ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA
Skripsi Oleh:
Anjar Taufik Hidayat K2307018
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Anjar Taufik Hidayat
NIM : K2307018
Jurusan/Program Studi : PMIPA/Pendidikan Fisika
menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Bila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan Anjar Taufik Hidayat
iii
ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA
Oleh:
Anjar Taufik Hidayat K2307018
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
Pembimbing I,
Drs. Surantoro, M.Si NIP. 19570820 198601 1 001
Pembimbing II,
Drs. Edy Wiyono, M.Pd NIP. 19510421 197501 1 001
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Sukarmin, S.Pd., M.Si., Ph.D. ______________________
Sekretaris : Drs. Sutadi Waskito, M.Pd. ______________________
Anggota I : Drs. Surantoro, M.Si ______________________
Anggota II : Drs. Edy Wiyono, M.Pd ______________________
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
a.n Dekan,
Prof. Dr. rer. nat Sajidan, M.Si
vi MOTTO
v Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasannya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (Ath-Thalaaq: 12)
v Masih tetap ada segolongan dari umatku yang berada di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menelantarkan mereka, tidak pula orang yang menyelisihi mereka sampai datang keputusan Allah (hari kiamat) sedang mereka dalam keadaan tersebut. (HR. Muslim)
v Rabbmu merasa heran terhadap pemuda yang tidak mempunyai rasa cinta. (HR. Ahmad)
v Sesungguhnya kelembutan tidak ada dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya, tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan membuatnya menjadi buruk. (HR. Muslim)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, Skripsi ini dipersembahkan kepada:
v “Bapak dan Ibu”
Do’a yang dipanjatkan, pengorbanan yang diberikan, dan kasih sayang yang selalu dicurahkan. Saya bersyukur kepada Allah karena telah diperkenankan menjadi salah satu putra kalian. Semoga Allah selalu menyayangi kalian.
v “Adikku Dharu Taufik Pradistiya” Yang sangat saya sayangi.
viii ABSTRAK
Anjar Taufik Hidayat. ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui letak kesalahan konsep pada materi pokok Energi, Usaha dan Daya dalam buku teks Fisika berikut ini: (a) Setya Nurachmandani. 2009. FISIKA 2 Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. (b) Koesmanto. 2006. KONSEP FISIKA Untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta: Mefi Caraka. (c) Karya Mikrajuddin Abdullah. 2006. FISIKA SMA dan MA Kelas XI Semester I. Jakarta: esis. (2) Mengetahui dari ketiga buku di atas, buku manakah yang paling baik digunakan oleh siswa dan guru jika dilihat dari kebenaran konsepnya dalam materi pokok Usaha, Energi dan Daya.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah tiga buah buku ajar Fisika SMA kelas XI semester 1, yaitu: (a) Setya Nurachmandani. 2009. FISIKA 2 Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. (b) Koesmanto. 2006. KONSEP FISIKA Untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta: Mefi Caraka. (c) Mikrajuddin Abdullah. 2006. FISIKA SMA dan MA Kelas XI Semester I. Jakarta: esis. Objek penelitian ini adalah konsep-konsep Fisika di dalam ketiga buku di atas, yang meliputi istilah, pengertian, penjelasan konsep, perumusan, simbol, satuan, besaran, diagram dan gambar. Teknik pengumpulan data adalah dengan kajian dokumen dan wawancara. Validitas data menggunakan teknik ketekunan atau keajegan pengamatan, triangulasi sumber data, uraian rinci, review informan kunci dan auditing. Analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan metode interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing buku teks Fisika SMA kelas XI semester 1 mengandung kesalahan konsep. Jumlah kesalahan konsep yang terdapat pada ketiga buku teks Fisika SMA kelas XI semester 1
ix
ialah: (a) buku karya Setya Nurachmandani: 9, (b) buku karya Koesmanto: 9, (c) buku karya Mikrajuddin Abdullah: 3.
Dengan melihat jumlah kesalahan konsep yang terdapat di dalam masing-masing buku teks Fisika di atas, maka dapat disimpulkan bahwa buku teks Fisika berjudul FISIKA SMA dan MA Kelas XI Semester I karya Mikrajuddin Abdullah adalah buku teks yang paling baik kualitasnya di antara tiga buku teks Fisika yang diteliti.
Kata kunci: Analisis isi, buku teks, kesalahan konsep
x ABSTRACT
Anjar Taufik Hidayat. THE ANALYSIS OF PHYSICS TEXTBOOK MISCONCEPTION ON THE FIRST HALF OF SECOND GRADE SENIOR HIGH SCHOOL. Thesis. Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. July 2012.
The purpose of this research were (1) to find out the missconception on the subject matter of Energy, Work and Power in the following physics textbooks: (a) Setya Nurachmandani. 2009. FISIKA 2 Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Printing Center of National Education Ministry . (b) Koesmanto. 2006. KONSEP FISIKA Untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta: Mefi Caraka. (c) Mikrajuddin Abdullah. 2006. FISIKA SMA dan MA Kelas XI Semester I. Jakarta: esis. (2) to find out which one of the three books was the best to be used by students and teachers viewed from the right concept in the subject matter of Work, Energy and Power.
The method of the research was qualitative descriptive method. The subject was three physics textbook on the first half of second grade senior high school concluding: (a) Setya Nurachmandani. 2009. Physics 2 for FISIKA 2 Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Printing Center of National Education Ministry. (b) Koesmanto. 2006. KONSEP FISIKA Untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta: Mefi Caraka. (c) Mikrajuddin Abdullah. 2006. FISIKA SMA dan MA Kelas XI Semester I. Jakarta: esis. The object of this research was the Physics concepts of the three textbook above included the term, definition, explanation of the concept, formulation, symbols, units, scale, diagrams and pictures. The technique of collecting data was study the documents and interviews. The technique of validating data was persistence or constancy of observation, triangulation of data sources, detailed descriptions, key informant review and auditing. The technique of analyzing data was qualitative data analysis techniques with interactive methods.
xi
The results showed that each of physics textbook contained of misconceptions. The total misconceptions of each book were as follows: (a) book by Setya Nurachmandani: 9, (b) book by Koesmanto: 9, (c) book by Abdullah Mikrajuddin: 3.
By looking at the number of misconceptions of each Physics textbook above, it could be concluded that the Physics textbook entitled FISIKA SMA dan MA Kelas XI Semester I written by Abdullah Mikrajuddin was the best textbook among the other physics textbooks.
Key words: content analysis, textbooks, fault concept, misconception
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
KATA PENGANTAR ... xxi
BAB I. PENDAHULUAN A. Pendahuluan ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 6
1. Belajar dan Pembelajaran... 6
2. Miskonsepsi... ... 10
a. Konsep... ... 10
xiii
3. Analisis Isi... 15
4. Buku Teks... ... 19
5. Standar Kompetensi, kompetensi Dasar, Indikator dan Materi Pokok Fisika SMA Kelas XI Semester 1... 21
6. Materi Fisika SMA Kelas XI Semester 1... ... 24
a. Usaha dan Energi... ... 24
b. Energi Potensial dan Kekekalan energi... .... 26
B. Penelitian yang relevan ... 30
C. Kerangka Berfikir ... 33
1. Tahap Penentuan Sumber Data... ... 34
2. Tahap Pengambilan Data... ... 35
a. Kajian Dokumen dan Arsip... ... 35
b. Wawancara... ... 36
3. Tahap Reduksi Data... ... 38
4. Tahap Penyajian Data... ... 38
5. Tahap Penarikan Kesimpulan... ... 39
a. Ketekunan atau Keajegan Pengamatan... 41
b. Triangulasi... ... 42
c. Uraian Rinci... ... 43
d. Review Informan Kunci... ... 43
e. Auditing... ... 43
1) Pra-entri... ... 44
2) Penetapan Hal-hal yang Dapat Diaudit... 44
3) Kesepakatan Formal... ... 45
4) Penentuan Keabsahan Data... ... 45
5) Tahap Akhir... 46
D. Pertanyaan Penelitian... ... 46
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48
xiv
2. Waktu Penelitian... ... 48
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 48
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 49
1. Teknik Pengumpulan Data... ... 49
a. Kajian Dokumen dan Arsip... ... 49
b. Wawancara... ... 50
2. Instrumen Penelitian... ... 51
E. Keabsahan Data ... 51
1. Ketekunan atau Keajegan Pengamatan... ... 51
2. Triangulasi... ... 52
3. Uraian Rinci... ... 53
4. Review Informan Kunci... ... 53
5. Auditing... ... 54
a. Pra-entri... ... 54
b. Penetapan Hal-hal yang Dapat Diaudit... .... 55
c. Kesepakatan Formal... ... 55
d. Penentuan Keabsahan Data... ... 55
e. Tahap Akhir... ... 56
F. Teknik Analisis Data ... 56
1. Pengumpulan Data... ... 56
a. Kajian Dokumen dan Arsip... ... 57
b. Wawancara... ... 58
2. Reduksi Data... ... 58
3. Sajian Data... ... 58
4. Penarikan Simpulan dan Verifikasi... ... 59
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 61
B. Pembahasan ... 61
1. Buku A... ... 61
xv
c. Kesalahan Konsep 3... ... 66
d. Kesalahan Konsep 4... ... 67
e. Kesalahan Konsep 5... ... 69
f. Kesalahan Konsep 6... ... 71
g. Kesalahan Konsep 7... ... 73
h. Kesalahan Konsep 8... ... 82
i. Kesalahan Konsep 9... ... 84
j. Analisis Tambahan... ... 85
1) Kekurangan Materi atau Konsep... ... 85
2) Kesalahan Ketik... ... 88
2. Buku B... ... 90
a. Kesalahan Konsep 1... ... 90
b. Kesalahan Konsep 2... ... 92
c. Kesalahan Konsep 3... ... 94
d. Kesalahan Konsep 4... ... 97
e. Kesalahan Konsep 5... ... 99
f. Kesalahan Konsep 6... ... 102
g. Kesalahan Konsep 7... ... 103
h. Kesalahan Konsep 8... ... 104
i. Kesalahan Konsep 9... ... 106
j. Analisis Tambahan... ... 108
1) Kesalahan Ketik... ... 108
2) Kekurangan Materi atau Konsep... ... 113
3. Buku C... ... 115
a. Kesalahan Konsep 1... ... 115
b. Kesalahan Konsep 2... ... 118
c. Kesalahan Konsep 3... ... 119
d. Analisis Tambahan... ... 122
1) Kesalahan Ketik... ... 122
xvi BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 126
B. Implikasi ... 126
C. Keterbatasan Penelitian ... 127
D. Saran ... 127
DAFTAR PUSTAKA ... 129
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 131
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ciri-Ciri Umum Pendidikan, Belajar dan Perkembangan ... 7
Tabel 2.2 Penyebab Miskonsepsi ... 12
Tabel 2.3 Kompetensi Dasar, Indikator dan Materi Pokok Mata Pelajaran Fisika Kelas XI Semester 1. ... 21
Tabel 2.4 Tabel Hasil Penelitian Konsep Alternatif Usaha, Daya, dan Energi Siswa Sekolah Dasar Turki ... 32
Tabel 2.5 Desain Tabel Lembar Identifikasi Kesalahan Konsep ... 39
Tabel 2.6 Peringkat Kualitas Buku Ajar Fisika SMA Kelas XI Semester 1 Ditinjau dari Kesalahan Konsepnya ... 39
Tabel 2.7 Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dilihat dari Segi Konstruknya ... 40
Tabel 2.8 Ikhtisar Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 41
Tabel 3.1 Desain Tabel Lembar Identifikasi Kesalahan Konsep ... 51
Tabel 3.2 Sajian Data ... 59
Tabel 3.3 Peringkat Kualitas Buku Ajar Fisika SMA Kelas XI Semester 1 Ditinjau dari Kesalahan Konsepnya ... 59
Tabel 5.1 Hasil Analisis Kesalahan Konsep ... 124
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerja (usaha) yang Dilakuakan Oleh Gaya Gravitasi Ӹ ... 26
Gambar 2.2 Model untuk Gerak Periodik ... 27
Gambar 2.3 Desain Penelitian ... 33
Gambar 2.4 Triangulasi Sumber ... 42
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber ... 53
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif ... 57
Gambar 4.1 Persamaan Umum Usaha ... 61
Gambar 4.2 Persamaan Usaha sebagai Hasil Kali Skalar ... 62
Gambar 4.3 Persamaan Usaha Saat Gaya Membentuk Sudut Terhadap Perpindahan ... 63
Gambar 4.4 Perkalian Antara Dua Nilai Besaran Vektor ... 63
Gambar 4.5 Perkalian Antara Besaran Skalar dan Nilai Besaran Vektor ... 65
Gambar 4.6 Kesalahan Penggunaan Notasi Titik di Halaman 102 ... 65
Gambar 4.7 Anak Bergerak ke Samping Sambil Membawa Barang ... 66
Gambar 4.8 Perpindahan Partikel dari Titik A Menuju Titik B ... 66
Gambar 4.9 Perkalian Silang pada Halaman 106 ... 67
Gambar 4.10 Perkalian Silang pada Halaman 119 ... 68
Gambar 4.11 Pengertian Gaya Konservatif ... 69
Gambar 4.12 Simbol Gaya Berat di Dalam Buku A ... 71
Gambar 4.13 Gambar Balok Menuruni Bidang Miring ... 73
Gambar 4.14 Keterangan Gambar 4.12 ... 73
Gambar 4.15 Perpindahan Sebuah Benda ke Bawah ... 76
Gambar 4.16 Peristiwa Buku Jatuh ... 77
Gambar 4.17 Keterangan Matematis dari Gambar 4.12 ... 78
Gambar 4.18 Tiga Buah Perpindahan ... 79
Gambar 4.19 The Work Done by Constant Force ... 79
xix
Gambar 4.21 Perpindahan Benda ke Atas ... 84
Gambar 4.22 Benda di Atas Permukaan Bumi ... 86
Gambar 4.23 Kesalahan Ketik pada Halaman 112 ... 88
Gambar 4.24 Kesalahan Ketik pada Halaman 113 ... 89
Gambar 4.25 Kesalahan Ketik pada Halaman 117 ... 89
Gambar 4.26 Pengertian Usaha ... 90
Gambar 4.27 Penjelasan Konsep Usaha ... 90
Gambar 4.28 Pemakaian Simbol S ... 93
Gambar 4.29 Gambar Penjelasan Hubungan Arah Gaya, Perpindahan dan Usaha yang Dikerjakan ... 94
Gambar 4.30 Gaya pada Benda yang Searah dengan Perpindahan Benda ... 94
Gambar 4.31 Gambar yang Sesuai dengan Konsep Para Ahli ... 97
Gambar 4.32 Grafik Hubungan antara Percepatan Gravitasi dan Ketinggian . 101 Gambar 4.33 Grafik Hubungan antara Energi Potensial dan Ketinggian ... 101
Gambar 4.34 Penggunaan Tanda Titik dalam Buku B ... 102
Gambar 4.35 Simbol Kecepatan Rata-rata ... 103
Gambar 4.36 Kesalahan Penjelasan Energi Kinetik ... 105
Gambar 4.37 Simbol Energi Potensial dan Energi Kinetik ... 107
Gambar 4.38 Kesalahan Ketik pada Halaman 95 ... 108
Gambar 4.39 Kesalahan Ketik pada Halaman 96 ... 109
Gambar 4.40 Kesalahan Ketik pada gambar di Halaman 96 ... 109
Gambar 4.41 Kesalahan Ketik pada Halaman 98 ... 110
Gambar 4.42 Kesalaha Ketik pada Halaman 99 ... 111
Gambar 4.43 Kekuranglengkapan Persamaan pada Halaman 97 ... 112
Gambar 4.44 Pengertian Gaya Konservatif dan Gaya Non-konservatif ... 114
Gambar 4.45 Simbol Energi Kinetik, Energi Potensial dan Energi Mekani .... 117
Gambar 4.46 Kesalahan Ketik pada Halaman 114 ... 122
Gambar 4.47 Kesalahan Ketik pada Halaman 151 ... 122
Gambar 4.48 Arah Percepatan yang Sejajar dengan Perpindahan pada Halaman 145 buku C ... 123
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 INSTRUMEN PENELITIAN ... 131
A. INDIKATOR KESALAHAN KONSEP ... 131
B. SUBMATERI PADA MASING-MASING BUKU ... 133
C. SUBMATERI MATERI POKOK USAHA, ENERGI DAN DAYA PADA TIGA BUKU ... 136
D. LEMBAR IDENTIFIKASI KESALAHAN KONSEP .... 138
E. HASIL IDENTIFIKASI KESALAHAN KONSEP ... 217
F. PERINGKAT BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER 1 ... 218
Lampiran 2 LEMBAR HASIL WAWANCARA... 219
Lampiran 3 LEMBAR VALIDASI AUDITOR... 235
Lampiran 4 BIODATA NARASUMBER WAWANCARA... 237
Lampiran 5 BIODATA AUDITOR... 238
Lampiran 6 BUKU A... 239
Lampiran 7 BUKU B... 252
Lampiran 8 BUKU C... 259
Lampiran 9 SURAT KEPUTUSAN DEKAN FKIP... 277
Lampiran 10 SURAT PERMOHONAN IJIN MENYUSUN SKRIPSI .... 278
xxi
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga atas kehendak-Nya penulisan Skripsi dengan judul “ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA”, dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan Skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu, segala bentuk bantuannya, penulis sampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sukarmin, S.Pd., M.Si., Ph.D. Selaku Ketua Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si. Selaku Ketua Program Fisika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 4. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd. dan bapak Drs. Surantoro, M.Si. Selaku
Koordinator Skripsi Program Fisika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Drs. Surantoro, M.Si. dan bapak Drs. Edy Wiyono, M.Pd. Selaku Pembimbing I dan II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.
6. Bapak, Ibu dan Adik yang telah memberikan do’a restu dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
7. Sahabat-sahabatku Fisika 2007 untuk segala dukungan, persahabatan, dan bantuannya.
xxii
9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan Skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Fisika adalah salah satu bidang ilmu dalam ilmu alam yang mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Fisika sering disebut sebagai "ilmu paling mendasar", karena setiap ilmu alam lainnya (Biologi, Kimia, Geologi, dan lain-lain) mempelajari jenis sistem materi tertentu yang mematuhi hukum Fisika. Misalnya, Kimia adalah ilmu tentang molekul dan zat Kimia yang dibentuknya. Sifat suatu zat Kimia ditentukan oleh sifat molekul yang membentuknya, yang dapat dijelaskan oleh ilmu Fisika seperti mekanika kuantum, termodinamika dan elektromagnetika. Banyak sekali konsep mengenai gejala benda mati yang dipelajari dalam Fisika.
Dalam pembelajaran Fisika, proses mengajar menyangkut pemberian (transfer) konsep, ketrampilan serta nilai-nilai dari guru kepada anak didik. Dalam mengajar, “yang paling diutamakan dalam pengajaran sehari-hari adalah konsep” (Vanden Berg et al, 1991: 8). “Konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berpikir” (Vanden Berg et al, 1991: 8).
Dalam Pembelajaran Fisika, guru menemui berapa permasalahan dalam mengajar, salah satunya adalah miskonsepsi Fisika. “Miskonsepsi Fisika adalah sebuah istilah untuk menyebutkan konsepi siswa yang tidak sesuai dengan konsepsi para Fisikawan” (Vanden Berg et al, 1991: 10). “Konsepsi adalah tafsiran perorangan dari suatu konsep ilmu (Vanden Berg et al, 1991: 10).
miskonsepsi disebut prakonsepsi. Jika seseorang belum mengalami pembelajaran formal dan membangun konsep yang ada dalam pikirannya semata-mata didasarkan pada pengalaman-pengalamannya di lingkunannya sehari-hari.
Keterampilan siswa dalam mengubah-ubah bentuk matematis rumus-rumus yang menyatakan hukum-hukum Fisika serta kelihaian mereka dalam menggunakannya dalam menyelesaikan soal-soal kuantitatif dapat menyembunyikan miskonsepsi yang ada dalam diri mereka tentang hukum-hukum tersebut. Mereka belum tentu dapat menjelaskan hukum-hukum tersebut secara kualitatif, misalnya seperti besaran mana yang merupakan sebab dan besaran mana yang merupakan akibat.
Apa saja penyebab timbulnya miskonsepsi pada diri siswa? Suparno (2005: 29) menerangkan bahwa: “secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu: siswa, guru, buku teks dan metode mengajar”.
Salah satu komponen yang penting dari perangkat kurikulum pendidikan di sekolah adalah buku pelajaran, yang sering disebut sebagai buku teks. Ketersediaan buku teks yang bermutu dan memadai merupakan instrumen untuk menghasilkan pendidikan yang bermutu. Pentingnya buku teks sebagai sarana belajar tercermin dalam semboyan-semboyan yang sering didengar ketika berada di bangku Sekolah Dasar: buku adalah guru yang tak pernah jemu dan buku adalah jendela informasi dunia. Bahkan UNESCO mencanangkan semboyan book for all (buku untuk semua).
Penelitian Supriadi terhadap 867 SD dan MI di Indonesia mencatat bahwa “tingkat kepemilikan siswa akan buku pelajaran di SD berkolaborasi positif dan signifikan dengan hasil belajarnya sebagaimana diukur dengan Nilai Ebtanas Murni. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar akses siswa terhadap buku pelajaran akan meningkatkan hasil belajar siswa” (Abdulkarim, 2007: 119).
dalam proses pembelajaran. Dengan semakin besarnya peranan buku teks dalam pembelajaran, maka kebutuhan akan buku teks yang bermutu pun semakin besar. Kecenderungan tersebut berdampak positif maupun negatif terhadap proses, produk dan mutu pendidikan pada umumnya. Ketergantungan terhadap buku teks yang semakin besar memacu para penulis dan penerbit dalam memasarkan buku teks ke sekolah-sekolah. Belum lagi Kementrian Pendidikan yang telah menyebarkan buku teks elektronik dalam bentuk hardfile maupun softfile yang dapat diunduh secara gratis pada situs www.diknas.info.
Dengan semakin banyaknya buku teks yang beredar, maka seleksi buku menjadi hal yang sangat penting. Pemakaian buku teks tanpa seleksi yang memadai dapat merugikan siswa sendiri. Dengan banyaknya buku teks yang beredar, peranan guru dan siswa dalam memilih dan memutuskan buku teks mana yang dipakai dalam pembelajaran sangat dibutuhkan.
Salah satu kriteria baiknya mutu suatu buku teks adalah kejelasan konsep. Konsep yang dihadirkan pada buku teks tidak hanya harus benar dalam sudut pandang para ahli ilmu yang bersangkutan namun juga perlu dijelaskan secara terang dan seksama. Penjelasan yang kurang lengkap dapat menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Peran guru sangat penting dalam menjelaskan konsep-konsep ilmu pengetahuan pada proses pembelajaran di kelas. Guru tidak hanya berperan menjelaskan kesalahan konsep yang ada di dalam suatu buku ajar, namun juga berperan dalam menjelaskan hal-hal yang kurang lengkap dan tepat dalam suatu buku ajar. Peranan ini menjadi tidak berharga ketiga guru masih belum selamat dari miskonsepsi. Buku teks yang bermutu, secara khusus benar dan jelas konsepnya sangat diperlukan dalam pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, penelitian tentang kebenaran dan kejelasan konsep dalam suatu buku teks menjadi sangat penting.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis hendak melakukan penelitian untuk menganalisis kesalahan konsep Fisika yang ada pada buku ajar Fisika, dengan judul penelitian “ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam pembelajaran Fisika, yaitu:
1. Adanya konsepsi Fisika siswa yang tidak sesuai dengan konsepsi para Fisikawan (miskonsepsi Fisika).
2. Salah satu penyebab terjadinya miskonsepsi siswa berasal dari buku pelajaran atau buku teks.
3. Perlu adanya peninjauan kembali buku teks agar tidak menimbulkan miskonsepsi pada siswa.
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang disebutkan di atas sangat luas, maka dalam penelitian ini dibatasi permasalahannya agar penelitian dapat lebih jelas dan terarah, yaitu: 1. Buku teks yang dianalisis adalah buku teks Fisika SMA kelas XI semester I. 2. Buku teks yang dianalisis adalah sebagai berikut:
a. Setya Nurachmandani. 2009. FISIKA 2 Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
b. Koesmanto. 2006. KONSEP FISIKA Untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta: Mefi Caraka.
c. Mikrajuddin Abdullah. 2006. FISIKA SMA dan MA Kelas XI Semester I. Jakarta: esis.
3. Materi pokok yang dianalisis adalah Energi, Usaha, dan Daya.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Berapakah jumlah kesalahan konsep pada materi pokok Energi, Usaha dan Daya dalam buku teks Fisika di bawah ini:
a. Setya Nurachmandani. 2009. FISIKA 2 Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
b. Koesmanto. 2006. KONSEP FISIKA Untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta: Mefi Caraka.
c. Mikrajuddin Abdullah. 2006. FISIKA SMA dan MA Kelas XI Semester I. Jakarta: esis.
2. Dilihat dari kesalahan konsep yang terdapat pada materi pokok Energi, Usaha dan Daya dalam ketiga buku di atas, buku manakah yang paling baik kualitasnya?
E. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui letak kesalahan konsep pada materi pokok Energi, Usaha dan Daya dalam buku teks Fisika di bawah ini:
a. Setya Nurachmandani. 2009. FISIKA 2 Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
b. Koesmanto. 2006. KONSEP FISIKA Untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta: Mefi Caraka.
c. Mikrajuddin Abdullah. 2006. FISIKA SMA dan MA Kelas XI Semester I. Jakarta: esis.
2. Mengetahui dari ketiga buku di atas, buku manakah yang paling baik digunakan oleh siswa dan guru jika dilihat dari kebenaran konsepnya dalam materi pokok Usaha, Energi dan Daya.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat Vanden Berguna untuk:
1. Memberikan informasi kepada guru-guru SMA dan siswa SMA Kelas XI tentang adanya kesalahan konsep pada materi pokok Energi, Usaha dan Daya dalam buku teks Fisika di bawah ini:
a. Setya Nurachmandani. 2009. FISIKA 2 Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
c. Mikrajuddin Abdullah. 2006. FISIKA SMA dan MA Kelas XI Semester I. Jakarta: esis.
2. Memberikan wawasan tentang konsep yang sesuai dengan para Fisikawan mengenai materi pokok Energi, Usaha, dan Daya dalam ketiga buku teks Fisika di atas.
3. Menjadi acuan dalam pemilihan buku teks Fisika yang digunakan untuk proses pembelajaran.
4. Menjadi referensi bagi ketiga penulis buku teks Fisika di atas dalam membuat buku teks Fisika selanjutnya.
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan kegiatan yang penting bagi setiap manusia. Dari proses belajar inilah pengetahuan seseorang dibagikan kepada orang lain. Secara khusus kegiatan belajar dilakukan oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi yang direncanakan oleh pengajar.
Dimyati dan Mudjiono (2009: 7) berpendapat bahwa “Belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar”. Bertitik tolak kepada pandangan tentang belajar dari beberapa ahli pendidikan seperti: B. F. Skinner, Robert M. Gagne, Jean Piaget, Carl R. Roger dan Benjamin Bloom, Sagala (2003: 37) menjelaskan bahwa,
Meskipun di antara mereka para ahli tersebut ada perbedaan mengenai pengertian belajar, namun baik secara eksplisit maupun implisit di antara mereka terdapat kesamaan maknanya, yaitu definisi manapun konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada “suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu”. Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kecakapan baru, dan perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja.
Walaupun proses belajar hanya dilakukan oleh siswa sendiri, tindakan ini tampak sebagai perilaku belajar yang terlihat dari luar. Ciri-ciri umum pendidikan, belajar dan perkembangan dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Ciri-Ciri Umum Pendidikan, Belajar dan Perkembangan
Unsur-unsur Pendidikan Belajar Perkembangan
1. Pelaku Guru sebagai palaku
2. Tujuan Winket, 1991. Dikutip oleh Dimyati & Mudjiyono, 2009: 8)
Dimyati dan Mudjiono (2009: 26-30) mengutip jenjang-jenjang kemampuan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor dari beberapa ahli pendidikan dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran. Ranah kognitif (Bloom, dkk) terdiri atas enam jenis perilaku sebagai berikut:
1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode. 2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.
3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
b. Ranah Afektif
Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran. Ranah afektif (Krathwohl & Bloom, dkk) terdiri dari lima perilaku-perilaku sebagai berikut:
1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.
2) Partisipasi yang mencaku kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
3) Penilaian dan penetuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menetukan sikap.
4) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.
5) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
c. Ranah Psikomotorik
Psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani. Ranah psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh jenis perilaku sebagai berikut:
1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskriminasikan) hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
2) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani.
3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan.
4) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.
5) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efisien dan tepat.
6) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
7) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri.
2. Miskonsepsi a. Konsep
Menurut Ausubel dalam Vanden Berg et al (1991: 8):
Konsep adalah benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri khas dan yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol (objects, events, situations,
or properties that possess common critical attributcs and are designated in any given culture by some accepted sign or symbol).
Dengan demikian ”konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berpikir” (Vanden Berg et al, 1991: 8).
b. Konsepsi
Vanden Berg et al (1991: 10) menyatakan bahwa ”Konsepsi adalah tafsiran perorangan dari suatu konsep ilmu”. Misal inti konsep dari benda yang jatuh dari ketinggian tertentu dengan mengabaikan gaya gesek udara adalah tidak tergantung pada massa benda tetapi pada ketinggian dan besarnya percepatan gravitasi di tempat tersebut. Akan tetapi banyak siswa yang memiliki konsepsi berbeda, mereka cenderung menganggap benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat dibandingkan benda yang ringan. c. Miskonsepsi
Vanden Berg et al (1991) mendefinisikan: “miskonsepsi sebagai pertentangan atau ketidak cocokan konsep yang dipahami seseorang dengan konsep yang dipakai oleh para pakar ilmu yang bersangkutan”. Pendapat Fowler yang dikutip oleh Suparno(2005: 5): “Miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hierarkis konsep-konsep-konsep-konsep yang tidak benar”. Sementara Suparno(2005: 4): “Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu”.
Secara khusus Vanden Berg et al (1991: 10) mendefinisikan miskonsepsi Fisika sebagai istilah yang digunakan “ketika konsepsi siswa bertentangan dengan konsepsi para Fisikawan”.
untuk menunjukkan bahwa miskonsepsi siswa seringkali merupakan bagian dari suatu teori siswa yang dengan sendirinya cukup logis dan lumayan konsisten (Vanden Berg et al, 1991).
Secara umum Suparno(2005: 53) menyatakan faktor penyebab miskonsepsi Fisika bisa dibagi menjadi lima sebab utama, yaitu berasal dari siswa, pengajar, buku teks, konteks, dan cara mengajar. Adapun penjelasan rincinya adalah seperti yang disajikan pada Tabel 2.2 di bawah ini:
Tabel 2.2 Penyebab Miskonsepsi Sebab
Utama Sebab Khusus
Siswa · Prakonsepsi
· Pemikiran asosiatif · Pemikiran humanistik
· Reasoning yang tidak lengkap · Intuisi yang salah
· Tahap perkembangan kognitif siswa · Kemampuan siswa
· Minat belajar siswa Pengajar · Tidak menguasai bahan
· Bukan lulusan dari bidang ilmu Fisika
· Tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasan/ide · Relasi guru-siswa tidak baik
Buku Teks
· Penjelasan keliru
· Salah tulis terutama dalam rumus
· Tingkat penulisan buku terlalu tinggi bagi siswa · Tidak tahu membaca buku teks
· Buku fiksi dan kartun sains sering salah konsep Karena alasan menariknya yang perlu
· Bahasa sehari-hari berbeda · Teman diskusi yang salah · Keyakinan dan agama
· Penjelasan orang tua/orang lain yang keliru · Konteks hidup siswa (tv, radio, film yang keliru) · Perasaan senang tidak senang
· Bebas atau tertekan Cara
mengajar
· Hanya berisi ceramah dan menulis · Langsung ke dalam bentuk matematika · Tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa · Tidak mengoreksi PR yang salah
· Model analogi yang diapakai kurang tepat · Model Praktikum
· Model diskusi
· Model demonstrasi sempit · Non-multiple Intelegences (Paul Suparno, 2005: 53)
Vanden Berg et al (1991: 5) berpendapat dalam hal pengoreksian miskonsepsi pada siswa: “ternyata miskonsepsi awet dan sulit dirubah”. Vanden Berg et al (1991: 6) memberikan langkah-langkah mengatasi miskonsepsi berikut ini:
menyadari penyebab kesalahan siswa. Tetapi sesudah mengoreksi guru dapat mempelajari kembali secara santai beberapa jawaban yang salah. Barangkali guru dapat menemukan penyebab kesalahan siswa. 2) Langkah yang kedua adalah merancang pengalaman belajar yang
bertolak dari prakonsepsi tersebut dan kemudaian menghaluskan bagian yang sudah baik dan mengoreksi bagiam konsep yang salah. Prinsip utama dalam koreksi miskonsepi adalah bahwa siswa diberi pengalaman belajar yang menunjukkan pertentangan konsep mereka dengan peristiwa alam. Dengan demikian diharapkan bahwa pertentangan pengalaman baru dengan konsep yang lama akan menyebabkan koreksi konsepsi. (cognitive dissonance theory, Festinger). Atau dengan memakai istilah Piaget dapat dikatakan bahwa pertentangan pengalaman baru dengan konsep yang salah akan menyebabkan akomodasi, yaitu penyesuaian struktur kognitif (otak) yang menghasilkan konsep baru yang lebih tepat. Akan tetapi, belum tentu pengalaman yang tidak cocok dengan prakonsepsi akan berhasil. Contoh gerak jatuh tersebut di mana pengalaman siswa dengan gerak jatuh toh tidak cukup untuk menghasilkan konsep yang benar membuktikan bahwa prakonsep dapat bertahan walaupun pengalaman sebenarnya bertentangan dengannya. Penelitian oleh Rowell dan Dawson (1983) di Australia juga memperlihatkan daya kenyal miskonsepsi.
3) Langkah yang ketiga adalah latihan pertanyaan dan soal untuk melatih konsep baru dan menghaluskannya. Pertanyaan dan soal yang dipakai harus dipilih sedemikian rupa sehingga perbedaan antara konsepsi yang benar dan konsepsi yang salah akan muncul dengan jelas. Cara mengajar yang tidak membantu adalah kalau guru hanya membahas soal tanpa memperhatikan konsep atau hanya menulis banyak rumus pada papan tulis, atau hanya berceramah tanpa interaksi dengan murid.
3. Analisis Isi
Analisis isi didefinisikan oleh Krippendorff (1991: 15) sebagai “suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya”. Berelson (1952, dalam Guba dan Lincoln, 1981: 240, dalam Moleong, 2011: 220) mendefinisikan kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi. Weber (1985:9, dalam Moleong, 2011: 220) menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen. Holsti (1969, dalam Guba dan Lincoln, 1981: 240, dalam Moleong, 2011: 220) memberikan definisi yang menyatakan bahwa kajian isi adalah teknik apa pun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif dan sistematis.
Krippendorf (1991: 15) menerangkan bahwa “analisis isi bertujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, menyajikan “fakta” dan panduan praktis pelaksanaanya”.
Menurut Jenis (1965) (Krippendorf, 1991: 35-36), Analisis isi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Analisis isi pragmatis
Prosedur yang mengklasifikasikan tanda menurut sebab atau akibatnya yang mungkin. Misalnya, penghitungan berapa kali suatu kata diucapkan, yang dapat mengakibatkan munculnya sikap suka terhadap Jerman pada audiens tertentu.
b. Analisis isi semantik
Prosedur yang mengklasifikasikan tanda menurut maknanya. Misalnya, penghitungan berapa kali Negara Jerman dijadikan referensi, tidak jadi masalah kata apa yang digunakan untuk menunjukkan referensi itu.
1) Analisis penunjukkan (designation)
2) Analisis pensifatan (attributions)
Menggambarkan frekuensi seberapa sering karakterisasi tertentu dirujuk.
3) Analisis pernyataan (assertions)
Menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu dikarakterisasikan secara khusus. Analisis ini disebut juga analisis tematik.
c. Analisis sarana tanda (sign-vehicle)
Prosedur yang mengklasifikasikan isi menurut sifat psiko-fisik dari tanda. Misalnya, penghitungan berapa kali kata “Negara Jerman” muncul.
Berelson (Krippendorf, 1991: 36-37) menyebut 17 kegunaan analisis isi sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan kecenderungan-kecenderungan dalam isi komunikasi. b. Melacak perkembangan ilmu pengetahuan.
c. Menyingkap perbedaan-perbedaan internasional dalam isi komunikasi. d. Memperhitungkan isi komunikasi dalam hubungannya dengan
sasaran-sassarannya.
e. Mengkonstruksikan dan menerapkan standard-standard komunikasi. f. Membantu pelaksanaan teknis penelitian (mengkode pernyataan terbuka
dalam wawancara survei).
g. Menyingkapkan teknik-teknik propaganda.
h. Mengukur “kehandalan” bahan-bahan komunikasi. i. Menemukan gambaran-gambaran stylistik.
j. Mengidentifikasi niat-niat (intentions) dan karakteristik lain komunikator. k. Menggambarkan keadaan psikologis seseorang atau kelompok.
l. Mendeteksi eksistensi propaganda (terutama untuk tujuan yang legal). m. Melindungi intelejensi politik dan militer.
n. Mereplikasikan berbagai sikap, kepentingan dan nilai (“pola-pola kultural”) berbagai kelompok masyarakat.
o. Mengungkapkan fokus perhatian.
p. Mendeskripsikan respons yang berbentuk sikap dan perilaku terhadap komunikasi.
Guba dan Lincoln (1981: 247, dalam Moleong, 2011: 220) menguraikan prinsip dasar kajian isi seperti yang dikemukakan berikut ini: a. Proses mengikuti aturan
Setiap langkah dilakukan atas dasar aturan dan prosedur yang disusun secara eksplisit. Aturan itu harus berasal dari kriteria yang ditentukan dan prosedur yang ditetapkan. Analisis berikutnya yang akan mengadakan pengkajian harus menggunakan aturan yang sama, prosedur yang sama dan kriteria yang sama sehingga dapat menarik kesimpulan yang sama pula. b. Kajian isi adalah proses sistematis
Hal ini berarti dalam rangka pembentukan kategori sehingga memasukkan dan mengeluarkan kategori dilakukan atas dasar aturan yang taat asas. Jadi, apabila aturan telah ditetapkan, hal itu harus diterapkan dengan prosedut yang sama, terlepas dari apakah menurut analisis atau tidak. c. Kajian isi merupakan proses yang diarahkan untuk menggeneralisasi
Pada masa yang akan datang, penemuan hendaknya memerankan sesuatu yang relevan dan teoritis. Atau dalam pengertian penelitian ilmiah, penemuan itu harus mendorong pengembangan pandangan yang berkaitan dengan konteks dan dilakukan atas dasar contoh selain dari contoh yang telah dilakukan atas dasar dokumen yang ada.
d. Kajian isi mempersoalkan isi yang termanifestasikan
Jadi, jika peneliti akan menarik kesimpulan harus berdasarkan isi suatu dokumen yang termanifestasikan.
e. Kajian isi menekankan analisis secara kuantitatif, namun hal itu dapat pula dilakukan bersama analisis kualitatif.
Krippendorf (1991: 65-68) menyatakan bahwa secara holistik desain analisis isi dapat dibagi menjadi tiga tipe desain, yaitu:
a. Desain untuk mengestimasikan
dengan realitas, khususnya cara temuan empirisnya diinterpretasikan sebagai sesuatu yang indikatif bagi konteks. Contoh estimasi parameter tunggal bisa berupa inferensi tentang tingkat kecemasan seorang pasian psikiatris selama wawancara, penilaian terhadap sikap, ideologi yang dianut seorang pembicara, atau estimasi kadar perhatian masyarakat kepada masalah-maslaah sosial. Hal yang mendasar dalam desain ini adalah bahwa analis isi memanfaatkan semua pengetahuan yang ia miliki tentang sistem gejala yang menjadi perhatiannya dalam menginterpretasikan serangkaian data yang tidak terstruktur atau bersifat simbolik.
b. Desain untuk menguji substitutabilitas
Dalam desain ini dua atau lebih metode diterapkan terhadap data yang sama dengan tujuan menguji apakah kedua metode tersebut membawa hasil yang dapat diperbandingkan dan apabila lebih dari dua metode yang digunakan, metode manakah lebih baik.
c. Desain untuk menguji hipotesis
Desain ini membandingkan hasil sebuah analisis isi dengan data yang diperoleh secara independen dan gejala yang tidak diinferensikan dengan menggunakan analisis isi. Seringkali analisis isi menjadi bagian dari usaha penelitian yang lebih luas.
Krippendorf (1991: 69) menjelaskan komponen-komponen dalam proses analisis isi adalah sebagai berikut:
a. Pembentukan data
Sebuah datum merupakan sebuah unit ibformasi yang direkam media yang tahan lama, dapat dibedakan dengan data lain, dapat dianalisis dengan teknik-teknik eksplisit, dan relevan dengan masalah tertentu. Data dalam anasis isi biasanya berasal dari bentuk simbolik yang rumit dalam sebuah bahasa asli, seperti: kartun, catatan pribadi, karya sastra, teater, drama televisi, iklan, film, pidato politik, dokumen historis, interaksi kelompok kecil, atau wawancara.
Reduksi data dapat terjadi di bagian manapu dalam desain penelitian, namun pada prinsipnya ia hasu disesuaikan dengan upaya komputasional yang mudah, dengan menyesuaikan bendtuk data yang ada menjadi bentuk yang diperlukan teknik analitis.
c. Penarikan inferensi
Penarikan inferensi memerlukan semua pengetahuan yang mungkin dimiliki analis isi tentang cara data dikaitkan dengan konteksnya dan pengetahuan ini akan diperkuat dengan keberhasilan inferensial.
d. Analisis
Analisis bersifat menjelaskan atau deskriptif terhadap analisis isi.
4. Buku Teks
Menurut Tarigan (1986: 13, dalam Abdulkarim, 2007: 121),
buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu merupakan buku standar yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu untuk maksud-maksud dan tujuan instruksional yang diperlengkapi dengan sarana dan mudah dipahami oleh para pemakainya, di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi dalam menunjang sesuatu program pembelajaran.
Penggunaan istilah buku teks dapat dianggap padanan kata dari istilah textbook dalam bahasa inggris. Rusyana (1982: 211, dalam Abdulkarim, 2007: 122) mengistilahkan buku teks dengan buku ajar, yaitu “buku yang merupakan pegangan pembelajaran yang digunakan di sekolah untuk menyajikan pengalaman tak langsung dalam suatu jumlah yang banyak dan untuk menunjang program pengajaran”.
Buku teks yang berkualitas baik perlu memenuhi beberapa kriteria. Menurut Greene dan Petty (Tarigan, 1986: 22, dalam Abdulkarim, 2007: 122-123), kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sudut pandang (point of view)
Buku teks harus mempunyai landasan, prinsip, dan sudut pandang tertentu yang menjiwai dan melandasi buku teks secara keseluruhan. Sudut pandang itu berupa teori dan ilmu jiwa, bahasa dan sebagainya.
Konsep-konsep yang digunakan dalam suatu buku teks harus jelas dan tandas. Keremang-remangan perlu dihindari agar siswa mendapat kejelasan atas berbagai uraian yang dikemukakannya.
c. Relevan dengan kurikulum
Buku teks harus relevan dengan kurikulum yang berlaku. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai media pengajaran di sekolah yang harus mengikuti berbagai ketentuan kelembangaan, termasuk di dalamnya kurikulum.
d. Menarik minat
Buku teks ditulis untuk siswa. Oleh karena itu, penulis buku teks harus mempertimbangkan minat siswa pemakai buku teks tersebut. Semakin sesuai dengan minat siswa, semakin tinggi daya penarik buku teks itu. e. Menumbuhkan motivasi
Buku teks yang baik adalah buku teks yang dapat membuat siswa merasa ingin dan senang untuk mengerjakan tugas atau latihan-latihan yang ada dalam buku tersebut.
f. Menstimulasi aktivitas siswa
Buku teks yang baik ialah buku teks yang merangsang, menantang, dan menggairahkan aktivitas siswa. Hal ini sesuai dengan konsep CBSA atau klasifikasi nilai.
g. Ilustratif
Buku teks harus disertai dengan ilustrasi yang mengena dan menarik. Ilustrasi yang cocok pastilah memberikan daya tarik tersendiri serta memperjelas hal yang dibicarakan.
h. Harus dapat dimengerti
Buku teks harus dimengerti oleh pemakainya. Aspek pemahaman harus didahulukan. Faktor utama yang berperan di sin I adalah bahasa. Bahasa buku haruslah sesuai dengan bahasa siswa. Kalimat-kalimatnya efektif dan terhindar dari makna ganda.
i. Menujang mata pelajaran lain
Dengan mempelajari buku teks suatu mata pelajaran dapat menambah pengetahuan bagi mata pelajaran lainnya.
j. Menghargai perbedaan individu
Buku teks yang baik tidak membesar-besarkan perbedaan individu tertentu dalam kemampuan, bakat, ekonomi, dan sosial budaya tidak dipermasalahkan.
k. Memantapkan nilai-nilai
Buku teks yang baik berusaha memantapkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, melestarikan nilai-nilai perjuangan, dan semangat UUD 1945, nilai luhur Pancasila, sehingga siswa akan berusaha melestarikannya.
5. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Materi Pokok Fisika SMA Kelas XI Semester I
Berdasarkan standar kompetensi Fisika SMA dan MA yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2003, standar kompetensi Fisika yang diberikan kepada siswa SMA kelas XI semester 1 adalah mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel).
Standar kompetensi : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel).
Tabel 2.3 Kompetensi Dasar, Indikator dan Materi Pokok Mata Pelajaran Fisika Kelas XI Semester 1.
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI
· Menentukan persamaan pada bidang miring di bawah pengaruh gaya gesekan
kekekalan momentum untuk berbagai peristiwa tumbukan (Pusat Kurikulum, 2003: 29)
6. Materi Fisika SMA Kelas XI Semester 1
Materi di bawah ini merupakan rangkuman dari buku Fisika Universitas (Young & Freedman, 2002: 164-216) Berdasarkan standar kompetensi yang telah dituliskan di atas, maka berikut adalah materi pokok Usaha, Energi dan Daya yang diberikan pada siswa SMA Kelas XI Semester 1: a. Usaha dan Energi
Energi adalah besaran yang dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Kerja atau Usaha (work) W yang dilakukan oleh gaya konstan F yang bekerja pada benda adalah
෨ ⌘ (2.1)
Satuan usaha dalam SI adalah Joule (J), di mana 1 J = 1 Nm. Usaha adalah hasil kali skalar antara dua vektor.
෨ • (2.2)
෨ ⌘ cos (2.3)
di mana adalah sudut yang terbentuk antara dan .
Percepatan partikel ketika diberikan gaya konstan adalah konstan, maka dapat digunakan hukum kedua Newton, ⌘ i. Misalkan laju berubah dari ௰ ke ketika partikel melakukan perpindahan ௰ dari titik ௰ ke . Maka dengan persamaan Gerak Lurus Berubah Beraturan didapatkan
௰ 2i
i 2 ௰
Maka didapatkan persamaan dari hukum kedua Newton
dan
⌘ 12 12 ௰ (2.4)
Besarnya ௰ dinamakan energi kinetik (kinetic energy):
1
2 (2.5)
Berdasarkan persamaan (2.4) dapat disimpulkan bahwa usaha atau kerja yang dilakukan oleh gaya total pada partikel sama dengan perubahan energi kinetik partikel:
෨Ǵ Ǵ ௰ ∆ (2.6)
Daya (power) adalah laju waktu di mana kerja dilakukan. Seperti energi, daya adalah Besaran skalar. Ketika jumlah kerja ∆෨ dilakukan selama selang waktu ∆ , kerja rata-rata yang dilakukan per satuan waktu atau daya rata-rata (average power) ƼǴ didefinisikan sebagai
ƼǴ ∆෨∆ (2.7)
Sedangkan daya sesaat (instantaneous power) bisa didapatkan dengan membuat ∆ mendekati nol:
lim ∆Ǵ→
∆෨ ∆
෨
(2.8)
Satuan SI untuk daya adalah watt (W). 1 W = 1 J/s. Satuan lainnya adalah horsepower/tenaga kuda (hp) di mana 1 hp = 746 W = 0,746 kW. Satuan komersial yang umum pada energi listrik adalah kilowatt-hour (kWh).
1 kWh = (103 J/s) (3600 s) = 3,6 106 J = 3,6 MJ Kilowatt-hour adalah satuan kerja atau usaha bukan satuan daya.
b. Energi Potensial dan Kekekalan Energi
Gambar 2.1 Kerja (usaha) yang Dilakuakan oleh Gaya Gravitasi
Kedua contoh di atas tersebut menjelaskan energi yang berhubungan dengan posisi suatu benda pada suatu sistem. Untuk alasan ini, energi yang berhubungan dengan posisi dinamakan energi potensial (potential energy). Energi yang berhubungan dengan berat dan ketinggian suatu benda relatif terhadap tanah disebut dengan energi potensial gravitasi.
Kerja yang dilakukan oleh gaya berat adalah:
෨ᶸƼ a ⌘ ú௰ ú (2.9)
di mana adalah gaya berat dengan persamaan Ė, gaya yang diakibatkan oleh percepatan gravitasi.
Ėú (2.10)
Maka kerja yang dilakukan oleh gaya gravitasi:
෨ᶸƼ a ௰ ௰ ∆ (2.11)
Tanda negatif di depan ∆ merupakan hal penting. Ketika benda bergerak
naik, y akan semakin besar, kerja yang dilakukan oleh gaya gravitasi akan negatif, maka energi potensial gravitasi akan bertambah (∆ 0). Sebaliknya ketika benda turun, y akan berkurang, gaya gravitasi akan melakukan kerja positif maka energi potensial gravitasi akan berkurang ((∆ 0).
Dengan melihat persamaan (2.6) dan persamaan (2.10) akan didapatkan persamaan baru:
∆ ∆
௰ ௰
dan dapat dituliskan sebagai
௰ ௰ (2.12)
1
2 ௰ Ėú௰
1
2 Ėú (2.13)
Penjumlahan + didefinisikan dari energi kinetik dan energi potensial sebagai , energi mekanik total (total mechanical energy) dari sistem. Yang dimaksud sistem adalah benda bermassa m dan Bumi dihitung jadi satu. Ketika posisi ú௰danú merupakan 2 titik yang berbeda selama pergerakan benda, maka energi mekanik total E akan bernilai sama untuk semua titik selama gerak:
konstan (2.14)
Jika ada usaha atau kerja yang berasal dari gaya lain yang bekerja pada sistem, maka persamaan menjadi
௰ ௰ ෨: y (2.15)
1
2 ௰ Ėú௰ ෨: y
1
2 Ėú (2.16)
Besaran yang selalu memberikan nilai yang sama dinamakan Besaran yang kekal. Ketika hanya gaya gravitasi yang bekerja, maka energi mekanik total akan konstan, jadi energi tersebut kekal. Hal di atas merupakan contoh dari kekekalan energi mekanik (conservation of mechanical energy).
Gambar 2.2 Model untuk Gerak Periodik
Ketika benda bermassa yang terkait pada pegas (Gambar 2.2) dipindahkan, kerja yang harus dilakukan pada pegas untuk memindahkan satu ujung yang dari perpanjangan ௰ ke perpanjangan lain adalah:
෨ : 12 ௰ 12 (2.17)
Subskrip “el” pada ෨ menandakan arti elastis. :
Seperti halnya pada kerja gravitasi, kerja yang dilakukan oleh pegas dapat dinyatakan dalam bentuk Besaran yang diberikan sebagai
fungsi perpindahan awal dan akhir. Besaran ini adalah ௰ , yang
didefinisikan sebagai energi potensial elastis (elastic potential energy):
1
2 (2.18)
෨ : 12 ௰ 12 ௰ ∆ (2.19)
Teori kerja energi menyatakan bahwa ෨Ǵ Ǵ ௰, dengan tidak memperhatikan gaya-gaya apa saja yang bekerja pada benda. Jika gaya elastis merupakan satu-satunya gaya yang bekerja pada benda, maka
෨Ǵ Ǵ ෨ : ௰
Teori kerja-energi ෨Ǵ Ǵ ௰, akan memberikan:
௰ ௰ (2.20)
1
2 ௰
1 2 ௰
1 2
1
2 (2.21)
Pada kasus ini energi mekanik total (penjumlahan energi kinetik dan energi potensial elastis) akan kekal. Agar persamaan (2.21) berlaku dengan benar, maka pegas ideal yang telah dibicarakan harus tidak bermassa. Jika pegas tersebut memiliki massa, maka pegas juga akan memiliki energi kinetik pada saat bergerak maju dan mundur. Energi kinetik pada pegas dapat diabaikan jika massa pegas lebih kecil dari massa benda m, yang diikat pada pegas.
Jika ada gaya lain yang bekerja pada sistem ini maka persamaan menjadi: selain gaya elastis sama dengan perubahan energi mekanik total
dari suatu sistem, di mana adalah energi gaya elastis pegas.
“sistem” yang dimaksud terdiri dari massa benda m, dan konstanta pegas k. Sebuah gaya yang mampu menghasilkan perubahan dua arah antara energi kinetik dan energi potensial dinamakan gaya konservatif (conservative force). Contoh gaya konsertvatif adalah gaya gravitasi dan gaya pegas. Ciri penting dari gaya konservatif adalah kerja yang dihasilkannya selalu reversible (dapat diubah kembali ke asalnya). Aspek lain dari gaya konservatif adalah bahwa sebuah benda dapat berpindah dari titik 1 ke titik 2 dengan berbagai lintasan, tetapi kerja yang dilakukan oleh gaya konservatif akan tetap sama untuk setiap lintasan.
Kerja yang dilakukan oleh gaya konservatif selalu memiliki sifat-sifat berikut ini:
1) Dapat selalu dinyatakan sebagai perbedaan antara nilai awal dengan nilai akhir dari fungsi energi potensial.
2) Bersifat reversibel (bisa bolak-balik).
4) Ketika titik awal dan titik akhir sama, kerja total yang dihasilkan sama dengan nol.
Sebuah gaya yang tidak konservatif dinamakan gaya nonkonservatif (nonconservative force). Kerja yang dilakukan gaya nonkonservatif tidak dapat dinyatakan dalam fungsi energi potensial. Beberapa gaya nonkonservatif, seperti gesekan kinetik, atau hambatan udara, menyebabkan energi mekanik menjadi hilang atau berkurang, gaya jenis ini dinamakan gaya disipasi (dissipative force).
B.Penelitian yang Relevan
Suparno(2005: 11) mengatakan bahwa “Dari 700 studi mengenai konsep alterantif bidang Fisika, ada 300 yang meneliti tentang miskonsepsi dalam mekanika; 159 tentang listrik; 70 tentang panas, optika, dan sifat-sifat materi; 35 tentang Bumi dan antariksa; serta 10 studi mengenai Fisika modern”. Berikut ini adalah penelitian yang relevan dengan penelitian penulis:
1. Penelitian Buku Ajar oleh Ari Subiyarti (2001)
Penelitian ini berjudul “Analisis buku Ajar Pelengkap Kimia SMU Kelas III yang Beredar di DIY Tahun Ajaran 2000/2001 Ditinjau Dari Kesalahan Konsepnya.” Buku yang diteliti berjumlah 4 buah buku. Penelitian ini menghasilkan beberapa hal diantaranya:
a. Salah konsep dalam buku ajar pelengkap kimia SMU kelas III sebanyak 6 konsep atau 1,69% (sangat rendah).
b. Prosentase salah konsep dalam masing-masing buku ajar pelengkap kimia SMU kelas III berturut turut: 2,25%; 1,12%; 1,12%; dan 2,25%.
Penelitian ini menujukkan bahwa di dalam buku teks Kimia SMA yang sudah beredar masih terdapat kesalahan konsep.
masih memiliki kesalahan sebesar 17%, miskonsepsi 11%, dan memerlukan konsepsi alternatif sebesar 25% dari seluruh konsep. Sebagian kecil siswa (25%<) terpengaruh oleh kesalahan dan miskonsepsi yang terdapat di dalam buku teks.
Penelitian ini menujukkan bahwa kesalahan konsep tidak hanya terjadi di dalam buku teks Kimia SMA, namun juga terjadi di dalam buku teks Biologi.
3. Penelitian Buku Ajar oleh Andi Desy Yuliana Mukti (2011: 3)
Peneliti meneliti sebuah buku ajar Fisika SMA yang berjudul Fisika 1 SMA kelas X karangan Purwoko dan Fendi H cetakan kedua tahun 2010 yang diterbitkan oleh Yudhistira. Penelitian kualitatif deskriptif ini menghasilkan persentase potensi miskonsepsi pada setiap materi dengan rincian sebagai berikut:
a. Materi pengukuran 7,2% b. Materi vektor 0,8%
c. Materi kinematika gerak lurus 7,2% d. Materi kinematika gerak melingkar 1,6% e. Materi dinamika gerak lurus 7,2% f. Materi dinamika gerak melingkar 2,4%
Penelitian ini menunjukkan terdapatnya potensi miskonsepsi di dalam buku teks Fisika SMA yang sudah beredar. Penelitian ini menujukkan persentase konsep di dalam buku teks yang berpotensi menimbulkan miskonsepsi di dalam diri siswa.
4. Penelitian identifikasi konsep alternatif siswa sekolah dasar oleh Mehmet Küçük, Salih Çepni dan Murat Gökdere (2005: 22-26)
Tabel 2.4 Tabel Hasil Penelitian Konsep Alternatif Usaha, Daya, dan Energi Siswa Sekolah Dasar Turki
No. Konsep yang Teridentifikasi Jumlah
Siswa Persentase
1 Kerja atau usaha terjadi karena energi
dihabiskan 6 100%
2 Energi merupakan sejenis materi 5 83%
3 Energi merupakan suatu gaya 3 50%
4 Energi merupakan suatu daya 2 33%
5 Energi tidak dapat disimpan 2 33%
6 Energi berbentuk fluida dan dapat terbang 1 16% 7 Energi didapatkan ketika mengangkat beban 1 16% 8 Energi didapatkan ketika melakukan kerja 1 16%
9 Daya merupakan sejenis sumber energi 1 16%
Penelitian ini menujukkan bahwa miskonsepsi Fisika tidak hanya terjadi di dalam diri siswa SMA, namun juga di dalam diri siswa sekolah dasar. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Narenda D. Deshmukh dan Veena M.
Deshmukh (2011).
Penelitian ini mendeskripsikan buku teks sebagai sumber miskonsepsi siswa sekolah menengah. Penelitian ini menghasilkan beberapa simpulan berikut ini:
a. Ilustrasi di dalam buku teks berperan penting dalam proses pemahaman konsep siswa.
b. Banyak penulis buku teks, guru dan siswa tidak menyadari miskonsepsi yang terdapat dalam buku teks.
c. Penulis buku hendaknya menghapus miskonsepsi di dalam buku teks. Karena buku teks yang beredar dianggap oleh guru dan siswa sebagai buku yang sempurna (tidak mengandung kesalahan konsep).
d. Buku teks adalah ciptaan manusia yang tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang sempurna.
C.Kerangka Berfikir
Di antara hambatan dalam pembelajaran Fisika adalah adanya miskonsepsi atau konsep alternatif yang ada pada siswa. Salah satu penyebab miskonsepsi adalah buku teks Fisika yang digunakan oleh siswa.
Buku teks Fisika merupakan salah satu sumber belajar bagi siswa, baik ketika belajar di sekolah maupun di sekolah. Buku teks juga digunakan oleh guru dalam mempersiapkan pembelajaran. Kualitas suatu buku ajar tidak hanya dilihat dari kesesuaiannya dengan standar isi yang diterapkan pada suatu Negara, motivasi, minat serta nilai-nilai belajar yang dapat ditumbuhkan darinya, melainkan juga dilihat pada aspek kesesuaian konsep yang ada di dalanya dengan konsep-konsep yang dimiliki para ahli. Kesalahan penulisan simbol, rumus, satuan, skema, penggambaran suatu peristiwa serta kesalahan konsep yang ada dalam suatu buku teks dapat menimbulkan ketidaksesuaian konsepsi-konsepsi pada siswa dengan konsepsi-konsepsi yang ada pada para ahli, sehingga terjadilah miskonsepsi. Oleh karena itu, kajian kesalahan konsep yang terjadi pada buku teks sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya miskonsepsi.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis isi sebagai pendukung penelitian kualitatif yang dilakukan karena kesesuaiannya dengan penelitian miskonsepsi Fisika yang akan penulis ajukan.
Setelah melakukan kajian teknik analisis data kualitatif, penulis membuat disain penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.3 Desain penelitian
Analisis Penarikan Kesimpulan
Penentuan Sumber
Pengumpulan
Reduksi Penyajian