• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tuturan Interogatif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif Permohonan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4) Tuturan Interogatif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif Permohonan

T 40) QM : “Malam git bisyoh ka khumah ngan ngah?”

“Malam nanti bisa kamu ke rumah ngan ngah?”

AW : “Yao, kalao dok halangan.” “Iya, kalau tidak ada halangan.” QM : “Sudoh Isya bae ngah.”

“Habis isya saja ngah.” AW : (Mengangguk)

Agar diperoleh gambaran yang lebih konkrit, dilakukan analisis makna pragmatis dengan melibatkan aspek situasi ujar.Situasi ujar terjadi harus berdasarkan pada sebuah tuturan mengandung kesantunan imperatif yang diproduksi pada tuturan tersebut.

Bentuk lingual tuturan pada contoh di atas merupakan tuturan interogatif. Tuturan 40 di atas terjadi pada Selasa 15 Desember 2014 sekitar pukul 10.00 WIB di area pemakaman. Pagi itu, QM dan penulis sengaja memilih jalan pintas melewati area pemakaman umum untuk pergi ke sungai.Di tengah jalan, kami bertemu dengan AW yang kebetulan juga baru pulang dari sungai.QM berniat menyampaikan permohonan kepada AW agar bersedia datang ke rumahnya malam itu. Tuturan

“Malam git mboh kamau ka khumah ngan ngah?” yang disampaikan QM pagi itu

dituturkandengan nada seperti memohon. Tuturan yang dituturkan QM tersebut menunjukkan kesantunan.

4.2Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, diketahui bahwa teori Rahardi tentang kesantunan imperatif dalam bahasa Indonesia tidak berlaku seluruhnya dalam praktek kesantunan imperatif yang ada di Dusun Pauh Agung. Pada kenyataannya dibuktikan oleh banyaknya isyarat-isyarat kinesik dan penanda kesantunan yang hanya dimiliki oleh penutur masyarakat Dusun Pauh Agung, tetapi tidak berlaku secara universal dalam penggunaan kesantunan imperatif bahasa Indonesia.

Kesantunan linguistik tuturan imperatif yang digunakan oleh masyarakat Dusun Pauh Agung Kabupaten Bungo mencakup diantaranya panjang-pendek tuturan, urutan tutur, intonasi tuturan dan isyarat-isyarat kinesik, dan penggunaan penanda kesantunan.

Khusus untuk penggunaan penanda kesantunan, penelitian yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa dari beberapa penanda kesantunan yang disebutkan oleh Rahardi, tidak seluruhnya digunakan oleh masyarakat Melayu Jambi Dusun Pauh Agung dalam komunikasi sehari-hari, terutama dalam mengujarkan tuturan imperatif. Dari beberapa yang telah disebutkan Rahardi, beberapa digunakan oleh masyarakat Dusun Pauh Agung, di antaranya tolong (tulong), biar (bio), ayo

(maoh-lah), coba (cubo), mangayau (mohon). Bahkan ada penambahan satu kata yang tidak

dimiliki oleh penanda kesatunan imperatif bahasa Indonesia yang tidak disebutkan Rahardi, yakni makhasau (pendapatseseorang). Sementara penanda kesantunan yang tidak digunakan masyarakat Dusun Pauh Agung di antaranya silakan, hendaknya,

Selanjutnya untuk kesantunan pragmatik tuturan imperatif, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mendapatkan bahwa kelima bentuk kesantunan pragmatik tuturan deklaratif yang disebutkan Rahardi semuanya digunakan oleh masyarakat Dusun Pauh Agung. Tuturan yang dimaksudkan Rahardi adalah tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif suruhan, tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif ajakan, tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif persilaan, tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif permohonan.

Berbeda dengan kesantunan pragmatik tuturan deklaratif, kesantunan pragmatik tuturan interogatif tidak seluruhnya digunakan oleh masyarakat Dusun Pauh Agung dalam mengujarkan imperatif. Dari beberapa yang telah disebutkan Rahardi, yang digunakan oleh masyarakat Dusun Pauh Agung di antaranya tuturan interogatif yang menyatakan makna pragmatik imperatif perintah, tuturan interogatif yang menyatakan makna pragmatik imperatif ajakan, tuturan interogatif yang menyatakan makna pragmatik imperatif persilaan, dan tuturan interogatif yang menyatakan makna pragmatik imperatif permohonan. Adapun yang tidak digunakan oleh masyarakat Dusun Pauh Agung dalam komunikasi adalah tuturan interogatif yang menyatakan makna pragmatik imperatif larangan.

Dari penelitian ini juga diketahui bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam hal penggunaan kesantunan.Adanya pernyataan bahwa perempuan biasanya memiliki tingkat kesantunan yang lebih baik jika dibandingkan dengan laki-laki memang benar adanya.Dari penelitian mengenain kesantunan imperatif ini diketahui bahwa perempuan lebih banyak memperhatikan penggunaan

bahasanya terutama kesantunan dalam mengujarkan tuturan imperatif jika dibandingkan dengan laki-laki.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikaji terhadap kesantunan imperatif masyarakat Melayu Jambi Dusun Pauh Agung Kabupaten Bungo dalam berbahasa daerah Melayu Jambi, dapat dirumuskan beberapa simpulan sebagai berikut.

1) Kesantunan linguistik tuturan imperatif yang digunakan masyarakat Melayu Jambi Dusun Pauh Agung dalam berbahasa Melayu Jambi meliputi panjang-pendek tuturan, urutan tutur, intonasi dan isyarat-isyarat kinesik, dan penggunaan penanda kesantunan di antaranya makhasau (pendapat

seseorang), maoh-lah (ayo), tulong (tolong), mangayau (mohon dengan sangat), bio (biar), cubo (coba).

2) Penanda kesantunan makhasau (pendapat seseorang), maoh-lah (ayo), tulong

(tolong), mangayau (mohon dengan sangat), bio (biar), cubo (coba)digunakan

untuk mengujarkan tuturan imperatif kepada semua masyarakat yang berhubungan dengan penulis.

3) Kesantunan linguistik tuturan imperatif, yang dominan atau yang paling banyak digunakan masyarakat dusun Pauh Agung dalam proses komunikasituturan imperatif adalah penggunaan intonasi tuturan dan isyarat-isyarat kinesik.

4) Kesantunan pragmatik tuturan imperatif dalam tuturan deklaratif yang digunakan masyarakat Dusun Pauh Agung Kabupaten Bungo dalam berbahasa Melayu Jambi di antaranya tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif suruhan, tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif larangan, tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif ajakan, tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif persilaan, tuturan deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif permohonan.

5) Kesantunan pragmatik tuturan imperatif dalam tuturan interogatif yang digunakan masyarakat Dusun Pauh Agung Kabupaten Bungo dalam berbahasa Melayu Jambi di antaranya tuturan interogatif yang menyatakan makna pragmatik imperatif suruhan, tuturan interogatif yang menyatakan makna pragmatik imperatif ajakan, tuturan interogatif yang menyatakan makna pragmatik imperatif persilaan, tuturan interogatiftif yang menyatakan makna pragmatik imperatif permohonan.

6) Perempuan cenderung memiliki tingkat kesantunan yang lebih baik jika dibandingkan dengan laki-laki, khususnya dalam mengujarkan ujaran imperatif.

5.2 Saran

Selama proses peneltian berlangsung, banyak sekali permasalahan mengenai kebahasaan yang penulis temui, seperti pelanggaran prinsip sopan santun, prinsip kerja sama, sapaan terhadap orang yang lebih tua dan lain sebagainya. Permasalahan

tersebut erat sekali kaitannya dengan kesantunan imperatif yang belum mampu penulis jangkau dan kaji secara ilmiah.

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyarankan agar penelitian terhadap kesantunan imperatif terus dilakukan serta dikembangkan. Mengingat, Indonesia diwarnai oleh beragam bahasa dan tata cara kesopanan berdasarkan daerah masing-masing. Alangkah membanggakan jika suatu saat penggunaan bahasa bangsa Indonesia, khususnya bahasa daerah dapat dikembagkan serta diikuti norma kesantunan imperatif.Jika hal ini sudah diterapkan maka budaya santun yang sudah mendarah daging pada diri seseorang berpengaruh terhadap pola berbahasanya termasuk juga dalam kaitannya dengan penggunaan kesantunan.