• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesantunan Pragmatik Imperatif dalam Tuturan Deklaratif

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6) Penanda Kesantunan Makhasao (Menurut saya/Pendapat) sebagai Penentu Kesantunan Linguistik Tuturan Imperatif

4.1.2.1 Kesantunan Pragmatik Imperatif dalam Tuturan Deklaratif

Berikut adalah contoh-contoh kesantunan pragmatik imperatif dalam deklaratif yang digunakan oleh masyarakat dusun Pauh Agung Kabupaten Bungo. 1) Tuturan Deklaratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif Suruhan

T 20) MT : “Lah ngantaok kuan bi?” “Sudah ngantuk kamu bi?”

RB : “Iyaow, Ngan yaow doak tau kalau tidua doak pakai slimut.”

“Iya, aku tidak bias tidur jika tak memakai selimut.”

MT : “Nantek yah, ngan balek ngambiek lu.”

“Tunggu ya, aku pulang dulu ambil (selimut).”

Agar diperoleh gambaran yang lebih konkrit, dilakukan analisis makna pragmatis dengan melibatkan aspek situasi ujar.Situasi ujar terjadi harus berdasarkan pada sebuah tuturan mengandung kesantunan imperatif yang diproduksi pada tuturan tersebut.

Bentuk lingual tuturan pada contoh di atas merupakan tuturan deklaratif. Tuturan 20 di atas terjadi pada Rabu 26 November 2014 sekitar pukul 23.00 WIB di pos ronda Dusun Pauh Agung. Malam itu, pos ronda ramai sekali. Banyak pemuda menghabiskan waktu di pos ronda hanya untuk sekedar main domino dan catur serta berkumpul dengan teman-teman sejawat. Malam semakin larut, satu persatu yang ada di pos ronda pulang ke rumah masing-masing. Kami yang tinggal hanya beberapa orang saja diantaranya penulis, RB, dan MT. pada saat itu, RB hendak tidur lebih dulu dari kami. Sesuai perjanjian kami, RB akan berjaga pada pukul 03.00 WIB, sedangkan pada saat itu baru jam 23.00 WIB. Sedangkan penulis dan MT akan berjaga dari pukul 23.00 WIB-02.45. Tuturan “Ngan yao doak tau tidua kalau doak

pakai slimut.”merupakan sebuah tuturan deklaratif. Namun sebenarnya tuturan itu

adalah sebuah perintah agar MT bersedia mengambil kain selimut di rumahnya yang kebetulan bersebelahan dengan pos ronda. Ketidaklangsungan tuturan yang diucapkan RB menunjukkan kesantunan.

T 21) YZ : “Telaok doak?” “Kuat tidak?

FJ : “Bekhot nyan ambung ngan Cik.”

“Berat sekali ambung aku Cik.”

YZ : “Yao, cik bantu kuan mawo sengah.”

“Iya, Cik bantu kamu membawanya setengah.”

Agar diperoleh gambaran yang lebih konkrit, dilakukan analisis makna pragmatis dengan melibatkan aspek situasi ujar.Situasi ujar terjadi harus berdasarkan pada sebuah tuturan mengandung kesantunan imperatif yang diproduksi pada tuturan tersebut.

Bentuk lingual tuturan pada contoh di atas merupakan tuturan deklaratif.Tuturan 21 di atas terjadi pada Selasa 25 November 2014 sekitar pukul 15.05 WIB di kebun durian milik YZ.YZ, FJ dan penulis siang itu pergi kebun durian milik YZ.Sesampainya di kebun, kami mendapatkan banyak sekali durian yang jatuh dari pohonnya.Kamipun cukup lelah mengumpulkan buah durian tersebut.Setelah setengah jam, akhirnya buah durian terkumpul.Mungkin kira-kira 40 buah durian.Kamipun mengikat buah durian dengan menggunakan akar dan memasukkannya ke dalam ambung.Masing-masing kami membawa ambung, dan semuanya terisi penuh.Kebetulan ambung FJ paling besar dan banyak muatnya dibandingkan dengan punya penulis dan YZ.Tuturan “Bekhot nyan ambung ngan

Cik” merupakan tuturan deklaratif yang menyatakan bahwa FJ tidak kuat membawa

semua durian yang ada di ambung miliknya.Namun, dibalik tuturan itu sebenarnya YZ ingin supaya YZ mau membantunya membawakan setengah dari miliknya.Tuturan yang digunakan itu menjadi santun karena ada unsur ketidaklangsungan dalam menyampaikan perintah.

T 22) RD : “Ful, tuo Juhan lah balek.” “Ful, tuo Juhan sudah pulang.”

RF : “Manao?” : “Mana?” RD : “Tu ha!”

“Itu!”

Agar diperoleh gambaran yang lebih konkrit, dilakukan analisis makna pragmatis dengan melibatkan aspek situasi ujar.Situasi ujar terjadi harus berdasarkan pada sebuah tuturan mengandung kesantunan imperatif yang diproduksi pada tuturan tersebut.

Bentuk lingual tuturan pada contoh di atas merupakan tuturan deklaratif. Tuturan 22 di atas terjadi pada Minggu 30 November 2014 sekitar pukul 13.00 WIB di depan warung milik warga. Siang itu, penulis berniat menemui seseorang yang bernama Juhan.Sambil menunggu orang yang dimaksud, penulis berbincang-bincang dengan beberapa orang yang tengah asyik bermain domino di warung milik warga.Sebelumnya, RD sempat bertanya kepada penulis hendak mencari siapa di warung. Penulispun menjawab, mencari nama yang disebutkan di atas. Beberapa menit setelah itu, RD melihat orang yang penulis cari baru pulang dari kebun karet.Tuturan “Ful, tuo Juhan lah balek.” merupakan bentuk perintah yang disampaikan RD kepada penulis untuk segera menemui orang yang dimaksud. Tuturan tersebut menunjukkan kesantunan dalam bertutur karena tuturan berupa perintah tersebut dituturkan dengan cara tidak langsung, yaitu dalam bentuk tuturan deklaratif.

T 23) BB : “Manao megein Mamar tadai du? “Ke mana perginya Mamar tadi? RK : “Nyo di luo, imbau du!”

“Dia di luar, panggilkan!” YD : “Main bol lah mulai.”

“Main bola sudah mulai.”

“Oke.”

Agar diperoleh gambaran yang lebih konkrit, dilakukan analisis makna pragmatis dengan melibatkan aspek situasi ujar.Situasi ujar terjadi harus berdasarkan pada sebuah tuturan mengandung kesantunan imperatif yang diproduksi pada tuturan tersebut.

Bentuk lingual tuturan pada contoh di atas merupakan tuturan deklaratif.Tuturan 23 di atas terjadi pada Senin 1 Desember 2014 sekitar pukul 1.45 WIB di rumah kakak penulis.Malam itu, sambil menunggu pertandingan bola kaki, MM bersama beberapa orang warga berkumpul di depan rumah kakak penulis. sebelumnya, MM sempat berpesan kepada YD untuk memanggilnya jika pertandingan bola sudah mulai. Kebetulan YD memang juga sedang menunggu pertandingan bola.Tuturan “Main bol lah mulai.” merupakan bentuk perintah dari YD agar MM segera menonton pertandingan bola di televisi. Tuturan tersebut menunjukkan kesantunan dalam bertutur karena tuturan berupa perintah tersebut dituturkan dengan cara tidak langsung, yaitu dalam bentuk tuturan deklaratif atau mengabarkan informasi.

T 24) ZN : “Bang, Paujang lah tibao.”

“Bang, Paujang sudah datang.”

RF : “Iyaow lah.” (Siap-siap menjemput orang yang dimaksudkan ZN) “Oke lah.”

Agar diperoleh gambaran yang lebih konkrit, dilakukan analisis makna pragmatis dengan melibatkan aspek situasi ujar.Situasi ujar terjadi harus berdasarkan pada sebuah tuturan mengandung kesantunan imperatif yang diproduksi pada tuturan tersebut.

Bentuk lingual tuturan pada contoh di atas merupakan tuturan deklaratif. Tuturan 24 di atas terjadi pada Senin 1 Desember 2014 sekitar pukul 16.11 WIB di bawah rumah panggung warga. Sore itu, ZN yang sedang duduk di bawah rumah panggung warga, melihat bahwa orantua (Ayah) penulis baru saja pulang dari kota Bungo. Tuturan “Bong, Paujang lah tibo.” dituturkan pada saat penulis sedang mencuci motor di depan rumah panggung tersebut, yang kebetulan ada air keran milik Negara PNPM. Tuturan tersebut berupa tuturan yang berbentuk deklaratif tetapi memerintah penulis untuk segera menghentikan aktifitasnya dan segera menjemput orang yang dimaksud ZN. Tuturan tersebut menunjukkan kesantunan dalam bertutur karena tuturan berupa perintah tersebut dituturkan dengan cara tidak langsung, yaitu dalam bentuk tuturan deklaratif atau mengabarkan informasi.

2)Tuturan Dekalratif yang Menayatakan Makna Pragmatik Imperatif Ajakan