendorong Kerjasama

Untuk meningkatkan kerjasama siswa, siswa perlu diajarkan ketrampilan sosial. Hal ini dikarenakan dengan keterampilan sosial, nilai-nilai dalam kerjasama akan terinternalisasi dalam diri siswa dengan cara pembiasaan. Menurut Johnson & Johnson (dalam Huda, 2011:55), ketrampilan sosial yang harus dimiliki siswa untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa antara lain:

1. Saling mengerti dan percaya satu sama lain. 2. Berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu. 3. Saling menerima dan mendukung satu sama lain.

4. Mendamaikan setiap perdebatan yang sekiranya melahirkan konflik.

Di sisi lain, bekerjasama dalam kelompok akan terwujud dengan baik apabila anggota kelompok benar-benar menjalankan perannya sebagaimana yang dikemukan oleh Prayitno (dalam Kurnanto, 2013:125) yaitu:

1. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok.

2. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri ke kegiatan kelompok.

3. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama.

4. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha untuk mematuhinya dengan baik

5. Benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.

6. Mampu berkomunikasi secara terbuka 7. Berusaha membantu anggota lain

8. Memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk berpartisipasi 9. Menyadari pentingnya kerjasama kelompok

2.1.1.3 Prestasi Belajar

2.1.1.3.1 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai suatu yang telah diperoleh setelah seseorang melakukan kegiatan belajar (Syah, 2013:216). Menurut Purwadarminto (1976:767), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan. Bloom (dalam Sudjana, 2009:22) mengklasifikasi prestasi belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. 1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, yang terdiri dari enam aspek, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketetapan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dari beberapa pengertian prestasi di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang dapat atau telah dicapai oleh seseorang setelah mengikuti pembelajaran dalam waktu tertentu, baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan semua itu merupakan hasil dari kerja keras. Berdasarkan penyimpulan tersebut, prestasi belajar yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah.

2.1.1.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Ahmadi (2005:105), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, di antaranya :

1). Faktor Internal; Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri yang meliputi:

a. Kecerdasan (intelegensi); Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. b. Bakat; Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang

sebagai kecakapan pembawaan.

c. Minat; Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu.

d. Motivasi; Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

2). Faktor Eksternal; Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya dari luar diri peserta didik (siswa), yang meliputi :

a. Keadaan Keluarga; Menurut (Sukmadinata, 2004:6) keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pertama, sebab dalam lingkungan inilah pertama-tama anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan, dan latihan. Keluarga disebut juga sebagai lingkungan primer. b. Lingkungan Sekolah; Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses

pendidikan berlangsung. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu megembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial (Syamsu, 2001:54). Sekolah disebut juga sebagai lingkungan sekunder.

c. Lingkungan Masyarakat; Horton (dalam Ruswanto:2009) masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Lingkungan masyarakat merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Hal ini disebabkan karena anak lebih banyak menghabiskan waktunya di lingkungan masyarakat untuk bermain dan berinteraksi dengan teman sebaya.

Berdasarkan urain di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor yang pertama adalah faktor internal yang meliputi, kecerdasan (intelegensi), bakat, minat, dan motivasi. Faktor ke dua adalah faktor eksternal yang meliputi, keadaan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Dokumen terkait