PENINGKATAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR IPA
SISWA KELAS IV SD NEGERI WEROHARJO MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD TAHUN AJARAN
2016/2017
Bony
Universitas Sanata Dharma 2017
Latar belakang penelitian ini adalah masih rendahnya kerjasama dan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA berdasarkan data lembar pengamatan dan wawancara. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan upaya peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapam model pembelajaran Kooperatif tipe STAD; (2) Meningkatkan kerjasama siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD; (3) Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo yang berjumlah 15 siswa pada tahun ajaran 2016/2017. Objek penelitian adalah kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun ajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara wawancara, observasi, kuesioner, dan tes. Analisis data menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Upaya peningkatan kerjasama dan prestasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dilakukan dengan baik melalui langkah-langkah sebagai berikut: a) presentasi materi oleh guru di dalam kelas, b) pembentukan kelompok dan kerja kelompok, c) pemberian kuis, d) penghitungan skor kemajuan individu, e) penghargaan kelompok; 2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kerjasama siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo dari rata-rata kondisi awal 45,93 (rendah) pada siklus I meningkat menjadi 66,29 (tinggi), dan pada siklus II menjadi 73,73 (tinggi). 3) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo dari nilai kondisi awal (61,00) dengan persentase siswa mencapai KKM (46%), meningkat menjadi (72,00) dengan persentase siswa mencapai KKM (73,33%) pada siklus I, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi (78,00) dengan persentase siswa mencapai KKM (86,66%).
THE IMPROVEMENT OF STUDENTS’ COOPERATION AND
LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE CLASS OF IV GRADE
STUDENTS IN SDN WEROHARJO USING APPLIED
COOPERATIVE MODE TYPE STAD YEAR 2016/2017
Bony
Universitas Sanata Dharma 2017
The background of this researcher is based on the fact that the students’
cooperation and learning achievement are still low according to the observation sheet and the interview result. This study aims to (1) to describe the expedient to improve
students’ cooperation and learning achievement in IV grade of SDN Weroharjo year
2016/2017 using applied cooperative learning method type STAD; (2) to improve the cooperation skill of IV grade students in SDN Weroharjo year 2016/2017 using applied cooperative learning method type STAD; (3) To improve the learning achievement of IV grade students in SDN Weroharjo year 2016/2017 using applied cooperative learning method type STAD.
This research is Class room Action Research (CAR) covering four steps such as planning the research, conducting the research, observing and reflection. The Subject of this research is the IV grade students of SDN Weroharjo that consisted of 15 students year 2016/2017. The object of this research is the cooperation skill and learning achievement of IV grade students in SDN Weroharjo using applied cooperative learning method type STAD. The data were taken from interview result, the observation, questioner, and also test. The data were analyzed using descriptive quantitative method. The result shows that: 1) the efforts of improving students’ cooperation and learning achievement using applied cooperative learning method type STAD has been conducted well based on the steps as follows a) teacher’s presentation in the classroom, b) the group formation and group work, c) giving the quiz, d) calculating the
individual’s score, e) group achievement award; 2) The use of cooperative learning method type STAD can improve the cooperation skill of IV grade students in SDN Weroharjo with an average score from 45, 93 (low) increase to cycle 1 66,29 (high) and also increase to 73, 73 (high) in cycle II. 3) The application of cooperative learning
method type STAD can improve students’ learning achievement from (61.00) which consist of only 46 % of students who passed the minimum score, increase to (72,00) that consist of 73,33% students who passed the test in Cycle I, and in cycle II raised to (78,00) the number students who passed the test increase to 86,66 %
i
SISWA KELAS IV SD NEGERI WEROHARJO MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD TAHUN AJARAN
2016/2017
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Bony NIM: 121134222
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang telah menuntun jalan hidupku
Ibuku tercinta, Kenlung Lung, ibu Theresia Juminten, Bapak Ngadimin, dan
semua saudaraku yang tidak aku sebutkan satu per satu namanya di sini.
Teman seperjuanganku Oktavianus Geleng Yen dan Christina Yeni Untari.
Para Sahabatku tercinta di LPM, Emiliani Dea, Sinta Tan Lung, Imelda,
Wina, Jack, Ying Suh, Kanisius Indra, Mika, Juni, Ossi, Solihin, dan Marta
Longseng terimakasih untuk doa, semangat serta bantuannya.
Para teman-teman PGSD Sanata Dharma angkatan 2012 khususnya kelas B
krik yang sudah memberiku banyak pengalaman, semangat dan dukungan dari
awal kuliah hingga aku menyelesaikan kuliahku saat ini.
v
Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh
direbut manusia ialah menundukkan diri sendiri
“Kartini”
Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa di mana ia dapat
menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri
“Pramoedya Ananta Toer”
Kapal di pelabuhan adalah aman, tetapi bukan itu maksud kapal dibuat
vi
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Februari 2017
Peneliti
vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Bony
Nomor Mahasiswa : 121134222
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENINGKATAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI WEROHARJO MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TAHUN AJARAN 2016/2017” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyiapkan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara
terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta,
21 Februari 2017
Yang menyatakan,
viii
PENINGKATAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR IPA
SISWA KELAS IV SD NEGERI WEROHARJO MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD TAHUN AJARAN
2016/2017
Bony
Universitas Sanata Dharma 2017
Latar belakang penelitian ini adalah masih rendahnya kerjasama dan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA berdasarkan data lembar pengamatan dan wawancara. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan upaya peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapam model pembelajaran Kooperatif tipe STAD; (2) Meningkatkan kerjasama siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD; (3) Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo yang berjumlah 15 siswa pada tahun ajaran 2016/2017. Objek penelitian adalah kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun ajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara wawancara, observasi, kuesioner, dan tes. Analisis data menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Upaya peningkatan kerjasama dan prestasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dilakukan dengan baik melalui langkah-langkah sebagai berikut: a) presentasi materi oleh guru di dalam kelas, b) pembentukan kelompok dan kerja kelompok, c) pemberian kuis, d) penghitungan skor kemajuan individu, e) penghargaan kelompok; 2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kerjasama siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo dari rata-rata kondisi awal 45,93 (rendah) pada siklus I meningkat menjadi 66,29 (tinggi), dan pada siklus II menjadi 73,73 (tinggi). 3) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo dari nilai kondisi awal (61,00) dengan persentase siswa mencapai KKM (46%), meningkat menjadi (72,00) dengan persentase siswa mencapai KKM (73,33%) pada siklus I, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi (78,00) dengan persentase siswa mencapai KKM (86,66%).
ix
THE IMPROVEMENT OF STUDENTS’ COOPERATION AND
LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE CLASS OF IV GRADE
STUDENTS IN SDN WEROHARJO USING APPLIED
COOPERATIVE MODE TYPE STAD YEAR 2016/2017
Bony
Universitas Sanata Dharma 2017
The background of this researcher is based on the fact that the students’ cooperation and learning achievement are still low according to the observation sheet and the interview result. This study aims to (1) to describe the expedient to improve students’ cooperation and learning achievement in IV grade of SDN Weroharjo year 2016/2017 using applied cooperative learning method type STAD; (2) to improve the cooperation skill of IV grade students in SDN Weroharjo year 2016/2017 using applied cooperative learning method type STAD; (3) To improve the learning achievement of IV grade students in SDN Weroharjo year 2016/2017 using applied cooperative learning method type STAD.
This research is Class room Action Research (CAR) covering four steps such as planning the research, conducting the research, observing and reflection. The Subject of this research is the IV grade students of SDN Weroharjo that consisted of 15 students year 2016/2017. The object of this research is the cooperation skill and learning achievement of IV grade students in SDN Weroharjo using applied cooperative learning method type STAD. The data were taken from interview result, the observation, questioner, and also test. The data were analyzed using descriptive quantitative method. The result shows that: 1) the efforts of improving students’ cooperation and learning achievement using applied cooperative learning method type STAD has been conducted well based on the steps as follows a) teacher’s presentation in the classroom, b) the group formation and group work, c) giving the quiz, d) calculating the individual’s score, e) group achievement award; 2) The use of cooperative learning method type STAD can improve the cooperation skill of IV grade students in SDN Weroharjo with an average score from 45, 93 (low) increase to cycle 1 66,29 (high) and also increase to 73, 73 (high) in cycle II. 3) The application of cooperative learning method type STAD can improve students’ learning achievement from (61.00) which consist of only 46 % of students who passed the minimum score, increase to (72,00) that consist of 73,33% students who passed the test in Cycle I, and in cycle II raised to (78,00) the number students who passed the test increase to 86,66 %
x
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Kerjasama dan Prestasi
Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Weroharjo Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak yang membantu penyelesaian skripsi
ini. Ucapan terimakasih peneliti kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
4. Drs. Y.B. Adimassana, M.A., selaku Dosen Pembimbing 1, yang selalu
memberikan bimbingan, arahan dan pendampingan selama proses penelitian dan
penulisan skripsi.
5. Agnes Herlina Dwi H., S.Si., M. T., M. Sc., selaku Dosen Pembimbing II, yang
selalu arahan, masukan maupun kritikan dan pendampingan selama proses
penelitian dan penulisan skripsi.
6. Wasgito, S.Pd. SD., selaku Kepala SD Negeri Weroharjo yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan penelitian, sehingga penelitian ini dapat
terlaksana dengan baik.
7. Puryani, S.Pd. SD., selaku guru kelas IV SD Negeri Weroharjo yang bersedia
dengan senang hati mengijinkan, membantu, dan berdiskusi secara aktif selama
proses penelitian.
8. Para ahli yang telah bersedia melakukan validasi instrumen penelitian saya.
9. Seluruh pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil yang
tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.
10.Siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo Wonosari Gunungkidul yang telah
bekerjasama dan bersedia menjadi subjek penelitian sehingga penelitian berjalan
lancar.
11.Rekan peneliti, Christina Yeni Untari yang telah bersedia membantu peneliti
xi
peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk
perbaikan skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan Prodi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
Peneliti,
xii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Pembatasan Masalah... 7
1.3Rumusan Masalah ... 7
1.4Tujuan Penelitian ... 7
1.5Manfaat Penelitian ... 8
1.6Definisi Oprasional ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
2.1Kajian Pustaka ... 10
2.1.1 Teori-teori yang mendukung ... 10
2.1.1.1Teori Perkembangan Anak ... 10
2.1.1.2Kerjasama ... 12
2.1.1.2.1 Pengertian Kerjasama Siswa ... 12
2.1.1.2.2 Indikator Kerjasama Siswa ... 13
2.1.1.2.3 Manfaat dan Tujuan Kerjasama ... 14
xiii
2.1.1.3.1 Pengertian Prestasi Belajar ... 16
2.1.1.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 17
2.1.1.4Model Pembelajaran ... 18
2.1.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran ... 18
2.1.1.4.2 Model Pembelajaran Kooperatif ... 19
2.1.1.4.3 Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 20
2.1.1.4.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 22
2.1.1.4.5 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 23
2.1.1.5Ilmu Pengetahuan Alam ... 24
2.1.1.5.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ... 24
2.1.1.5.2 Hakikat IPA ... 25
2.1.1.5.3 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA ... 26
2.1.1.5.4 Materi IPA ... 28
2.2Hasil Penelitian yang Relevan ... 31
2.3Kerangka Berpikir ... 33
2.4Hipotesis Tindakan ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
3.1Jenis Penelitian ... 35
3.2Setting Penelitian ... 37
3.3Persiapan ... 38
3.4Rancangan Setiap Siklus ... 39
3.5Teknik Pengumpulan Data ... 49
3.6Instrumen Penelitian ... 51
3.7Teknik Pengujian Instrumen ... 59
3.8Analisis Data ... 66
3.9Indikator Keberhasilan ... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69
4.1Hasil Penelitian ... 69
4.1.1 Prasiklus ... 69
4.1.2 Siklus I ... 72
xiv
4.2.1 Upaya Peningkatan Kerjasama dan Prestasi Belajar siswa ... 92
4.2.2 Peningkatan Kerjasama Siswa ... 95
4.2.3 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 99
BAB V PENUTUP ... 104
5.1Kesimpulan ... 104
5.2Keterbatasan Penelitian ... 104
5.3Saran.... ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 106
xv
Tabel 1.1 Data Kerjasama Siswa Kelas IV pada Kondisi Awal ... 5
Tabel 1.2 Data Prestasi Belajar Awal Siswa Kelas IV ... 6
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 40
Tabel 3.2 Daftar Pertanyaan Wawancara ... 54
Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Pengamatan Kerjasama Siswa ... 55
Tabel 3.4 Lembar Pengamatan Kerjasama Siswa ... 56
Tabel 3.5 Pedoman Penskoran ... 56
Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Kuesioner Kerjasama Siswa ... 57
Tabel 3.7 Lembar Kuesioner Kerjasama Siswa... 58
Tabel 3.8 Pedoman Penskoran Kuesioner Kerjasama Siswa ... 59
Tabel 3.9 Kriteria Penskoran ... 59
Tabel 3.10 Kisi-Kisi Soal Siklus I ... 60
Tabel 3.11 Kisi-Kisi Soal Siklus II ... 61
Tabel 3.12 Skor Perhitungan Validitas Perangkat Pembelajaran ... 62
Tabel 3.13 Kriteria Validitas Perangkat Pembelajaran ... 62
Tabel 3.14 Skor Perhitungan Validitas Kerjasama ... 64
Tabel 3.15 Hasil Validitas Soal Siklus I ... 65
Tabel 3.16 Hasil Validitas Soal Siklus II ... 66
Tabel 3.17 Kriteria Klasifikasi Reliabilitas Instrumen ... 67
Tabel 3.18 Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ... 67
Tabel 3.19 Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II ... 68
Tabel 3.20 Indikator Keberhasilan Penelitian... 66
Tabel 4.1 Data Kerjasama Siswa pada Kondisi Awal ... 71
Tabel 4.2 Data Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 73
Tabel 4.3 Data Kerjasama Siswa pada Siklus 1 ... 80
Tabel 4.4 Data Prestasi Belajar Siswa pada Siklus 1 ... 80
Tabel 4.5 Data Kerjasama Siswa pada Siklus II ... 90
Tabel 4.6 Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 92
Tabel 4.7 Peningkatan Kerjasama Siswa ... 98
xvi
xvii
Gambar 2.1 Skema Penelitian yang Relevan... 35
Gambar 2.2 Skema Penerapan STAD ... 36
Gambar 3.1 Skema Penelitian Tindakan Kelas ... 29
Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Kerjasama Siswa ... 101
xviii
Lampiran I Surat Izin Penelitian ... 110
Lampiran II SILABUS, RPP, LKS ... 167
Lampiran III Soal Evaluasi Siklus I dan Siklus II ... 178
Lampiran IV Validasi Lembar Kerjasama dan Perangkat Pembelajaran ... 188
Lampiran V Hasil Kerja Siswa ... 204
Lampiran VI Data Pengamatan Kerjasama Siswa ... 207
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab I membahas mengenai latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan bagi suatu bangsa titik starnya adalah pandangan hidup,
dan titik finisnya adalah tercapainya kepribadian hidup yang dicita-citakan
(Ahmadi, dkk, 2015: 196). Tokoh pendidikan Nasional Indonesia, Ki Hajar
Dewantara mengatakan tujuan pendidikan nasional adalah untuk keperluan
perikehidupan yang dapat mengangkat derajat negara dan rakyatnya agar dapat
bekerja bersama-sama. Ahmadi (2015:198) menjelaskan mengenai fungsi
pendidikan nasional yaitu untuk mewujudkan masyarakat berbudaya, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sejalan dengan pernyataan tersebut,
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pernyataan di atas menyadarkan kita bahwa pendidikan mempunyai tujuan
dan fungsi begitu penting. Fungsi dari pendidikan yaitu untuk mengembangkan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdasakan kehidupan bangsa, sedangkan tujuannya untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Trianto,
2015:3). Untuk mewujudnyatakan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut,
pendidikan harus memiliki podium atau instansi berupa sekolah. Tanpa podium
yang dimaksud, bisa dipastikan wacana tentang pendidikan hanya sebatas
Sekolah salah satu lembaga masyarakat, di dalamnya terdapat reaksi dan
interaksi antar warga sekolah. Menurut Uhbiyati (2015:35), sebagai salah satu
lembaga masyarakat atau eksekutor pendidikan, sekolah perlu mempertimbangkan
beberapa hal, agar fungsi dan tujuan pendidikan nasional dapat terrealisasi, salah
satunya adalah model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan harus
mampu merangsang murid untuk lebih mengenal kehidupan riil dalam
masyarakat. Jadi sederhananya, salah satu kunci untuk mencapai fungsi dan tujuan
pendidikan nasional adalah melalui penerapan model pembelajaran yang
bervariasi, bermakna, menyenangkan, efektif dan efisien (Basis, 2015). Idealnya,
fungsi dan tujuan pendidikan dapat tercapai apabila proses pembelajaran di
sekolah-sekolah menggunakan model pembelajaran yang mampu memberikan
perubahan pada kemampuan seseorang dan mampu mencerdaskan kehidupan
bangsa Gagne (dalam Suprijono, 2009:2).
Dari pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa fungsi dan
tujuan pendidikan nasional akan terrealisasi dengan nilai mutu dan standar mutu
yang baik apabila model pembelajaran yang digunakan oleh sekolah-sekolah
dapat memperbaiki proses belajar mengajar, bervariasi, bermakna,
menyenangkan, efektif dan efisien (Basis, 2015).
Pada kenyataannya masih banyak sekolah dengan proses pembelajaran
kurang baik, dan mutu pendidikannya rendah akibat dari penerapan model
pembelajaran yang bersifat konvensional. Model yang seperti ini cenderung
membuat siswa bersikap individualis (Susanto, 2013:155). Selain itu, juga kurang
efektif dan efisien. Siswa hanya mencatat dan mendengarkan ceramah dari guru.
Komunikasi dalam pembelajaran cenderung satu arah, yaitu dari guru ke siswa.
Guru lebih banyak mendominasi, sehingga proses pembelajaran cenderung
bersifat monoton, mengakibatkan peserta didik (siswa) mudah jenuh dalam
mengikuti pembelajaran.
Oleh karena itu dalam proses pembelajaran, terutama dalam pembelajaran
IPA, guru hendaknya mengajar dengan cara yang bervariasi, mulai dari
pendekatan, strategi, model, dan metode (Huda, 2011), mengingat materi IPA
(2012:212), untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dianjurkan agar guru
membiasakan diri menggunakan model pembelajaran yang bersifat kooperatif
yakni, model pembelajaran yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara
guru dengan siswa melainkan juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa satu
dengan siswa yang lainnya sebagai bentuk kerjasama mereka dalam upaya
memahami suatu materi pelajaran.
Ilmu Pengetahuan Alam atau biasa disingkat IPA adalah salah satu mata
pelajaran yang ada pada kurikulum pendidikan di Indonesia. IPA diajarkan pada
tingkat pendidikan paling dasar yaitu Sekolah Dasar (Depdiknas, 2010). Sekolah
Dasar merupakan tingkatan dasar yang harus dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri. Materi IPA menyangkut tentang alam semesta dan
benda-benda di dalamnya. Menurut Poedjati (2007:191), IPA sebagai ilmu
pengetahuan tentang semesta dan segala prosesnya, mencakup kegiatan penelitian
yang diawali oleh kesadaran akan adanya suatu masalah. Fowler (dalam Trianto,
2010: 136), menyatakan bahwa IPA sebagai pengetahuan yang dirumuskan secara
sistematis, berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan pada
suatu kegiatan mengamati.
Depdiknas (dalam Trianto, 2003: 2) menjelaskan fungsi dan tujuan IPA
adalah sebagi berikut: 1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa; 2) Mengembangkan keterampilan sikap dan nilai ilmiah; 3) Mempersiapkan
siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi; 4) Menguasai
konsep sains untuk bekal hidup bermasyarakat dan melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Sesuai fungsi dan tujuan pendidikan IPA yang
dirumuskan oleh Depdiknas, dapat diketahui bahwa IPA sangat bermanfaat bagi
kehidupan umat manusia. Namun dalam mengajarkan pelajaran IPA di Sekolah
Dasar, bukan perkara mudah. Sebagaimana hasil pengamatan dan wawancara
yang dilakukan oleh peneliti saat pembelajaran IPA di salah satu Sekolah Dasar di
Wonosari, tahun pelajaran 2016/2017 yang akan diuraikan di paragraf berikut ini.
Peneliti menemukan permasalahan pada saat melakukan pengamatan
tanggal 22 dan 23 Juli 2016, di kelas IV SDN Weroharjo. Di mana pada saat itu
jawab dengan siswanya. Mengajar dengan cara ceramah maupun tanya jawab
cenderung membuat siswa jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran dan
membuat siswa bersikap individualis (Susanto, 2013:155).
Dalam melakukan pengamatan, peneliti menggunakan indikator yang
diambil dari indikator kerjasama beberapa ahli. Indikator kerjasama siswa dapat
dilihat dari beberapa hal, antara lain: 1) Saling membantu sesama anggota dalam
kelompok (mau menjelaskan kepada anggota kelompok yang belum jelas). 2)
Setiap anggota ikut memecahkan masalah dalam kelompok sehingga mencapai
kesepakatan. 3) Menghargai kontribusi setiap anggota kelompok. 4) Berada dalam
kelompok kerja saat kegiatan berlangsung. 5) Memberi kesempatan siswa lain
untuk berpartisipasi dalam tugas kelompok. Berdasarkan hasil pengamatan
mengenai kerjasama siswa, diketahui bahwa tingkat kerjasama siswa pada saat
pembelajaran masih rendah.
Untuk memperkuat hasil pengamatan, peneliti menyebarkan kuesioner
kerjasama kepada siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo. Berikut data kerjasama
kondisi awal:
Tabel 1.1 Data Kerjasama Siswa Kelas IV pada Kondisi Awal Rata-rata
Kerjasama Hasil Pengamatan
Rata-rata Kerjasama Hasil
Kuesioner
Rata-rata
Kerjasama Keterangan 45,33 46,53 45,93 Rendah
Dari tabel di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata kerjasama siswa pada
kondisi awal dari hasil pengamatan (45,33), sedangkan nilai rata-rata kuesioner
kerjasama (46,53). Berdasarkan ke dua data tersebut diperoleh rata-rata kerjasama
siswa sebesar (45,93) kategori rendah. Peneliti mengkategorikan rendah
berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) (Arifin, 2009:236).
Selain mengetahui hasil pengamatan dan kuesioner, peneliti juga melakukan
wawancara dengan guru kelas untuk memperkuat data. Hasil dari wawancara
dengan guru kelas cukup mendukung data di atas. Pada saat peneliti bertanya
kepada guru kelas seputar kerjasama siswa, beliau mengatakan bahwa memang
bekerjasama. Siswa juga jarang sekali berdiskusi untuk mempelajari suatu materi
secara bersama-sama, sehingga relasi kerjasama antar siswa termasuk dalam
kategori rendah. Keadaan seperti ini terutama sekali dipicu oleh guru yang
mengajar. Alhasil, gaya belajar siswanya mempengaruhi hasil belajar mereka.
Guru kelas menyadari masih sering menggunakan model pembelajaran
konvensional yang aktivitasnya didominasi oleh guru.
Pada tanggal 23 Juli 2016, diperoleh data prestasi belajar IPA siswa dari
dokumen nilai tahun ajaran 2014-2015, khususnya KD 6.1 dan 6.2 tentang sifat
dan perubahan wujud benda. Total dari lima belas siswa yang mengikuti ulangan
IPA, hanya tujuh siswa yang memenuhi KKM, sisanya masih di bawah KKM. Itu
berarti lebih dari 50% nilai ulangan IPA siswa tentang sifat dan perubahan wujud
benda belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai rata-rata
ulangan siswa pada saat ulangan (61,00), nilai tersebut memiliki selisih 4 angka di
bawah KKM (65). Berikut adalah tabel nilai ulangan IPA pada kondisi awal siswa
kelas IV SD Negeri Weroharjo:
Tabel 1.2 Data Prestasi Belajar Awal Siswa Kelas IV Ulangan
Harian Tahun pelajaran
KKM
Rata-rata Ulangan
Ketuntasan
Jumlah Siswa Tuntas Tidak
Tuntas 2014/2015 65 61 7 Siswa
(46%)
8 Siswa
(53%) 15
Dari tabel di atas, diketahui nilai rata-rata prestasi belajar IPA siswa,
khususnya pada (KD) 6.1 dan 6.2 masih di bawah KKM. Padahal menurut data
hasil wawancara, sekolah telah memfasilitasi berbagai media pembelajaran dan
benda-benda konkret yang dapat mendukung proses belajar siswa dalam
memahami materi ajar, namun kenyataannya guru kelas belum dapat
menggunakan hal itu dengan maksimal. Guru kelas masih sering menggunakan
model pembelajaran konvensional, yang aktivitasnya didominasi oleh guru.
Model yang seperti ini cenderung membuat siswa bersikap kurang aktif dalam
Menurut Arends (dalam Suprijono, 2009:65), model pembelajaran sangat
membantu peserta didik dalam memahami materi ajar, karena model mengacu
pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Adanya model pembelajaran yang tepat,
efektif dan efisien sangat diperlukan agar mempermudah siswa dalam memahami
materi pada setiap mata pelajaran. Pada proses pembelajaran siswa kelas empat
SD, sebaiknya digunakan model pembelajaran yang disesuaikan pengetahuan
siswa. Model pemberlajaran kooperatif tipe STAD merupakan model yang
menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotifasi
dan saling membantu bekerjasama dalam menguasai materi pembelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal, selain itu juga sangat sesuai dengan karateristik
siswa kelas IV SD Johnson (dalam Solihatin, 2005 :4). Menurut Huda (2011:116),
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang
menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil, yaitu antara 4-5 orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku
yang berbeda (heterogen).
Dari pengertian di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa model
pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru di kelas untuk membantu para peserta didik
dalam memahami materi ajar. Untuk itu, model pembelajaran kooperatif tipe
STAD sangat tepat digunakan untuk pembelajaran di kelas IV SD, karena model
menggunakan kelompok atau tim kecil, terdiri dari 4-5 orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda
(heterogen). Siswa yang dianggap pandai menjelaskan kepada anggota
kelompoknya. Namun demikian, bukan berarti siswa yang dianggap pandai saja
yang punya bertanggung jawab terhadap kelompok, tetapi ini menjadi tanggung
jawab tim dalam kelompok. Alasannya, model kooperatif tipe STAD menekankan
pada aktivitas dan interaksi di antara siswa dalam kelompok untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk
meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri
Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini
yang telah mendorong peneliti mengambil judul penelitian ―Peningkatan
kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD‖.
1.2
Pembatasan MasalahBerdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penelitian ini
dibatasi pada penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk
meningkatkan Kerjasama dan Prestasi Belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri
Weroharjo tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini difokuskan pada (KD) 6.1
mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu, dan 6.2
mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair ke padat ke cair; cair ke gas ke
cair; padat ke gas.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, rumusan penelitian ini
adalah:
1.3.1 Bagaimana upaya peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD?
1.3.2 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kerjasama dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri
Weroharjo?
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1.4.1 Mendeskripsikan upaya peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapam model
pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
1.4.2 Meningkatkan kerjasama siswa kelas IV SDN Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
1.4.3 Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat praktis
maupun teoretis.
1.5.1 Bagi Siswa
Siswa mendapatkan pengalaman belajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang diterapkan pada mata pelajaran IPA.
1.5.2 Bagi Guru
Guru mendapatkan pengalaman dalam mengajarkan siswa menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Selain itu guru juga memperoleh tambahan
wawasan mengenai salah satu cara meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar
IPA siswa menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
1.5.3 Bagi Sekolah
Laporan Penelitian ini dapat menambah wawasan guru dan warga sekolah, dan
juga sebagai tambahan bahan bacaan di perpustakaan.
1.5.4 Bagi Peneliti
Peneliti dapat melihat kelebihan dari model membelajaran kooperatif tipe STAD,
dan pengaruhnya terhadap kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa. Peneliti juga
mendapatkan pengalaman dalam menyusun pembelajaran menggunakan model
1.6 Definisi Operasional
1.6.1 Kerjasama adalah proses interaksi yang melibatkan semua anggota dalam kelompok untuk menumbuhkan solidaritas dengan cara berinteraksi melalui
cara-cara tertentu, sehingga perilaku atau prestasi seseorang mempengaruhi prestasi
atau prilaku orang lain
1.6.2 Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah.
1.6.3 Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model yang melibatkan ―kompetisi‖ antar kelompok atau tim kecil antara 4-5 (heterogen) yang menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotifasi
dan saling bekerjasama dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai
prestasi maksimal.
1.6.4 IPA adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan alam semesta, dengan sekumpulan teori yang tersistematis, penerapannya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi
10 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II membahas mengenai landasan teori yang digunakan. Pembahasan
landasan teori mengenai kajian pustaka, teori-teori yang mendukung, hasil
penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak
Perkembangan anak menurut Stern (dalam Kartono, 2007:33) lebih banyak
ditentukan oleh dua faktor yang saling menopang yaitu, faktor bakat dan faktor
interaksi dengan lingkungan, keduanya tidak dapat dipisahkan pada diri anak.
Kepribadian anak dapat terbentuk dengan baik apabila dibina dari proses
mendapatkan pengalaman melalui pendidikan yang baik dan ditopang oleh bakat
bawaan dari anak yang merupakan bawaan dari lahir. Interaksi yang dimaksudkan
di sini adalah keadaan di mana anak-anak melakukan aktivitas bersama dengan
teman sebaya atau sekelompoknya untuk mendapatkan hasil dari tujuan yang
sudah dibuat.
Perkembangan anak menurut Slameto (2010:102) sangat dipengaruhi oleh
persepsi yang dapat diartikan sebagai proses masuknya informasi ke dalam otak
secara terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya lewat indera
penglihatan, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Makin baik suatu objek,
orang, peristiwa atau hubungan diketahui melalui indera, maka akan semakin
mudah diingat. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru harus menghindari
terjadinya salah pengertian agar siswa tidak mengalami salah persepsi yang
menentukan keberhasilan belajar selanjutnya. Guru perlu mengganti benda yang
sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut untuk memastikan
siswa tidak mengalami salah persepsi saat belajar.
Piaget (dalam Wirawan, 1991:117), berpendapat bahwa proses
1. Periode Sensorimotor (lahir sampai 2,5 tahun)
Masa ini adalah masa bayi menggunakan sistem penginderaan dan aktivitas
motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi belajar dari apa yang terlihat dan
tertangkap inderanya. Ia memberikan reaksi motorik terhadap rangsangan yang
diterimanya dalam bentuk refleks, seperti refleks mencari puting susu ibu, refleks
menangis, refleks kaget, dan lain-lain. Pada akhir tahun pertama bayi sudah
mampu memunculkan respon dalam urutan yang lebih kompleks, seperti mampu
mengambil benda yang tersembunyi dengan meraih.
2. Periode Pra-operasional (2 - 7 tahun)
Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak dalam menggunakan simbol
yang mewakili suatu konsep. Anak mulai mampu membuat penilaian sederhana
terhadap objek dan kejadian di sekitarnya. Mereka mampu menggunakan simbol
untuk mewakili objek dan kejadian yang mereka maksudkan. Penggunaan simbol
ini menunjukkan peningkatan kemampuan mengorganisasi informasi dan
kemampuan berpikir. Anak belum mampu mengembangkan konsep tentang
aturan dalam bermain, namun hanya melakukan apa yang boleh dan tidak boleh
seperti dikatakan orang dewasa di sekitar mereka. Contohnya saat bermain sepak
bola anak dapat mengikuti aturan untuk tidak memegang bola tapi tidak tahu
maksud peraturan tersebut dan hanya mengikutinya.
3. Periode Operasional Konkret (7 - 11 tahun)
Pada tahap ini anak mampu melakukan beberapa tugas yang konkret. Anak
mulai menggembangkan tiga oprasi berpikir, yaitu identifikasi (mengenali
sesuatu), negasi (mengingkari sesuatu), dan reproaksi (mencari hubungan timbal
balik antara beberapa hal). Struktur logika mereka terbentuk yang memungkinkan
mereka membentuk beberapa operasi mental, namun masih terbatas pada
objek-objek yang konkret.
4. Periode Operasional Formal (11 - 15 tahun)
Operasi mental anak-anak usia ini tidak lagi terbatas pada objek-objek
yang konkret, namun mereka sudah dapat menerapkannya pada pernyataan verbal
dan logika, baik pada objek yang nyata maupun tidak, dan kejadian pada waktu
yang abstrak sudah muncul, begitu juga untuk beberapa hipotesis dan
kemungkinan hasilnya.
Siswa kelas empat SD berusia antara 9-11 tahun berada pada periode
operasional konkret. Untuk menunjang proses belajar anak pada periode ini dibutuhkan model pembelajaran yang dapat membentuk beberapa operasi mental
seperti kemampuan mengklasifikasikan beberapa benda, mengurutkan objek
dalam aturan tertentu, memahami sifat-sifat tertentu, dan memahami konsep
bolak-balik. Melihat kebutuhan perkembangan anak pada periode operasional konkret yang membutuhkan model pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar mereka, maka dalam hal ini model pembelajaran kooperatif tipe STAD
yang lebih menekankan pada dinamika kelompok, dan tanggung jawab per
individu agar dapat bekerjasama satu sama lain dalam mempelajari suatu materi
sangat tepat untuk diterapkan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat
tepat untuk periode operasional konkret, karena di dalamnya terdapat dinamika dalam kelompok kecil (heterogen) yang memberikan kesempatan kepada setiap
individu di dalamnya untuk bekerjasama menjawab dan menyelesaikan masalah.
Entah itu berupa mengklasifikasikan beberapa benda, mengurutkan objek dalam
aturan tertentu, memahami sifat-siafat benda, atau memahami konsep bolak-balik
dan lain-lain.
Model kooperatif tipe STAD lebih mengutamakan kerja keras tim. Fungsi
utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota kelompoknya
benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya
agar bisa mengerjakan kuis dengan baik. Hal ini membuat siswa yang belajar
dengan model koopertaif tipe STAD merasa termotivasi untuk bekerjasama,
sehingga dalam mempelajari suatu konsep atau pun membandingkannya, siswa
akan secara mudah mengingatnya dalam jangka panjang.
2.1.1.2 Kerjasama Siswa
2.1.1.2.1 Pengertian Kerjasama Siswa
Beberapa pihak telah menyadari kerjasama merupakan hal penting bagi
dengan bekerjasama manusia dapat melangsungkan hidup (Zulkarnain, 2013:23).
Menurut Suprihanto (dalam Zulkarnain, 2013: 4), kerjasama merupakan interaksi
dalam kelompok dengan cara-cara tertentu, sehingga perilaku atau prestasi
seseorang mempengaruhi prestasi atau perilaku orang lain untuk mencapai tujuan
tertentu. Moreno (dalam Zulkarnain, 2013:23) mengemukakan perlunya
kerjasama kelompok-kelompok kecil, seperti keluarga, regu kerja, regu belajar
adalah untuk membangun interaksi demi mencapai tujuan bersama.
Kerjasama dalam konteks pembelajaran yang melibatkan siswa menurut
Huda (2011:24) yaitu, ketika siswa bekerjasama menyelesaikan suatu tugas
kelompok, mereka memberikan dorongan, anjuran, dan informasi pada teman
sekelompoknya yang membutuhkan bantuan. Saat kerjasama, siswa yang lebih
paham akan memiliki kesadaran untuk menjelaskan kepada teman yang belum
paham, dengan demikian siswa yang belum paham tadi akhirnya menjadi paham.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kerjasama adalah proses interaksi yang melibatkan semua anggota dalam
kelompok untuk menumbuhkan solidaritas dengan cara berinteraksi melalui
cara-cara tertentu, sehingga perilaku atau prestasi seseorang mempengaruhi prestasi
atau prilaku orang lain. Kerjasama dalam konteks penelitian ini adalah
bekerjasama dalam menguasai materi ajar guna mencapai prestasi secara
maksimal.
2.1.1.2.2 Indikator Kerjasama Siswa
Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar menurut Harmin (dalam
Isjoni, 2009:36) dapat memberikan berbagai pengalaman, dikarenakan mereka
lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara, berinisiatif, menentukan
pilihan, dan secara umum mengembangkan kebiasaan yang baik. Sutikno
(2012:212), menjelaskan bahwa untuk mencapai hasil belajar yang optimal,
dianjurkan agar guru membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak arah
atau komunikasi sebagai transaksi, yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan
dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya sebagai bentuk
kerjasama mereka dalam upaya memahami materi.
Teori perkembangan Piaget (dalam Trianto, 2015:70) memperkuat pendapat
di atas yakni, perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi
dan interaksi siswa dengan lingkungan dan teman sebayanya. Piaget yakin bahwa
pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya
perubahan perkembangan. Sementara itu, bahwa interaksi dengan teman sebaya,
khususnya berargumentasi dan berdiskusi mampu memperjelas pemikiran itu
lebih logis (Trianto, 2015:70).
2.1.1.2.3 Manfaat dan Tujuan Kerjasama
Beberapa manfaat kerjasama menurut Sunarto (dalam Zulkarnain, 2013:28)
antara lain:
1. Individu satu dengan yang lainya akan bekerjasama saling membantu
2. Segala masalah yang membutuhkan pemecahan masalah akan teratasi,
mengurangi beban pekerjaan yang besar
3. Individu satu dengan yang lain akan dapat memberikan masukan
Sedangkan tujuan dari kerjasama (group goals) menurut Cartwright &
Zander (dalam Zulkarnain, 2013:28) ialah segala sesuatu yang akan dicapai oleh
kelompok dan harus relevan dengan tujuan anggota serta diketahui oleh semua
anggota. Selanjutnya dijelaskan oleh Sunarto (dalam Zulkarnain, 2013:28)
mengenai tujuan kerjasama kelompok antara lain:
1. Membangkitkan kepekaan diri seseorang anggota kelompok terhadap
anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling
menghargai.
2. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat menghormati dan
saling menghargai pendapat orang lain.
3. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok.
Berdasarkan beberapa pendapat yang menjelaskan manfaat dan tujuan
kerjasama kelompok di atas, peneliti menyimpulkan indikator kerjasama yang
digunakan dalam penelitian STAD ini antara lain:
1. Saling membantu sesama anggota dalam kelompok (mau menjelaskan
kepada anggota kelompok yang belum jelas).
2. Setiap anggota ikut memecahkan masalah dalam kelompok sehingga
mencapai kesepakatan.
3. Menghargai kontribusi setiap anggota kelompok.
4. Berada dalam kelompok kerja saat kegiatan berlangsung.
5. Memberi kesempatan siswa lain untuk berpartisipasi dalam tugas kelompok.
2.1.1.2.4 Faktor yang Mendorong Kerjasama
Untuk meningkatkan kerjasama siswa, siswa perlu diajarkan ketrampilan
sosial. Hal ini dikarenakan dengan keterampilan sosial, nilai-nilai dalam
kerjasama akan terinternalisasi dalam diri siswa dengan cara pembiasaan.
Menurut Johnson & Johnson (dalam Huda, 2011:55), ketrampilan sosial yang
harus dimiliki siswa untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa antara
lain:
1. Saling mengerti dan percaya satu sama lain.
2. Berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu.
3. Saling menerima dan mendukung satu sama lain.
4. Mendamaikan setiap perdebatan yang sekiranya melahirkan konflik.
Di sisi lain, bekerjasama dalam kelompok akan terwujud dengan baik
apabila anggota kelompok benar-benar menjalankan perannya sebagaimana yang
dikemukan oleh Prayitno (dalam Kurnanto, 2013:125) yaitu:
1. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota
kelompok.
2. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri ke kegiatan
kelompok.
3. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan
4. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha untuk mematuhinya
dengan baik
5. Benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta dalam seluruh kegiatan
kelompok.
6. Mampu berkomunikasi secara terbuka
7. Berusaha membantu anggota lain
8. Memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk berpartisipasi
9. Menyadari pentingnya kerjasama kelompok
2.1.1.3 Prestasi Belajar
2.1.1.3.1 Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar dapat diartikan sebagai suatu yang telah diperoleh setelah
seseorang melakukan kegiatan belajar (Syah, 2013:216). Menurut Purwadarminto
(1976:767), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut
kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau
dilakukan. Bloom (dalam Sudjana, 2009:22) mengklasifikasi prestasi belajar
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. 1) Ranah
kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,
yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. 2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,
yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3)
Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak, yang terdiri dari enam aspek, yakni gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau
ketetapan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan
interpretatif.
Dari beberapa pengertian prestasi di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang dapat atau telah dicapai oleh
seseorang setelah mengikuti pembelajaran dalam waktu tertentu, baik berupa
perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan semua itu merupakan
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh
peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah.
2.1.1.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Ahmadi (2005:105), ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, di antaranya :
1). Faktor Internal; Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri yang meliputi:
a. Kecerdasan (intelegensi); Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai
kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
b. Bakat; Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang
sebagai kecakapan pembawaan.
c. Minat; Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subjek untuk
merasa tertarik pada bidang tertentu.
d. Motivasi; Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu.
2). Faktor Eksternal; Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya dari luar diri peserta didik (siswa),
yang meliputi :
a. Keadaan Keluarga; Menurut (Sukmadinata, 2004:6) keluarga seringkali
disebut sebagai lingkungan pertama, sebab dalam lingkungan inilah
pertama-tama anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan,
pembiasaan, dan latihan. Keluarga disebut juga sebagai lingkungan primer.
b. Lingkungan Sekolah; Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses
pendidikan berlangsung. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal
yang sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan
dalam rangka membantu siswa agar mampu megembangkan potensinya
baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional
maupun sosial (Syamsu, 2001:54). Sekolah disebut juga sebagai lingkungan
c. Lingkungan Masyarakat; Horton (dalam Ruswanto:2009) masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama
cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan
yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu.
Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya. Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga
setelah keluarga dan sekolah. Lingkungan masyarakat merupakan faktor
yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan
pendidikan. Hal ini disebabkan karena anak lebih banyak menghabiskan
waktunya di lingkungan masyarakat untuk bermain dan berinteraksi dengan
teman sebaya.
Berdasarkan urain di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
seseorang dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor yang pertama adalah faktor internal
yang meliputi, kecerdasan (intelegensi), bakat, minat, dan motivasi. Faktor ke dua
adalah faktor eksternal yang meliputi, keadaan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
2.1.1.4 Model Pembelajaran
2.1.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran
Suprijono (2015:63) mengatakan model pembelajaran ialah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Sedangkan menurut Arends (dalam Suprijono, 2015:65), model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Mills berpendapat bahwa model adalah
bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang
atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.
Berdasarkan pengertian beberapa para ahli mengenai model pembelajaran di
atas, penulis menarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu cara
yang digunakan secara khas oleh guru di kelas dalam menyampaikan materi
pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.
2.1.1.4.2 Model Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif berasal dari kata Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu
secara bersama-sama, saling membantu satu sama lainya sebagai satu kelompok
atau satu tim. Dalam istilah bahasa Indonesia, istilah cooperative learning lebih sering dikenal dengan pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
mulai dikenal luas sejak isu dinamika kelompok (dynamic of group) yang antara lain digagas oleh Dewey, Moreno, dan Lewin 1970-an. Menurut Johnson &
Johnson (1994), cooperative learning adalah mengelompokkan siswa agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan secara maksimal yang mereka miliki dan
pelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang mengutamakan tanggung jawab kelompok, mereka
berusaha dan menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
dihadapkan pada mereka (Panitz dalam Suprijono, 2015:73).
Pembelajaran kooperatif memiliki konsep yang lebih luas, meliputi semua
jenis kerja kelompok. Namun model pembelajaran kooperatif tentu berbeda
dengan sekedar belajar dalam kelompok, perbedaan ini terletak pada adanya
unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yang tidak ditemui dalam
pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Prosedur model
pembelajaran koopertatif yang dilakukan dengan benar akan memungkinkan guru
dapat mengelola kelas dengan lebih efektif dan efisien. Menurut Suprijono (2015:
77), pembelajaran kooperatif bercirikan: 1) memudahkan siswa belajar sesuatu
yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup
serasi dengan sesama; 2) pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka
yang berkompeten menilai. Selanjutnya dijelaskan oleh Roger dan Johnson
(dalam Suprijono, 2015:77) bahwa tidak semua belajar kelompok itu bisa
dianggap pembelajaran kooperatif, untuk mencapai hasil yang maksimal, lima
unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut
Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan); 3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif); 4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota); 5) Group processing (pemrosesan kelompok).
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai model pembelajaran kooperatif di
atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang bersifat mengelompokkan siswa dengan tujuan agar siswa
dapat bekerjasama dengan kemampuan secara maksimal satu sama lain dalam
kelompok, bertanggung jawab penuh terhadap kelompok, berusaha bersama dan
menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan
pada mereka.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai model pembelajaran kooperatif yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2.1.1.4.3 Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Suprijono (2015:77) mengatakan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) adalah model pembelajaran kooperatif yang menggunakan kelompok kecil berbentuk heterogen yang dikembangkan oleh Robert Slavin. Model ini merupakan salah satu model yang
menekankan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu menguasai materi untuk pencapaian prestasi secara maksimal. Gagasan
utama STAD adalah untuk membangun kerjasama dan saling memotivasi supaya
dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasi materi
yang diajarkan oleh guru guna mencapai prestasi yang maksimal.
Johnson (dalam Solihatin, 2005:4) mengatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi
di antara siswa dalam kelompok untuk saling memotivasi dan saling membantu
dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Selanjutnya dijelaskan oleh Vygotsky (1978) mengenai teori belajar kelompok,
menurut Vygotsky, mental siswa pertama kali berkembang pada level
interversonal di mana mereka belajar menginternalisasikan dan
Singkatnya, siswa-siswa yang bekerjasama dalam kelompok dapat bekerja lebih
efektif daripada siswa-siswa yang bekerja sendirian.
Slavin (dalam Rusman 2013:213), mengatakan STAD merupakan variasi
pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti, karena sangat mudah dan
paling tepat untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti, digunakan
pada jenjang pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD melibatkan ―kompetisi‖ antar
kelompok atau tim kecil, yaitu antara 4-5 orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen)
(Huda, 2014: 116). Siswa mempelajari materi berkelompok, kemudian mereka
diuji secara individual dengan soal tes atau kuis. Perolehan skor peranggota
menentukan skor yang didapatkan oleh kelompok. Jadi setiap anggota harus
memperoleh nilai yang maksimal jika inggin kelompok mereka mendapatkan nilai
tertinggi.
Menurut Huda (2011:13), pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil (heterogen), lebih efektif
dalam melakukan aktivitas bersama. Pernyataan ini sependapat dengan penjelasan
Sharan (dalam Huda, 2015: 117) yang mengatakan performa siswa lebih efektif
justru ketika mereka belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil, karena dalam
kelompok kecil pertukaran informasinya lebih intens sehingga siswa yang
bekerjasama dalam kelompok memiliki rasa tanggung jawab untuk membantu
satu sama lain demi mencapai prestasi yang maksimal. Mereka yang berada dalam
kelompok kecil akan merasa lebih terhubung dan lebih komunikatif antara satu
dan lainnya.
Sharan (1983) menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan model pengajaran yang efektif dalam meningkatkan kerjasama dan
prestasi belajar sekaligus berkontribusi bagi perbaikan sikap dan persepsi mereka
tentang begitu pentingnya bekerjasama, termasuk pemahaman mereka tentang
teman-teman yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda-beda.
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai model pembelajaran kooperatif
kooperatif tipe STAD adalah model yang melibatkan ―kompetisi‖ antar kelompok
atau tim kecil antara 4-5 (heterogen) yang menekankan pada aktivitas dan
interaksi di antara siswa untuk saling memotifasi dan saling bekerjasama dalam
menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi maksimal.
2.1.1.4.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Menurut Trianto (2009: 68), pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatif yang menggunakan kelompok yang
terdiri dari 4-5 siswa (heterogen). Kegiatannya diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan
penghargaan kelompok. Sedangkan menurut Slavin (2005:143), pembelajaran
kooperatif tipe STAD terdiri dari lima sintaks utama yaitu, presentasi kelas, tim,
kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.
Guru menyampaikan materi pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka.
Untuk memastikan bahwa semua anggota tim menguasi pelajaran, siswa
mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana pada saat itu
mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu. Tiap siswa harus menguasai
materinya. Tanggung jawab individual seperti ini memotivasi siswa untuk
memberi penjelasan dengan baik satu sama lain, karena satu-satunya cara bagi tim
untuk berhasil adalah dengan membuat anggota tim menguasai informasi atau
materi yang diajarkan (Slavin, 2005: 143).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (2005:143), yang meliputi
lima sintaks yakni sebagai berikut:
1. Presentasi materi oleh guru di dalam kelas. Presentasi dilakukan oleh guru kelas dengan maksud penyampaian tujuan pembelajaran yang harus
dicapai oleh siswa, sekaligus memotivasi siswa untuk belajar. Presentasi
kelas yang dilakukan tetap fokus pada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Dengan cara ini, para siswa menyadari bahwa mereka harus
sangat membantu mereka bekerja dalam kelompok dan mengerjakan
kuis-kuis.
2. Pembentukan kelompok dan kerja kelompok. Kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal
potensi akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Siswa mendiskusikan
atau melakukan praktik dalam kelompok berdasarkan tugas yang diberikan
oleh guru.
3. Pemberian kuis. Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode kerja kelompok,
para siswa akan mengerjakan kuis individual.
4. Penghitungan skor kemajuan individu. Setelah siswa selesai mengerjakan tes, guru bertanya ke siswanya secara acak untuk mengetahui pemahaman
perindividu, atau sebagai catatan skor kemajuan individu. Skor yang
diperoleh dari pertanyaan lisan akan dijumlah dengan skor menjawab soal
tes, kemudian skor akan diakumulasi dengan skor-skor yang diperoleh
teman sekelompok lalu dirata-ratakan. Dari nilai rata-rata inilah yang
dijadikan skor kelompok.
5. Penghargaan kelompok. Kelompok akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai
kriteria yang sudah disusun oleh peneliti.
2.1.1.4.5 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan
(Slavin, 1997:17) :
1. Siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
norma-norma kelompok.
2. Siswa aktif membantu dan memotivasi sesama anggota kelompok untuk
mencapai prestasi bersama.
3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan
4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam
berpendapat.
Selain keunggulan, model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga
memiliki kekurangan, diantaranya:
1. Membutuhkan waktu yang lebih lama bagi siswa sehingga sulit mencapai
target materi yang dipelajari.
2. Membutuhkan waktu yang lebih lama bagi guru sehingga pada umumnya
guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat
melakukan pembelajaran kooperatif.
4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerjasama .
Dari penjelasan tersebut penulis berpendapat bahwa pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang mengedepankan
kerjasama dalam suatu tim atau kelompok demi tercapainya tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai pada proses pembelajaran itu sendiri.
2.1.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.1.5.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan
atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’. Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. Ilmu Pengetahuan Alam atau biasa disingkat (IPA) adalah salah satu mata pelajaran
yang a