• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN

2) Kesalahan Ketik

Kesalahan berikutnya di dalam buku A yang dikhawatirkan akan menimbulkan miskonsepsi dalam diri pembaca (siswa) adalah kesalahan ketik. Kesalahan ketik dalam buku A terdapat di beberapa tempat. Berikut adalah beberapa kesalahan ketik dalam buku A berdasarkan halamannya:

a) Kesalahan ketik pada halaman 101

Gambar 4.25 Kesalahan Ketik pada Halaman 101

Persamaan 縸cos tidak sesuai dengan persamaan sebelum dan sesudahnya. Dengan melihat persamaan sebelum dan setelahnya, maka dapat disimpulkan bahwa persmaan

縸cos mengalami kesalahan pengetikan. Persamaan tersebut seharusnya dituliskan sebagai berikut:

魐 縸cos Ǵ (4.22)

b) Kesalahan ketik pada halaman 112

Gambar 4.26 Kesalahan Ketik pada Halaman 112

Persamaan yang ditunjukkan oleh panah A seharusnya diketik , agar sesuai dengan persamaan di atasnya. Simbol ∆ yang ditunjukkan oleh panah B seharusnya diganti dengan simbol 魐, agar sesuai dengan penjelasan pada kalimat berikutnya.

c) Kesalahan ketik pada halaman 113

Kesalahan ketik selanjutnya terletak di halaman 113 buku A.

Gambar 4.27 Kesalahan Ketik pada Halaman 113

Dalam bukunya penulis menjelaskan bahwa

seharusnya diganti dengan huruf s yang merupakan simbol besaran jarak antara titik A dan titik B dalam Gambar 4.27. d) Kesalahan ketik pada halaman 117

Kesalahan ketik juga terdapat di halaman 117, kesalahan ini dapat dilihat dalam Gambar 4.28 di bawah ini:

Gambar 4.28 Kesalahan Ketik pada Halaman 117

Di tempat yang ditunjukkan oleh tanda panah seharusnya ada tanda penjumlahan. Hal ini dapat disimpulkan dengan melihat persamaan sebelum dan setelahnya.

2. Buku B

Buku B adalah buku teks Fisika SMA karya Koesmanto yang berjudul Konsep Fisika untuk SMA/MA Kelas XI. Buku ini diterbitkan oleh penerbit Mefi Caraka pada tahun 2006. Setelah buku B diidentifikasi keberadaan kesalahan konsepnya, maka didapatkan beberapa kesalahan konsep sebagai berikut:

a. Kesalahan Konsep 1

Penulis buku B menjelaskan bahwa besarnya usaha 魐 adalah hasil kali antara gaya dengan proyeksi perpindahan pada arah gaya atau hasli kali proyeksi gaya pada arah perpindahan dengan perpindahannya.

Gambar 4.29 Pengertian Usaha

Pengertian ini diperkuat dengan penjelasan konsep usaha pada halaman 91 buku A. Penulis buku A menjelaskan bahwa bila perpindahan benda

lintasannya melengkung, maka besarnya usaha yang dilakukan sama dengan gaya kali proyeksi perpindahan terhadap arah gaya.

Gambar 2.30 Penjelasan Konsep Usaha

Young dan Freedman (2002: 166) menjelaskan tentang usaha yang dilakukan oleh sebuah gaya yang menghasilkan perpindahan dengan adalah sudut di antara gaya dan perpindahan sebagai berikut: “ketika gaya 㺘 dan perpindahan mempunyai arah berbeda, kita ambil komponen 㺘 dalam arah perpindahan , dan kita definisikan kerja sebagai hasil dari komponen ini dan besar perpindahan. Komponen 㺘 dalam arah adalah 縸cos .”

Serway dan Jewett (2004: 184) menjelaskan bahwa:

If we want to know how effective the force is in moving the eraser, we must consider not only the magnitude of the force but also its direction…So analyzing forces to determine the work they do, we must consider the vector nature of forces. We must also know how far the eraser moves along the tray if we want to determine the work associated with that displacement. The work done on a system by an agent exerting a constant force on the system is the product of the magnitude of the force, the magnitude of the displacement of the point of application of the force, and cos , where is the angle between the force and displacement vectors:

魐 縸∆ cos (4.22)

Narasumber wawancara berpendapat bahwa usaha secara konseptual didefinisikan dengan persamaan:

魐 㺘 •

魐 縸cos Ǵ

魐 縸 Ǵcos

(4.23) commit to user

Perpindahan merupakan hasil, sedangkan penyebab perpindahan benda adalah usaha yang dikerjakan oleh gaya pada benda. Konsep yang menyatakan usaha adalah perkalian antara gaya dan proyeksi (vektor komponen) perpindahan yang sejajar dengan gaya, atau usaha dapat dicari dengan hal yang demikian, adalah salah. Walaupun secara matematis menghasilkan angka yang sama, namun secara konseptual hal tersebut bertentangan dengan pengertian usaha dan pendapat para ahli.

Berdasarkan penjelasan para ahli, maka didapatkan konsep penting yaitu:

1) Usaha yang dilakukan suatu gaya konstan adalah hasil perkalian antara besar komponen gaya yang searah dengan perpindahan (縸cos ) dan besar perpindahannya (Ǵ).

2) Perpindahan adalah hasil dari usaha yang dilakukan oleh suatu gaya. 3) Konsep yang menyatakan usaha adalah perkalian antara gaya dan proyeksi (vektor komponen) perpindahan yang sejajar dengan gaya, atau usaha dapat dicari dengan hal yang demikian, adalah salah.

Dengan melihat perbedaan yang terdapat pada konsep yang tertulis di buku A dengan konsep para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam buku A terdapat kesalahan konsep pengertian usaha.

Kesalahan ini dapat terjadi karena penulis buku B mendefinisikan dan menjelaskan usaha sebagai hasil perkalian dari besar gaya (縸) dengan komponen perpindahan yang searah dengan gaya (Ǵcos ). Jika ditulis dengan persamaan matematis maka kedua besaran ini akan menghasilkan persamaan usaha yang sama dengan persamaan usaha yang dimiliki para ahli, yaitu:

縸 Ǵcos (4.24)

Namun secara konseptual, definisi dan penjelasan ini dinilai salah karena berbeda dengan definisi dan penjelasan usaha menurut para ahli. Jika dilihat dari sudut pandang sebab-akibat, besaran jarak (Ǵ) adalah hasil dari usaha (魐) yang dilakukan oleh gaya yang berpengaruh pada perpindahan benda (縸coscommit to user ).

Supaya definisi dan penjelasan dalam buku B sesuai dengan penjelasan dari para ahli Fisika, maka dalam buku B harus digunakan definisi dan penjelasan yang sesuai dengan penjelasan para ahli. Definisi dan penjelasan tersebut yaitu usaha didefinisikan sebagai hasil perkalian dari antara besar komponen gaya yang searah dengan perpindahan (縸cos ) dan besar perpindahannya (Ǵ). Usaha tidak didefinisikan dan tidak dijelaskan sebagai besaran hasil kali antara gaya (縸) dengan komponen/proyeksi perpindahan pada arah gaya (Ǵcos ).

b. Kesalahan Konsep 2

Penulis menggunakan huruf S besar sebagai simbol besaran jarak atau perpindahan. Pemakaian simbol ini dapat dilihat pada Gambar 4.31 di bawah ini:

Gambar 4.31 Pemakaian Simbol S

Young dan Freedman (2002: 166) menjelaskan tentang usaha sebagai berikut: “ketika gaya 㺘 dan perpindahan mempunyai arah berbeda, kita ambil komponen 㺘 dalam arah perpindahan , dan kita definisikan kerja sebagai hasil dari komponen ini dan besar perpindahan. Komponen 㺘 dalam arah adalah 縸cos .”

Serway dan Jewett (2004: 184) menjelaskan bahwa:

The work done on a system by an agent exerting a constant force on the system is the product of the magnitude of the force, the magnitude of the displacement of the point of application of the force, and cos , where is the angle between the force and displacement vectors:

Narasumber wawancara berpendapat bahwa huruf S besar dalam buku A adalah suatu kesalahan konsep penulisan simbol perpindahan. commit to user

Narasumber menjelaskan bahwa sesuai kesepakatan, besaran perpindahan menggunakan simbol huruf s kecil.

Berdasarkan penjelasan para ahli, maka didapatkan konsep penting tentang besaran jarak/perpindahan, yaitu besaran jarak menggunakan simbol atau ∆ . Huruf yang dipakai sebagai simbol besaran jarak adalah huruf s kecil atau r kecil.

Dengan melihat perbedaan penulisan simbol besaran jarak dalam buku B dengan penulisan para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam buku B terdapat kesalahan konsep penulisan simbol besaran jarak.

Agar penulisan simbol jarak dalam buku B sesuai dengan penulisan para ahli, maka simbol jarak dalam buku B harus diganti menjadi huruf s kecil atau huruf r kecil.

c. Kesalahan Konsep 3

Pada halaman 91 penulis buku B menggunakan gambar yang mengandung beberapa kesalahan, gambar tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.32 sebagai berikut:

Gambar 4.32 Gambar Penjelasan Hubungan Arah Gaya, Perpindahan dan Usaha yang Dikerjakan

1) Kesalahan konsep penggambaran arah gaya

Penulis menjelaskan Gambar 4.32 (a) sebagai contoh usaha yang dilakukan oleh sebuah gaya yang searah dengan perpindahan benda.

Young dan Freedman (2002: 165-166) menjelaskan bahwa jika , maka 㺘 dan dalam arah yang sama. Persamaan yang dipakai pada keadaan ini adalah 魐 縸Ǵ karena cos 1.

Gambar 4.33 Gaya pada Benda yang Searah dengan Perpindahan Benda

Serway dan Jewett (2004: 185) menjelaskan bahwa: “If an applied force is in the same direction as the displacement , then

and cos 1.

Narasumber wawancara berpendapat bahwa Gambar 4.32 (a) mengandung kesalahan, karena sudut antara benang (gaya dari tangan) dan perpindahan tidak 0°. Hal ini tidak sesuai dengan penjelasan gambar dalam buku B.

Dengan melihat ketidaksesuaian Gambar 4.32 (a) dengan konsep yang dimiliki para ahli Fisika, maka dapat disimpulkan dalam Gambar 4.32 (a) terdapat kesalahan konsep penggambaran arah gaya.

Kesalahan ini dapat terjadi karena penulis buku B menggambar tali dan tangan tidak sejajar dengan lantai (sumbu diagram kartesian), sehingga sudut yang terbentuk memiliki besar ° dan nilai cos 1. Apabila sudut antara arah gaya dan perpindahan maka gaya yang melakukan usaha dikatakan tidak ° searah dengan perpindahan.

Agar Gambar 4.32 (a) sesuai dengan konsep yang dimiliki para ahli, maka arah gaya dari tangan harus digambar sejajar dengan lantai.

2) Ketiadaan simbol besaran dalam gambar

Gambar yang digunakan oleh penulis untuk menjelaskan konsep usaha yang dipengaruhi oleh arah gaya dan perpindahan benda, tidak disertai dengan simbol-simbol besaran yang jelas. Arah gaya dalam gambar diketahui dengan melihat arah tarikan tangan sebagai arah gaya kecuali untuk Gambar 4.32 (c) yang digunakan untuk menjelaskan usaha yang dilakukan gaya gesekan. Sedangkan arah geraknya tidak diketahui.

Young dan Freedman (2002: 166) memberikan contoh usaha yang bernilai nol yaitu menahan buku dengan tangan selama 5 menit. Usaha yang dikerjakan tangan ketika menahan buku dikatakan bernilai nol karena tidak ada perpindahan pada buku sama sekali.

Serway dan Jewett (2004: 184) memberikan contoh usaha yang bernilai nol:

As an example of the distinction between this definition of work and our everyday understanding of the word, consider holding a heavy chair at arm’s length for 3 minutes. At the end of this time interval, your tired arms may lead you to think that you have done a considerable amount of work on the chair. According to our definition, however, you have done no work on it whatsoever. You exert a force to support the chair, but you do not move it. A force does no work on an object if the force does not move trough a displacement. This can be seen by noting that if , Equation (4.20) gives .

Narasumber wawancara berpendapat bahwa ketidaklengkapan simbol dalam gambar dapat menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Dalam Gambar 4.32, tidak satupun dari ketiga gambar yang memiliki simbol perpindahan di dalamnya. Maka dapat disimpulkan bahwa usaha pada tiga Gambar 4.32 bernilai nol. commit to user

Dengan melihat ketidaksesuaian Gambar 4.32 dengan konsep para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam buku B terdapat kesalahan konsep penggunaan gambar.

Agar Gambar 4.32 sesuai dengan konsep yang dimiliki para ahli, maka di dalamnya harus disertai simbol-simbol besaran yang sesuai.

Gambar yang sesuai dengan konsep yang dimiliki para ahli adalah sebagai berikut:

Gambar 4.34 Gambar yang Sesuai dengan Konsep Para Ahli

d. Kesalahan Konsep 4

Penulis buku B memberikan persamaan energi potensial pada medan gravitasi tak homogen:

.

d (4.25)

di mana:

. Energi potensial di titik A konstanta gravitasi

d jarak titik ke Bumi

massa bumi dan massa benda commit to user

Young dan Freedman (2002: 359-360) menjelaskan bahwa persamaan untuk mencari g pada tiap ketinggian dapat dicari dari persamaan gaya berat sebuah benda bermassa m di permukaan bumi. Gaya gravitasi antara dua benda didefinisikan dalam persamaan

縸聘 (4.26)

di mana G adalah nilai konstanta gravitasi yang bernilai 6,67 x 10-11 N.m2/kg2, adalah massa bumi yakni 5,974 x 1024 kg dan adalah jari-jari Bumi yaitu 6,38 x 106 m. Gaya gravitasi 縸 sama dengan gaya berat (˰ f). Oleh karena itu, persamaan percepatan gravitasi di dekat permukaan Bumi dapat dituliskan sebagai berikut:

f (4.27)

Pada sebuah titik di atas permukaan Bumi pada jarak dari pusat Bumi, berat suatu benda didefinisikan dalam persamaan:

˰ 縸聘 (4.28)

Serway dan Jewett (2004: 391-394) menjelaskan bahwa gaya gravitasi antara Bumi dan benda di sekitar permukaan Bumi didefinisikan dalam persamaan:

縸聘 (4.29)

Karena gaya berat 縸 ˰ f, maka percepatan gravitasi didapatkan: f

f

(4.30)

Untuk benda yang berada di atas bumi dengan ketinggian , maka gaya yang terjadi pada benda adalah:

縸聘 (4.31)

Berdasarkan persamaan (4.29) dapat dicari persamaan percepatan gravitasi pada ketinggian di atas permukaan Bumi sebagai berikut:

f (4.32) di mana:

縸聘 Force exerted by the Earth on a particle is the universal gravitational constant The mass of the Eart

The mass of the particle The radius of the Earth Altitude of the particle

Narasumber wawancara menjelaskan bahwa energi potensial pada ketinggian tertentu dapat dicari dengan memasukkan persamaan percepatan gravitasi ke dalam persamaan energi potensial:

f

0 (4.33)

di mana:

Energi potensial gravitasi Tetapan gravitasi

0 Massa Bumi

Massa benda Ketinggian benda

Jari jari Bumi

Dengan melihat perbedaan persamaan energi potensial gravitasi yang terdapat dalam buku B dengan persamaan energi potensial gravitasi yang dimiliki para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam buku B terdapat kesalahan konsep penulisan persamaan energi potensial gravitasi pada medan gravitasi tak homogen.

Agar persamaan energi potensial gravitasi pada medan gravitasi tak homogen dalam buku B sama dengan persamaan energi potensial gravitasi narasumber wawancara dan sesuai dengan persamaan energi

potensial gravitasi buku Universitas, maka persamaan di dalam buku B harus diganti menjadi:

0 (4.34)

e. Kesalahan Konsep 5

Penulis buku B menyatakan bahwa: “Tanda negatif (-) menyatakan, makin tinggi benda di atas Bumi energi potensialnya makin besar” (Koesmanto, 2006: 95).

Dengan melihat persamaan (4.26), Young dan Freedman (2002: 359) menjelaskan bahwa: “Berat suatu benda berkurang secara berkebalikan dengan kuadrat jaraknya dari pusat Bumi.”

Dengan melihat persamaan (4.30), Serway dan Jewett (2004: 394) menjelaskan bahwa: “Thus, it follows that f decreases with increasing altitude. Because the weight of an object is f, we see that as

→ ∞, its weight approaches zero”.

Narasumber wawancara menjelaskan bahwa besarnya energi potensial bukan hanya dipengaruhi oleh ketinggian, melainkan juga oleh percepatan gravitasi. Sehingga pendapat yang mengatakan bahwa semakin tinggi benda di atas Bumi energi potensialnya semakin besar adalah pendapat yang salah.

Dengan melihat perbedaan penjelasan para ahli dengan pernyataan dalam buku B, maka dapat disimpulkan bahwa pada halaman 95 buku B terdapat kesalahan penjelasan energi potensial.

Kesalahan ini dapat terjadi karena penulis buku B hanya menyimpulkan besarnya energi potensial dipengaruhi oleh ketinggian benda saja. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat narasumber wawancara. Narasumber wawancara menjelaskan bahwa besarnya energi potensial bukan hanya dipengaruhi oleh ketinggian, melainkan juga oleh percepatan gravitasi. Hubungan antara energi potensial dan ketinggian benda dapat dilihat pada Gambar 4.36. Energi potensial meningkat commit to user

seiring meningkatnya ketinggian, namun hal ini hanya berlaku sampai ketinggian sama dengan jari-jari Bumi. Setelah ketinggian e, Energi potensial akan berkurang seiring meningkatnya ketinggian benda.

Gambar 4.35 Grafik Hubungan antara Percepatan Gravitasi dan Ketinggian

Gambar 4.36 Grafik Hubungan antara Energi Potensial dan Ketinggian

Agar penjelasan energi potensial di halaman 95 buku B sesuai dengan konsep para ahli, maka penjelasan itu harus diganti menjadi: Besarnya energi potensial bukan hanya dipengaruhi oleh ketinggian, melainkan juga oleh percepatan gravitasi. Percepatan gravitasi berkurang seiring meningkatnya ketinggian. Energi potensial suatu benda meningkat seiring bertambahnya ketinggian sampai pada ketinggian

sama dengan jari-jari Bumi ( e), setelah itu nilainya turun seiring bertambahnya ketinggian.

f. Kesalahan Konsep 6

Penulis menggunakan tanda titik pada beberapa persamaan Fisika di dalam buku B. Penggunaan tanda titik ini dapat dilihat pada Gambar 4.37 berikut ini:

Gambar 4.37 Penggunaan Tanda Titik dalam Buku B

Young dan Freedman (2002: 18-19) menjelaskan bahwa perkalian skalar dari dua vektor 폘 dan dinyatakan dengan 폘 • . Karena notasi ini, perkalian ini disebut juga perkalian titik. Apabila sudut

adalah sudut antara vektor 폘 dan , maka

폘 • 錠 ƅcos 폘 cos (4.35)

Perkalian skalar menghasilkan besaran skalar, bukan vektor. Besaran ini dapat bernilai positif, negatif, maupun nol.

Sejalan dengan buku Fisika Universitas, Serway dan Jewett (2004: 186) menyatakan bahwa: “In general, the scalar product of any two vectors and is scalar quantity equal to the product of the magnitudes of the two vectors and the cosine of the angle between them.

• 錠 ƅcos (4.36)

Narasumber wawancara berpendapat bahwa persamaan energi potensial pada buku B termasuk kesalahan konsep karena menggunakan

notasi titik dalam perkalian antara besaran skalar. Kesalahan penggunaan notasi titik berulang pada beberapa persamaan lain.

Dengan melihat perbedaan konsep pemakaian tanda titik oleh para ahli dengan konsep pemakaian tanda titik dalam buku B, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam buku B terdapat kesalahan konsep pemakaian notasi titik dalam persamaan Fisika.

Kesalahan ini terjadi karena penulis menggunakan notasi titik untuk mengalikan besaran skalar. Massa, percepatan gravitasi dan ketinggian dituliskan dengan simbol , f dan . Simbol-simbol tersebut termasuk simbol besaran skalar ( ) dan bentuk skalar besaran vektor (f dan ). Sesuai konsep yang dimiliki para ahli Fisika, notasi silang dan notasi titik hanya digunakan untuk mengalikan dua besaran vektor (ditulis dengan konsep penulisan besaran vektor).

Agar persamaan yang ditunjukkan dalam Gambar 4.37 sesuai dengn konsep para ahli, maka tanda titik di dalam persamaan harus dihilangkan.

g. Kesalahan Konsep 7

Dalam buku B, penulis menuliskan besaran kecepatan rata-rata dengan simbol . Pemakaian simbol ini dapat dilihat dalam Gambar 4.38 berikut ini:

Gambar 4.38 Simbol Kecepatan Rata-rata

Young dan Freedman (2002: 32) menggunakan huruf dengan subskrip “ ” sebagai simbol dari besar (2 magnitude) besaran kecepatan rata-rata. Sementara huruf tanpa subskrip digunakan sebagai simbol dari besar besaran kecepatan sesaat. Baik kecepatan sesaat maupun kecepatan rata-rata merupakan besaran vektor. Bentuk vektor dari dua besaran ini adalah: ns dan . commit to user

Serway dan Jewett (2004: 26-29) menggunakan huruf tebal dengan garis di atasnya sebagai simbol besaran kecepatan rata-rata (average velocity). Huruf tebal digunakan sebagai simbol besaran kecepatan sesaat (instantaneous velocity). Simbol kedua besaran ini adalah: dan .

Narasumber wawancara berpendapat bahwa penulisan simbol kecepatan rata-rata dalam buku B mengalami kesalahan, karena huruf biasanya digunakan sebagai simbol besar (magnitude) besaran kecepatan sesaat atau bentuk skalar dari besaran kecepatan sesaat. Besar kecepatan rata-rata biasanya disimbolkan dengan huruf dengan subskrib 2di bawahnya atau dengan huruf dengan garis di atasnya. Simbol kecepatan rata-rata yang benar adalah: ns atau ̅.

Dengan melihat perbedaan konsep penulisan simbol besaran kecepatan rata-rata yang terdapat dalam buku B dengan konsep yang dimiliki para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam buku B terjadi kesalahan konsep penulisan simbol besaran kecepatan rata-rata.

Agar simbol kecepatan rata-rata dalam buku B dapat dikatakan benar secara konseptual, maka simbol kecepatan rata-rata dalam buku B harus diganti dengan salah satu dari dua simbol berikut ini:

atau

h. Kesalahan Konsep 8

Penulis menjelaskan konsep energi kinetik menggunakan analisis kejadian pisau yang tertancap pada batang pohon. Penjelasan tentang energi kinetik dituliskan dalam bentuk persamaan-persamaan seperti pada Gambar 4.39 sebagai berikut:

Gambar 4.39 Kesalahan Penjelasan Energi Kinetik

Pada kotak nomor dua, penulis ingin memberi tahu bahwa kecepatan akhir pisau bernilai nol ( s ) yang ditunjukkan oleh panah B, hal ini sesuai pendapat para ahli. Namun pada kotak yang sama penulis juga menyebutkan bahwa kecepatak akhir tidak bernilai nol ( s , yang ditunjukkan oleh panah A.

Pada kota nomor empat, penulis menyebutkan bahwa s yang ditunjukkan oleh panah D. Pernyataan s menyebabkan persamaan jarak menjadi

Ǵ ns 2

1 s 2 1

2

ns s sesuai dengan panah A

s sesuai dengan panah D (4.37)

Jarak menjadi 2 sesuai dengan panah E. Persamaan yang ditunjukkan oleh panah A, C, D, E dan F memperjelas bahwa penulis berpendapat

bahwa kecepatan akhir tidak bernilai nol dan kecepatan awal bernilai nol

( s , .

Young dan Freedman (2002: 41) menggunakan huruf dengan subskrib “ ” sebagai simbol kecepatan awal. Kecepatan awal adalah kecepatan saat 2 . Huruf digunakan sebagai simbol kecepatan saat waktu 2 (2 ).

Serway dan Jewett (2004: 36) menggunakan huruf dengan subskrib “ ” sebagai simbol kecepatan awal. Huruf dengan subskrib “ ” digunakan sebagai simbol kecepatan akhir saat waktu 2. Kecepatan awal adalah kecepatan suatu benda saat 2 . Kecepatan akhir adalah kecepatan yang dicapai benda saat waktu 2.

Narasumber wawancara berpendapat bahwa dalam penjelasan energi kinetik buku B terdapat kesalahan. Jika waktu awal pisau adalah saat benda menyentuh batang pohon, maka kecepatanya maksimum (tidak bernilai nol). Dan kecepatan akhir benda bernilai nol karena pisau berhenti karena gaya gesek antara batang kayu dan pisau.

Dengan melihat konsep kecepatan dalam buku B yang tidak sesuai dengan konsep para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam penjelasan energi kinetik buku B terdapat kesalahan konsep kecepatan.

Agar konsep kecepatan dalam penjelasan energi kinetik buku B sesuai dengan konsep para ahli, maka kecepatan akhir harus bernilai nol

Dokumen terkait