• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Terhadap Kerugian Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus: Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Terhadap Kerugian Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus: Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara)"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

PENGARUH KENAIKAN MUKA AIR LAUT TERHADAP

KERUGIAN EKONOMI MASYARAKAT

(

Studi Kasus: Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara)

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Terhadap Kerugian Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus: Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara) adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

LINA MULYANA. Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Terhadap Kerugian Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus: Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara). Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI dan BENNY OSTA NABABAN.

Kelurahan Kalibaru merupakan salah satu wilayah terparah yang terkena dampak langsung kenaikan muka air laut. Kenaikan muka air laut yang terjadi meningkatkan intensitas intrusi air laut dan banjir rob. Fenomena intrusi air laut dan banjir rob menyebabkan masyarakat yang tinggal di wilayah Kelurahan Kalibaru mengalami kerugian ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi, persepsi, dan pola adaptasi masyarakat mengenai kenaikan muka air laut dan dampaknya yaitu intrusi air laut dan banjir rob, (2) mengestimasi nilai kerugian ekonomi akibat intrusi air laut dan banjir rob, (3) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob, dan (4) mengidentifikasi program pemerintah dalam mengurangi dampak kenaikan muka air laut. Penelitian ini menggunakan empat metode analisis, yaitu: analisis deskriptif, metode penilaian kerusakan, analisis regresi logistik, dan skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak dari intrusi air laut dan banjir rob adalah tercemarnya air tanah, terganggunya aktivitas, dan terganggunya kesehatan masyarakat. Total estimasi kerugian ekonomi yang dialami masyarakat Kelurahan Kalibaru akibat intrusi air laut dan banjir rob periode bulan Januari sampai Februari 2015 sebesar Rp 5 241 873 514.93. Total biaya pencegahan terhadap banjir rob yang dikeluarkan masyarakat Kelurahan Kalibaru dalam kurun waktu 10 tahun terakhir sebesar Rp 43 237 768 783.96. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob adalah jarak rumah ke laut, status kependudukan, dan luas rumah. Program pemerintah yang sesuai dengan harapan masyarakat untuk mengurangi intrusi air laut adalah pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) dan program untuk mengurangi banjir rob adalah pembuatan tanggul laut.

(6)

ABSTRACT

LINA MULYANA. The Impact of Sea Level Rise to Society Economic Losses (Study Case: Kalibaru Village, Cilincing Sub district, North Jakarta). Supervised by AKHMAD FAUZI and BENNY OSTA NABABAN.

Kalibaru Village was directly affected by sea level rise. Sea level rise has caused a high intensity of seawater intrusion and tidal flood. People who lives in Kalibaru Village experienced the economic losses as impact of this phenomenon. The main purpose of this study were (1) to identify the socio-economic characteristics, the public perceptions, and community adaptation strategies on sea level rise and its impact such as seawater intrusion and tidal flood, (2) to estimate the economic losses due to seawater intrusion and tidal flood, (3) to identify the

factors that affect community’s decision to take precautions against tidal flood, and (4) to identify government programs in reduce the impact of sea level rise. This research used four analysis methods, that were: descriptive analysis, damaged assessment method, logistic regression analysis, and Likert scale. The result showed that seawater intrusion and tidal flood has polluting ground water, disrupting daily activities, and disrupting public health. The total economic losses caused by seawater intrusion and tidal flood from Januari to Februari 2015 was IDR 5 241 873 514.93. Total of prevention cost that community spent within the last ten years was IDR 43 237 768 783.96. The factors that influenced the decision of community to conduct a prevention and adaptation were the distance from the houses to the sea, the residence status, and the spacious of the house. Program that community expected to decrease seawater intrusion is opening more green spaces and program to decrease tidal flood is constructing a sea wall.

(7)

PENGARUH KENAIKAN MUKA AIR LAUT TERHADAP

KERUGIAN EKONOMI MASYARAKAT

(Studi Kasus: Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara)

LINA MULYANA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan selama proses penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayah Nana Mulyana dan Ibu Murtafiah serta Kakak Nani Mulyani, Kakak Encop Sopiah, dan Adik Muhammad Rizqi Saputra yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat, dukungan, dan masukan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan dalam mengerjakan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku Dosen Penguji Utama dan Ibu Nuva, S.P, M.Sc selaku Dosen Penguji Wakil Program Studi atas masukan dan saran yang telah diberikan.

4. Seluruh dosen dan staff Departemen ESL yang telah memberikan ilmu, bantuan, dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan masa studi di ESL.

5. Muhammad Fajar Djamana yang telah membantu, memberikan dukungan, doa, saran, dan semangatnya.

6. Rekan-rekan bimbingan skripsi, yaitu Bibeh, Umi, Oci, Fanny, Deanty, Pido, Acid, Teguh, Iin atas semangat, saran, dan bantuan selama menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman di Departemen ESL Ipeh, Papu, Eno, Della, Hilda, Widya, dan teman-teman ESL 48 lainnya atas berbagi kebersamaan, semangat, dan bantuannya.

8. Sahabat-sahabat Firda, Ayu, Putri, dan Dian serta teman-teman satu kontrakan Galih, Rika, dan Anggy yang selalu memberikan dukungan, doa, kebersamaan, dan motivasi.

9. Seluruh warga Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. 10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data yaitu

Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Kelola Air Kotamadya Jakarta Utara, Kelurahan Kalibaru, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kotamadya Jakarta Utara, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, Dinas Hidro-oseanografi TNI AL Jakarta, dan Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi berbagai pihak dalam mengkaji nilai kerugian ekonomi akibat intrusi air laut dan banjir rob.

Bogor, Juli 2015

(12)
(13)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Terhadap Kerugian Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus: Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara)”.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kerugian ekonomi yang dirasakan masyarakat Kelurahan Kalibaru akibat kenaikan muka air laut khususnya intrusi air laut dan banjir rob. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan agar dapat menyelesaikan Program Sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2015

(14)
(15)

DAFTAR ISI

2.5.2 Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach) ... 13

2.5.3 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) atau Pendapatan yang Hilang ... 13

4.4.1 Identifikasi Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat, Persepsi, dan Pola Adaptasi Masyarakat Mengenai Kenaikan Muka Air Laut dan Dampaknya ... 28

4.4.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Intrusi Air Laut dan Banjir Rob ... 28

4.4.3 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan Pencegahan terhadap Banjir Rob... 33 4.4.4 Identifikasi Program Pemerintah dalam Mengurangi

(16)

dengan Masyarakat ... 35

5. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 37

5.1 Keadaam Umum Lokasi Penelitian ... 37

5.2 Kondisi Lingkungan Daerah Penelitian ... 39

6. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

6.1 Karakteristik Sosial Ekonomi, Persepsi, dan Pola Adaptasi Masyarakat ... 41

6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat ... 41

6.1.2 Persepsi Masyarakat Mengenai Kenaikan Muka Air Laut ... 51

6.1.3 Pola Adaptasi Masyarakat terhadap Kenaikan Muka Air Laut ... 61

6.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Intrusi Air Laut dan Banjir Rob ... 69

6.2.1 Total Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Intrusi Air Laut ... 69

6.2.2 Total Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Banjir Rob ... 73

6.2.3 Total Nilai Kerugian Ekonomi yang Dialami Masyarakat ... 81

6.2.4 Biaya Pencegahan ... 82

6.3 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan Pencegahan terhadap Banjir Rob ... 88

6.3.1 Fungsi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan Pencegahan terhadap Banjir Rob ... 88

6.3.2 Pengujian Hipotesis ... 89

6.3.3 Variabel-variabel yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan Pencegahan terhadap Banjir Rob ... 91

(17)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Matriks analisis data ... 27

2 Range skala penilaian ... 36

3 Jumlah penduduk Kelurahan Kalibaru menurut kelompok usia tahun 2015 ... 38

4 Mata pencaharian masyarakat Kelurahan Kalibaru tahun 2015 ... 38

5 Jumlah sarana pembangunan public Kelurahan Kalibaru tahun 2015 ... 39

6 Sumber pengetahuan responden mengenai kenaikan muka air laut . 52

7 Persepsi responden mengenai penyebab kenaikan muka air laut ... 52

8 Persepsi responden mengenai dampak kenaikan muka air laut ... 53

9 Persepsi responden mengenai kualitas air tanah di Kelurahan Kalibaru ... 54

10 Persepsi responden mengenai penyebab intrusi air laut ... 55

11 Persepsi responden mengenai karakteristik banjir rob periode Januari sampai Februari 2015 ... 56

12 Persepsi responden mengenai penyebab banjir rob ... 58

13 Persepsi responden mengenai pengaruh banjir rob terhadap aktivitas responden ... 58

14 Persepsi responden mengenai pengaruh banjir rob terhadap gangguan kesehatan responden ... 59

15 Persepsi responden mengenai kondisi lingkungan di Kelurahan Kalibaru ... 59

16 Perilaku responden dalam mengkombinasikan pola adaptasi akibat intrusi air laut ... 64

17 Biaya berlangganan air PDAM ... 70

18 Biaya pembelian air eceran akibat air tanah terintrusi air laut ... 71

19 Biaya membeli air galon jenis AMDK ... 72

20 Biaya membeli air galon jenis AMIU ... 72

21 Total nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat intrusi air laut Januari-Februari 2015 ... 73

22 Biaya perbaikan ... 75

23 Biaya kehilangan akibat kerusakan komponen rumah dan peralatan rumah tangga ... 76

24 Total kerugian fisik ... 77

25 Biaya pengobatan masyarakat ... 78

26 Kehilangan pendapatan masyarakat karena sakit... 79

27 Biaya kesehatan ... 79

28 Pendapatan yang hilang karena tidak bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi ... 80

29 Total nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir rob ... 81

30 Total nilai kerugian ekonomi yang dialami masyarakat akibat intrusi air laut dan banjir rob periode Januari-Februari 2015 ... 81

(18)

Kalibaru ... 87

33 Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan Masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob... 89

34 Penilaian masyarakat terhadap program pemerintah ... 96

35 Hasil skala Likert penilaian responden terhadap program pemerintah ... 100

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1 Lokasi pemantauan kualitas air tanah dangkal DKI Jakarta tahun 2012 ... 4

2 Sebaran lokasi dampak banjir rob di Pantai Utara Jakarta ... 5

3 Skema kerangka pemikiran penelitian ... 23

4 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 42

5 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 42

6 Karakteristik responden berdasarkan status kependudukan ... 43

7 Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikan rumah ... 44

8 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan kepala keluarga ... 45

9 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga ... 46

10 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal ... 47

11 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan ... 48

12 Karakteristik responden berdasarkan jenis bangunan ... 49

13 Karakteristik responden berdasarkan luas rumah ... 49

14 Karakteristik responden berdasarkan jarak rumah ke laut ... 50

15 Karakteristik responden berdasarkan penggunaan sumur ... 51

16 Persepsi mengenai kenyamanan tinggal di Kelurahan Kalibaru ... 60

17 Tingkat kenginan responden untuk pindah dari Kelurahan Kalibaru akibat adanya intrusi air laut dan banjir rob ... 62

18 Pola adaptasi penggantian air sumur akibat intrusi air laut ... 63

19 Perilaku adaptasi responden ketika terjadi banjir rob ... 66

20 Perilaku adaptasi tempat tinggal responden terhadap banjir rob ... 67

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Peta Kelurahan Kalibaru ... 111

2 Peta lokasi genangan akibat air hujan/rob Kelurahan Kalibaru ... 112

3 Kuesioner penelitian ... 113

4 Biaya penggantian sumber air bersih (Rp/bulan) ... 117

5 Biaya perbaikan kerusakan komponen rumah dan peralatan RT ... 118

6 Biaya kehilangan komponen rumah dan peralatan RT (Rp) ... 119

7 Biaya pengobatan masyarakat (Rp) ... 120

8 Kehilangan pendapatan yang diperoleh karena sakit (Rp)... 121

9 Kehilangan pendapatan karena tidak bekerja atau melakukan aktivitas ekonomi (Rp) ... 122

10 Biaya pencegahan masyarakat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (Rp) ... 123

11 Hasil olahan Minitab ... 125

(20)
(21)

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17 508 pulau dengan garis pantai kurang lebih 81 000 km dan luas laut 62% dari luas teritorialnya (Ristianto 2011). Sepanjang garis pantai tersebut terdapat wilayah pesisir yang kaya akan sumberdaya hayati dan non hayati. Wilayah pesisir menjadi wilayah yang penting bagi sebagian besar penduduk Indonesia karena sangat strategis, baik secara sosial, ekonomi, lingkungan, maupun politis (Diposaptono et al. 2013). Kondisi ini disebabkan wilayah pesisir memiliki potensi sumber daya alam yang mudah dieksplorasi dan aksessibilitas yang tinggi (Besari 2014). Hampir 60% dari total penduduk Indonesia, tinggal dan beraktivitas di wilayah laut dan pesisir (Dahuri 1995 dalam Dirhamsyah 2006).

Namun demikian, wilayah pesisir ini sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Perubahan tersebut dapat berupa naiknya permukaan air laut, resiko gempa bumi, tsunami, dan peristiwa lainnya seperti abrasi dan pencemaran. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia yang merupakan salah satu negara pesisir, berisiko tinggi terkena dampak kenaikan muka air laut (sea level rise). Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kenaikan muka air laut relatif di Indonesia sebesar 0.73 cm sampai dengan 0.76 cm/tahun (KKP 2014).

Data dan temuan Intergovernmental Panel on Climate Change

(

IPCC) menyatakan bahwa wilayah pesisir pantai di seluruh Asia Tenggara akan mengalami kenaikan muka air laut. Kenaikan muka air laut terjadi sebesar 10-15% lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kenaikan muka air laut global. Kenaikan muka air laut di tahun 2050 akan mencapai 50 cm dan di tahun 2090 akan mencapai 100 cm. Kota-kota besar di Asia Tenggara seperti Jakarta, Bangkok, Ho Chi Minh, Manila, dan Yangon, akan terkena dampak yang paling besar akibat kenaikan muka air laut tersebut (IPCC 2013).

(22)

40% dataran rendah di bawah muka laut pasang (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2014). Keadaan ini menyebabkan Jakarta memiliki risiko terkena dampak kenaikan muka air laut. Kecenderungan kenaikan muka air laut di Jakarta sekitar 0.71 cm/tahun (Arief 2014). Kenaikan muka air laut di Jakarta tersebut dilihat berdasarkan analisis data pasang surut bulanan dengan rata-rata setiap tahun dari Stasiun Tanjung Priok selama tahun 1984-2011. Risiko kenaikan muka air laut yang lebih besar juga diakibatkan oleh penurunan muka tanah (land subsidence) yang diakibatkan oleh pengambilan air tanah berlebihan (NCICD 2013).

Secara umum, kenaikan muka air laut mengakibatkan dampak di wilayah pesisir sebagai berikut: (1) meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir; (2) perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove; (3) meluasnya intrusi air laut; (4) ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir; dan (5) berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil (Diposaptono et al. 2013). Dampak lain adalah meningkatnya abrasi pantai, menurunnya kualitas air permukaan, berkurangnya lahan-lahan produktif di sektor pertanian, industri, dan bisnis yang diakibatkan oleh rusaknya infrastruktur (Pattiasina 2009 dalam Sulma 2012).

Dampak-dampak kenaikan muka air laut tersebut akan menimbulkan kerusakan dan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan wilayah pesisir digunakan sebagai pusat aktivitas masyarakat seperti permukiman, perdagangan, perhubungan, pengembangan sektor industri, dan berbagai sektor lainnya. Dampak kenaikan muka air laut yang paling terasa dan sangat mempengaruhi masyarakat pesisir Jakarta adalah meningkatnya intrusi air laut ke daratan dan meluasnya genangan air laut atau disebut banjir rob yang mengancam kehidupan di wilayah pesisir (Bappenas 2013).

(23)

tergenangnya beberapa daerah pesisir. Banjir akibat pasang air laut (rob) telah merubah fisik lingkungan dan memberikan tekanan terhadap masyarakat, bangunan, dan infrastruktur pemukiman yang ada di wilayah tersebut (Putra dan Marfai 2012). Selain itu, banjir rob ini juga merusak sarana dan prasarana lingkungan (air bersih, persampahan, drainase, dan sanitasi) serta penurunan kualitas lingkungan yang ditandai dengan turunnya kualitas kesehatan masyarakat (Putra dan Marfai 2012).

Dampak intrusi air laut dan banjir rob menimbulkan kerugian yang cukup besar. Kerugian ekonomi dapat dilihat pada tercemarnya air tanah, kerusakan bangunan tempat tinggal, dan terganggunya kesehatan maupun aktivitas kerja masyarakat setempat. Masyarakat perlu melakukan upaya adaptasi tertentu untuk mengantisipasi kerugian tersebut.Adaptasi merupakan bentuk respon masyarakat terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Upaya adaptasi akan menimbulkan biaya seperti biaya untuk mengganti sumber air tanah dan biaya penambahan kapasitas infrastruktur rumah. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengestimasi besarnya kerugian dan dampak yang ditimbulkan dari intrusi air laut dan banjir rob terhadap masyarakat, sehingga nantinya diketahui upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam meminimalisir dampak yang ditimbulkan.

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu wilayah di Pesisir Utara Jakarta yang terkena dampak kenaikan muka air laut khususnya intrusi air laut dan banjir rob adalah Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing. Kelurahan Kalibaru termasuk wilayah yang bertopografi datar dengan ketinggian 1.30 m diatas permukaan laut dan berbatasan dengan laut di bagian utara. Kelurahan Kalibaru letaknya strategis dan menguntungkan untuk pembangunan sehingga terus mengalami perkembangan. Kelurahan Kalibaru telah tumbuh menjadi pusat kegiatan ekonomi dan industri. Menurut data BPLHD DKI Jakarta (2012), Kelurahan Kalibaru merupakan salah satu daerah yang telah terintrusi air laut, yang dapat dilihat pada Gambar 1.

(24)

sebelumnya juga telah dilakukan oleh Ashriyati (2011). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Kelurahan Kalibaru termasuk dalam wilayah terintrusi air laut dengan kualitas air tanah payau. Air tanah yang telah terintrusi air laut memiliki kadar Cl antara 5 000-19 000 mg/l (Ashriyati 2011).

I

II

III

IV

V

Keterangan: Region Tanah [I] endapan rendah 0-3m (asin), [II] endapan tinggi datar 7-12m, [III] endapan datar 7-12m, [IV] berlereng 12-25m (tawar), dan [V] permukaan > 25m (tawar)

Sumber: BPLHD DKI Jakarta (2012)

Gambar 1 Lokasi pemantauan kualitas air tanah dangkal DKI Jakarta tahun 2012 Adapun untuk banjir rob, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengklasifikasi enam wilayah kecamatan zona bahaya banjir rob di Jakarta Utara, yaitu Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok, Koja, Kelapa Gading, dan Cilincing (JPNN 2014). Berdasarkan laporan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2014), Kelurahan Kalibaru yang berada di Kecamatan Cilincing telah terkena banjir rob secara rutin sejak tahun 1961 (Gambar 2).

Pada Gambar 2 terlihat bahwa Kelurahan Kalibaru merupakan salah satu wilayah yang sudah terkena banjir rob. Banjir rob yang terjadi di wilayah Kelurahan Kalibaru ini tidak hanya disebabkan oleh kenaikan muka air laut. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya banjir rob di wilayah ini adalah pasang surut air laut, intensitas curah hujan, topografi, jenis tanah, penggunaan lahan,

(25)

penurunan muka air tanah, dan garis tanah (JPNN 2014). Banjir rob tidak hanya terjadi pada saat musim hujan tetapi juga pada musim kemarau. Genangan banjir rob dapat berlangsung berhari-hari, bahkan selama satu minggu secara terus menerus dengan tinggi genangan banjir yang bervariasi.

Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2014)

Gambar 2 Sebaran lokasi dampak banjir rob di Pantai Utara Jakarta

(26)

dengan bertambahnya luas daerah intrusi air laut dan genangan banjir dari tahun ke tahun.

Salah satu bentuk respon masyarakat terhadap fenomena kenaikan muka air laut khususnya intrusi air laut dan banjir rob yang terjadi ini adalah dengan melakukan upaya adaptasi. Upaya adaptasi yang umum dan dilakukan hampir seluruh masyarakat telah membentuk suatu pola adaptasi di wilayah tersebut. Pola adaptasi yang dilakukan masyarakat adalah bentuk pertahanan dalam menghadapi kemungkinan dampak negatif dari terjadinya intrusi air laut dan banjir rob. Pola adaptasi yang sudah dilakukan masyarakat Kelurahan Kalibaru belum dapat membuat masyarakat terhindar dari intrusi air laut dan banjir rob. Oleh karena itu, estimasi nilai kerugian ekonomi ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan maupun perbaikan program pemerintah yang sudah dan/atau akan dilaksanakan agar dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan.

Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan tersebut, timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi, persepsi, dan pola adaptasi masyarakat mengenai kenaikan muka air laut dan dampaknya yaitu intrusi air laut dan banjir rob?

2. Berapa nilai kerugian ekonomi yang ditanggung masyarakat akibat intrusi air laut dan banjir rob?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob?

4. Apa saja program pemerintah dalam mengurangi dampak kenaikan muka air laut khususnya intrusi air laut dan banjir rob, dan bagaimana kesesuaiannya dengan harapan masyarakat?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

(27)

2. Mengestimasi nilai kerugian ekonomi yang ditanggung masyarakat akibat intrusi air laut dan banjir rob.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob.

4. Mengidentifikasi program pemerintah dalam mengurangi dampak kenaikan muka air laut khususnya intrusi air laut dan banjir rob, dan bagaimana kesesuaiannya dengan harapan masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu:

1. Bagi penulis, untuk meningkatkan pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan untuk dipraktikan di lapangan.

2. Bagi akademisi dan peneliti, sebagai tambahan pengetahuan dan informasi atau bahan rujukan dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kerugian ekonomi akibat kenaikan muka air laut khususnya intrusi air laut dan banjir rob.

3. Bagi pemerintah Kelurahan Kalibaru, sebagai informasi dan bahan pertimbangan untuk menghitung kerugian ekonomi masyarakat akibat intrusi air laut dan banjir rob serta untuk menetapkan program yang tepat dalam mengurangi dampak dari kenaikan muka air laut tersebut.

4. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan mengenai pola adaptasi masyarakat dan besarnya nilai kerugian ekonomi masyarakat yang terkena dampak kenaikan muka air laut khususnya intrusi air laut dan banjir rob sehingga masyarakat dapat menjaga lingkungan sekitar guna mengurangi dampak tersebut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

(28)

kesehatan, dan biaya kehilangan pendapatan akibat intrusi air laut dan banjir rob periode Januari-Februari tahun 2015.

2. Penelitian ini juga mengestimasi besarnya biaya adaptasi masyarakat berupa biaya pencegahan terhadap banjir rob yang telah dikeluarkan masyarakat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Biaya adaptasi tersebut dikonversi ke nilai uang saat ini atau tahun 2015.

3. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat RW 001, 013, 004, dan 006 Kelurahan Kalibaru yang merasakan dampak langsung kenaikan muka air laut yaitu intrusi air laut dan banjir rob tahun 2015.

4. Intrusi air laut dan banjir rob yang diamati adalah akibat dari kenaikan muka air laut dan tidak memperhitungkan penurunan muka tanah (land subsidence) yang juga terjadi di wilayah tersebut.

5. Kualitas air tanah yang diamati dilihat dari indikator warna dan rasa berdasarkan persepsi. Penelitian ini tidak melakukan uji laboratorium terhadap air tanah yang dimiliki masyarakat.

(29)

2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kenaikan Muka Air Laut

Kenaikan paras muka air laut relatif di suatu lokasi tertentu disebabkan oleh perubahan eustasis (bersifat global) dan perubahan elevasi tanah yang bersifat lokal (Diposaptono et al. 2013). Perubahan tinggi permukaan air laut ini juga dapat dilihat sebagai suatu fenomena alam yang terjadi secara periodik maupun terus menerus. Perubahan secara periodik dapat dilihat dari fenomena pasang surut air laut, sedangkan kenaikan air laut yang terus menerus adalah seperti yang teridentifikasikan oleh pemanasan global (Suprijanto 2003). Berbagai hasil studi perubahan iklim menunjukkan bahwa potensi kenaikan tinggi muka air laut global akan bervariasi dari 60 cm sampai 100 cm, sampai dengan tahun 2100 (Bappenas 2010). Fenomena kenaikan muka air laut terjadi secara relatif untuk wilayah Pantura Jawa seperti Jakarta dan Semarang. Artinya, fenomena tersebut disebabkan bukan semata-mata oleh perubahan iklim, namun juga oleh berbagai faktor lingkungan setempat seperti adanya beban bangunan, konsolidasi alami atau pemampatan tanah yang masih labil, dan penurunan tanah akibat penyedotan air tanah berlebihan (Diposaptono et al. 2013).

Kenaikan muka air laut ini tentunya memberikan dampak bagi wilayah pesisir dan aktivitas yang ada di dalamnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan, telah mengidentifikasi beberapa dampak langsung dan dampak lanjutan dari kenaikan muka air laut. Dampak langsung yang terjadi diantaranya adalah peningkatan erosi, meningkatnya frekuensi dan luasan genangan pada wilayah pantai, peningkatan intensitas banjir, dan intrusi air laut pada air tanah maupun air permukaan (Nicholls 2000 dalam Suprijanto 2003). Adapun dampak lanjutannya diantaranya adalah menurunnya kesehatan masyarakat dan lingkungan, menurunnya fungsi sarana dan prasarana, terganggunya aktivitas perekonomian, dan perubahan perilaku kehidupan masyarakat (Nicholls 2000 dalam Suprijanto 2003).

2.2 Intrusi Air Laut

(30)

air laut mengakibatkan volume air laut yang mendesak ke dalam sungai akan semakin membesar (Diposaptono et al. 2013). Air tanah dengan sungai memiliki hubungan, yaitu saling melakukan pengisian kembali. Air tanah ada yang menerima dari rembesan sungai, dan ada pula sebaliknya, yaitu mengalir ke dalam sungai. Air tanah akan menerima dari sungai, apabila permukaan air tanah terletak lebih tinggi dari sungai (Sandy 1985 dalam Ashriyati 2011). Intensitas terjadinya bahaya intrusi air laut sangat bergantung kepada kenaikan muka laut dan seberapa besar pengambilan air tanah di daerah pantai (Bappenas 2010).

Wilayah intrusi air laut batasnya tidak tetap, berfluktuasi tergantung pada musim. Pada musim kemarau sebaran wilayah terintrusi air laut bergeser ke arah selatan semakin menjorok ke arah daratan. Sedangkan pada musim hujan wilayah terintrusi air laut berkurang ke arah pantai (Ashriyati 2011). Hal ini tergantung pada jumlah resapan dari curah hujan (Azis et al. 2013). Intrusi air laut menyebabkan air tanah berubah dari air tawar ke air payau atau bahkan air asin.

Tawar asinnya air tanah dapat diketahui secara langsung dengan mengamati warna atau mencicipi rasanya. Warna air yang payau atau asin lebih keruh atau kekuningan dibandingkan air tawar yang tidak berwarna (bening). Secara ilmiah, tawar asinnya air tanah dapat diteliti melalui uji kimia laboratorium yang mengukur kandungan unsur klor (Cl) dan konsentrasi daya hantar listrik (DHL). Air tanah yang masih tawar memiliki kandungan ion klor kurang dari 500 mg/l dan konsentrasi DHL kurang dari 1500 umhos/cm (Santoso 1994 dalam Ashriyati 2011). Air tanah dengan kualitas payau sudah tidak dapat dikonsumsi secara layak bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat.

2.3 Banjir Rob

(31)

bersamaan, air pasang yang tinggi akan mempengaruhi tinggi genangan sehingga menyebabkan banjir menjadi lebih besar.

Fenomena banjir rob ini disebabkan banyak hal, mulai dari ulah manusia yang merusak lingkungan hingga sebab alami seperti naiknya muka laut (pasang surut) dan juga penurunan muka tanah akibat penyedotan air tanah secara berlebihan. Angin yang kencang juga punya peran besar terhadap terjadinya rob. Angin kencang (badai) akan mendorong muka air laut sehingga menimbulkan kenaikan muka air laut di pantai (Diposaptono et al. 2013). Frekuensi dan intensitas banjir rob akan meningkat karena naiknya muka air laut rata-rata (Diposaptono et al. 2013). Pada umumnya kejadian rob di Pantai Utara Jakarta terjadi pada bulan-bulan Desember, Januari, dan Februari setiap tahunnya. Pada bulan-bulan tersebut musim angin Barat terjadi dimana angin bertiup dari arah Barat Laut. Kejadian rob di Pantai Utara Jakarta ditentukan oleh beberapa faktor antara lain tinggi gelombang pasang, kondisi topografi daerah Pantura Jakarta yang cenderung relatif datar (kemiringan lereng lebih kecil dari 1% dan elevasinya bervariasi antara 1.5 m sampai dengan 1.8 m dari muka air laut rata-rata), dan juga pengaruh pemanasan iklim global (global warming) (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2014).

2.4 Pesisir

Wilayah pesisir secara fisik adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut (UU No. 27 Tahun 2007). Arah ke darat meliputi bagian tanah, baik yang kering maupun yang terendam air laut, dan masih dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik laut seperti pasang surut, ombak dan gelombang, serta perembesan air laut. Adapun arah ke laut mencakup bagian perairan laut yang dipengaruhi oleh proses alami maupun kegiatan manusia. Proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar dari sungai sedangkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan, pembuangan limbah, perluasan permukiman serta intensifikasi pertanian (Rudyanto 2004).

(32)

terhadap gangguan baik dari darat maupun laut (Dahuri et al. 2001). Wilayah pesisir ini adalah daerah yang akan mengalami dampak buruk dari fenomena kenaikan muka air laut. Wilayah pesisir secara umum memegang peranan yang penting dalam perkembangan perekonomian. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya aktivitas penting yang terjadi pada kota-kota besar yang berlokasi di wilayah tersebut. Oleh sebab itu, kerusakan wilayah pesisir akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar (Suprijanto 2003). Permasalahan yang terdapat di wilayah pesisir adalah tekanan terhadap eksploitasi sumberdaya pesisir yang cenderung ke pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan. Selain permasalahan teknis tersebut, terdapat pula konflik-konflik antar berbagai kegiatan, institusi, bahkan antar masyarakat yang diakibatkan tidak adanya perencanaan dan penegakkan hukum secara ketat di wilayah pesisir (Dahuri et al. 1976 dalam Darmawan 2002).

2.5 Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011), kerusakan lingkungan merupakan perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Penilaian kerusakan biasanya harus membangun hubungan sebab akibat antara sumber kerusakan dengan dampak dari kerusakan tersebut (Grigalunas et al. 1998). Penilaian tersebut diperlukan guna menentukan dan menilai sejauh mana kerugian dan penderitaan masyarakat sebagai dampak dari kerusakan yang terjadi.

2.5.1 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya

(33)

Pendekatan harga pasar yang sebenarnya terdiri dari biaya perbaikan dan biaya kehilangan (Rosemarry 2014). Metode ini digunakan untuk mengestimasi nilai kerugian langsung rumah tangga berupa kerusakan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga. Nilai kerugian dari kerusakan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga yang sudah diperbaiki diestimasi melalui pendekatan biaya perbaikan. Kemudian, nilai kerugian ekonomi dari kerusakan peralatan rumah tangga yang belum diperbaiki dan atau sudah dibuang diestimasi melalui nilai sisa barang pada tahun kerusakan yaitu pendekatan biaya kehilangan.

2.5.2 Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach)

Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach) menilai nilai lingkungan melalui dampak kerusakan lingkungan terhadap kuantitas dan kualitas masyarakat (Garrod dan Willis 1999). Pendekatan modal manusia ini berfokus pada dampak kondisi lingkungan yang merugikan kesehatan masyarakat seperti pendapatan yang hilang (loss of earning) karena sakit dan biaya perawatan medis (cost of illness) yang dikeluarkan masyarakat (Garrod dan Willis 1999). Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011) pendekatan ini disebut pula Cost of Illness Approach. Pendekatan ini dapat diterapkan untuk menilai sumberdaya manusia bila terjadi kematian, cacat tubuh yang permanen, sakit, tidak masuk kerja dan sebagainya sebagai akibat adanya suatu proyek. Cost of illness mengukur biaya kesehatan secara penuh, termasuk biaya berobat, obat, dan biaya perawatan.

2.5.3 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) atau Pendapatan yang Hilang

(34)

2.5.4 Averting Behaviour Method (ABM)

Metode averting behaviour mengacu pada sejumlah nilai moneter untuk eksternalitas lingkungan dengan mengamati biaya yang disiapkan masyarakat untuk menghindari berbagai dampak negatif yang ada (Garrod dan Willis 1999). Pendekatan ini sangat sesuai diaplikasikan karena ABM bergantung pada asumsi bahwa orang merasakan dampak negatif dari kerusakan lingkungan pada kesejahteraan mereka dan mereka mampu beradaptasi untuk menghindari atau mengurangi efek yang terjadi. Pendekatan ini terdiri dari:

1. Biaya Pencegahan (Preventive Expenditure)

Pendekatan biaya pencegahan (preventive expenditure) merupakan nilai dari lingkungan yang ditentukan dari kesiapan masyarakat dalam menghadapi degradasi lingkungan (Garrod dan Willis 1999). Biaya pencegahan dikeluarkan untuk melindungi rumah tangga dari penurunan kesejahteraan (Hanley dan Spash 1993).

2. Biaya Pengganti (Replacement Cost)

Replacement cost adalah pendekatan yang menilai barang lingkungan berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan restorasi terhadap lingkungan yang telah rusak hingga kembali pada keadaan semula (Garrod dan Willis 1999). Pendekatan biaya pengganti digunakan untuk menggantikan asset pada harga saat ini. Penilaian dilakukan dengan mengestimasi biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk menggantikan manfaat jasa lingkungan yang rusak dengan suatu nilai jasa lingkungan yang tidak mengalami kerusakan (Jones et al. 2000).

3. Biaya Substitusi (Substitute Cost)

Pendekatan biaya substitusi dilakukan dengan mengestimasi biaya yang dikeluarkan masyarakat dalam mensubstitusi barang dan jasa yang hilang akibat degradasi lingkungan (Jones et al. 2000).

2.6 Model Regresi Logistik

(35)

2009). Menurut Rosadi (2011), regresi logistik merupakan salah satu model statistika yang dapat digunakan untuk menganalisis pola hubungan antara sekumpulan variabel independen dengan suatu variabel dependen bertipe kategoris atau kualitatif. Kategori dari variabel dependen dapat terdiri atas dua kemungkinan nilai (dichotomous), seperti ya/tidak, sukses/gagal, dan lain-lain, atau lebih dari dua nilai (polychotomous), seperti sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Model tersebut dirumuskan sebagai berikut (Pindyck et al. 1998):

... (2.1)

Keterangan:

Pi = peluang individu dalam mengambil keputusan

β0 = intersept

βi = koefisien regresi

Xi = variabel bebas

Model pada persamaan (2.1) dapat diestimasi dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan 1 + untuk mendapatkan

(1 + ) Pi = 1 ... (2.2) Persamaan (2.2) dibagi dengan Pi dan kemudian dikurangi 1 akan menghasilkan persamaan:

=

Atau dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan:

... (2.3)

Persamaan (2.3) kemudian ditransformasi menjadi model logaritma natural sehingga menghasilkan persamaan:

... (2.4)

Dengan ln = , maka persamaan (2.5) dapat dituliskan sebagai berikut:

... (2.5)

Persamaan (2.5) tersebut dikenal sebagai model logit atau model regresi logistik. Model logit yang digunakan dapat diuji secara keseluruhan atau individual.

Pi = F(Zi) = (β0+ βiXi) = =

(36)

a) Uji Likelihood Ratio (Uji G)

Pengujian terhadap kelayakan model menggunakan statistik G yang merupakan uji rasio kemungkinan maksimum (likelihood ratio test) yang dapat digunakan untuk menguji peranan variabel bebas secara bersamaan (Hosmer dan Lemeshow 2000). Nilai statistik G digunakan untuk menguji apakah variabel bebas memberikan pengaruh terhadap kebaikan dari model dengan uji rasio likelihood

(Hosmer dan Lemeshow 2000):

Keterangan:

lo = Likelihood tanpa variabel prediktor l1 = Likelihood dengan variabel prediktor

Hipotesis:

H0 : β1 = β2 = ... = βk = 0

H1 : Minimal ada satu nilai β ≠ 0

Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis H0 ditolak (model signifikan)

jika statistik G > χ2

α,(k-1) dan jika H0 ditolak maka dapat disimpulkan minimal ada

β≠0, dengan pengertian model regresi logistik dapat menjelaskan atau

memprediksi pilihan individu pengamatan.

b) Uji Kebaikan Model (Goodness of Fit)

Uji Goodness Of Fit terhadap keseluruhan model dilakukan dengan memperhatikan nilai sebaran chi-square dari Hosmer dan Lemeshow.

Hipotesis:

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai

prediksi oleh model

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai prediksi

oleh model

Jika p-value dari ketiga statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata (α), maka keputusannya adalah menerima H0 yang artinya model tersebut cukup layak

untuk digunakan dalam prediksi.

c) Uji Wald

Untuk menguji faktor mana (βj≠0) yang berpengaruh nyata terhadap

(37)

H0 : βj = 0 untuk j=1,2,3,...,k

H1 : βj ≠ 0

Statistik uji yang digunakan adalah:

̂ ̂

Keterangan:

̂ = koefisien regresi

̂ = standard error of β (galat kesalahan dari β)

Statistik W mengikuti sebaran normal (Z), jika nilai W > Zα/2two-tailed p-value dari statistik W lebih kecil dari taraf nyata (α) maka keputusannya adalah menolak H0 artinya variabel independen ke-k tersebut berpengaruh secara nyata

atau signifikan terhadap variabel dependennya.

d) Odds Ratio

Odds berarti resiko atau kemungkinan peluang kejadian sukses terhadap kejadian tidak sukses dari variabel respon. Makin besar nilai Odds maka makin besar peluang seseorang untuk mengambil keputusan, sehingga nilai Odds merupakan suatu indikator kecenderungan seseorang menentukan pilihan yang pertama. Secara matematis dapat dituliskan (Juanda 2009):

Zi = ln atau dapat dituliskan

Odds Ratio = Keterangan:

P = peluang kejadian yang terjadi 1 – P = peluang kejadian yang tidak terjadi

2.7 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang dijadikan referensi antara lain penelitian yang dilakukan Niella (2012) yang berjudul “Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Pencemaran Air Tanah”, hasil penelitian oleh Wulandari (2013) mengenai

“Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Kerusakan Situ”, dan penelitian yang dilakukan oleh Rosemarry (2014) mengenai “Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Strategi Adaptasi Terhadap Banjir Rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong,

(38)

Hasil penelitian Niella (2012) mengenai estimasi nilai kerugian ekonomi akibat pencemaran air tanah diperoleh bahwa kerugian ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat Kelurahan Harapan Jaya akibat adanya pencemaran air tanah adalah berupa korbanan biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat sebagai upaya pencegahan untuk menjaga kualitas dan kuantitas pasokan air bersih mereka dalam rangka menghindari kemungkinan dampak negatif dari pencemaran air tanah yang terjadi. Total nilai kerugian yang dialami oleh masyarakat diestimasi dengan menggunakan pendekatan preventive expenditure dan replacement cost. Berdasarkan pendekatan tersebut, didapatkan nilai kerugian ekonomi terbesar dirasakan oleh masyarakat yang mengkombinasikan penggunaan air tanah dan air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai

sumber pemenuhan kebutuhan air bersihnya (kelompok 3) yaitu sebesar Rp 128 933 per bulan.

Penelitian Wulandari (2013) mengenai estimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat kerusakan situ didapatkan bahwa kerugian yang dirasakan masyarakat sekitar Situ Pladen akibat kerusakan Situ Pladen berupa pendangkalan dan pencemaran menyebabkan banjir pada tahun 2013 sebesar Rp 92 956 229.23. Nilai ini merupakan penjumlahan dari kerugian fisik, biaya kesehatan, dan kehilangan pendapatan karena tidak bekerja. Sedangkan total biaya pencegahan

masyarakat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir adalah sebesar Rp 1 640 325 566.81. Biaya pencegahan ini terdiri dari biaya pembuatan tanggul,

biaya peninggian lantai dasar, dan biaya penambahan lantai rumah. Total nilai kerugian yang diderita masyarakat tersebut diestimasi dengan menggunakan pendekatan harga sebenarnya (biaya perbaikan dan biaya kehilangan), pendekatan modal manusia (biaya kesehatan), pendekatan pendapatan yang hilang (loss of income), dan pendekatan biaya pencegahan (preventive expenditure).

(39)

bangunan dan peralatan rumah tangga sedangkan kerugian tidak langsung dihitung dengan pendapatan yang hilang (loss of income), biaya kesehatan (cost of illness dan loss of earning), dan analisis pendapatan usahatani. Total estimasi kerugian ekonomi yang dialami masyarakat Kampung Pondok akibat banjir rob periode bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp 127 188 875. Total biaya pencegahan yang dilakukan masyarakat Kampung Pondok dalam kurun waktu enam tahun terakhir adalah sebesar Rp 22 671 570. Biaya pencegahan ini terdiri dari biaya pembuatan tanggul kecil di depan rumah dan biaya peninggian lantai rumah.

2.8 Perbedaan terhadap Penelitian Terdahulu

Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan ini dapat dilihat dari lokasi penelitian yang dilakukan di Kelurahan Kalibaru dan kerugian yang diestimasi yaitu kerugian akibat kenaikan muka air laut. Penelitian mengenai kenaikan muka air laut sudah cukup banyak namun penelitian yang membahas dari sisi ekonominya masih sangat minim. Selain itu, penelitian ini membahas dari aspek perilaku masyarakat terhadap suatu fenomena alam yang terjadi dan program pemerintah yang dilakukan untuk mengurangi dampak dari fenomena alam tersebut. Fenomena alam yang dibahas adalah fenomena kenaikan muka air laut yang terjadi setiap tahunnya sehingga meningkatkan intensitas intrusi air laut dan banjir rob. Fenomena tersebut dapat mengganggu masyarakat yang tinggal di daerah Kelurahan Kalibaru.

(40)
(41)

3.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kenaikan muka air laut yang terjadi setiap tahunnya di Pesisir Utara Jakarta menyebabkan peningkatan intensitas intrusi air laut dan banjir rob di Kelurahan Kalibaru. Intrusi air laut terjadi karena kenaikan muka air laut mengakibatkan volume air laut yang mendesak ke dalam sungai semakin besar (Diposaptono et al. 2013). Banjir rob juga terjadi karena kenaikan muka air laut mengakibatkan tergenangnya daratan yang lebih rendah dari muka air laut. Wilayah RW 001, 013, 004, dan 006 di Kelurahan Kalibaru merupakan wilayah pesisir yang air tanahnya telah terintrusi air laut dan sering mengalami banjir rob. Wilayah ini berbatasan dengan laut di bagian utara. Intrusi air laut dan banjir rob menimbulkan kerugian ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut.

Tujuan pertama dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat, persepsi masyarakat, dan pola adaptasi masyarakat mengenai kenaikan muka air laut dan dampaknya yaitu intrusi air laut dan banjir rob dengan metode analisis deskriptif. Hasil dari identifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat akan didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob dengan menggunakan analisis regresi logistik. Selain itu, karakteristik sosial ekonomi masyarakat juga dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kenaikan muka air laut dan dampaknya. Selanjutnya, dengan mengetahui persepsi masyarakat dapat diperoleh informasi mengenai pola adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat terhadap intrusi air laut dan banjir rob yang terjadi.

(42)

keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob. Banjir rob yang terjadi setiap tahun telah mendorong masyarakat mengeluarkan biaya pencegahan untuk meminimalisir kerugian ekonomi dan mewaspadai banjir rob yang akan datang kembali. Biaya pencegahan banjir rob diestimasi menggunakan metode preventive expenditure.

Tujuan ketiga dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob yang akan dianalisis menggunakan metode regresi logistik. Metode analisis regresi logistik ini digunakan untuk mengetahui variabel-variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap keputusan masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob yang terjadi. Tindakan pencegahan yang akan diamati dalam penelitian ini diasumsikan dapat mewakili tindakan pencegahan yang dilakukan oleh rumah tangga secara keseluruhan.

Tujuan terakhir dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi program pemerintah dalam mengurangi dampak kenaikan muka air laut dan kesesuaiannya dengan harapan masyarakat menggunakan analisis deskriptif dan skala Likert. Melalui hasil yang diperoleh, peneliti dapat memberikan gambaran mengenai sejauh mana program pemerintah dapat mengurangi dampak kenaikan muka air laut berdasarkan penilaian masyarakat dan pemerintah. Selanjutnya ditentukan skor penilaian untuk mendapatkan peringkat pada masing-masing program. Program dengan skor tertinggi akan berada pada peringkat teratas. Hasil ini juga diharapkan dapat menjembatani harapan masyarakat agar pemerintah dapat memberikan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

(43)

masyarakat dari wilayah Kelurahan Kalibaru atau program pembangunan Giant Sea Wall. Program tersebut dilakukan agar dapat mengurangi kerugian yang

ditanggung masyarakat akibat dampak kenaikan muka air laut. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut, maka alur kerangka penelitian tersaji pada Gambar 3.

Intrusi air laut dan banjir rob di Kelurahan Kalibaru

Identifikasi karakteristik Kenaikan muka air laut di Pesisir Utara Jakarta

Analisis Deskriptif dan

Skala Likert

Rekomendasi kebijakan yang sesuai dalam mengurangi dampak kenaikan muka air laut di Kelurahan Kalibaru

(44)
(45)

4.

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang diambil untuk melakukan penelitian ini adalah Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, DKI Jakarta. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kelurahan Kalibaru berbatasan langsung dengan laut di bagian utara sehingga mengalami dampak langsung dari kenaikan muka air laut. Dampak langsung tersebut seperti air tanahnya telah terintrusi air laut dan sering mengalami banjir rob. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu pra penelitian, perumusan masalah, penyusunan proposal, dan pengambilan data. Pengambilan data dilakukan selama enam minggu dari bulan Februari sampai bulan Maret 2015. Tahapan selanjutnya adalah proses pengolahan dan analisis data serta penyusunan skripsi.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui proses wawancara dengan responden menggunakan kuesioner (Lampiran 3) dan pengamatan langsung di lokasi penelitian. Data primer meliputi data mengenai karakteristik sosial ekonomi masyarakat, persepsi masyarakat, pola adaptasi masyarakat, dan total biaya yang dikeluarkan akibat intrusi air laut dan banjir rob. Adapun data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari Kelurahan Kalibaru, Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, Dinas Hidro-Oseanografi (Dishidros) TNI AL Jakarta, Suku Dinas Pekerjaan Umum (Sudin PU) Tata Kelola Air Wilayah Kotamadya Jakarta Utara, Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLHD) Kotamadya Jakarta Utara, dan Dinas terkait lainnya. Data sekunder juga diperoleh melalui studi literatur dari buku referensi, jurnal ilmiah, internet, serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

(46)

keputusan dan penentuan pengalokasian sumberdaya. Teknik penarikan sampel untuk rumah tangga adalah dengan menggunakan metode non-probability sampling yaitu purposive sampling. Non-probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono 2011). Kemudian, purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2011) yaitu responden yang mengalami dampak intrusi air laut dan banjir rob periode Januari-Februari 2015. Kriteria responden yang dipilih adalah masyarakat yang lokasi tempat tinggalnya berdekatan dengan laut, sudah menikah, memiliki pendapatan, dan mengalami kerugian akibat intrusi air laut dan banjir rob.

Pengambilan responden dilakukan dengan memilih rumah tangga yang lokasi tinggalnya berdekatan dengan Pantai Utara Jakarta tepatnya RW 001, 013, 004, dan 006 Kelurahan Kalibaru, sehingga merasakan dampak langsung dari adanya kenaikan muka air laut yaitu intrusi air laut dan banjir rob selama bulan Januari-Februari 2015 dan bersedia untuk diwawancarai. Jumlah responden yang diwawancarai adalah 50 responden. Gujarati (2007) menjelaskan dalam prakteknya, tak peduli distribusi probabilitas apapun yang mendasarinya, rata-rata sampel dari besaran sampel yang terdiri dari sekurang-kurangnya 30 observasi akan mendekati normal.

(47)

Kotamadya Jakarta Utara, Dinas PU DKI Jakarta, Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, dan Kelurahan Kalibaru.

4.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer, yaitu Microsoft Office Excell 2007 dan Minitab 15.0. Data selanjutnya diolah dan dianalisis secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk tabel dan perhitungan matematis. Matriks analisis data yang digunakan dalam menjawab tujuan-tujuan penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Matriks analisis data

No. Tujuan penelitian Sumber data Metode analisis data 1. Identifikasi karakteristik sosial

ekonomi, persepsi, dan pola yang ditimbulkan akibat intrusi air laut dan banjir rob

Biaya penggantian air bersih

Biaya perbaikan dan kehilangan

Biaya pengobatan dan pendapatan yang hilang karena sakit

Pendapatan yang hilang karena tidak melakukan aktivitas ekonomi

3. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

(48)

4.4.1 Identifikasi Karakteristik Sosial Ekonomi, Persepsi, dan Pola Adaptasi Masyarakat Mengenai Kenaikan Muka Air Laut dan Dampaknya

Metode analisis data yang digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat, persepsi masyarakat, dan pola adaptasi masyarakat mengenai kenaikan muka air laut dan dampaknya adalah dengan statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti (Sugiyono 2011). Adapun karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang diidentifikasi meliputi jenis kelamin, pendidikan terakhir, status kependudukan, status kepemilikan rumah, pekerjaan kepala keluarga, pendapatan, lama tinggal, jumlah anggota keluarga, jenis bangunan rumah, luas rumah, jarak rumah ke laut, serta penggunaan sumur.

Selanjutnya, persepsi responden mengenai kenaikan muka air laut yang diidentifikasi dalam penelitian ini meliputi pengetahuan tentang fenomena kenaikan muka air laut, penyebab dan dampak dari kenaikan muka air laut, kualitas air tanah, penyebab intrusi air laut, karakteristik banjir rob (lama banjir rob, frekuensi, dan tinggi banjir rob), penyebab dan dampak banjir rob, serta pengaruh banjir rob terhadap aktivitas, kesehatan, dan kondisi lingkungan. Kemudian, pola adaptasi responden yang diidentifikasi dalam penelitian ini meliputi keinginan untuk pindah, upaya adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam mengurangi dampak dari intrusi air laut dan banjir rob, dan kombinasi pola adaptasi yang dilakukan masyarakat. Data dan informasi yang berasal dari kuesioner diolah menggunakan statisitik deskriptif, termasuk diantaranya distibusi persentase dan distribusi frekuensi. Analisis deskriptif ini dilakukan dengan bantuan program komputer Microsoft Office Excell 2007.

4.4.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Intrusi Air Laut dan Banjir Rob

(49)

dan biaya pencegahan. Berikut metode-metode yang digunakan untuk menghitung kerugian dalam penelitian ini:

4.4.2.1 Averting Behaviour Method (ABM)

Metode averting behaviour mengacu pada sejumlah nilai moneter untuk eksternalitas lingkungan dengan mengamati biaya yang disiapkan masyarakat untuk menghindari berbagai dampak negatif yang ada (Garrod dan Willis 1999). Pendekatan ABM ini sangat sesuai diaplikasikan karena ABM bergantung pada asumsi bahwa orang merasakan dampak negatif dari kerusakan lingkungan pada kesejahteraan mereka dan mereka mampu beradaptasi untuk menghindari atau mengurangi efek yang terjadi. Metode ABM ini terbatas pada kasus dimana rumah tangga mengeluarkan sejumlah uang untuk mengimbangi dampak lingkungan yang diterima (Pearce 1993). Pendekatan ABM ini memiliki tiga metode yaitu biaya pencegahan (preventive expenditure), biaya pengganti (replacement cost), dan biaya substitusi (substitute cost). Adapun untuk memperoleh nilai kerugian akibat intrusi air laut dan banjir rob yang digunakan pada penelitian ini adalah replacement cost dan preventive expenditure.

4.4.2.1.1Biaya Pengganti (Replacement Cost)

Penggunaan alternatif sumber air bersih lain akibat tercemarnya air sumur masyarakat diestimasi dengan menggunakan metode biaya pengganti. Informasi yang akan diteliti menyangkut sumber air bersih yang digunakan saat ini, sumber air bersih pengganti yaitu darimana sumber air pengganti responden untuk kebutuhan rumah tangganya, dan besar biaya yang dikeluarkan responden untuk mendapatkan sumber air bersih pengganti. Informasi yang dibutuhkan untuk menghitung kerugian yang terjadi adalah data penggunaan air bersih selain yang bersumber dari air tanah. Formula untuk perhitungan kerugian yang dialami adalah (Ismail et al. 2011):

... (4.1)

Keterangan:

RBP = Rata-rata biaya pengganti (Rp/KK)

BPi = Biaya pengganti responden ke-i (Rp)

n = Responden (KK)

i = Responden ke-i (1,2,3,…..n)

(50)

4.4.2.1.2 Biaya Pencegahan (Preventive Expenditure)

Biaya pencegahan merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan responden untuk melakukan pencegahan terhadap banjir rob. Biaya pencegahan diestimasi melalui biaya yang dikeluarkan untuk melakukan tindakan pencegahan pada bangunan tempat tinggal responden dalam rangka melindungi rumah responden dari tergenangnya banjir rob. Rata-rata biaya pencegahan per Kepala Keluarga (KK) diperoleh dari hasil pembagian jumlah biaya yang dikeluarkan responden dengan jumlah responden yang melakukan tindakan pencegahan tersebut. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Ismail et al. 2011):

... (4.2)

Biaya pencegahan yang dikeluarkan responden dikonversi ke dalam nilai saat ini (present value) sesuai dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Perhitungan dari biaya pencegahan ini menggunakan rumus compounding yaitu (Pearce 1998):

... (4.3) Keterangan:

PVi = Present Value dari biaya pencegahan responden ke-i (Rp)

BPCi = Biaya pencegahan responden ke-i (Rp)

r = Suku bunga bank (%)

t = Selisih waktu saat ini dan saat biaya dikeluarkan (tahun)

i = Responden ke-i (1,2,3,....,n)

4.4.2.2 Pendekatan Harga Pasar Sebenarnya

Kerugian fisik yang diderita masyarakat akibat banjir rob meliputi kerusakan komponen rumah dan peralatan rumah tangga. Kerugian ini diestimasi menggunakan metode pendekatan harga pasar sebenarnya, yaitu biaya perbaikan dan biaya kehilangan (Rosemarry 2014).

4.4.2.2.1Biaya Perbaikan

Kerugian ini dilihat dari biaya yang ditanggung oleh responden dihitung dari pengeluaran sejumlah uang untuk melakukan perbaikan kerusakan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga akibat genangan banjir rob. Kerusakan ∑

(51)

bangunan yang dimaksud meliputi kerusakan pintu dan lantai. Kerusakan peralatan rumah tangga meliputi kerusakan mesin cuci, TV, setrika, lemari, dan DVD. Besar biaya rata-rata untuk upaya perbaikan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga dapat diperoleh melalui persamaan berikut (Dhewanthi et al. 2007):

... (4.4)

Kerugian ini dilihat dari peralatan rumah tangga yang mengalami kerusakan dan tidak bisa digunakan kembali sesuai fungsinya. Biaya kehilangan peralatan rumah tangga yang dialami oleh masyarakat dapat dilihat dari harga pembelian awal dan tahun kehilangan peralatan rumah tangga tersebut. Biaya kehilangan ini dihitung menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2015 = 119.2 (BPS DKI Jakarta 2015) dengan tahun dasar 2012 = 100. Alasan menggunakan IHK dengan tahun dasar 2012 adalah karena untuk konsistensi keseragaman tahun dasar IHK. Metode ini untuk mencari nilai riil dari biaya kehilangan.

Perhitungan rata-rata biaya kehilangan responden diperoleh dengan cara membagi total biaya kehilangan dengan jumlah responden yang mengalami kerugian kerusakan peralatan rumah tangga. Nilai rata-rata biaya kehilangan dapat dilihat pada persamaan berikut (Dhewanthi et al. 2007):

... (4.5)

Keterangan :

RBK = Rata-rata biaya kehilangan (Rp/KK)

BKi = Biaya kehilangan responden ke-i (Rp)

n = Responden (KK)

i = Responden ke-i (1,2,3,….n)

4.4.2.3 Human Capital Approach: Cost of Illness dan Loss of Earning

Kerugian kesehatan merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan responden untuk mengobati penyakitnya yang berasal dari genangan banjir rob ∑

(52)

yang terjadi. Genangan banjir rob dapat menyebabkan penyakit seperti batuk, flu, demam berdarah, diare, dan penyakit kulit yaitu gatal-gatal (Pratikno dan Handayani 2014). Selain itu, penyakit tersebut juga dapat membuat hilangnya pendapatan responden akibat tidak dapat melakukan aktivitas ekonomi.

Kerugian ini diestimasi menggunakan pendekatan modal manusia (Human Capital Approach) yaitu biaya kesehatan. Biaya kesehatan masyarakat diperoleh dari penjumlahan hilangnya pendapatan karena sakit dengan biaya pengobatan. Biaya kesehatan dapat dilihat pada persamaan berikut (Dhewanthi et al. 2007):

C = P + BO ... (4.6) Keterangan:

C = Biaya kesehatan (Rp)

P = Pendapatan yang hilang (Rp)

BO = Biaya pengobatan (Rp)

4.4.2.3.1Biaya Pengobatan (Cost of Illness)

Biaya pengobatan yang ditanggung responden dihitung dari jumlah uang yang dikeluarkan untuk berobat. Biaya tersebut terdiri dari biaya kunjungan ke dokter atau klinik, biaya transportasi menuju puskesmas, dan atau biaya pembelian obat. Biaya pengobatan responden merupakan biaya yang dikeluarkan responden untuk mengobati sakit atau anggota keluarga responden yang menderita sakit dan menjadi tanggungan responden. Biaya pengobatan yang dikeluarkan responden dapat dilihat pada persamaan berikut (Dhewanthi et al. 2007):

... (4.7)

Keterangan :

RBO = Rata-rata biaya kesehatan (Rp/KK)

BOi = Biaya kesehatan responden ke-i (Rp)

n = Responden (KK)

i = Responden ke-i (1,2,3,….n)

4.4.2.3.2Nilai Pendapatan yang Hilang (Loss of Earning)

Adapun nilai pendapatan responden yang hilang karena sakit dihitung berdasarkan cost of time. Cost of time adalah kerugian responden yang tidak melakukan aktivitas ekonomi saat menderita sakit. Bagi responden yang bekerja ∑

(53)

sebagai pegawai, hilangnya waktu bekerja tidak mempengaruhi hilangnya pendapatan secara langsung. Cost of time pada responden yang bekerja sebagai non-pegawai sama dengan hilangnya pendapatan per hari. Adapun rumusnya sebagai berikut (Dhewanthi et al. 2007):

... (4.8)

Keterangan:

P = Hilangnya pendapatan responden (Rp/KK)

JHTKi = Jumlah hari tidak melakukan aktivitas ekonomi responden ke-i (hari)

PRi = Pendapatan responden ke-i per hari (Rp/hari)

n = Responden (KK)

i = Responden ke-i (1,2,3,....,n)

4.4.2.4 Pendapatan yang Hilang (Loss of Income)

Kerugian selanjutnya ialah kehilangan pendapatan harian masyarakat akibat banjir rob yang menghalangi mereka untuk melakukan aktivitas ekonomi. Kerugian ini diestimasi melalui pendekatan pendapatan yang hilang atau loss of income. Pendapatan yang hilang ini merupakan pendapatan harian yang tidak didapatkan responden karena responden memilih untuk tidak melakukan aktivitas ekonomi selama banjir. Rumus yang digunakan dalam perhitungan pendapatan yang hilang karena tidak melakukan aktivitas ekonomi, sama dengan rumus perhitungan pendapatan yang hilang karena sakit (Persamaan 4.8).

4.4.3 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan Pencegahan terhadap Banjir Rob

Tindakan pencegahan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah berupa pembuatan tanggul, meninggikan lantai dasar rumah, menambah jumlah lantai, menambah ketinggian peralatan rumah tangga, meninggikan jalan, dan membeli lemari plastik, yang diasumsikan dapat mewakili tindakan pencegahan yang dilakukan oleh rumah tangga secara keseluruhan.Adapun faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob adalah jarak rumah ke laut (JKL), status kependudukan (SK), luas rumah (LR), pendapatan rumah tangga (PDT), dan total kerugian ekonomi akibat banjir rob (TKE). Metode analisis yang digunakan untuk ∑

Gambar

GAMBARAN UMUM PENELITIAN .................................................         37
Gambar 1 Lokasi pemantauan kualitas air tanah dangkal DKI Jakarta tahun 2012
Gambar 2 Sebaran lokasi dampak banjir rob di Pantai Utara Jakarta
Gambar 3 Skema kerangka pemikiran penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kenaikan Muka Air Laut yang terjadi di PesisirKota Medan Provinsi Sumatera Utara akan diketahui melalui peningkatan tinggi genangan tiap tahunnya, dengan mengumpulkan data

dampak kenaikan muka air laut yang terjadi di wilayah pesisir Kota Medan hingga. diketahui kerentanan wilayah pesisirnya dapat dilihat pada

Perencanaan Adaptasi Non Struktural  Pemba- ngunan rumah susun sederha- na di kawasan permu- kiman kumuh  Kawasan industri selektif di Pesisir dan Perairan Laut (PPL)

Garis warna merah merupakan kenaikan muka air laut akibat total dari perubahan iklim, rata-rata pasang surut, deformasi vertikal, kemiringan dan jenis pantai serta pergerakan

Bertujuan untuk mendapatkan referensi yang berhubungan dengan Analisa kenaikan muka air laut (sea level rise) menggunakan data satelit altimetri di perairan

Mengingat tersedianya data satelit altimetri yang dapat diakses secara gratis dan dapat digunakan untuk analisis kenaikan muka air laut, maka pada naskah tulisan

Model penggenangan tersebut diperoleh dengan formulasi apabila ketinggian suatu lokasi lebih rendah dari ketinggian kenaikan muka air laut pada suatu tahun, maka lokasi tersebut

Hasil pengolahan data diperoleh adalah terjadi adanya perubahan garis pantai di Kabupaten Demak berupa Abrasi di satu wilayah dan Akresi di wilayah lain, dan rata-rata kenaikan muka