• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.2.2 Peningkatan Kerjasama Siswa

Dalam penelitian ini terdapat dua variable yaitu, kerjasama dan prestasi belajar. Menurut Suprihanto (dalam Zulkarnain, 2013: 4) kerjasama merupakan interaksi dalam kelompok dengan cara-cara tertentu, sehingga prilaku atau prestasi seseorang mempengaruhi prestasi atau prilaku orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan Sutikno (2012:212) yang mengatakan, untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dianjurkan agar guru membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi, yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa, melainkan juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya sebagai bentuk kerjasama mereka dalam upaya memahami suatu materi yang dipelajari.

Teori perkembangan Piaget (dalam Trianto, 2015:70) memperkuat pendapat di atas yakni perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi siswa dengan lingkungan dan sesama. Untuk itu, peneliti menggunakan model pembelajaran yang menitikberatkan pada interaksi dan kerjasama antar siswa dalam kelompok. Pengetahuan datang dari tindakan, bahwa interaksi dengan teman sekelompok, khususnya berargumentasi dan berdiskusi mampu memperjelas pemikiran itu lebih logis (Trianto, 2015:70).

Dalam penelitian ini, tingkat kerjasama siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat melalui lembar pengamatan dan lemar kuesioner. Lembar pengamatan diisi oleh guru kelas dan rekan peneliti, sedangka lembar kuesioner diisi oleh siswa pada tiap akhir pertemuan. Menurut Johnson & Johnson (dalam Huda, 2011:55), ketrampilan sosial yang harus dimiliki siswa untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa antara lain:

1. Saling mengerti dan percaya satu sama lain. 2. Berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu.

3. Saling menerima dan mendukung satu sama lain.

4. Mendamaikan setiap perdebatan yang sekiranya melahirkan konflik.

Berdasarkan beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai ciri-ciri atau indikator kerjasama kelompok di atas, maka indikator yang digunakan dalam menentukan kerjasama siswa pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Saling membantu sesama anggota dalam kelompok (mau menjelaskan kepada anggota kelompok yang belum jelas).

2. Setiap anggota ikut memecahkan masalah dalam kelompok sehingga mencapai kesepakatan.

3. Menghargai kontribusi setiap anggota kelompok.

4. Berada dalam kelompok kerja saat kegiatan berlangsung.

5. Memberi kesempatan siswa lain untuk berpartisipasi dalam tugas kelompok. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus meliputi perencanaa, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Jumat, 23 September, dan pertemuan ke dua pada hari Sabtu, 24 September 2016. Untuk siklus II juga dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, pertemuan pertama pada Jumat, 30 September 2016, dan pertemuan ke dua pada hari Sabtu, 1 Oktober 2016. Berdasarkan lembar pengamatan dan lembar kuesioner yang telah diisi, diperoleh data kerjasama siswanya sebagai berikut :

Tabel 4.7 Peningkatan Kerjasama Siswa

No Nama

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Rata-rata Kategori Rata-rata Kategori Rata-rata Kategori 1. SCL 58 Cukup 70,5 Tinggi 75 Tinggi 2. AMP 39 Rendah 58 Cukup 62,5 Cukup 3. AZN 42 Rendah 64 Cukup 74 Tinggi 4. EFP 41 Rendah 58 Cukup 74 Tinggi 5. DAP 68 Tinggi 80 Tinggi 83,5 Sangat Tinggi 6. GRN 34 Rendah 68 Tinggi 80,5 Tinggi 7. JOP 42 Rendah 63 Cukup 76,5 Tinggi 8. MDA 24 Rendah 63 Cukup 68 Tinggi 9. NPK 32 Rendah 74 Tinggi 74,5 Tinggi 10. STM 62 Cukup 67 Tinggi 70 Tinggi

11. TGF 62 Cukup 73 Tinggi 73 Tinggi 12. PAS 41 Rendah 59 Cukup 72,5 Tinggi 13. TRW 46,5 Rendah 62 Cukup 62,5 Cukup 14. KUR 31 Rendah 63 Cukup 72,5 Tinggi 15. YAD 66,5 Tinggi 72 Tinggi 80,5 Tinggi

Nilai

Rata-rata 45, 93 Rendah 66, 29 tinggi 73, 73 Tinggi Berdasarkan tabel di atas, hasil pengamatan dan kuesioner menganai kerjasama siswa, diperoleh nilai rata-rata (45,93), pada kondisi awal yang menunjukkan tingkat kerjasama siswanya ―rendah‖. Rinciannya, 2 siswa memiliki tingkat kerjasama ―tinggi‖, 3 siswa memiliki tingkat kerjasama ―cukup‖ dan 10 siswa memiliki tingkat kerjasama ―rendah‖. Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I, nilai kerjasama siswanya meningkat, diperoleh nilai rata-rata (66,29) menunjukkan tingkat kerjasama siswanya ―tinggi‖. Rincianya, 7 siswa memiliki tingkat kerjasama ―tinggi‖, dan 8 siswa memiliki tingkat kerjasama ―cukup‖.

Sedangkan pada siklus II, diperoleh nilai rata-rata (73,73) menunjukkan tingkat kerjasama siswanya ―tinggi‖. Rinciannya, 1 siswa memiliki tingkat kerjasama ―sangat tinggi‖, 12 siswa memiliki tingkat kerjasama ―tinggi‖, dan 2 siswa memiliki tingkat kerjasama ―cukup‖. Data pada tabel telah mencapai target yang ditentukan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.8 Data Capaian Kerjasama Siswa Variabel Indikator

Penilaian

Kondisi Awal

Siklus I Siklus II

Target Capaian Target Capaian Kerjasama Skor Kerjasama 45 ,93 (Rendah) 65 (Cukup) 66, 29 (Tinggi) 70 (Tinggi) 73,73 (Tinggi)

Dari data di atas menunjukkan peningkatan kerjasama siswa pada tiap tahapnya. Dari nilai rata-rata kerjasama siswa pada kondisi awal (45,93), yang termasuk dalam kategori ―rendah‖. Namun setelah dilakukan tindakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I, nilai siswa meningkat dengan rata-rata (66,29) termasuk dalam kategori ―tinggi‖. Nilai

tersebut mengalami peningkatan sebesar 20,36 poin dari kondisi awal. Nilai rata-rata siklus I sebesar (66,29) mampu melampaui target yang ditentukan yaitu, (65). Sedangkan untuk siklus II, nilai rata-rata kerjasama siswanya (73,73), menunjukkan tingkat kerjasama siswanya mengalami peningkatan sebesar 27,8 poin dari kondisi awal, dan 20,36 poin pada siklus I. Hasil rata-rata kerjasama siswa pada siklus II (73,73), mampu melampaui target yang ditentukan (70). Data tersebut dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut :

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Kerjasama Siswa

Berdasarkan diagram di atas, diketahui tingkat kerjasama siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan tiap tahapnya. Menurut Huda (2011:24-25), hal tersebut disebabkan karena pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih menekankan pada pembelajaran dalam kelompok, sehingga siswa dapat saling memotivasi dan saling membantu untuk menguasai materi. Ketika siswa bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas kelompok, mereka memberikan dorongan, anjuran, dan informasi pada teman sekelompoknya yang membutuhkan bantuan. Inilah sebabnya kerjasama siswa pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam penelitian ini cendrung mengalami peningkatan. Selanjutnya dijelaskan oleh Johnson (dalam Solihatin, 2005:4), yang mengatakan bahwa gagasan utama STAD adalah untuk memotivasi

siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh guru.

Berdasarkan uraian dan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk kelas IV SD Negeri Weroharjo pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan kerjasama siswanya. Untuk itu, penelitian ini layak dikatakan berhasil.

Dokumen terkait