• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang mendukung

2.1.1.4 Model Pembelajaran

2.1.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran

Suprijono (2015:63) mengatakan model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Sedangkan menurut Arends (dalam Suprijono, 2015:65), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Mills berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.

Berdasarkan pengertian beberapa para ahli mengenai model pembelajaran di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan secara khas oleh guru di kelas dalam menyampaikan materi pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir, di dalam model

pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

2.1.1.4.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif berasal dari kata Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama, saling membantu satu sama lainya sebagai satu kelompok atau satu tim. Dalam istilah bahasa Indonesia, istilah cooperative learning lebih sering dikenal dengan pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif mulai dikenal luas sejak isu dinamika kelompok (dynamic of group) yang antara lain digagas oleh Dewey, Moreno, dan Lewin 1970-an. Menurut Johnson & Johnson (1994), cooperative learning adalah mengelompokkan siswa agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan secara maksimal yang mereka miliki dan pelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan tanggung jawab kelompok, mereka berusaha dan menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka (Panitz dalam Suprijono, 2015:73).

Pembelajaran kooperatif memiliki konsep yang lebih luas, meliputi semua jenis kerja kelompok. Namun model pembelajaran kooperatif tentu berbeda dengan sekedar belajar dalam kelompok, perbedaan ini terletak pada adanya unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yang tidak ditemui dalam pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Prosedur model pembelajaran koopertatif yang dilakukan dengan benar akan memungkinkan guru dapat mengelola kelas dengan lebih efektif dan efisien. Menurut Suprijono (2015: 77), pembelajaran kooperatif bercirikan: 1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; 2) pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. Selanjutnya dijelaskan oleh Roger dan Johnson (dalam Suprijono, 2015:77) bahwa tidak semua belajar kelompok itu bisa dianggap pembelajaran kooperatif, untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut antara lain: 1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif); 2)

Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan); 3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif); 4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota); 5) Group processing (pemrosesan kelompok).

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai model pembelajaran kooperatif di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang bersifat mengelompokkan siswa dengan tujuan agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan secara maksimal satu sama lain dalam kelompok, bertanggung jawab penuh terhadap kelompok, berusaha bersama dan menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai model pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2.1.1.4.3 Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Suprijono (2015:77) mengatakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) adalah model pembelajaran kooperatif yang menggunakan kelompok kecil berbentuk heterogen yang dikembangkan oleh Robert Slavin. Model ini merupakan salah satu model yang menekankan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu menguasai materi untuk pencapaian prestasi secara maksimal. Gagasan utama STAD adalah untuk membangun kerjasama dan saling memotivasi supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasi materi yang diajarkan oleh guru guna mencapai prestasi yang maksimal.

Johnson (dalam Solihatin, 2005:4) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa dalam kelompok untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Selanjutnya dijelaskan oleh Vygotsky (1978) mengenai teori belajar kelompok, menurut Vygotsky, mental siswa pertama kali berkembang pada level interversonal di mana mereka belajar menginternalisasikan dan mentransformasikan interaksi interpersonal mereka dengan orang lain.

Singkatnya, siswa-siswa yang bekerjasama dalam kelompok dapat bekerja lebih efektif daripada siswa-siswa yang bekerja sendirian.

Slavin (dalam Rusman 2013:213), mengatakan STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti, karena sangat mudah dan paling tepat untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti, digunakan pada jenjang pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD melibatkan ―kompetisi‖ antar kelompok atau tim kecil, yaitu antara 4-5 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen) (Huda, 2014: 116). Siswa mempelajari materi berkelompok, kemudian mereka diuji secara individual dengan soal tes atau kuis. Perolehan skor peranggota menentukan skor yang didapatkan oleh kelompok. Jadi setiap anggota harus memperoleh nilai yang maksimal jika inggin kelompok mereka mendapatkan nilai tertinggi.

Menurut Huda (2011:13), pembelajaran kooperatif tipe STAD yang menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil (heterogen), lebih efektif dalam melakukan aktivitas bersama. Pernyataan ini sependapat dengan penjelasan Sharan (dalam Huda, 2015: 117) yang mengatakan performa siswa lebih efektif justru ketika mereka belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil, karena dalam kelompok kecil pertukaran informasinya lebih intens sehingga siswa yang bekerjasama dalam kelompok memiliki rasa tanggung jawab untuk membantu satu sama lain demi mencapai prestasi yang maksimal. Mereka yang berada dalam kelompok kecil akan merasa lebih terhubung dan lebih komunikatif antara satu dan lainnya.

Sharan (1983) menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pengajaran yang efektif dalam meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar sekaligus berkontribusi bagi perbaikan sikap dan persepsi mereka tentang begitu pentingnya bekerjasama, termasuk pemahaman mereka tentang teman-teman yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda-beda.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah model yang melibatkan ―kompetisi‖ antar kelompok atau tim kecil antara 4-5 (heterogen) yang menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotifasi dan saling bekerjasama dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi maksimal.

2.1.1.4.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Menurut Trianto (2009: 68), pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menggunakan kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa (heterogen). Kegiatannya diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Sedangkan menurut Slavin (2005:143), pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima sintaks utama yaitu, presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

Guru menyampaikan materi pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka. Untuk memastikan bahwa semua anggota tim menguasi pelajaran, siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana pada saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu. Tiap siswa harus menguasai materinya. Tanggung jawab individual seperti ini memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain, karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat anggota tim menguasai informasi atau materi yang diajarkan (Slavin, 2005: 143).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (2005:143), yang meliputi lima sintaks yakni sebagai berikut:

1. Presentasi materi oleh guru di dalam kelas. Presentasi dilakukan oleh guru kelas dengan maksud penyampaian tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa, sekaligus memotivasi siswa untuk belajar. Presentasi kelas yang dilakukan tetap fokus pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan cara ini, para siswa menyadari bahwa mereka harus benar-benar memperhatikan presentasi dari guru, karena dengan demikian akan

sangat membantu mereka bekerja dalam kelompok dan mengerjakan kuis-kuis.

2. Pembentukan kelompok dan kerja kelompok. Kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal potensi akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Siswa mendiskusikan atau melakukan praktik dalam kelompok berdasarkan tugas yang diberikan oleh guru.

3. Pemberian kuis. Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode kerja kelompok, para siswa akan mengerjakan kuis individual.

4. Penghitungan skor kemajuan individu. Setelah siswa selesai mengerjakan tes, guru bertanya ke siswanya secara acak untuk mengetahui pemahaman perindividu, atau sebagai catatan skor kemajuan individu. Skor yang diperoleh dari pertanyaan lisan akan dijumlah dengan skor menjawab soal tes, kemudian skor akan diakumulasi dengan skor-skor yang diperoleh teman sekelompok lalu dirata-ratakan. Dari nilai rata-rata inilah yang dijadikan skor kelompok.

5. Penghargaan kelompok. Kelompok akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria yang sudah disusun oleh peneliti.

2.1.1.4.5 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan (Slavin, 1997:17) :

1. Siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

2. Siswa aktif membantu dan memotivasi sesama anggota kelompok untuk mencapai prestasi bersama.

3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Selain keunggulan, model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki kekurangan, diantaranya:

1. Membutuhkan waktu yang lebih lama bagi siswa sehingga sulit mencapai target materi yang dipelajari.

2. Membutuhkan waktu yang lebih lama bagi guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.

4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerjasama .

Dari penjelasan tersebut penulis berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang mengedepankan kerjasama dalam suatu tim atau kelompok demi tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada proses pembelajaran itu sendiri.

Dokumen terkait