• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

5. Produk Bank Syariah

2.1.2 Kesehatan Keuangan Bank Syariah

Kesehatan atau kondisi keuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank, bank, pemerintah (melalui Bank Indonesia) dan pengguna jasa bank tersebut (Rivai dan Arifin, 2010:846). Tingkat kesehatan bank juga merupakan penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar atau ketetapan BI yang berlaku. Analisis kinerja keuangan ini juga sebagai upaya untuk mengetahui kondisi usaha saat ini dan sekaligus untuk memudahkan dalam menentukan kebijakan bisnisnya di masa yang akan datang (Rivai dan Arifin, 2010:846).

Sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah yang menjadi acuan bank syariah dewasa ini adalah Peraturan Bank Indonesia

Nasabah

Modal Pembagian

Proyek/Usah

Nomor:9/PBI/2007. Peraturan itu merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari undang-undang sebelumnya yang sudah ada, yaitu tentang Perbankan yang diatur dalam undang Nomor 7 Tahun 1992 diubah menjadi Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 serta tentang Bank Indonesia yang diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004.

Peraturan Bank Indonesia Nomor:9/PBI/2007 menetapkan faktor-faktor yang menjadi cakupan dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Faktor-faktor tersebut adalah Permodalan (Capital), Kualitas Aset (Assets Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earnings), Likuiditas (Liquidity), dan Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk).

Perkembangan produk dan jasa perbankan syariah yang semakin kompleks dan beragam akan meningkatkan ekposur risiko yang akan dihadapi oleh bank sehingga harus diketahui terlebih dahulu kinerja dari bank tersebut. Perubahan ekposur risiko bank dan penerapan manajemen risiko akan memengaruhi profil risiko bank yang selanjutnya berakibat pada kondisi bank secara keseluruhan (Rivai dan Arifin, 2010:846). Dengan diketahuinya kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank, bank, dan pemerintah melalui Bank Indonesia serta pengguna jasa bank untuk mengevaluasi kerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko yang ditetapkan.

Penjelasan Peraturan Bank Indonesia Nomor:9/PBI/2007 digunakan bagi perbankan, hasil penilaian kondisi bank dapat digunakan sebagai salah satu sarana

dalam menetapkan strategi usaha di masa yang akan datang, sedangkan bagi Bank Indonesia sebagai pengawas digunakan antara lain sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank dan unit usaha syariah. Selain itu menurut Rivai dan Arifin (2010:167), Bank Indonesia telah melakukan langkah-langkah kebijakan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, kompetitif, efisien, dan hati-hati bagi industri perbankan syariah. Langkah kebijakan ini dilakukan untuk mendukung sektor riil yang akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia khususnya. Usman (2008:129) menambahkan lagi bahwa ketentuan mengenai tingkat kesehatan bank dimaksudkan sebagai:

1. Tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

2. Tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank, baik secara individual maupun perbankan secara keseluruhan.

Perkembangan metodologi penelitian juga dibutuhkan dalam menilai tingkat kesehatan bank syariah, sehingga diperlukan metodologi penelitian kondisi bank yang bersifat dinamis sehingga sistem penilaian kesehatan bank syariah tetap disesuaikan dengan prinsip agar lebih mencerminkan kondisi bank yang sesungguhnya saat ini dan di waktu yang akan datang. Pengaturan dan penyempurnaan penilaian tingkat kesehatan bank syariah dapat dilakukan melalui pendekatan penilaian kuantitatif, penilaian kualitatif, serta penambahan faktor lainnya bila diperlukan.

Peraturan Bank Indonesia Nomor:9/PBI/2007 menyatakan bahwa penilaian tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank umum syariah atau UUS melalui penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, maupun proyeksi rasio-rasio keuangan bank dan UUS. Penilaian kuantitatif digunakan pada faktor-faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, serta sensitivitas terhadap risiko pasar. Selanjutnya penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen risiko, dan kepatuhan bank atau UUS. Komponen yang menjadi penilaiaan kualitatif adalah faktor manajemen.

Bank Indonesia sebagai penetap kebijakan menetapkan penilaian yang digunakan dalam menilai faktor permodalan, antara lain:

a. kecukupan, proyeksi (trend ke depan) permodalan dan kemampuan permodalan dalam mengcover risiko;

b. kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham.

Untuk penilaian terhadap kualitas aset, Bank Indonesia melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

a. kualitas aktiva produktif, perkembangan kualitas aktiva produktif bermasalah, konsentrasi eksposur risiko, dan eksposur risiko nasabah inti.

b. kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

Selanjutnya untuk memberi penilaian terhadap rentabilitas diperlukan penilaian komponen sebagai berikut:

a. kemampuan dalam menghasilkan laba, kemampuan laba mendukung ekspansi dan menutup risiko, serta tingkat efisiensi;

b. diversifikasi pendapatan termasuk kemampuan bank untuk mendapatkan fee based income, dan diversifikasi penanaman dana, serta penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya.

Kemudian penilaian terhadap likuiditas dilaksanakan dengan memberi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

a. kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek, potensi maturity mismatch, dan konsentrasi sumber pendanaan;

b. kecukupan kebijakan pengelolaan likuiditas, akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan.

Dan yang terakhir dalam penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap sensitivitas terhadap risiko pasar dengan menilai komponen sebagai berikut:

a. kemampuan modal Bank atau UUS mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar;

b. kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.

Sedangkan untuk penelitian kualitatif digunakan fakor manajemen sebagai penilai. Adapun komponen-komponen yang digunakan untuk

menilai dalam pemberian nilai terhadap faktor manajemen adalah sebagai berikut:

a. kualitas manajemen umum, penerapan manajemen risiko terutama pemahaman manajemen atas risiko Bank atau UUS;

b.kepatuhan Bank atau UUS terhadap ketentuan yang berlaku, komitmen kepada Bank Indonesia maupun pihak lain, dan kepatuhan terhadap prinsip syariah termasuk edukasi pada masyarakat, pelaksanaan fungsi sosial.

Peraturan Bank Indonesia Nomor:9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah menyatakan bahwa salah satu faktor yang membentuk tingkat kesehatan bank adalah faktor finansial. Adapun yang tergolong dalam faktor finansial adalah faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, serta faktor sensitivitas terhadap risiko pasar. Adapun faktor finansial yang dibahas dalam penelitian ini adalah faktor kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas.

Dalam memeringkatkan faktor finansial tersebut dilakukan dengan cara menilai peringkat komponen atau rasio keuangan pembentuk faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar dihitung secara kuantitatif. Kemudian peringkat faktor finansial tersebut ditentukan melalui analisis dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan atau pembanding yang relevan (judgement) atas peringkat rasio utama; dan peringkat rasio penunjang. Sedangkan untuk manajemen dilakukan penilaian melalui analisis dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan faktor

judgment. Berikut ini dijelaskan faktor-faktor yang diteliti dan berpengaruh terhadap kesehatan keuangan bank syariah di Indonesia.