• Tidak ada hasil yang ditemukan

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat

6.2.1 Total Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat

Intrusi air laut yang sudah terjadi di Kelurahaan Kalibaru membuat kualitas air tanah di daerah tersebut menurun. Hal ini dikarenakan air tanah telah berwarna kuning dan berasa asin, sehingga masyarakat tidak dapat menggunakannya lagi. Masyarakat pun beralih menggunakan air bersih lainnya seperti berlangganan air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), membeli air eceran, membeli air galon jenis air minum dalam kemasan (AMDK), dan membeli air galon jenis air minum isi ulang (AMIU). Penggantian air bersih ini menimbulkan kerugian bagi masyarakat karena harus mengeluarkan biaya setiap bulannya. Biaya ini dikenal dengan biaya pengganti (replacement cost). Biaya pengganti diestimasi dengan biaya yang dikeluarkan masyarakat setiap bulannya untuk mendapatkan air bersih selain air sumur dalam kehidupan sehari-hari. Total

kerugian didasarkan pada jumlah nilai kerugian masyarakat yang mengalami dampak intrusi air laut.

6.2.1.1 Biaya Berlangganan Air PDAM

Air PDAM atau air ledeng adalah air yang disalurkan melalui pipa-pipa ke setiap rumah tangga yang berlangganan dengan Perusahaan Air Minum (PAM). Apabila PAM berada pada pengelolaan di tingkat daerah, maka disebut Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui PDAM Jaya menyediakan air bersih melalui dua mitra kerjanya yaitu PT Palyja dan PT Aetra Air Jakarta. Air bersih wilayah Kelurahan Kalibaru disediakan oleh PT Aetra Air Jakarta. Air bersih yang digunakan sebagian besar berasal dari Waduk Jatiluhur, Purwakarta. Adapun untuk berlangganan air PDAM, setiap rumah tangga harus membayar tagihan air setiap bulannya. Tagihan air ini terdiri dari biaya berlangganan atau biaya tetap dan biaya pemakaian air. Air PDAM biasanya digunakan untuk kebutuhan mandi, memasak, mencuci, dan ada sebagian kecil masyarakat yang menggunakannya untuk minum serta kebutuhan lainnya. Data mengenai jumlah biaya yang dikeluarkan responden untuk berlangganan air PDAM setiap bulannya dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Biaya berlangganan air PDAM

No. Uraian Jumlah

1. Biaya berlangganan air PDAM (Rp) (a) 3 340 000

2. Responden (KK) (b) 26

3. Rata-rata biaya berlangganan air PDAM (Rp/KK) (c = a ÷ b) 128 461.54

4. Proporsi (KK) (d = (b ÷ n) × N) 2 552

Total biaya berlangganan air PDAM (Rp/bulan) (e = c × d) 327 833 850.08

Keterangan:

n (sampel) = 50 N (populasi) = 4 907

Sumber: Hasil Analisis Data (2015)

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 26 responden yang menggunakan air PDAM sebagai pemenuhan kebutuhan air bersih sehari-hari. Total biaya yang dikeluarkan untuk berlangganan air PDAM adalah Rp 3 340 000 per bulan yang diperoleh dari penjumlahan biaya-biaya yang dikeluarkan 26 responden yang menggunakan air PDAM. Rata-rata biaya berlangganan air PDAM per bulan diperoleh dengan membagi total biaya berlangganan dengan jumlah responden yang berlangganan, sehingga didapatkan rata-rata biaya sebesar Rp 128 461.54 per bulan. Total biaya berlangganan air PDAM secara keseluruhan sebesar

Rp 327 833 850.08 per bulan (Tabel 17). Hasil perhitungan secara rinci biaya berlangganan air PDAM disajikan dalam Lampiran 4.

6.2.1.2 Biaya Membeli Air Eceran

Responden yang tidak memiliki akses terhadap air PDAM menggunakan air eceran sebagai sumber air bersihnya. Air eceran yang digunakan masyarakat terdiri dari dua jenis. Jenis pertama adalah membeli air pikulan dari pedagang air yang menggunakan gerobak dengan harga sekitar Rp 5 000 hingga Rp 6 000 per pikul. Jenis kedua adalah responden membeli air dengan masyarakat lain yang

berlangganan air PDAM atau lebih sering dikenal dengan istilah “nyelang”. Jenis

air eceran kedua ini biasanya dihitung per jam. Harga air eceran jenis kedua ini berkisar antara Rp 10 000 hingga Rp 30 000 per jam. Air eceran ini biasanya digunakan untuk kebutuhan mandi, memasak, mencuci, dan sebagian kecil masyarakat menggunakannya untuk minum serta kebutuhan lainnya. Data mengenai biaya yang dikeluarkan oleh responden untuk membeli air eceran dapat diihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Biaya pembelian air eceran akibat air tanah terintrusi air laut

No. Uraian Jumlah

1. Biaya membeli air eceran (Rp) (a) 4 152 000

2. Responden (KK) (b) 23

3. Rata-rata biaya pembelian air eceran (Rp/KK) (c = a ÷ b) 180 521.74

4. Proporsi (KK) (d = (b ÷ n) × N) 2 257

Total biaya pembelian air eceran (Rp/bulan) (e = c × d) 407 437 567.18

Keterangan:

n (sampel) = 50 N (populasi) = 4 907

Sumber: Hasil Analisis Data (2015)

Berdasarkan Tabel 18, sebanyak 23 responden mengeluarkan biaya

membeli air eceran. Biaya pembelian air eceran responden tersebut adalah sebesar Rp 4 152 000 per bulan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan responden untuk

membeli air eceran sebesar Rp 180 521.74 per bulan. Total biaya pembelian air eceran adalah sebesar Rp 407 437 566.18 per bulan. Hasil perhitungan secara rinci biaya penggantian sumber air bersih disajikan dalam Lampiran 4.

6.2.1.3 Biaya Membeli Air Galon

Perilaku penggunaan air galon pada umumnya dipengaruhi oleh perbedaan harga dari jenis air galon tersebut. Air galon jenis air minum isi ulang (AMIU) memiliki harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan air galon

jenis air minum dalam kemasan (AMDK). Harga yang berlaku untuk galon jenis AMIU ini bervariasi yaitu berkisar antara Rp 4 000 hingga Rp 5 000 per galon, sedangkan untuk galon jenis AMDK berkisar antara Rp 12 500 hingga Rp 16 000 per galon.

Perbedaan harga tersebut tergantung dari pihak yang memproduksi air galon. Air galon jenis AMDK biasanya memiliki standar sertifikasi kualitas yang terjamin. Hal inilah yang menyebabkan harga AMDK relatif lebih mahal dibandingkan dengan AMIU. Meskipun memiliki kualitas yang relatif dibawah air galon jenis AMDK, penggunaan AMIU lebih disukai oleh masyarakat karena harganya yang relatif lebih terjangkau. Air galon ini biasanya digunakan untuk kebutuhan minum dan sebagian untuk memasak. Data mengenai biaya pengganti atas membeli air galon jenis AMDK dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Biaya membeli air galon jenis AMDK

No. Uraian Jumlah

1. Biaya membeli air galon jenis AMDK (Rp) (a) 1 095 000

2. Responden (KK) (b) 10

3. Rata-rata biaya membeli air galon (Rp/KK) (c = a ÷ b) 109 500.00

4. Proporsi (KK) (d = (b ÷ n) × N) 981

Total biaya membeli air galon jenis AMDK (Rp/bulan) (e = c × d) 107 419 500.00 Keterangan:

n (sampel) = 50 N (populasi) = 4 907

Sumber: Hasil Analisis Data (2015)

Berdasarkan perhitungan (Tabel 19), jumlah biaya membeli air minum galon jenis AMDK yang dilakukan 10 responden dari 50 responden adalah sebesar Rp 1 095 000 per bulan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan setiap bulannya oleh responden untuk membeli air galon jenis AMDK secara keseluruhan adalah sebesar Rp 109 500.00. Total biaya membeli air galon jenis AMDK adalah sebesar Rp 107 419 500.00. Adapun data mengenai biaya pengganti atas membeli air galon jensi AMIU dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Biaya membeli air galon jenis AMIU

No. Uraian Jumlah

1. Biaya membeli air galon jenis AMIU (Rp) (a) 2 171 500

2. Responden (KK) (b) 35

3. Rata-rata biaya membeli air galon (Rp/KK) (c = a ÷ b) 62 042.86

4. Proporsi (KK) (d = (b ÷ n) × N) 3 435

Total biaya membeli air galon jenis AMIU (Rp/bulan) (e = c × d) 213 117 224.10 Keterangan:

n (sampel) = 50 N (populasi) = 4 907

Berdasarkan perhitungan (Tabel 20), jumlah biaya membeli air minum galon jenis AMIU yang dilakukan 35 responden dari 50 responden adalah sebesar Rp 2 171 500 per bulan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan setiap bulannya oleh responden untuk membeli air galon jenis AMIU secara keseluruhan adalah sebesar Rp 62 042.86. Total biaya membeli air galon jenis AMIU adalah sebesar Rp 213 117 224.10. Hasil perhitungan secara rinci biaya pembelian air galon disajikan dalam Lampiran 4.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden yang terkena dampak intrusi air laut, kerugian terbesar yang dialami masyarakat adalah pada biaya membeli air eceran dengan persentase biaya sebesar 38.59. Total kerugian ekonomi masyarakat akibat intrusi air laut adalah sebesar Rp 2 111 616 282.72 (Tabel 21).

Tabel 21 Total nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat intrusi air laut Januari- Februari 2015

No. Kerugian

Nilai kerugian (Rp/bulan)

(a)

Total nilai kerugian (Rp) (b = a × 2)

Persentase (%)

1. Berlangganan PDAM 327 833 850.08 655 667 700.16 31.05

2. Membeli air eceran 407 437 567.18 814 875 134.36 38.59

3. Membeli AMDK 107 419 500.00 214 839 000.00 10.17

4. Membeli AMIU 213 117 224.10 426 234 448.20 20.19

Total biaya pengganti 2 111 616 282.72 100.00

Sumber: Hasil Analisis Data (2015)

6.2.2 Total Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Banjir Rob

Banjir rob yang selalu terjadi setiap tahun di Kelurahan Kalibaru menyebabkan kerugian terhadap masyarakat. Pada saat curah hujan tinggi, ketinggian genangan banjir lebih tinggi dari biasanya sehingga menyebabkan kerugian yang dialami masyarakat lebih besar dibanding saat musim kemarau. Pada Januari hingga Februari tahun 2015 ini, banjir rob sudah beberapa kali menggenangi pemukiman masyarakat. Ketinggian banjir rob berkisar antara 10-50 cm. Menurut informasi dari masyarakat, jika saat banjir rob terjadi kemudian ditambah hujan deras mengguyur pemukiman sekitar selama satu jam atau lebih, pemukiman masyarakat akan tergenang cukup tinggi dan dalam waktu yang lebih lama.

Kondisi ini menyebabkan masyarakat di sekitar mengalami kerugian. Kerugian-kerugian yang dialami masyarakat antara lain kerugian fisik (komponen

rumah dan peralatan rumah tangga), menderita sakit, dan hilangnya pendapatan karena tidak bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi saat banjir. Disamping itu, kerugian ekonomi yang dialami masyarakat dapat dilihat juga pada biaya yang dikeluarkan masyarakat yang sudah melakukan upaya pencegahan terhadap banjir rob. Total kerugian didasarkan pada jumlah nilai kerugian masyarakat yang mengalami dampak banjir rob.

6.2.2.1 Kerugian Fisik

Kerugian fisik yang dialami responden akibat banjir rob berupa kerusakan komponen rumah dan peralatan rumah tangga. Kerusakan tersebut merupakan kerugian langsung (direct damage) yang diestimasi menggunakan pendekatan biaya perbaikan dan biaya kerugian. Biaya perbaikan diestimasi melalui biaya perbaikan komponen rumah dan peralatan rumah tangga yang sudah rusak namun masih dapat dipakai dengan cara diservice atau lebih dikenal dengan biaya service. Selanjutnya untuk biaya kerugian rusaknya komponen rumah dan peralatan rumah tangga diestimasi melalui biaya kerugian rusaknya komponen rumah dan peralatan rumah tangga yang sudah rusak namun belum diperbaiki dan atau sudah dibuang.

6.2.2.1.1Biaya Perbaikan Komponen Rumah dan Peralatan Rumah Tangga

Perbaikan komponen rumah dan peralatan rumah tangga perlu dilakukan oleh responden agar komponen rumah dan peralatan rumah tangga tersebut dapat digunakan kembali. Biaya perbaikan yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan biaya perbaikan yang sudah dikeluarkan masyarakat akibat banjir rob periode Januari hingga Februari 2015. Biaya-biaya tersebut terdiri dari biaya perbaikan kerusakan komponen rumah dan peralatan rumah tangga. Responden yang mengalami kerusakan komponen rumah tangga sebanyak 7 responden (14%). Adapun komponen peralatan rumah tangga yang rusak tersebut meliputi kerusakan pintu dan lantai. Selanjutnya responden yang mengeluarkan biaya perbaikan peralatan rumah tangga sebanyak 8 responden (16%). Kerusakan peralatan rumah tangga yang dialami responden meliputi kerusakan mesin cuci, TV, setrika, lemari, dan DVD.

Berdasarkan data tersebut, diketahui mayoritas responden tidak mengeluarkan biaya perbaikan kerusakan komponen rumah dan peralatan rumah tangga. Hal ini dikarenakan kerusakan yang dialami belum terlalu serius sehingga masih dapat digunakan. Selain itu, responden juga sudah melakukan pencegahan terlebih dahulu dengan memindahkan peralatan rumah tangga ke tempat yang lebih aman dari genangan banjir rob. Jumlah biaya perbaikan komponen dan peralatan rumah tangga dari keseluruhan responden dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Biaya perbaikan

No. Kerusakan Biaya perbaikan (Rp) (a) Respon -den (KK) (b) Rata-rata biaya perbaikan (Rp/KK) (c = a ÷ b) Proporsi (KK) (d = (b ÷ n) × N) Total (Rp) (e = c × d) 1. Komponen rumah 1 374 000 7 196 285.71 687 134 848 282.77 2. Peralatan RT 755 000 8 94 375.00 785 74 084 375.00

Total biaya perbaikan 208 932 657.77

Keterangan:

n (sampel) = 50 N (populasi) = 4 907

Sumber: Hasil Analisis Data (2015)

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 22, jumlah biaya dan rata-rata

biaya perbaikan komponen rumah dari keseluruhan responden sebesar Rp 1 374 000 dan Rp 196 285.71 per KK. Adapun jumlah biaya dan rata-rata

biaya perbaikan peralatan rumah tangga responden yang mengalami kerusakan sebesar Rp 755 000 dan Rp 94 375.00. Total biaya perbaikan komponen rumah dan peralatan rumah tangga yang ditanggung masyarakat Kelurahan Kalibaru akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2015 sebesar Rp 208 932 657.77. Hasil perhitungan secara rinci biaya perbaikan kerusakan komponen rumah dan peralatan rumah tangga disajikan dalam Lampiran 5.

6.2.2.1.2Biaya Kehilangan Rusaknya Komponen Rumah dan Peralatan Rumah Tangga

Biaya kehilangan yang diestimasi dalam penelitian ini adalah biaya kerugian akibat kerusakan komponen rumah dan peralatan rumah tangga yang belum diperbaiki dan atau sudah dibuang (Rosemarry 2014). Kehilangan komponen rumah dan peralatan rumah tangga yang dialami responden meliputi lemari, kasur, pintu, kompor, tempat tidur, tape, lantai, dan meja. Berdasarkan

hasil penelitian, sebanyak 14 responden (28%) mengeluarkan biaya kehilangan sedangkan 36 responden (72%) tidak mengeluarkan biaya kehilangan.

Nilai dari biaya kehilangan komponen rumah dan peralatan rumah tangga berbeda untuk setiap tahunnya sehingga digunakan pendekatan Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK digunakan untuk mendapatkan nilai riil dari biaya kehilangan komponen rumah dan peralatan rumah tangga yang disebabkan oleh adanya pengaruh inflasi terhadap biaya kehilangan setiap tahunnya. Indeks harga yang dipakai adalah indeks harga umum konsumen dengan tahun dasar 2012 = 100 dan IHK bulan Februari 2015 = 119.2 (BPS DKI Jakarta 2015). Biaya kerugian akibat kerusakan komponen rumah dan peralatan rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 Biaya kehilangan akibat kerusakan komponen rumah dan peralatan rumah tangga

No. Uraian Jumlah

1. Biaya kerugian (Rp) (a) 12 468 191

2. Responden (KK) (b) 14

3. Rata-rata biaya kehilangan (Rp/KK) (c = a ÷ b) 890 585.07

4. Proporsi (KK) (d = (b ÷ n) × N) 1 374

Total biaya kerugian masyarakat (Rp) (e = c × d) 1 223 663 886.18

Keterangan:

n (sampel) = 50 N (populasi) = 4 907

Sumber: Hasil Analisis Data (2015)

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 23, jumlah biaya kehilangan rusaknya komponen rumah dan peralatan rumah tangga sebesar Rp 12 468 191. Jumlah biaya tersebut dibagi dengan 14 responden yang mengeluarkan biaya kehilangan komponen rumah dan peralatan rumah tangga sehingga diperoleh rata- rata biaya kehilangan sebesar Rp 890 585.07. Total biaya kehilangan komponen rumah dan peralatan rumah tangga yang dialami responden akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari 2015 sebesar Rp 1 223 663 886.18. Hasil perhitungan biaya kerugian rusaknya komponen rumah dan peralatan rumah tangga disajikan dalam Lampiran 6.

Tabel 24 menunjukkan kerugian fisik yang diderita masyarakat akibat banjir rob. Kerugian fisik ini diperoleh dari penjumlahan total biaya perbaikan kerusakan komponen rumah dan peralatan rumah tangga dengan total biaya kerugian akibat kerusakan peralatan rumah tangga. Total kerugian fisik masyarakat akibat banjir rob adalah sebesar Rp 1 432 596 543.95 (Tabel 24).

Tabel 24 Total kerugian fisik

No. Uraian Jumlah (Rp)

1. Total biaya perbaikan (a) 208 932 657.77

2. Total biaya kehilangan (b) 1 223 663 886.18

Total kerugian fisik masyarakat (c = a + b) 1 432 596 543.95

Sumber: Hasil Analisis Data (2015) 6.2.2.2 Biaya Kesehatan

Banjir rob menimbulkan dampak bagi kesehatan masyarakat yang tinggal di Kelurahan Kalibaru. Kesehatan masyarakat menjadi terganggu karena genangan air akibat banjir rob menggenangi jalan atau bahkan rumah. Penyakit yang diderita masyarakat menyebabkan masyarakat harus mengeluarkan biaya untuk mengobati penyakit tersebut. Kerugian lainnya yang diderita masyarakat ialah masyarakat tidak dapat melakukan aktivitas ekonomi karena sakit. Hal ini menyebabkan masyarakat kehilangan pendapatan yang seharusnya mereka peroleh jika mereka melakukan aktivitas ekonomi.

6.2.2.2.1Biaya Pengobatan

Genangan banjir rob menyebabkan kesehatan masyarakat terganggu karena lingkungan sekitar tempat tinggal masyarakat yang tercemar oleh sampah dan air saluran (drainase). Sampah dan air saluran drainase yang kotor tersebut terbawa saat banjir yang kemudian menggenangi jalan bahkan masuk ke rumah masyarakat sehingga kesehatan masyarakat menjadi terganggu. Genangan banjir rob dapat menyebabkan penyakit seperti batuk, flu, demam berdarah, diare, dan penyakit kulit yaitu gatal-gatal (Pratikno dan Handayani 2014).

Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 31 responden (62%) menderita sakit dan mengeluarkan biaya untuk mengobati kesehatannya yang terganggu. Penyakit yang kebanyakan diderita oleh masyarakat adalah gatal-gatal pada kulit, kutu air, batuk, pegal-pegal, diare, demam, dan flu. Responden yang menderita sakit biasanya pergi berobat ke puskemas yang disediakan kelurahan.

Kemudian, dari 31 responden yang menderita sakit, sebanyak 11 responden (22%) berobat ke puskesmas dengan menggunakan jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas). Meski responden mendapat pengobatan gratis namun responden tetap mengeluarkan biaya untuk transportasi menuju ke puskesmas tersebut. Sebanyak 6 responden (12%) membeli obat ke apotek dan 14 responden

(28%) berobat ke klinik atau rumah sakit. Jumlah biaya pengobatan masyarakat yang dikeluarkan responden dapat dilihat pada Tabel 25.

Jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan responden adalah sebesar Rp 1 746 000. Jumlah biaya tersebut dibagi dengan 31 responden yang mengeluarkan biaya pengobatan sehingga menghasilkan rata-rata biaya pengobatan sebesar Rp 56322.58 per KK. Berdasarkan Tabel 25, total biaya pengobatan yang dikeluarkan masyarakat akibat banjir rob adalah sebesar Rp 171 333 288.36. Hasil perhitungan biaya pengobatan disajikan dalam Lampiran 7.

Tabel 25 Biaya pengobatan masyarakat

No. Uraian Jumlah

1. Biaya pengobatan (Rp) (a) 1 746 000

2. Responden (KK) (b) 31

3. Rata-rata biaya pengobatan (Rp/KK) (c = a ÷ b) 56 322.58

4. Proporsi (KK) (d = (b ÷ n) × N) 3 042

Total biaya pengobatan masyarakat (Rp) (e = c × d) 171 333 288.36

Keterangan:

n (sampel) = 50 N (populasi) = 4 907

Sumber: Hasil Analisis Data (2015)

6.2.2.2.2Kehilangan Pendapatan Karena Sakit

Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 13 responden (26%) dari 50 responden tidak pergi bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi karena sakit sehingga kehilangan pendapatan. Kemudian dari 13 responden yang tidak bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi, 2 responden bekerja sebagai karyawan swasta. Hilangnya waktu bekerja responden yang bekerja sebagai karyawan swasta tersebut tidak mempengaruhi hilangnya pendapatan secara langsung. Adapun 11 responden lainnya yang mengalami kehilangan pendapatan adalah responden yang bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi sebagai pedagang/wiraswasta, nelayan, dan buruh. Kehilangan pendapatan responden diestimasi dari jumlah hari tidak bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi karena sakit dikalikan dengan pendapatan responden per hari. Kehilangan pendapatan masyarakat karena sakit dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26 Kehilangan pendapatan masyarakat karena sakit

No. Uraian Jumlah

1. Pendapatan yang hilang (Rp) (a) 5 638 336

2. Responden (KK) (b) 11

3. Rata-rata pendapatan yang hilang (Rp/KK) (c = a ÷ b) 512 576

4. Proporsi (KK) (d = (b ÷ n) × N) 1 080

Total pendapatan yang hilang karena sakit (Rp) (e = c × d) 553 582 080.00

Keterangan:

n (sampel) = 50 N (populasi) = 4 907

Sumber: Hasil Analisis Data (2015)

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 26, jumlah pendapatan yang hilang dari keseluruhan responden akibat tidak bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi karena sakit sebesar Rp 5 638 336. Jumlah biaya ini dibagi 11 responden yang tidak bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi sehingga rata-rata pendapatan yang hilang sebesar Rp 512 576. Total pendapatan responden yang hilang karena sakit akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2015 sebesar Rp 553 582 080.00 (Tabel 26). Hasil perhitungan kehilangan pendapatan yang diperoleh karena sakit disajikan dalam Lampiran 8.

Tabel 27 menunjukkan total biaya kesehatan yang dikeluarkan masyarakat akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari 2015. Total biaya kesehatan diperoleh dari penjumlahan total biaya pengobatan masyarakat dengan total pendapatan masyarakat yang hilang karena sakit. Total biaya kesehatan masyarakat akibat banjir rob adalah sebesar Rp 724 915 368.36 (Tabel 27).

Tabel 27 Biaya kesehatan

No. Uraian Jumlah (Rp)

1. Total biaya pengobatan masyarakat (a) 171 333 288.36

2. Total kehilangan pendapatan masyarakat (b) 553 582 080.00

Total biaya kesehatan masyarakat karena sakit (c = a + b) 724 915 368.36

Sumber: Hasil Analisis Data (2015)

6.2.2.3 Kehilangan Pendapatan Karena Tidak Bekerja atau Melakukan Aktivitas Ekonomi

Kerugian yang dirasakan oleh keseluruhan responden pada saat banjir rob adalah kehilangan pendapatan. Banjir rob yang terjadi menyebabkan jalan di Kelurahan Kalibaru tergenang oleh air dan membuat responden tidak dapat melakukan aktivitas di luar rumah termasuk bekerja. Alasan lainnya responden tidak bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi dikarenakan harus membersihkan

rumah mereka yang tergenang banjir rob dan mewaspadai ketinggian banjir rob yang datang. Selain itu, responden yang melakukan aktivitas ekonomi sebagai pedagang skala kecil seperti warung tidak dapat berdagang dikarenakan harga input produksi untuk berjualan mengalami peningkatan di pasar.

Pada penelitian ini, responden yang memilih tidak bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi terdiri dari pedagang/wiraswasta, buruh, karyawan, chef, dan nelayan. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 25 responden (50%) memilih untuk tidak bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi. Kemudian, dari 25 responden yang tidak bekerja, sebanyak 6 responden adalah PNS/karyawan swasta, buruh, dan chef yang memiliki gaji tetap sehingga hilangnya waktu bekerja tidak mempengaruhi pendapatan responden tersebut secara langsung. Pendapatan yang hilang karena tidak bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28 Pendapatan yang hilang karena tidak bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi

No. Uraian Jumlah

1. Pendapatan yang hilang (Rp) (a) 9 910 006

2. Responden (KK) (b) 19

3. Rata-rata pendapatan yang hilang (Rp/KK) (c = a ÷ b) 521 579.26

4. Proporsi (KK) (d = (b ÷ n) × N) 1 865

Total pendapatan yang hilang karena tidak bekerja atau

melakukan aktivitas ekonomi (Rp) (e = c × d) 972 745 319.90

Keterangan:

n (sampel) = 50 N (populasi) = 4 907

Sumber: Hasil Analisis Data (2015)

Pendapatan harian yang hilang dari keseluruhan responden sebesar Rp 9 910 006. Jumlah pendapatan yang hilang tersebut dibagi dengan 19

responden, sehingga rata-rata pendapatan yang hilang sebesar Rp 521 579.26. Total pendapatan masyarakat Kelurahan Kalibaru yang hilang karena memilih tidak bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi akibat banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2015 sebesar Rp 972 745 319.90 (Tabel 28). Hasil perhitungan kehilangan pendapatan yang diperoleh karena memilih tidak bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi disajikan dalam Lampiran 9.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden yang terkena dampak banjir rob, kerugian terbesar yang dialami masyarakat adalah biaya kehilangan akibat kerusakan komponen rumah dan peralatan rumah tangga

dengan persentase biaya sebesar 39.09%. Total kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir rob adalah sebesar Rp 3 130 257 232.21 (Tabel 29).

Tabel 29 Total nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir rob

No. Kerugian Nilai kerugian (Rp) Persentase (%)

1. Kerugian fisik

a. Biaya perbaikan (a) 208 932 657.77 6.68

b. Biaya kerugian (b) 1 223 663 886.18 39.09

2. Biaya kesehatan

a. Biaya pengobatan (c) 171 333 288.36 5.47

b. Kehilangan pendapatan karena

sakit (d) 553 582 080.00 17.68

3.

Kehilangan pendapatan karena

tidak bekerja atau melakukan

aktivitas ekonomi (e)

972 745 319.90 31.08

Total (f = a + b + c + d + e) 3 130 257 232.21 100.00

Sumber: Hasil Analisis Data (2015)

Dokumen terkait