• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesejahteraan Petani

PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

6.2.2 Kesejahteraan Petani

Tingkat NTP Papua pada triwulan III 2017 turun menjadi 93,75 dari triwulan sebelumnya yang mencapai 95,04. Berdasarkan komponennya, perubahan indeks harga diterima petani (It) lebih kecil dari indeks harga dibayar petani (Ib) dimana It mengalami penurunan -0,38% dan Ib yang meningkat sebesar 0,07%.

Penurunan terdalam terjadi pada subsektor hortikultura, dimana subsektor tersebut mengalami penurunan indeks cukup dalam mencapai -1,47%. Penurunan tersebut didorong oleh turunnya indeks kelompok sayur sayuran sebesar -1,90%. Di sisi lain terjadi peningkatan Ib subsektor Hortikultura yang disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,03% dan biaya produksi dan penambahan barang

modal (BPPBM) yang juga mengalami kenaikan sebesar 0,02%. Subsektor peternakan juga mengalami penurunan indeks sebesar 0,02%. Sementara NTP subsektor Perikanan naik 0,22 %.

Deflasi yang terjadi pada komoditas volatile foods menyebabkan penurunan pendapatan produsen (petani). Di sisi lain, biaya produksi dan modal yang cenderung meningkat. Kondisi tersebut menyebabkan NTP secara umum mengalami penurunan.

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.9 Perbandingan NTP Papua dengan NTP Nasional

57

PROSPEK EKONOMI

DAERAH

Perekonomian Papua pada triwulan I 2018 diperkirakan berada pada kisaran 5,3% - 5,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2017. Dari sisi lapangan usaha, kinerja tambang pada triwulan I 2018 diperkirakan masih tumbuh positif dan menjadi motor penggerak perekonomian Papua. Sementara sejalan dengan kinerja lapangan usaha pertambangan, kinerja ekspor diperkirakan berpotensi tumbuh tinggi.

Secara agregat, pertumbuhan ekonomi Papua pada 2018 berpotensi berada di kisaran 5,0% - 5,4% (yoy) lebih tinggi dibanding 2017 yang berkisar 4,0% - 4,4% (yoy). Dari sisi lapangan usaha, kenaikan target penjualan hasil tambang pada 2018 menjadi salah satu indikator optimisme pelaku usaha tambang dominan di Papua terhadap kondisi usaha pada 2018.

Tekanan inflasi Papua pada triwulan I 2018 diperkirakan berkisar 2,3% - 2,7% (yoy) mengalami kenaikan dibanding triwulan IV 2017. Kenaikan UMP 2018 sebesar 8,71% (yoy) dan kenaikan cukai rokok sebesar 10%, menjadi salah satu faktor pemicu tekanan inflasi pada triwulan I 2018. Selain itu, kenaikan harga bahan bakar kapal (marine fuel

oil), menambah tekanan inflasi pada triwulan I 2018.

Untuk keseluruhan tahun 2018, inflasi Papua diperkirakan mengalami kenaikan dibanding 2017, dari kisaran 2,1% - 2,5% (yoy) menjadi 4,6% - 5,0% (yoy). Pelaksanaan pilkada pada tahun 2018 yang berpotensi mempengaruhi stabilitas sosial-ekonomi di Papua menjadi salah satu faktor pemicu tekanan inflasi Papua pada tahun 2018.

58 7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN

EKONOMI

Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2018

Perekonomian Papua pada triwulan I 2018 diperkirakan berada pada kisaran 5,3% - 5,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2017 yang berkisar 5,2% - 5,6% (yoy). Hasil survei konsumen terkait dengan ekspektasi kondisi usaha ke depan memperkuat tendensi peningkatan perekonomian Papua pada triwulan I 2018. Dari sisi lapangan usaha, kinerja tambang pada triwulan I 2018 diperkirakan masih tumbuh positif dan menjadi motor penggerak perekonomian Papua.

Kondisi permintaan global yang relatif positif dan perkiraan harga komoditas tambang yang cenderung membaik menjadi faktor yang memberikan sentimen positif bagi perusahaan tambang terbesar di Papua. Selain itu, tekanan operasional tambang yang diperkirakan miniman dan kondisi cuaca yang cenderung kondusif menjadi faktor pendukung kinerja tambang. Namun demikian, proses negosiasi divestasi saham yang hingga saat ini belum menemui kesepatakan berpotensi memberikan dampak terutama dari sisi penjualan dan ekspor konsentrat tambang pada triwulan I 2018.

Sementara itu, lapangan usaha konstruksi diperkirakan tumbuh positif seiring hasil lelang beberapa proyek pembangunan yang baru selesai di triwulan III 2017. Kondisi tersebut membuat proyek dapat mulai berjalan sejak awal tahun sehingga menjadi faktor pendorong kinerja lapangan usaha konstruksi. Namun demikian, pola historis rendahnya realisasi anggaran pemerintah di awal tahun berpotensi menjadi faktor penghambat kinerja lapangan usaha konstruksi.

Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan masih terjaga. Tekanan inflasi yang diperkirakan terkendali dan siklus perayaan tahun baru menjadi faktor pendukung kinerja konsumsi rumah tangga. Sementara sejalan dengan kinerja lapangan usaha pertambangan, kinerja ekspor diperkirakan berpotensi tumbuh tinggi. Izin ekspor komoditas tambang diperkirakan masih dapat dilakukan hingga Januari 2018. Hal tersebut membuat pelaku usaha cenderung mengoptimalkan penjualan hasil tambang.

Investasi pada triwulan I 2018 berpotensi meningkat sejalan dengan kinerja lapangan usaha konstruksi. Pembangunan infrastruktur pendukung PON 2020 diperkirakan akan mulai dipercepat.

Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha

110 115 120 125 130 135 140 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2017

59

Prospek Pertumbuhan Ekonomi 2018

Secara agregat, pertumbuhan ekonomi Papua pada 2018 berpotensi berada di kisaran 5,0% - 5,4% (yoy) lebih tinggi dibanding 2017 yang berkisar 4,0% - 4,4% (yoy).

Dari sisi lapangan usaha, kenaikan target penjualan hasil tambang pada 2018 menjadi salah satu indikator optimisme pelaku usaha tambang dominan di Papua terhadap kondisi usaha pada 2018. Tercatat, target penjualan untuk tembaga dan emasi naik 20% dan 50% (yoy) dibandingkan 2017. Kondisi tersebut berpotensi mendorong kinerja lapangan usaha pertambangan.

Sementara itu, kinerja konstruksi juga diperkirakan mengalami kenaikan yang salah satunya didorong oleh peningkatan realisasi proyek persiapan PON 2020. Kondisi tersebut juga akan memberikan pengaruh positif terhadap kinerja lapangan usaha administrasi pemerintahan. Selain itu, pelaksanaan pilkada pada 2018 juga

semakin memperkuat tendensi peningkatan kinerja pada lapangan usaha administrasi pemerintahan.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2018 diperkirakan lebih rendah dibanding 2017. Kecenderungan kenaikan inflasi pada 2018 menjadi salah satu faktor melemahnya konsumsi rumah tangga. Selain itu, stabilitas sosial politik terkait pelaksanaan pilkada 2018 diperkirakan juga mempengaruhi ekspektasi konsumsi masyarakat.

Sementara itu, sejalan dengan kinerja lapangan usaha pertambangan dan konstruksi, pertumbuhan investasi dan ekspor pada 2018 diperkirakan meningkat. 7.2. PROSPEK INFLASI

Prospek Inflasi Triwulan I 2018

Tekanan inflasi Papua pada triwulan I 2018 diperkirakan berkisar 2,3% - 2,7% (yoy) mengalami kenaikan dibanding triwulan IV 2017 yang berkisar 2,1% - 2,5% (yoy), namun masih dalam level yang terkendali. Kenaikan UMP 2018 sebesar 8,71% (yoy) dan kenaikan cukai rokok sebesar 10%, menjadi salah satu faktor pemicu tekanan inflasi pada triwulan I 2018, khususnya pada inflasi inti (core) dan administered price. Selain itu, kenaikan harga bahan bakar kapal (marine fuel oil), menambah tekanan inflasi

Sumber: FCX dan BPS, diolah

Grafik 7.4 Target Produksi Tambang Papua

Sumber: World bank dan IMF, diolah Sumber: World bank, diolah

Grafik 7.2 Ekonomi Negara mitra Grafik 7.3 Harga komoditas global

10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017** 2018** Tembaga [Target] Tembaga [Riil]

Emas [Target] Emas [Riil] NTB Tambang (sk. kanan) Cu: juta pound

Au: juta ounce

Rp milyar 2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017 2018 Dunia 3.5 3.6 3.6 3.7 3.9 3.9 3.8 3.8 AS 2.1 2.1 2.2 2.3 2.1 2.4 2.2 2.4 Eropa 1.9 1.6 2.1 1.9 2 1.8 2.2 1.8 Jepang 1.3 0.8 1.5 0.7 1.4 1.1 1.5 1.2 Tiongkok 6.7 6.5 6.8 6.5 6.7 6.3 6.8 6.3 India 7.2 7.2 6.7 7.4 7.3 7.6 6.5 7.6 Negara Weo IMF Jul-17 Oct-17 Consensus Forecast Jul-17 Oct-17 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 2014 2015 2016 2017 2018

60 pada triwulan I 2018. Marine fuel oil

mengalami kenaikan dari Rp3.800/liter menjadi Rp5.600/liter. Kondisi tersebut berpotensi meningkatkan biaya angkut kapal.

Namun demikian, berlalunya perayaan natal dan tahun baru serta panen di daerah sentra produksi berpotensi menjadi peredam tekanan inflasi pada triwulan I 2018.

Prospek Inflasi 2018

Untuk keseluruhan tahun 2018, inflasi Papua diperkirakan mengalami kenaikan dibanding 2017, dari kisaran 2,1% - 2,5% (yoy) menjadi 4,6% - 5,0% (yoy).

Pelaksanaan pilkada pada tahun 2018 yang berpotensi mempengaruhi stabilitas sosial-ekonomi di Papua menjadi salah satu faktor pemicu tekanan inflasi Papua pada tahun 2018. Selain itu, laju inflasi Papua pada tahun 2018 juga terpengaruh oleh base effect, seiring relatif rendahnya tekanan inflasi pada tahun 2017.

Meskipun demikian, kondisi cuaca yang diperkirakan normal menjadi salah satu faktor peredam inflasi seiring pasokan yang berpotensi terjaga.

Selain itu, berbagai kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam hal percepatan realisasi pembangunan

infrastruktur distribusi, seperti jalan trans Papua, tol laut, dan rencana implementasi Jembatan Udara diprakirakan dapat menjadi peredam tekanan inflasi ke depan. Terlebih kebijakan BBM satu harga dan upaya pengendalian harga semen melalui kerjasama antara pelaku usaha dengan perusahaan pengiriman barang (Cargo) termasuk juga penggunaan pesawat TNI AU diharapkan dapat menurunkan dan menjaga kestabilan harga barang. Berbagai upaya tersebut diperkuat juga oleh pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang saat ini telah melingkupi 24 daerah dari 29 kabupaten/kota di Papua membuat upaya koordinasi dan sinergi program kebijakan diharapkan menjadi lebih optimal dan tepat sasaran.

Dalam upaya mengendalikan inflasi ke depan, pembentukan TPID di seluruh kabupaten/kota akan tetap dilakukan. Selain itu, beberapa hal yang perlu ditempuh oleh TPID diantaranya adalah

(a) Menginformasikan secara luas terkait ketersediaan pasokan barang untuk mengelola ekspektasi masyarakat terhadap harga.

(b) Melakukan kegiatan rutin pengendalian harga seperti pasar murah, operasi pasar dan inspeksi.

(c) Melakukan realisasi kerjasama perdagangan dengan daerah pemasok maupun produsen.

(d) Mengantisipasi potensi perubahan cuaca terhadap pasokan komoditas, misalnya melalui peningkatan produksi dengan dilengkapi penambahan fasilitas pergudangan dan penyimpanan (cold storage).

Sumber: BMKG

61

LAMPIRAN TABEL-TABEL

62

DAFTAR ISTILAH

Administered price

Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.

Base Effect

Efek kenaikan/penurunan nilai pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level variabel yang dijadikan dasar

perhitungan/perbandingan mempunyai nilai yang cukup rendah/tinggi.

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Adalah simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan

berjangka.

Debt to Service Ratio (DSR)

Rasio utang terhadap pendapatan yang mencerminkan kemampuan

individu/korporasi/negara untuk menyelesaikan kewajiban membayar hutang.

Inflasi IHK

Perubahan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK).

Inflasi inti

Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices.

Inflow

Adalah uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia.

Kontraksi

Kondisi dimana pertumbuhan benilai negatif.

Loan to Value (LTV)

Rasio antara nilai kredit/pembiayaan yang dapat diberikan oleh bank terhadap nilai agunan berupa properti pada saat pemberian

kredit/pembiayaan berdasarkan harga penilaian terakhir.

Month to month (mtm)

Perubahan nilai pada bulan bersangkutan dibandingkan bulan sebelumnya.

Net Inflow

Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow.

Non Performing Loan (NPL)

Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap total penyaluran pembiayaan atau kredit oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Kriteria NPL adalah (1) kurang lancar, (2) diragukan, dan (3) macet.

Outflow

Adalah aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia.

Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Kegiatan pinjam meminjam dana jangka pendek (dalam satuan malam) antar bank yang

dilakukan melalui jaringan komunikasi elektronis.

Rentabilitas

kemampuan dari suatu perusahaan dalam menghasilkan laba melalui pemanfaatan aset/modal.

63

Liaison

Kegiatan pengumpulan data/statistik dan

informasi yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung/tidak langsung kepada pelaku usaha/institusi lainnya mengenai

perkembangan dan arah kegiatan usaha dengan cara yang sitematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan dan likert scale.

Likert Scale

Alat statistik untuk menilai variable/indicator dengan skala -5 hingga 5. Metode ini disusun dengan mengacu pada pelaksanaan di Reserve Bank of Australia (RBA).

Likuiditas

Posisi uang atau kas perusahaan yang

mencerminkan kemampuan untuk memenuhi kewajiban tepat pada waktunya.

Repo

Transaksi penjualan instrumen keuangan antara dua belah pihak dengan perjanjian dimana pada tanggal yang telah ditentukan akan

dilaksanakan pembelian kembali atas instrumen yang sama dengan harga tertentu.

Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

dengan

Selisih tersebut kemudian dikalikan bobot tiap sektor. SBT mencerminkan perkembangan usaha dari tiap sektor.

Year to Date (ytd)

Sering disebut perubahan kumulatif, adalah perubahan nilai pada bulan bersangkutan dibandingkan bulan Desember tahun sebelumnya.

Year on Year (yoy)

Sering disebut perubahan tahunan, adalah perubahan nilai pada bulan bersangkutan dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.

Dokumen terkait