• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun ajaran 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun ajaran 2016/2017."

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR IPA

SISWA KELAS IV SD NEGERI WEROHARJO MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STAD TAHUN AJARAN

2016/2017

Bony

Universitas Sanata Dharma 2017

Latar belakang penelitian ini adalah masih rendahnya kerjasama dan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA berdasarkan data lembar pengamatan dan wawancara. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan upaya peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapam model pembelajaran Kooperatif tipe STAD; (2) Meningkatkan kerjasama siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD; (3) Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo yang berjumlah 15 siswa pada tahun ajaran 2016/2017. Objek penelitian adalah kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun ajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara wawancara, observasi, kuesioner, dan tes. Analisis data menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) Upaya peningkatan kerjasama dan prestasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dilakukan dengan baik melalui langkah-langkah sebagai berikut: a) presentasi materi oleh guru di dalam kelas, b) pembentukan kelompok dan kerja kelompok, c) pemberian kuis, d) penghitungan skor kemajuan individu, e) penghargaan kelompok; 2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kerjasama siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo dari rata-rata kondisi awal 45,93 (rendah) pada siklus I meningkat menjadi 66,29 (tinggi), dan pada siklus II menjadi 73,73 (tinggi). 3) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo dari nilai kondisi awal (61,00) dengan persentase siswa mencapai KKM (46%), meningkat menjadi (72,00) dengan persentase siswa mencapai KKM (73,33%) pada siklus I, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi (78,00) dengan persentase siswa mencapai KKM (86,66%).

(2)

THE IMPROVEMENT OF STUDENTS’ COOPERATION AND

LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE CLASS OF IV GRADE

STUDENTS IN SDN WEROHARJO USING APPLIED

COOPERATIVE MODE TYPE STAD YEAR 2016/2017

Bony

Universitas Sanata Dharma 2017

The background of this researcher is based on the fact that the students’

cooperation and learning achievement are still low according to the observation sheet and the interview result. This study aims to (1) to describe the expedient to improve

students’ cooperation and learning achievement in IV grade of SDN Weroharjo year

2016/2017 using applied cooperative learning method type STAD; (2) to improve the cooperation skill of IV grade students in SDN Weroharjo year 2016/2017 using applied cooperative learning method type STAD; (3) To improve the learning achievement of IV grade students in SDN Weroharjo year 2016/2017 using applied cooperative learning method type STAD.

This research is Class room Action Research (CAR) covering four steps such as planning the research, conducting the research, observing and reflection. The Subject of this research is the IV grade students of SDN Weroharjo that consisted of 15 students year 2016/2017. The object of this research is the cooperation skill and learning achievement of IV grade students in SDN Weroharjo using applied cooperative learning method type STAD. The data were taken from interview result, the observation, questioner, and also test. The data were analyzed using descriptive quantitative method. The result shows that: 1) the efforts of improving students’ cooperation and learning achievement using applied cooperative learning method type STAD has been conducted well based on the steps as follows a) teacher’s presentation in the classroom, b) the group formation and group work, c) giving the quiz, d) calculating the

individual’s score, e) group achievement award; 2) The use of cooperative learning method type STAD can improve the cooperation skill of IV grade students in SDN Weroharjo with an average score from 45, 93 (low) increase to cycle 1 66,29 (high) and also increase to 73, 73 (high) in cycle II. 3) The application of cooperative learning

method type STAD can improve students’ learning achievement from (61.00) which consist of only 46 % of students who passed the minimum score, increase to (72,00) that consist of 73,33% students who passed the test in Cycle I, and in cycle II raised to (78,00) the number students who passed the test increase to 86,66 %

(3)

i

SISWA KELAS IV SD NEGERI WEROHARJO MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STAD TAHUN AJARAN

2016/2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Bony NIM: 121134222

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang telah menuntun jalan hidupku

Ibuku tercinta, Kenlung Lung, ibu Theresia Juminten, Bapak Ngadimin, dan

semua saudaraku yang tidak aku sebutkan satu per satu namanya di sini.

Teman seperjuanganku Oktavianus Geleng Yen dan Christina Yeni Untari.

Para Sahabatku tercinta di LPM, Emiliani Dea, Sinta Tan Lung, Imelda,

Wina, Jack, Ying Suh, Kanisius Indra, Mika, Juni, Ossi, Solihin, dan Marta

Longseng terimakasih untuk doa, semangat serta bantuannya.

Para teman-teman PGSD Sanata Dharma angkatan 2012 khususnya kelas B

krik yang sudah memberiku banyak pengalaman, semangat dan dukungan dari

awal kuliah hingga aku menyelesaikan kuliahku saat ini.

(7)

v

Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh

direbut manusia ialah menundukkan diri sendiri

“Kartini”

Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa di mana ia dapat

menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri

“Pramoedya Ananta Toer”

Kapal di pelabuhan adalah aman, tetapi bukan itu maksud kapal dibuat

(8)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat

karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan

daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Februari 2017

Peneliti

(9)

vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Bony

Nomor Mahasiswa : 121134222

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENINGKATAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI WEROHARJO MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TAHUN AJARAN 2016/2017” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyiapkan, mengalihkan dalam

bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara

terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta,

21 Februari 2017

Yang menyatakan,

(10)

viii

PENINGKATAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR IPA

SISWA KELAS IV SD NEGERI WEROHARJO MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STAD TAHUN AJARAN

2016/2017

Bony

Universitas Sanata Dharma 2017

Latar belakang penelitian ini adalah masih rendahnya kerjasama dan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA berdasarkan data lembar pengamatan dan wawancara. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan upaya peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapam model pembelajaran Kooperatif tipe STAD; (2) Meningkatkan kerjasama siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD; (3) Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo yang berjumlah 15 siswa pada tahun ajaran 2016/2017. Objek penelitian adalah kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun ajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara wawancara, observasi, kuesioner, dan tes. Analisis data menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) Upaya peningkatan kerjasama dan prestasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dilakukan dengan baik melalui langkah-langkah sebagai berikut: a) presentasi materi oleh guru di dalam kelas, b) pembentukan kelompok dan kerja kelompok, c) pemberian kuis, d) penghitungan skor kemajuan individu, e) penghargaan kelompok; 2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kerjasama siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo dari rata-rata kondisi awal 45,93 (rendah) pada siklus I meningkat menjadi 66,29 (tinggi), dan pada siklus II menjadi 73,73 (tinggi). 3) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo dari nilai kondisi awal (61,00) dengan persentase siswa mencapai KKM (46%), meningkat menjadi (72,00) dengan persentase siswa mencapai KKM (73,33%) pada siklus I, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi (78,00) dengan persentase siswa mencapai KKM (86,66%).

(11)

ix

THE IMPROVEMENT OF STUDENTS’ COOPERATION AND

LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE CLASS OF IV GRADE

STUDENTS IN SDN WEROHARJO USING APPLIED

COOPERATIVE MODE TYPE STAD YEAR 2016/2017

Bony

Universitas Sanata Dharma 2017

The background of this researcher is based on the fact that the students’ cooperation and learning achievement are still low according to the observation sheet and the interview result. This study aims to (1) to describe the expedient to improve students’ cooperation and learning achievement in IV grade of SDN Weroharjo year 2016/2017 using applied cooperative learning method type STAD; (2) to improve the cooperation skill of IV grade students in SDN Weroharjo year 2016/2017 using applied cooperative learning method type STAD; (3) To improve the learning achievement of IV grade students in SDN Weroharjo year 2016/2017 using applied cooperative learning method type STAD.

This research is Class room Action Research (CAR) covering four steps such as planning the research, conducting the research, observing and reflection. The Subject of this research is the IV grade students of SDN Weroharjo that consisted of 15 students year 2016/2017. The object of this research is the cooperation skill and learning achievement of IV grade students in SDN Weroharjo using applied cooperative learning method type STAD. The data were taken from interview result, the observation, questioner, and also test. The data were analyzed using descriptive quantitative method. The result shows that: 1) the efforts of improving students’ cooperation and learning achievement using applied cooperative learning method type STAD has been conducted well based on the steps as follows a) teacher’s presentation in the classroom, b) the group formation and group work, c) giving the quiz, d) calculating the individual’s score, e) group achievement award; 2) The use of cooperative learning method type STAD can improve the cooperation skill of IV grade students in SDN Weroharjo with an average score from 45, 93 (low) increase to cycle 1 66,29 (high) and also increase to 73, 73 (high) in cycle II. 3) The application of cooperative learning method type STAD can improve students’ learning achievement from (61.00) which consist of only 46 % of students who passed the minimum score, increase to (72,00) that consist of 73,33% students who passed the test in Cycle I, and in cycle II raised to (78,00) the number students who passed the test increase to 86,66 %

(12)

x

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Kerjasama dan Prestasi

Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Weroharjo Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak yang membantu penyelesaian skripsi

ini. Ucapan terimakasih peneliti kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. Y.B. Adimassana, M.A., selaku Dosen Pembimbing 1, yang selalu

memberikan bimbingan, arahan dan pendampingan selama proses penelitian dan

penulisan skripsi.

5. Agnes Herlina Dwi H., S.Si., M. T., M. Sc., selaku Dosen Pembimbing II, yang

selalu arahan, masukan maupun kritikan dan pendampingan selama proses

penelitian dan penulisan skripsi.

6. Wasgito, S.Pd. SD., selaku Kepala SD Negeri Weroharjo yang telah

memberikan izin untuk melaksanakan penelitian, sehingga penelitian ini dapat

terlaksana dengan baik.

7. Puryani, S.Pd. SD., selaku guru kelas IV SD Negeri Weroharjo yang bersedia

dengan senang hati mengijinkan, membantu, dan berdiskusi secara aktif selama

proses penelitian.

8. Para ahli yang telah bersedia melakukan validasi instrumen penelitian saya.

9. Seluruh pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil yang

tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

10.Siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo Wonosari Gunungkidul yang telah

bekerjasama dan bersedia menjadi subjek penelitian sehingga penelitian berjalan

lancar.

11.Rekan peneliti, Christina Yeni Untari yang telah bersedia membantu peneliti

(13)

xi

peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk

perbaikan skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan Prodi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Peneliti,

(14)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Pembatasan Masalah... 7

1.3Rumusan Masalah ... 7

1.4Tujuan Penelitian ... 7

1.5Manfaat Penelitian ... 8

1.6Definisi Oprasional ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Teori-teori yang mendukung ... 10

2.1.1.1Teori Perkembangan Anak ... 10

2.1.1.2Kerjasama ... 12

2.1.1.2.1 Pengertian Kerjasama Siswa ... 12

2.1.1.2.2 Indikator Kerjasama Siswa ... 13

2.1.1.2.3 Manfaat dan Tujuan Kerjasama ... 14

(15)

xiii

2.1.1.3.1 Pengertian Prestasi Belajar ... 16

2.1.1.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 17

2.1.1.4Model Pembelajaran ... 18

2.1.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran ... 18

2.1.1.4.2 Model Pembelajaran Kooperatif ... 19

2.1.1.4.3 Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 20

2.1.1.4.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 22

2.1.1.4.5 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 23

2.1.1.5Ilmu Pengetahuan Alam ... 24

2.1.1.5.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ... 24

2.1.1.5.2 Hakikat IPA ... 25

2.1.1.5.3 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA ... 26

2.1.1.5.4 Materi IPA ... 28

2.2Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

2.3Kerangka Berpikir ... 33

2.4Hipotesis Tindakan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1Jenis Penelitian ... 35

3.2Setting Penelitian ... 37

3.3Persiapan ... 38

3.4Rancangan Setiap Siklus ... 39

3.5Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.6Instrumen Penelitian ... 51

3.7Teknik Pengujian Instrumen ... 59

3.8Analisis Data ... 66

3.9Indikator Keberhasilan ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69

4.1Hasil Penelitian ... 69

4.1.1 Prasiklus ... 69

4.1.2 Siklus I ... 72

(16)

xiv

4.2.1 Upaya Peningkatan Kerjasama dan Prestasi Belajar siswa ... 92

4.2.2 Peningkatan Kerjasama Siswa ... 95

4.2.3 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 99

BAB V PENUTUP ... 104

5.1Kesimpulan ... 104

5.2Keterbatasan Penelitian ... 104

5.3Saran.... ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(17)

xv

Tabel 1.1 Data Kerjasama Siswa Kelas IV pada Kondisi Awal ... 5

Tabel 1.2 Data Prestasi Belajar Awal Siswa Kelas IV ... 6

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 40

Tabel 3.2 Daftar Pertanyaan Wawancara ... 54

Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Pengamatan Kerjasama Siswa ... 55

Tabel 3.4 Lembar Pengamatan Kerjasama Siswa ... 56

Tabel 3.5 Pedoman Penskoran ... 56

Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Kuesioner Kerjasama Siswa ... 57

Tabel 3.7 Lembar Kuesioner Kerjasama Siswa... 58

Tabel 3.8 Pedoman Penskoran Kuesioner Kerjasama Siswa ... 59

Tabel 3.9 Kriteria Penskoran ... 59

Tabel 3.10 Kisi-Kisi Soal Siklus I ... 60

Tabel 3.11 Kisi-Kisi Soal Siklus II ... 61

Tabel 3.12 Skor Perhitungan Validitas Perangkat Pembelajaran ... 62

Tabel 3.13 Kriteria Validitas Perangkat Pembelajaran ... 62

Tabel 3.14 Skor Perhitungan Validitas Kerjasama ... 64

Tabel 3.15 Hasil Validitas Soal Siklus I ... 65

Tabel 3.16 Hasil Validitas Soal Siklus II ... 66

Tabel 3.17 Kriteria Klasifikasi Reliabilitas Instrumen ... 67

Tabel 3.18 Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ... 67

Tabel 3.19 Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II ... 68

Tabel 3.20 Indikator Keberhasilan Penelitian... 66

Tabel 4.1 Data Kerjasama Siswa pada Kondisi Awal ... 71

Tabel 4.2 Data Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 73

Tabel 4.3 Data Kerjasama Siswa pada Siklus 1 ... 80

Tabel 4.4 Data Prestasi Belajar Siswa pada Siklus 1 ... 80

Tabel 4.5 Data Kerjasama Siswa pada Siklus II ... 90

Tabel 4.6 Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 92

Tabel 4.7 Peningkatan Kerjasama Siswa ... 98

(18)

xvi

(19)

xvii

Gambar 2.1 Skema Penelitian yang Relevan... 35

Gambar 2.2 Skema Penerapan STAD ... 36

Gambar 3.1 Skema Penelitian Tindakan Kelas ... 29

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Kerjasama Siswa ... 101

(20)

xviii

Lampiran I Surat Izin Penelitian ... 110

Lampiran II SILABUS, RPP, LKS ... 167

Lampiran III Soal Evaluasi Siklus I dan Siklus II ... 178

Lampiran IV Validasi Lembar Kerjasama dan Perangkat Pembelajaran ... 188

Lampiran V Hasil Kerja Siswa ... 204

Lampiran VI Data Pengamatan Kerjasama Siswa ... 207

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I membahas mengenai latar belakang masalah, batasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan bagi suatu bangsa titik starnya adalah pandangan hidup,

dan titik finisnya adalah tercapainya kepribadian hidup yang dicita-citakan

(Ahmadi, dkk, 2015: 196). Tokoh pendidikan Nasional Indonesia, Ki Hajar

Dewantara mengatakan tujuan pendidikan nasional adalah untuk keperluan

perikehidupan yang dapat mengangkat derajat negara dan rakyatnya agar dapat

bekerja bersama-sama. Ahmadi (2015:198) menjelaskan mengenai fungsi

pendidikan nasional yaitu untuk mewujudkan masyarakat berbudaya, bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sejalan dengan pernyataan tersebut,

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan

bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pernyataan di atas menyadarkan kita bahwa pendidikan mempunyai tujuan

dan fungsi begitu penting. Fungsi dari pendidikan yaitu untuk mengembangkan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdasakan kehidupan bangsa, sedangkan tujuannya untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Trianto,

2015:3). Untuk mewujudnyatakan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut,

pendidikan harus memiliki podium atau instansi berupa sekolah. Tanpa podium

yang dimaksud, bisa dipastikan wacana tentang pendidikan hanya sebatas

(22)

Sekolah salah satu lembaga masyarakat, di dalamnya terdapat reaksi dan

interaksi antar warga sekolah. Menurut Uhbiyati (2015:35), sebagai salah satu

lembaga masyarakat atau eksekutor pendidikan, sekolah perlu mempertimbangkan

beberapa hal, agar fungsi dan tujuan pendidikan nasional dapat terrealisasi, salah

satunya adalah model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan harus

mampu merangsang murid untuk lebih mengenal kehidupan riil dalam

masyarakat. Jadi sederhananya, salah satu kunci untuk mencapai fungsi dan tujuan

pendidikan nasional adalah melalui penerapan model pembelajaran yang

bervariasi, bermakna, menyenangkan, efektif dan efisien (Basis, 2015). Idealnya,

fungsi dan tujuan pendidikan dapat tercapai apabila proses pembelajaran di

sekolah-sekolah menggunakan model pembelajaran yang mampu memberikan

perubahan pada kemampuan seseorang dan mampu mencerdaskan kehidupan

bangsa Gagne (dalam Suprijono, 2009:2).

Dari pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa fungsi dan

tujuan pendidikan nasional akan terrealisasi dengan nilai mutu dan standar mutu

yang baik apabila model pembelajaran yang digunakan oleh sekolah-sekolah

dapat memperbaiki proses belajar mengajar, bervariasi, bermakna,

menyenangkan, efektif dan efisien (Basis, 2015).

Pada kenyataannya masih banyak sekolah dengan proses pembelajaran

kurang baik, dan mutu pendidikannya rendah akibat dari penerapan model

pembelajaran yang bersifat konvensional. Model yang seperti ini cenderung

membuat siswa bersikap individualis (Susanto, 2013:155). Selain itu, juga kurang

efektif dan efisien. Siswa hanya mencatat dan mendengarkan ceramah dari guru.

Komunikasi dalam pembelajaran cenderung satu arah, yaitu dari guru ke siswa.

Guru lebih banyak mendominasi, sehingga proses pembelajaran cenderung

bersifat monoton, mengakibatkan peserta didik (siswa) mudah jenuh dalam

mengikuti pembelajaran.

Oleh karena itu dalam proses pembelajaran, terutama dalam pembelajaran

IPA, guru hendaknya mengajar dengan cara yang bervariasi, mulai dari

pendekatan, strategi, model, dan metode (Huda, 2011), mengingat materi IPA

(23)

(2012:212), untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dianjurkan agar guru

membiasakan diri menggunakan model pembelajaran yang bersifat kooperatif

yakni, model pembelajaran yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara

guru dengan siswa melainkan juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa satu

dengan siswa yang lainnya sebagai bentuk kerjasama mereka dalam upaya

memahami suatu materi pelajaran.

Ilmu Pengetahuan Alam atau biasa disingkat IPA adalah salah satu mata

pelajaran yang ada pada kurikulum pendidikan di Indonesia. IPA diajarkan pada

tingkat pendidikan paling dasar yaitu Sekolah Dasar (Depdiknas, 2010). Sekolah

Dasar merupakan tingkatan dasar yang harus dilalui peserta didik untuk

mengembangkan potensi diri. Materi IPA menyangkut tentang alam semesta dan

benda-benda di dalamnya. Menurut Poedjati (2007:191), IPA sebagai ilmu

pengetahuan tentang semesta dan segala prosesnya, mencakup kegiatan penelitian

yang diawali oleh kesadaran akan adanya suatu masalah. Fowler (dalam Trianto,

2010: 136), menyatakan bahwa IPA sebagai pengetahuan yang dirumuskan secara

sistematis, berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan pada

suatu kegiatan mengamati.

Depdiknas (dalam Trianto, 2003: 2) menjelaskan fungsi dan tujuan IPA

adalah sebagi berikut: 1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa; 2) Mengembangkan keterampilan sikap dan nilai ilmiah; 3) Mempersiapkan

siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi; 4) Menguasai

konsep sains untuk bekal hidup bermasyarakat dan melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi. Sesuai fungsi dan tujuan pendidikan IPA yang

dirumuskan oleh Depdiknas, dapat diketahui bahwa IPA sangat bermanfaat bagi

kehidupan umat manusia. Namun dalam mengajarkan pelajaran IPA di Sekolah

Dasar, bukan perkara mudah. Sebagaimana hasil pengamatan dan wawancara

yang dilakukan oleh peneliti saat pembelajaran IPA di salah satu Sekolah Dasar di

Wonosari, tahun pelajaran 2016/2017 yang akan diuraikan di paragraf berikut ini.

Peneliti menemukan permasalahan pada saat melakukan pengamatan

tanggal 22 dan 23 Juli 2016, di kelas IV SDN Weroharjo. Di mana pada saat itu

(24)

jawab dengan siswanya. Mengajar dengan cara ceramah maupun tanya jawab

cenderung membuat siswa jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran dan

membuat siswa bersikap individualis (Susanto, 2013:155).

Dalam melakukan pengamatan, peneliti menggunakan indikator yang

diambil dari indikator kerjasama beberapa ahli. Indikator kerjasama siswa dapat

dilihat dari beberapa hal, antara lain: 1) Saling membantu sesama anggota dalam

kelompok (mau menjelaskan kepada anggota kelompok yang belum jelas). 2)

Setiap anggota ikut memecahkan masalah dalam kelompok sehingga mencapai

kesepakatan. 3) Menghargai kontribusi setiap anggota kelompok. 4) Berada dalam

kelompok kerja saat kegiatan berlangsung. 5) Memberi kesempatan siswa lain

untuk berpartisipasi dalam tugas kelompok. Berdasarkan hasil pengamatan

mengenai kerjasama siswa, diketahui bahwa tingkat kerjasama siswa pada saat

pembelajaran masih rendah.

Untuk memperkuat hasil pengamatan, peneliti menyebarkan kuesioner

kerjasama kepada siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo. Berikut data kerjasama

kondisi awal:

Tabel 1.1 Data Kerjasama Siswa Kelas IV pada Kondisi Awal Rata-rata

Kerjasama Hasil Pengamatan

Rata-rata Kerjasama Hasil

Kuesioner

Rata-rata

Kerjasama Keterangan 45,33 46,53 45,93 Rendah

Dari tabel di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata kerjasama siswa pada

kondisi awal dari hasil pengamatan (45,33), sedangkan nilai rata-rata kuesioner

kerjasama (46,53). Berdasarkan ke dua data tersebut diperoleh rata-rata kerjasama

siswa sebesar (45,93) kategori rendah. Peneliti mengkategorikan rendah

berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) (Arifin, 2009:236).

Selain mengetahui hasil pengamatan dan kuesioner, peneliti juga melakukan

wawancara dengan guru kelas untuk memperkuat data. Hasil dari wawancara

dengan guru kelas cukup mendukung data di atas. Pada saat peneliti bertanya

kepada guru kelas seputar kerjasama siswa, beliau mengatakan bahwa memang

(25)

bekerjasama. Siswa juga jarang sekali berdiskusi untuk mempelajari suatu materi

secara bersama-sama, sehingga relasi kerjasama antar siswa termasuk dalam

kategori rendah. Keadaan seperti ini terutama sekali dipicu oleh guru yang

mengajar. Alhasil, gaya belajar siswanya mempengaruhi hasil belajar mereka.

Guru kelas menyadari masih sering menggunakan model pembelajaran

konvensional yang aktivitasnya didominasi oleh guru.

Pada tanggal 23 Juli 2016, diperoleh data prestasi belajar IPA siswa dari

dokumen nilai tahun ajaran 2014-2015, khususnya KD 6.1 dan 6.2 tentang sifat

dan perubahan wujud benda. Total dari lima belas siswa yang mengikuti ulangan

IPA, hanya tujuh siswa yang memenuhi KKM, sisanya masih di bawah KKM. Itu

berarti lebih dari 50% nilai ulangan IPA siswa tentang sifat dan perubahan wujud

benda belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai rata-rata

ulangan siswa pada saat ulangan (61,00), nilai tersebut memiliki selisih 4 angka di

bawah KKM (65). Berikut adalah tabel nilai ulangan IPA pada kondisi awal siswa

kelas IV SD Negeri Weroharjo:

Tabel 1.2 Data Prestasi Belajar Awal Siswa Kelas IV Ulangan

Harian Tahun pelajaran

KKM

Rata-rata Ulangan

Ketuntasan

Jumlah Siswa Tuntas Tidak

Tuntas 2014/2015 65 61 7 Siswa

(46%)

8 Siswa

(53%) 15

Dari tabel di atas, diketahui nilai rata-rata prestasi belajar IPA siswa,

khususnya pada (KD) 6.1 dan 6.2 masih di bawah KKM. Padahal menurut data

hasil wawancara, sekolah telah memfasilitasi berbagai media pembelajaran dan

benda-benda konkret yang dapat mendukung proses belajar siswa dalam

memahami materi ajar, namun kenyataannya guru kelas belum dapat

menggunakan hal itu dengan maksimal. Guru kelas masih sering menggunakan

model pembelajaran konvensional, yang aktivitasnya didominasi oleh guru.

Model yang seperti ini cenderung membuat siswa bersikap kurang aktif dalam

(26)

Menurut Arends (dalam Suprijono, 2009:65), model pembelajaran sangat

membantu peserta didik dalam memahami materi ajar, karena model mengacu

pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan

pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Adanya model pembelajaran yang tepat,

efektif dan efisien sangat diperlukan agar mempermudah siswa dalam memahami

materi pada setiap mata pelajaran. Pada proses pembelajaran siswa kelas empat

SD, sebaiknya digunakan model pembelajaran yang disesuaikan pengetahuan

siswa. Model pemberlajaran kooperatif tipe STAD merupakan model yang

menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotifasi

dan saling membantu bekerjasama dalam menguasai materi pembelajaran guna

mencapai prestasi yang maksimal, selain itu juga sangat sesuai dengan karateristik

siswa kelas IV SD Johnson (dalam Solihatin, 2005 :4). Menurut Huda (2011:116),

pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang

menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil, yaitu antara 4-5 orang yang

mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku

yang berbeda (heterogen).

Dari pengertian di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa model

pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir

yang disajikan secara khas oleh guru di kelas untuk membantu para peserta didik

dalam memahami materi ajar. Untuk itu, model pembelajaran kooperatif tipe

STAD sangat tepat digunakan untuk pembelajaran di kelas IV SD, karena model

menggunakan kelompok atau tim kecil, terdiri dari 4-5 orang yang mempunyai

latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda

(heterogen). Siswa yang dianggap pandai menjelaskan kepada anggota

kelompoknya. Namun demikian, bukan berarti siswa yang dianggap pandai saja

yang punya bertanggung jawab terhadap kelompok, tetapi ini menjadi tanggung

jawab tim dalam kelompok. Alasannya, model kooperatif tipe STAD menekankan

pada aktivitas dan interaksi di antara siswa dalam kelompok untuk saling

memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna

(27)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk

meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri

Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini

yang telah mendorong peneliti mengambil judul penelitian ―Peningkatan

kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD‖.

1.2

Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penelitian ini

dibatasi pada penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk

meningkatkan Kerjasama dan Prestasi Belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri

Weroharjo tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini difokuskan pada (KD) 6.1

mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu, dan 6.2

mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair ke padat ke cair; cair ke gas ke

cair; padat ke gas.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, rumusan penelitian ini

adalah:

1.3.1 Bagaimana upaya peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD?

1.3.2 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kerjasama dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri

Weroharjo?

(28)

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1.4.1 Mendeskripsikan upaya peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapam model

pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

1.4.2 Meningkatkan kerjasama siswa kelas IV SDN Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

1.4.3 Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Weroharjo tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat praktis

maupun teoretis.

1.5.1 Bagi Siswa

Siswa mendapatkan pengalaman belajar menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang diterapkan pada mata pelajaran IPA.

1.5.2 Bagi Guru

Guru mendapatkan pengalaman dalam mengajarkan siswa menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Selain itu guru juga memperoleh tambahan

wawasan mengenai salah satu cara meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar

IPA siswa menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

1.5.3 Bagi Sekolah

Laporan Penelitian ini dapat menambah wawasan guru dan warga sekolah, dan

juga sebagai tambahan bahan bacaan di perpustakaan.

1.5.4 Bagi Peneliti

Peneliti dapat melihat kelebihan dari model membelajaran kooperatif tipe STAD,

dan pengaruhnya terhadap kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa. Peneliti juga

mendapatkan pengalaman dalam menyusun pembelajaran menggunakan model

(29)

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Kerjasama adalah proses interaksi yang melibatkan semua anggota dalam kelompok untuk menumbuhkan solidaritas dengan cara berinteraksi melalui

cara-cara tertentu, sehingga perilaku atau prestasi seseorang mempengaruhi prestasi

atau prilaku orang lain

1.6.2 Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah.

1.6.3 Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model yang melibatkan ―kompetisi‖ antar kelompok atau tim kecil antara 4-5 (heterogen) yang menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotifasi

dan saling bekerjasama dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai

prestasi maksimal.

1.6.4 IPA adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan alam semesta, dengan sekumpulan teori yang tersistematis, penerapannya secara umum terbatas pada

gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi

(30)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II membahas mengenai landasan teori yang digunakan. Pembahasan

landasan teori mengenai kajian pustaka, teori-teori yang mendukung, hasil

penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak

Perkembangan anak menurut Stern (dalam Kartono, 2007:33) lebih banyak

ditentukan oleh dua faktor yang saling menopang yaitu, faktor bakat dan faktor

interaksi dengan lingkungan, keduanya tidak dapat dipisahkan pada diri anak.

Kepribadian anak dapat terbentuk dengan baik apabila dibina dari proses

mendapatkan pengalaman melalui pendidikan yang baik dan ditopang oleh bakat

bawaan dari anak yang merupakan bawaan dari lahir. Interaksi yang dimaksudkan

di sini adalah keadaan di mana anak-anak melakukan aktivitas bersama dengan

teman sebaya atau sekelompoknya untuk mendapatkan hasil dari tujuan yang

sudah dibuat.

Perkembangan anak menurut Slameto (2010:102) sangat dipengaruhi oleh

persepsi yang dapat diartikan sebagai proses masuknya informasi ke dalam otak

secara terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya lewat indera

penglihatan, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Makin baik suatu objek,

orang, peristiwa atau hubungan diketahui melalui indera, maka akan semakin

mudah diingat. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru harus menghindari

terjadinya salah pengertian agar siswa tidak mengalami salah persepsi yang

menentukan keberhasilan belajar selanjutnya. Guru perlu mengganti benda yang

sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut untuk memastikan

siswa tidak mengalami salah persepsi saat belajar.

Piaget (dalam Wirawan, 1991:117), berpendapat bahwa proses

(31)

1. Periode Sensorimotor (lahir sampai 2,5 tahun)

Masa ini adalah masa bayi menggunakan sistem penginderaan dan aktivitas

motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi belajar dari apa yang terlihat dan

tertangkap inderanya. Ia memberikan reaksi motorik terhadap rangsangan yang

diterimanya dalam bentuk refleks, seperti refleks mencari puting susu ibu, refleks

menangis, refleks kaget, dan lain-lain. Pada akhir tahun pertama bayi sudah

mampu memunculkan respon dalam urutan yang lebih kompleks, seperti mampu

mengambil benda yang tersembunyi dengan meraih.

2. Periode Pra-operasional (2 - 7 tahun)

Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak dalam menggunakan simbol

yang mewakili suatu konsep. Anak mulai mampu membuat penilaian sederhana

terhadap objek dan kejadian di sekitarnya. Mereka mampu menggunakan simbol

untuk mewakili objek dan kejadian yang mereka maksudkan. Penggunaan simbol

ini menunjukkan peningkatan kemampuan mengorganisasi informasi dan

kemampuan berpikir. Anak belum mampu mengembangkan konsep tentang

aturan dalam bermain, namun hanya melakukan apa yang boleh dan tidak boleh

seperti dikatakan orang dewasa di sekitar mereka. Contohnya saat bermain sepak

bola anak dapat mengikuti aturan untuk tidak memegang bola tapi tidak tahu

maksud peraturan tersebut dan hanya mengikutinya.

3. Periode Operasional Konkret (7 - 11 tahun)

Pada tahap ini anak mampu melakukan beberapa tugas yang konkret. Anak

mulai menggembangkan tiga oprasi berpikir, yaitu identifikasi (mengenali

sesuatu), negasi (mengingkari sesuatu), dan reproaksi (mencari hubungan timbal

balik antara beberapa hal). Struktur logika mereka terbentuk yang memungkinkan

mereka membentuk beberapa operasi mental, namun masih terbatas pada

objek-objek yang konkret.

4. Periode Operasional Formal (11 - 15 tahun)

Operasi mental anak-anak usia ini tidak lagi terbatas pada objek-objek

yang konkret, namun mereka sudah dapat menerapkannya pada pernyataan verbal

dan logika, baik pada objek yang nyata maupun tidak, dan kejadian pada waktu

(32)

yang abstrak sudah muncul, begitu juga untuk beberapa hipotesis dan

kemungkinan hasilnya.

Siswa kelas empat SD berusia antara 9-11 tahun berada pada periode

operasional konkret. Untuk menunjang proses belajar anak pada periode ini dibutuhkan model pembelajaran yang dapat membentuk beberapa operasi mental

seperti kemampuan mengklasifikasikan beberapa benda, mengurutkan objek

dalam aturan tertentu, memahami sifat-sifat tertentu, dan memahami konsep

bolak-balik. Melihat kebutuhan perkembangan anak pada periode operasional konkret yang membutuhkan model pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar mereka, maka dalam hal ini model pembelajaran kooperatif tipe STAD

yang lebih menekankan pada dinamika kelompok, dan tanggung jawab per

individu agar dapat bekerjasama satu sama lain dalam mempelajari suatu materi

sangat tepat untuk diterapkan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat

tepat untuk periode operasional konkret, karena di dalamnya terdapat dinamika dalam kelompok kecil (heterogen) yang memberikan kesempatan kepada setiap

individu di dalamnya untuk bekerjasama menjawab dan menyelesaikan masalah.

Entah itu berupa mengklasifikasikan beberapa benda, mengurutkan objek dalam

aturan tertentu, memahami sifat-siafat benda, atau memahami konsep bolak-balik

dan lain-lain.

Model kooperatif tipe STAD lebih mengutamakan kerja keras tim. Fungsi

utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota kelompoknya

benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya

agar bisa mengerjakan kuis dengan baik. Hal ini membuat siswa yang belajar

dengan model koopertaif tipe STAD merasa termotivasi untuk bekerjasama,

sehingga dalam mempelajari suatu konsep atau pun membandingkannya, siswa

akan secara mudah mengingatnya dalam jangka panjang.

2.1.1.2 Kerjasama Siswa

2.1.1.2.1 Pengertian Kerjasama Siswa

Beberapa pihak telah menyadari kerjasama merupakan hal penting bagi

(33)

dengan bekerjasama manusia dapat melangsungkan hidup (Zulkarnain, 2013:23).

Menurut Suprihanto (dalam Zulkarnain, 2013: 4), kerjasama merupakan interaksi

dalam kelompok dengan cara-cara tertentu, sehingga perilaku atau prestasi

seseorang mempengaruhi prestasi atau perilaku orang lain untuk mencapai tujuan

tertentu. Moreno (dalam Zulkarnain, 2013:23) mengemukakan perlunya

kerjasama kelompok-kelompok kecil, seperti keluarga, regu kerja, regu belajar

adalah untuk membangun interaksi demi mencapai tujuan bersama.

Kerjasama dalam konteks pembelajaran yang melibatkan siswa menurut

Huda (2011:24) yaitu, ketika siswa bekerjasama menyelesaikan suatu tugas

kelompok, mereka memberikan dorongan, anjuran, dan informasi pada teman

sekelompoknya yang membutuhkan bantuan. Saat kerjasama, siswa yang lebih

paham akan memiliki kesadaran untuk menjelaskan kepada teman yang belum

paham, dengan demikian siswa yang belum paham tadi akhirnya menjadi paham.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

kerjasama adalah proses interaksi yang melibatkan semua anggota dalam

kelompok untuk menumbuhkan solidaritas dengan cara berinteraksi melalui

cara-cara tertentu, sehingga perilaku atau prestasi seseorang mempengaruhi prestasi

atau prilaku orang lain. Kerjasama dalam konteks penelitian ini adalah

bekerjasama dalam menguasai materi ajar guna mencapai prestasi secara

maksimal.

2.1.1.2.2 Indikator Kerjasama Siswa

Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar menurut Harmin (dalam

Isjoni, 2009:36) dapat memberikan berbagai pengalaman, dikarenakan mereka

lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara, berinisiatif, menentukan

pilihan, dan secara umum mengembangkan kebiasaan yang baik. Sutikno

(2012:212), menjelaskan bahwa untuk mencapai hasil belajar yang optimal,

dianjurkan agar guru membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak arah

atau komunikasi sebagai transaksi, yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan

(34)

dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya sebagai bentuk

kerjasama mereka dalam upaya memahami materi.

Teori perkembangan Piaget (dalam Trianto, 2015:70) memperkuat pendapat

di atas yakni, perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi

dan interaksi siswa dengan lingkungan dan teman sebayanya. Piaget yakin bahwa

pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya

perubahan perkembangan. Sementara itu, bahwa interaksi dengan teman sebaya,

khususnya berargumentasi dan berdiskusi mampu memperjelas pemikiran itu

lebih logis (Trianto, 2015:70).

2.1.1.2.3 Manfaat dan Tujuan Kerjasama

Beberapa manfaat kerjasama menurut Sunarto (dalam Zulkarnain, 2013:28)

antara lain:

1. Individu satu dengan yang lainya akan bekerjasama saling membantu

2. Segala masalah yang membutuhkan pemecahan masalah akan teratasi,

mengurangi beban pekerjaan yang besar

3. Individu satu dengan yang lain akan dapat memberikan masukan

Sedangkan tujuan dari kerjasama (group goals) menurut Cartwright &

Zander (dalam Zulkarnain, 2013:28) ialah segala sesuatu yang akan dicapai oleh

kelompok dan harus relevan dengan tujuan anggota serta diketahui oleh semua

anggota. Selanjutnya dijelaskan oleh Sunarto (dalam Zulkarnain, 2013:28)

mengenai tujuan kerjasama kelompok antara lain:

1. Membangkitkan kepekaan diri seseorang anggota kelompok terhadap

anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling

menghargai.

2. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat menghormati dan

saling menghargai pendapat orang lain.

3. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok.

(35)

Berdasarkan beberapa pendapat yang menjelaskan manfaat dan tujuan

kerjasama kelompok di atas, peneliti menyimpulkan indikator kerjasama yang

digunakan dalam penelitian STAD ini antara lain:

1. Saling membantu sesama anggota dalam kelompok (mau menjelaskan

kepada anggota kelompok yang belum jelas).

2. Setiap anggota ikut memecahkan masalah dalam kelompok sehingga

mencapai kesepakatan.

3. Menghargai kontribusi setiap anggota kelompok.

4. Berada dalam kelompok kerja saat kegiatan berlangsung.

5. Memberi kesempatan siswa lain untuk berpartisipasi dalam tugas kelompok.

2.1.1.2.4 Faktor yang Mendorong Kerjasama

Untuk meningkatkan kerjasama siswa, siswa perlu diajarkan ketrampilan

sosial. Hal ini dikarenakan dengan keterampilan sosial, nilai-nilai dalam

kerjasama akan terinternalisasi dalam diri siswa dengan cara pembiasaan.

Menurut Johnson & Johnson (dalam Huda, 2011:55), ketrampilan sosial yang

harus dimiliki siswa untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa antara

lain:

1. Saling mengerti dan percaya satu sama lain.

2. Berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu.

3. Saling menerima dan mendukung satu sama lain.

4. Mendamaikan setiap perdebatan yang sekiranya melahirkan konflik.

Di sisi lain, bekerjasama dalam kelompok akan terwujud dengan baik

apabila anggota kelompok benar-benar menjalankan perannya sebagaimana yang

dikemukan oleh Prayitno (dalam Kurnanto, 2013:125) yaitu:

1. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota

kelompok.

2. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri ke kegiatan

kelompok.

3. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan

(36)

4. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha untuk mematuhinya

dengan baik

5. Benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta dalam seluruh kegiatan

kelompok.

6. Mampu berkomunikasi secara terbuka

7. Berusaha membantu anggota lain

8. Memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk berpartisipasi

9. Menyadari pentingnya kerjasama kelompok

2.1.1.3 Prestasi Belajar

2.1.1.3.1 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai suatu yang telah diperoleh setelah

seseorang melakukan kegiatan belajar (Syah, 2013:216). Menurut Purwadarminto

(1976:767), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut

kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau

dilakukan. Bloom (dalam Sudjana, 2009:22) mengklasifikasi prestasi belajar

menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. 1) Ranah

kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,

yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi. 2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,

yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3)

Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak, yang terdiri dari enam aspek, yakni gerakan refleks,

keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau

ketetapan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan

interpretatif.

Dari beberapa pengertian prestasi di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang dapat atau telah dicapai oleh

seseorang setelah mengikuti pembelajaran dalam waktu tertentu, baik berupa

perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan semua itu merupakan

(37)

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh

peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah.

2.1.1.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Ahmadi (2005:105), ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, di antaranya :

1). Faktor Internal; Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri yang meliputi:

a. Kecerdasan (intelegensi); Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai

kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.

b. Bakat; Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang

sebagai kecakapan pembawaan.

c. Minat; Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subjek untuk

merasa tertarik pada bidang tertentu.

d. Motivasi; Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu.

2). Faktor Eksternal; Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya dari luar diri peserta didik (siswa),

yang meliputi :

a. Keadaan Keluarga; Menurut (Sukmadinata, 2004:6) keluarga seringkali

disebut sebagai lingkungan pertama, sebab dalam lingkungan inilah

pertama-tama anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan,

pembiasaan, dan latihan. Keluarga disebut juga sebagai lingkungan primer.

b. Lingkungan Sekolah; Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses

pendidikan berlangsung. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal

yang sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan

dalam rangka membantu siswa agar mampu megembangkan potensinya

baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional

maupun sosial (Syamsu, 2001:54). Sekolah disebut juga sebagai lingkungan

(38)

c. Lingkungan Masyarakat; Horton (dalam Ruswanto:2009) masyarakat adalah

sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama

cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan

yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu.

Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu

dengan yang lainnya. Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga

setelah keluarga dan sekolah. Lingkungan masyarakat merupakan faktor

yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan

pendidikan. Hal ini disebabkan karena anak lebih banyak menghabiskan

waktunya di lingkungan masyarakat untuk bermain dan berinteraksi dengan

teman sebaya.

Berdasarkan urain di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

seseorang dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor yang pertama adalah faktor internal

yang meliputi, kecerdasan (intelegensi), bakat, minat, dan motivasi. Faktor ke dua

adalah faktor eksternal yang meliputi, keadaan keluarga, lingkungan sekolah, dan

lingkungan masyarakat.

2.1.1.4 Model Pembelajaran

2.1.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran

Suprijono (2015:63) mengatakan model pembelajaran ialah pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.

Sedangkan menurut Arends (dalam Suprijono, 2015:65), model pembelajaran

mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya

tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Mills berpendapat bahwa model adalah

bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang

atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.

Berdasarkan pengertian beberapa para ahli mengenai model pembelajaran di

atas, penulis menarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu cara

yang digunakan secara khas oleh guru di kelas dalam menyampaikan materi

(39)

pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan,

metode, dan teknik pembelajaran.

2.1.1.4.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif berasal dari kata Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu

secara bersama-sama, saling membantu satu sama lainya sebagai satu kelompok

atau satu tim. Dalam istilah bahasa Indonesia, istilah cooperative learning lebih sering dikenal dengan pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif

mulai dikenal luas sejak isu dinamika kelompok (dynamic of group) yang antara lain digagas oleh Dewey, Moreno, dan Lewin 1970-an. Menurut Johnson &

Johnson (1994), cooperative learning adalah mengelompokkan siswa agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan secara maksimal yang mereka miliki dan

pelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif adalah

model pembelajaran yang mengutamakan tanggung jawab kelompok, mereka

berusaha dan menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

dihadapkan pada mereka (Panitz dalam Suprijono, 2015:73).

Pembelajaran kooperatif memiliki konsep yang lebih luas, meliputi semua

jenis kerja kelompok. Namun model pembelajaran kooperatif tentu berbeda

dengan sekedar belajar dalam kelompok, perbedaan ini terletak pada adanya

unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yang tidak ditemui dalam

pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Prosedur model

pembelajaran koopertatif yang dilakukan dengan benar akan memungkinkan guru

dapat mengelola kelas dengan lebih efektif dan efisien. Menurut Suprijono (2015:

77), pembelajaran kooperatif bercirikan: 1) memudahkan siswa belajar sesuatu

yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup

serasi dengan sesama; 2) pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka

yang berkompeten menilai. Selanjutnya dijelaskan oleh Roger dan Johnson

(dalam Suprijono, 2015:77) bahwa tidak semua belajar kelompok itu bisa

dianggap pembelajaran kooperatif, untuk mencapai hasil yang maksimal, lima

unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut

(40)

Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan); 3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif); 4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota); 5) Group processing (pemrosesan kelompok).

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai model pembelajaran kooperatif di

atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran yang bersifat mengelompokkan siswa dengan tujuan agar siswa

dapat bekerjasama dengan kemampuan secara maksimal satu sama lain dalam

kelompok, bertanggung jawab penuh terhadap kelompok, berusaha bersama dan

menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan

pada mereka.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai model pembelajaran kooperatif yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2.1.1.4.3 Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Suprijono (2015:77) mengatakan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Division (STAD) adalah model pembelajaran kooperatif yang menggunakan kelompok kecil berbentuk heterogen yang dikembangkan oleh Robert Slavin. Model ini merupakan salah satu model yang

menekankan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling

membantu menguasai materi untuk pencapaian prestasi secara maksimal. Gagasan

utama STAD adalah untuk membangun kerjasama dan saling memotivasi supaya

dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasi materi

yang diajarkan oleh guru guna mencapai prestasi yang maksimal.

Johnson (dalam Solihatin, 2005:4) mengatakan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi

di antara siswa dalam kelompok untuk saling memotivasi dan saling membantu

dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Selanjutnya dijelaskan oleh Vygotsky (1978) mengenai teori belajar kelompok,

menurut Vygotsky, mental siswa pertama kali berkembang pada level

interversonal di mana mereka belajar menginternalisasikan dan

(41)

Singkatnya, siswa-siswa yang bekerjasama dalam kelompok dapat bekerja lebih

efektif daripada siswa-siswa yang bekerja sendirian.

Slavin (dalam Rusman 2013:213), mengatakan STAD merupakan variasi

pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti, karena sangat mudah dan

paling tepat untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti, digunakan

pada jenjang pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD melibatkan ―kompetisi‖ antar

kelompok atau tim kecil, yaitu antara 4-5 orang yang mempunyai latar belakang

kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen)

(Huda, 2014: 116). Siswa mempelajari materi berkelompok, kemudian mereka

diuji secara individual dengan soal tes atau kuis. Perolehan skor peranggota

menentukan skor yang didapatkan oleh kelompok. Jadi setiap anggota harus

memperoleh nilai yang maksimal jika inggin kelompok mereka mendapatkan nilai

tertinggi.

Menurut Huda (2011:13), pembelajaran kooperatif tipe STAD yang

menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil (heterogen), lebih efektif

dalam melakukan aktivitas bersama. Pernyataan ini sependapat dengan penjelasan

Sharan (dalam Huda, 2015: 117) yang mengatakan performa siswa lebih efektif

justru ketika mereka belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil, karena dalam

kelompok kecil pertukaran informasinya lebih intens sehingga siswa yang

bekerjasama dalam kelompok memiliki rasa tanggung jawab untuk membantu

satu sama lain demi mencapai prestasi yang maksimal. Mereka yang berada dalam

kelompok kecil akan merasa lebih terhubung dan lebih komunikatif antara satu

dan lainnya.

Sharan (1983) menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD

merupakan model pengajaran yang efektif dalam meningkatkan kerjasama dan

prestasi belajar sekaligus berkontribusi bagi perbaikan sikap dan persepsi mereka

tentang begitu pentingnya bekerjasama, termasuk pemahaman mereka tentang

teman-teman yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda-beda.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai model pembelajaran kooperatif

(42)

kooperatif tipe STAD adalah model yang melibatkan ―kompetisi‖ antar kelompok

atau tim kecil antara 4-5 (heterogen) yang menekankan pada aktivitas dan

interaksi di antara siswa untuk saling memotifasi dan saling bekerjasama dalam

menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi maksimal.

2.1.1.4.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Menurut Trianto (2009: 68), pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan

salah satu model pembelajaran kooperatif yang menggunakan kelompok yang

terdiri dari 4-5 siswa (heterogen). Kegiatannya diawali dengan penyampaian

tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan

penghargaan kelompok. Sedangkan menurut Slavin (2005:143), pembelajaran

kooperatif tipe STAD terdiri dari lima sintaks utama yaitu, presentasi kelas, tim,

kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

Guru menyampaikan materi pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka.

Untuk memastikan bahwa semua anggota tim menguasi pelajaran, siswa

mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana pada saat itu

mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu. Tiap siswa harus menguasai

materinya. Tanggung jawab individual seperti ini memotivasi siswa untuk

memberi penjelasan dengan baik satu sama lain, karena satu-satunya cara bagi tim

untuk berhasil adalah dengan membuat anggota tim menguasai informasi atau

materi yang diajarkan (Slavin, 2005: 143).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (2005:143), yang meliputi

lima sintaks yakni sebagai berikut:

1. Presentasi materi oleh guru di dalam kelas. Presentasi dilakukan oleh guru kelas dengan maksud penyampaian tujuan pembelajaran yang harus

dicapai oleh siswa, sekaligus memotivasi siswa untuk belajar. Presentasi

kelas yang dilakukan tetap fokus pada model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Dengan cara ini, para siswa menyadari bahwa mereka harus

(43)

sangat membantu mereka bekerja dalam kelompok dan mengerjakan

kuis-kuis.

2. Pembentukan kelompok dan kerja kelompok. Kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal

potensi akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Siswa mendiskusikan

atau melakukan praktik dalam kelompok berdasarkan tugas yang diberikan

oleh guru.

3. Pemberian kuis. Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode kerja kelompok,

para siswa akan mengerjakan kuis individual.

4. Penghitungan skor kemajuan individu. Setelah siswa selesai mengerjakan tes, guru bertanya ke siswanya secara acak untuk mengetahui pemahaman

perindividu, atau sebagai catatan skor kemajuan individu. Skor yang

diperoleh dari pertanyaan lisan akan dijumlah dengan skor menjawab soal

tes, kemudian skor akan diakumulasi dengan skor-skor yang diperoleh

teman sekelompok lalu dirata-ratakan. Dari nilai rata-rata inilah yang

dijadikan skor kelompok.

5. Penghargaan kelompok. Kelompok akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai

kriteria yang sudah disusun oleh peneliti.

2.1.1.4.5 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan

(Slavin, 1997:17) :

1. Siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi

norma-norma kelompok.

2. Siswa aktif membantu dan memotivasi sesama anggota kelompok untuk

mencapai prestasi bersama.

3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan

(44)

4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam

berpendapat.

Selain keunggulan, model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga

memiliki kekurangan, diantaranya:

1. Membutuhkan waktu yang lebih lama bagi siswa sehingga sulit mencapai

target materi yang dipelajari.

2. Membutuhkan waktu yang lebih lama bagi guru sehingga pada umumnya

guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat

melakukan pembelajaran kooperatif.

4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerjasama .

Dari penjelasan tersebut penulis berpendapat bahwa pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang mengedepankan

kerjasama dalam suatu tim atau kelompok demi tercapainya tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai pada proses pembelajaran itu sendiri.

2.1.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.1.5.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan

atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’. Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. Ilmu Pengetahuan Alam atau biasa disingkat (IPA) adalah salah satu mata pelajaran

yang a

Gambar

Gambar 2.1 Skema Penelitian yang Relevan
Gambar 2.2 Skema Penenerapan STAD
Gambar 3.1 Penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, dalam upaya membantu Credit Analyst dalam kegiatan pengambilan keputusan konsumen layak kredit, diperlukan sebuah model sistem pendukung keputusan

Assuming that the expectations theory holds, what does the market expect the yield on 2-year Treasury securities to be five years from

Usaha pembesaran ikan neon tetra yang dilakukan oleh Bapak Rodi dimulai dengan benih ikan neon tetra dalam ukuran S sampai dengan ukuran yang diinginkan, akan tetapi

Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran sejarah di program studi pendidikan sejarah: (1) Implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah

Bedah saraf dan Plastik rekonstruksi khususnya pada karsinoma sinonasal stadium lanjut. Terdapat beberapa jenis maksilektomi pada karsinoma sinonasal berdasarkan

Untuk memulai menulis sebuah komposisi, seseorang dapat menggunakan contoh struktur musik yang sudah baku serta genre musik tertentu sebagai acuan dalam

Peneliti sebagai putra daerah merasa tertarik untuk melestarikan cerita rakyat dan budaya “Jaka Poleng Pendapa Kabupaten Brebes”, dengan tujuan untuk melakukan

Badan Kepegawaian Daerah mempunyai tugas membantu kepala daerah melalui Sekretariat Daerah dalam melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah