• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urutan Tutur sebagai Penentu Kesantunan Linguistik Tuturan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Kesantunan Linguistik Tuturan Imperatif

4.1.1.2 Urutan Tutur sebagai Penentu Kesantunan Linguistik Tuturan

Urutan tutur sebuah tuturan sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kadar sebuah kesantunan. Berkaitan dengan urutan tutur, tuturan imperatif yang diawali tuturan nonimperatif di depannya memiliki tingkat kesantunan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tuturan imperatif yang tanpa diawali dengan informasi nonimperatif.Berikut adalah beberapa tuturan imperatif yang diawali dengan informasi nonimperatif.

T 1) MT : “Kamanao kuan nah?” “Ke mana kamu?”

ZK : “Tar, ngan nak balek. Bawo kamakhi pakhang na tadi!”

“Tar, aku mau pulang. Bawa ke sini parang yang tadi!”

MT : “Ko ha pakhang kuan.” “Ini parang kamu.”

ZK : “Yo lah, ngan dululah balek.” “Aku duluan pulang ya.” MT : “Baek-baek di jalon.”

“Hati-hati di jalan.”

Dari bentuk lingualnya terlihat bahwa tuturan ZK pada contoh di atas merupakan sebuah imperatif.Tuturan 1 di atas terjadi pada Jum’at 21 November 2014 pukul 16.35 WIB di ladang sawah milik MT. Saat itu terlihat ZK pergi ke pinggiran sawah dan menghampiri MT yang sudah lebih dulu istirahat dari pekerjaan menebang pohon dengan menggunakan parang MT. Tuturan “Tar, ngan nak balek” yang disampaikan ZK merupakan informasi nonimperatif untuk mengawali tuturan imperatif “Bawo kamakhi pakhang na tadi.”. Tuturan imperatif yang disampaikan ZK menunjukkan kesantunan karena tuturan tersebut diawali dengan informasi nonimperatif terlebih dahulu sebelum menyampaikan tuturan imperatifnya.

T 2) RF : “Kalau Nektan tibao tulong bageih tau pik. Ngan nak nelpon” “Jika Kakek datang tolong beri kabar kak. Aku mau nelpon”

LN : “Cik, Nektan lah tibao. Bakhanti nelpon lu!”

“Cik, Kakek sudah datang. Berhenti nelpon dulu!”

RF : “Yao pik.” : “Iya kak.”

Dari bentuk lingualnya terlihat bahwa tuturan LN pada contoh di atas merupakan sebuah imperatif.Tuturan 2 di atas terjadi pada Jum’at 21 November 2014 pukul 20.00 WIB di ruang tamu rumah penulis. Penulis meminta izin kepada LN bahwa HP nektan akan digunakan penulis untuk menelepon teman penulis yang ada di kota Jambi.Sebelum menelepon, LN berpesan kepada penulis agar pulsanya disisakan untuk nektan karena pulsa HP tersebut akan digunakan nanti oleh nektan untuk menelepon temannya. Beberapa menit kemudian, LN memanggil-manggil penulis dari dapur.Setelah penulis menoleh, LN menyuruh penulis untuk berhenti menelepon karena nektan baru saja pulang dari acara yasinan di rumah warga. Dalam menyampaikan perintahnya, LN mengawali tuturannya dengan informasi nonimperatif “Cik, Nektan lah balek.” kemudian setelah itu baru ia menuturkan

“Bakhanti nelpon lu!”.Tuturan imperatif yang diproduksi LN tersebut menunjukkan

kesantunan, karena digunakannya informasi nonimperatif di awal tuturan imperatifnya.

T 3) ZT : “Adao bunyai mubil.” “Ada suara mobil.”

WR : “iyao mubil pak camat du. Imak undoa ngan mentoa yah!”

“Iya, itu mobil bapak Camat. Jaga motor saya sebentar ya!”

ZT : (mengangguk)

Dari bentuk lingualnya terlihat bahwa tuturan WR pada contoh di atas merupakan sebuah imperatif.Tuturan 3 di atas terjadi pada sabtu 22 November 2014 di komplek perkantoran kecamatan. Saat itu WR, ZT dan penulis sedang

berbincang-bincang di beranda kantor Pendidikan dan Kebudayaan yang bersebelahan dengan kantor camat. Tiba-tiba WR melihat Pak Camat yang baru saja datang menuju kantor bersama beberapa staff di belakangnya. WR pun segera beranjak dan meminta ZT untuk menjaga motornya, karena di komplek itu sering terjadi maling motor. Tuturan

“Zet, adao Pak Camat.” yang dituturkan WR merupakan informasi nonimperatif

untuk mengawali tuturan imperatif “Imak undoa ngan mentoa!”.Tuturan imperatif yang diproduksi WR tersebut menunjukkan kesantunan karena dalam menyampaikan perintahnya, WR memberikan informasi nonimperatif di awal tuturan imperatifnya. 4.1.1.3 Intonasi dan Isyarat-isyarat Kinesik sebagai Penentu Kesantunan Linguistik Tuturan

Intonasi tuturan memiliki peranan yang besar dalam menentukan tinggi rendahnya peringkat kesantunan.Di samping intonasi, kesantunan penggunaan tuturan imperatif juga dipengaruhi oleh isyarat-isyarat kinesik. Sistem paralinguistik yang bersifat kinesik di antaranya ekspresi wajah, sikap tubuh, gerakan jari-jemari, gerakan tangan, ayunan lengan, gerakan pundak, goyangan pinggul, dan gelengan kepala (Rahardi, 2005:123)

Berikut adalah contoh tuturannya. T 4) HB : “Bang, nak kamanao?”

“Bang, mau ke mana?

SP : “Ke talang ngadang dakhayan.” “Ke kebun, nunggu (durian jatuh).” HB : “Nantek ngan!”

“Tunggu aku!”

Dari bentuk lingualnya terlihat bahwa tuturan HB pada contoh di atas merupakan sebuah imperatif.Tuturan 4 di atas terjadi pada sabtu 22 November 2014

pukul 14.00 WIB di halam rumah HB.Dari jauh HB melihat SP sedang mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi serta membawa perlengkapan kebun seperti parang, ambung, karung, dan beberapa terpal untuk berteduh.Melihat hal demikian, HB pun penasaran dan berteriak memanggil-manggil SP dengan suara keras serta menanyakan kemana tujuan SP. Mengetahui bahwa SP hendak ke kebun durian, HB pun meminta SP untuk menunggunya. Tuturan “Nantek ngan!” yang dituturkan HB tersebut dituturkan dengan suara keras tapi tidak kasar, dengan wajah tersenyum sambil tangannya melambai. Tuturan itu menunjukkan kesantunan meskipun tidak menggunakan ungkapan penanda kesantunan karena tuturan tersebut disertai dengan intonasi dan juga isyarat-isyarat kinesik yang mendukung tuturan imperatif tersebut sehingga terkesan menjadi santun.

T 5) MY : “Sakhampuak ngan doak?” “Bersama aku atau tidak?

PT : “Bawo bol bae , kuan pakai undoa nah!”

“Bawa bola saja, kamukan memakai motor!”

MY : “Iyau” “Iya”

Dari bentuk lingualnya terlihat bahwa tuturan PT pada contoh di atas merupakan sebuah imperatif.Tuturan 5 di atas terjadi pada sabtu 22 November 2014 pukul 16.48 WIB di jalanan menuju lapangan bola kaki. Saat itu PT mengetahui kalau MY pergi ke lapangan dengan menggunakan sepeda motor, sedangkan MY dan penulis serta pemuda lainnya berjalan kaki. PT bermaksud minta tolong kepada MY untuk membawa bola ke lapangan agar teman-teman yang sudah berada lebih dulu di lapangan dapat bermain.Tuturan imperatif “Bawo bol bae, kuan pakai undoa nah!” dituturkan dengan nada rendah, pundak di gerakkan dan pada kalimat akhir ejaannya

agak dipanjangkan disertai dengan senyuman.Tuturan itu menunjukkan kesantunan meskipun tidak menggunakan ungkapan penanda kesantunan karena tuturan di atas tersebut disertai dengan intonasi dan juga isyarat-isyarat kinesik yang mendukung. T 6) SF : “Hul, makhi mentoa!”

“Hul, ke mari sebentar!”

RH : “Iyau yah” “Iya yah (ayah)”

Dari bentuk lingualnya terlihat bahwa tuturan SF pada contoh di atas merupakan sebuah imperatif. Tuturan 6 di atas terjadi pada Minggu 23 November 2014 pukul 11.00 WIB di pekarangan rumah SF. Kebetulan rumah SF tepat di depan rumah penulis.Ketika itu, RH sedang asik bermain bola bersama dengan teman-teman sebayanya. SF datang dengan mengendarai sepeda motor, setelah turun SF pun ingin mengabarkan sesuatu kepada RH.Tuturan “Hul, makhi mentoa!” itu dituturkan dengan wajah terseyum dan juga dengan tangan melambai kemudian disertai dengan membunyikan klakson sepeda motornya yang mengisyaratkan agar RH cepat menemuinya.Tuturan itu menunjukkan kesantunan meskipun tidak menggunakan ungkapan penanda kesantunan karena tuturan di atas tersebut disertai dengan intonasi dan juga isyarat-isyarat kinesik yang mendukung.

T 7) TR : “Imbau Kar!”

“Panggil Kar!”

YZ : (Memanggil Karnadi)

Dari bentuk lingualnya terlihat bahwa tuturan TR pada contoh di atas merupakan sebuah imperatif. Tuturan 7 di atas terjadi pada Kamis 27 November 2014 di rumah warga.Saat itu sedang berlangsung acara yasinan di salah satu rumah warga.Tiba-tiba TR seperti hendak memanggil Karnadi karena mungkin sedang

memiliki keperluan dengan Karnadi.Namun TR melihat Karnadi berada di dekat pintu keluar rumah tersebut.Karena tidak ingin menimbulkan keributan sementara acara yasinan sedang berlangsung, TR pun menyuruh YZ yang kebetulan berada ditengah-tengah antara TR dan Karnadi.Tuturan “Imbau Kar!” yang dituturkan TR tersebut disampaikan dengan suara sedang, nada sopan, dan disertai dengan senyuman.Tuturan yang disampaikan TR tersebut menunjukkan kesantunan meskipun tidak menggunakan ungkapan penanda kesantunan karena tuturan di atas tersebut disertai dengan intonasi dan juga isyarat-isyarat kinesik yang mendukung bahwa tuturan tersebut memenuhi kriteria kesantunan dalam memberikan perintah. T 8) YR : “Paik, ambaik pinggoan tu mentoa!”

“Kak, ambil piring itu sebentar!”

SR : (Mengambil piring yang dimaksud)

Dari bentuk lingulanya terlihat bahwa tuturan YR pada contoh di atas merupakan sebuah imperatif.Tuturan 8 di atas terjadi pada Kamis 27 November 2014 di rumah warga.SR sedang megumpulkan piring-piring kotor sehabis acara yasinan. Sambil memasukkan piring kotor ke dalam ember, sepertinya YR melihat ada satu lagi piring kotor yang tergeletak tepat disebalah kanan SR. Karena jarak piring lebih dekat dengan SR, YR pun meminta SR untuk mengantarkan piring kotor tersebut kepadanya. Tuturan “Paik, ambaik pinggoan tu mentoa” yang dituturkan YR diungkapkan dengan nada rendah yang disertai dengan senyuman.Tuturan yang disampaikan YR tersebut menunjukkan kesantunan meskipun tidak menggunakan ungkapan penanda kesantunan karena tuturan di atas disertai dengan intonasi dan juga isyarat-isyarat kinesik yang mendukung bahwa tuturan tersebut memenuhi kriteria kesantunan dalam memberikan perintah.

T 9) SN : “Paik,…paik,…” (Berteriak memanggil ER) “Kak,…kak,…”

ER : “Iyao, nak kamanao kau du?” “Iya, mau kemana kamu?”

SN : “Nak ke talang. Adao amabaong kamu nah, minjoam.”

“Mau ke kebun. Adakah ambung kamu(kakak), pinjam.”

ER : “Adao, tunggu yah ngan ngambaik dulu. (Pergi ke dapur mencari barang yang dimaksud SN).

“Ada, tunggu ya aku ambil dulu.

Dari bentuk lingualnya terlihat bahwa tuturan yang diungkapkan SN pada contoh di atas merupakan sebuah imperatif.Tuturan 9 di atas terjadi pada Senin 24 November 2014 sekitar pukul 09.15 WIB di rumah kakak dari Ibu kandung penulis.Saat itu SN hendak pergi ke ladang.Sementara itu ambung milik SN sedang dalam keadaan tidak layak untuk digunakan.SN pun pergi ke rumah ER untuk meminjam ambung.Pada saat meminjam ambung, SN berada diluar rumah ER dan memanggil-manggil ER. ER pun keluar dari rumah. Karena SN terburu-buru hendak pergi, SN pun memberi perintah kepada ER untuk meminjamkan ambungnya. Tuturan “Nak ke talang. Adao ambaong kamu nah, minjoam!”yang disampaikan SN tersebut diungkapkan dengan senyuman dan disertai dengan raut wajah yang agak menghiba.

Tuturan yang disampaikan SN tersebut menunjukkan kesantunan meskipun tidak menggunakan ungkapan penanda kesantunan karena tuturan di atas disertai dengan intonasi dan juga isyarat-isyarat kinesik yang mendukung bahwa tuturan tersebut memenuhi kriteria kesantunan dalam memberikan peritah.

4.1.1.4 Penanda Kesantunan sebagai Penentu Kesantunan Linguistik

Sama halnya dengan tuturan imperatif dalam Bahasa Indonesia.Tuturan-tuturan imperatif dalam bahasa Melayu Jambi juga ditentukan oleh muncul atau tidak

munculnya ungkapan-ungkapan penanda kesantunan. Jika dalam kesantunan imperatif bahasa Indonesia ada beberapa penanda kesantunan, dapat disebutkan sebagai berikut: tolong, mohon, silakan, mari, ayo, biar, coba, harap, hendaknya, hendaklah, sudi kiranya, sudilah kiranya, sudi apalah kiranya (Rahardi, 2005:125). Maka dalam Bahasa Melayu Jambi Dusun Pauh Agung, penanda kesantunan imperatif meliputi: Makhasau (menurut saya), Mbuh (Mau), Maohlah (Ayolah),

Tulong (tolong), Mangayau (Mohon dengan sangat), Makhi (Mari), Bio (Biar), Cubo (Coba).

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan, ternyata didapatkan bahwa dari beberpa penanda kesantunan yang disebutkan di atas, tidak seluruhnya digunakan oleh masyarakat Dusun Pauh Agung dalam proses komunikasi. Dari beberapa yang telah disebutkan di atas, beberapa yang digunakan oleh masyarakat Dusun Pauh Agung di antaranya makhasau (pendapat seseorang), mbuh (mau),

maohlah (ayolah), tulong (tolong), mangayau (mohon dengan sangat), bio (biar), dan cubo (coba).

1) Penanda Kesantunan Tulong (Tolong) sebagai Penentu Kesantunan