• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesamaan Hasil Perubahan yang Dipaparkan

Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan beberapa hal pokok me nge nai perubahan. Nama-nama beberapa tokoh inspiratif dan karya mereka telah dipaparkan dalam bab-bab terdahulu sebagai contoh lokal mengenai keberhasilan yang berdampak positif tidak hanya terhadap diri mereka, tetapi juga memberi manfaat kepada orang-orang yang berinteraksi dengan diri mereka. Ada yang men capai hal itu karena tindakan heroik yang diperhatikan banyak kalangan, seperti Dokter Handoko Gunawan. Ada yang tanpa banyak bicara memberi sumbangsih di dunia olahraga seperti Eka Putra Wirya. Ada pula yang melakukan kegiatan­kegiatan filan tropi, bahkan usaha sosial entrepreneurial. Ada pula yang menjadi sosok tak terlupakan di dunia seni.

Tokoh-tokoh yang terpilih untuk dimuat di dalam buku ini memiliki kesamaan. Jahja Setiaatmadja, Hengky Solaiman, Pdt. Em. Ferdinand Suleeman, dr. Handoko Gunawan, Devi Sumarno, Benny Lumi, Eka Putra Wirya, Rabecca Jinkar, Jane Caroline, atau Michaela serta yang lain memberikan ilham kepada mereka yang mengenal, apalagi yang ikut ambil bagian dalam pendidikan dan pengembangan diri mereka.

Orangtua, guru, atasan, pasangan hidup, anak buah, dan kolega memandang mereka dengan hormat berkat cara mereka memandang masalah, mengusulkan so lusi, serta menerapkan tindakan nyata walaupun mereka bu kan manusia sempurna.

Semua tokoh tersebut sama-sama memiliki keren dahan hati dan kesediaan belajar, bahkan menyadari bahwa mereka adalah makhluk yang sang Pencipta pilih untuk ber dampak nyata melalui berbagai perubahan yang mereka jalani dan hasilkan.

B E R A N I B E R U B A H

104 105

H a s i l P e r u b a H a n d a n T a n T a n g a n M a s a d e P a n

Sebagian besar dari mereka juga meng alami titik balik yang luar biasa. Robby Poniman, Lin Che Wei, Veronica Colondam, dan Dini Shanti Purwono memperlihatkan persistensi dan kebe ranian mereka menjangkau ke berbagai ranah hidup dalam meng hasilkan dampak bersama.

Kesama an lain yang mereka miliki adalah mereka sama-sama alumni sekolah yang dimulai oleh sekelompok orang Kristen keturunan Tionghoa Peranakan dari gereja yang dulu bernama Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee atau persekutuan agama orang Tionghoa yang lahir pada tahun 1857. Gereja memutuskan bahwa visi dan misi mereka bukan terutama harus terkait dengan ke-Tionghoa-an mereka. Mereka meninggalkan identitas etnis yang sangat lekat pada diri mereka dan belajar memeluk identitas yang lebih luas berdasarkan iman percaya mereka. Mereka yakin bahwa Tuhan mengutus mereka untuk melayani, berkontribusi, dan berdampak positif di tengah bangsa Indonesia karena mereka adalah bagian dari bangsa Indonesia.

Keputusan tersebut dibuktikan dengan adanya pergantian nama gereja men jadi GKI (Gereja Kristen Indonesia). Sekolah mereka menjadi perpan jangan tangan mewujudkan misi tersebut. Gereja dan sekolah tersebut kini dikenal dengan nama Badan Pendidikan Kristen PENABUR yang terus belajar ber ubah dan merespons perubahan.

Tentu banyak tantangan yang dihadapi. Pada tahun 1959 atau di masa Orde Baru berbagai tantangan muncul. Namun, sebagaimana dikata kan oleh Ketua Umum Yayasan BPK PENABUR saat ini, Adri Lazuardi, S.H., Tuhanlah yang melindungi dan memelihara mereka. Terbukti, “Kita dapat terus menjadi se kolah yang memupuk iman, mengembangkan ilmu penge tahuan, dan membuat semua yang terlibat

menun-106

jukkan ke pedulian, bahkan berdampak terhadap lingkungan sekitar me reka. Tujuh puluh tahun bukan masa yang singkat.”

Perubahan yang Dijalani oleh BPK PENABUR dan Induknya

Sejak berdiri, GKI dan lembaga pendidikan BPK PENABUR sudah menjalani berbagai perubahan. Bersama alumni, peserta didik, pendidik, anggota yayasan, dan gereja yang terkait, BPK PENABUR telah belajar diubahkan oleh Allah secara berkelanjutan.

1. Dari lingkungan sekolah yang hampir tanpa pesaing, kini memiliki banyak pesaing, terutama dari kalangan sekolah yang didirikan perusahaan-perusahaan bisnis besar.

2. Dari lingkungan belajar yang mono-etnis menjadi multi-etnis, baik peserta didik maupun pendidik serta tenaga kependidikannya.

3. Dari lingkungan belajar yang umumnya dihadiri oleh pe serta didik yang berasal dari gereja-gereja yang sealiran menjadi ingkungan yang memiliki pendidik, tenaga ke-pendidikan, dan peserta didik dari berbagai aliran se-hingga terbentuk suasana yang saling memperkaya.

4. Dari lingkungan belajar yang menekankan ilmu berhitung, membaca, dan menggambar menjadi ling -kungan yang mengakui dan memberi ruang terhadap kecerdasan.

5. Dari lingkungan belajar yang melangsungkan proses belajar di dalam kelas menjadi apa yang dike nal dengan istilah blended-learning, yaitu siswa mene rap kan

B E R A N I B E R U B A H

106 107

H a s i l P e r u b a H a n d a n T a n T a n g a n M a s a d e P a n

pembelajaran mereka ke tengah desa, panti asuh an, atau laboratorium.

6. Akhirnya, dari sekolah di mana guru menjadi pusat pro-ses kegiatan belajar mengajar menjadi tempat para pe-serta didik didorong untuk dapat berekspresi, bereksplorasi, berkola bo rasi, dan terutama berefleksi.

Itulah bekal yang membuat mereka menjadi sekolah fa-vorit. Sebagian besar alumni dan peserta didiknya bangga dengan sekolah mereka walaupun mereka tidak menutup mata terhadap kelemahan-kelemahan yang ada.

Sebagai hasilnya, BPK PENABUR dan gereja induknya me-nyadari bekal-bekal yang mereka miliki dan menjadi ciri khas mereka. Pertama, mereka mengenali bahwa mereka me miliki jiwa enterpreneurial, artinya terlatih mengenali per ubahan dan meresponsnya dengan berani walaupun berhati-hati.

Ke mudian, mereka dikenal karena etos kerja yang dihargai orang banyak, yaitu tekun, teliti, disiplin, ber pikir logis, belajar mandiri, berani berekspresi, melakukan eksplo rasi mandiri, dan berkolaborasi.

Akhirnya, mereka me nge nali warna mereka, yaitu serius belajar ilmu pengeta huan dan teknologi terbaru. Lebih dalam lagi, mereka serius dalam membangun suasana spiritual yang mengutamakan hubungan dengan Tuhan, sang Pen cipta, Pen damai, dan Pelindung serta berlanjut ke ke-mam puan menggali makna pengalaman-pengalaman, terma suk perubahan yang dijalani.

Apakah hal ini merupakan suatu keberhasilan? Tentunya jawabannya tergantung pada kriteria yang digunakan se-hingga tidak mudah menjawab pertanyaan itu. Memang benar lem baga ini bukan hanya berhasil bertahan hidup, tetapi

108

juga ber kem bang, dan secara akademis sangat menonjol sebagai sekolah ung gulan. Buku Ulang Tahun ke-60 BPK PENABUR banyak me non jolkan keberhasilan tersebut.

Kini, setelah mengalami perkem bangan yang pesat, memiliki brand-name yang kuat, dan menghasilkan alumni-alumni yang ber kiprah di berbagai bidang, BPK PENABUR makin menunjukkan keseriusan untuk melangsungkan pendidikan nilai-nilai luhur yang operatif serta melakukan tindakan nyata pelayanan.

Apa kah semua perubahan yang dilandasi panduan ketat serta seimbang antara iman, ilmu, dan pelayanan dalam hal menunjukkan ke pedulian dan dampak kepada masyarakat akan menghasilkan anggota yayasan, pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik yang inspiratif? Hal ini tentu masih meru pakan proses yang berlanjut. Sejarah akan mencatat hal ini.

Dokumen terkait