• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA LAPANGAN USAHA

Realisasi Lapangan Usaha Triwulan III 2017

Secara umum perekonomian Papua pada triwulan laporan masih didominasi oleh lapangan usaha pertambangan dan

penggalian dengan pangsa mencapai 45,67%. Lapangan usaha pertambangan dan penggalian juga menjadi lapangan usaha yang menyumbangkan sumber pertumbuhan ekonomi terbesar mencapai 1,23% (yoy). Melihat besarnya pangsa dan sumbangan dari lapangan usaha pertambangan maka kinerja perekonomian Papua sangat dipengaruhi oleh kinerja lapangan usaha tersebut. Pada triwulan III 2017, kinerja lapangan usaha pertambangan mengalami perlambatan dibanding triwulan II 2017 yang terutama dipengaruhi oleh pembatasan izin ekspor. Selain lapangan usaha pertambangan, perlambatan kinerja juga terjadi pada lapangan usaha konstruksi dan administrasi pemerintahan. Penyerapan belanja pemerintah yang kurang optimal menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perlambatan kinerja di kedua lapangan usaha tersebut.

sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Tabel 1.3 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Lapangan Usaha Dominan Provinsi Papua (%yoy)

Sumber: BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.20 Pertumbuhan Ekonomi Lapangan Usaha Provinsi Papua 13.2 13.3 13.4 13.5 13.6 13.7 13.8 9.7 9.9 10.1 10.3 10.5 10.7 10.9 0 3 -J a n -1 7 0 3 -Fe b -1 7 0 3 -M a r-1 7 0 3 -Ap r-1 7 0 3 -M a y -1 7 0 3 -J u n -1 7 0 3 -J u l-1 7 0 3 -Au g -1 7 0 3 -Se p -1 7 0 3 -O c t-1 7 0 3 -N o v -1 7 Ribu Rupiah Ribu Rupiah

AUD/IDR USD/IDR [sk. Kanan]

I II III IV I II III IV I II III SoG

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6.00 2.70 6.36 9.01 6.03 3.18 3.69 0.02 2.05 2.21 1.48 1.78 2.93 0.29

Pertambangan dan Penggalian -6.99 24.07 -6.07 19.20 6.79 -10.50 -20.80 40.77 44.50 13.15 0.40 6.88 2.67 1.23

Konstruksi 14.99 7.54 7.79 12.86 10.70 4.71 7.00 12.13 10.93 8.81 6.27 3.10 2.99 0.31

Perdagangan Besar dan Eceran 8.35 7.13 8.72 8.30 8.13 2.54 6.96 9.51 8.39 6.91 5.61 5.46 5.69 0.42

Administrasi Pemerintahan 9.74 12.14 7.63 13.88 10.89 13.91 10.86 9.88 4.98 9.64 3.54 2.02 1.82 0.15

PDRB 1.82 13.27 1.76 13.19 7.47 (0.72) (5.17) 20.44 21.41 9.21 2.99 4.88 3.40 3.40

Ket= SoG : Source of Growth / Sumber Pertumbuhan 2016 2016 2017 KOMPONEN 2015 2015 -10 -5 0 5 10 15 20 25 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Lainnya Adm. Pemerintahan dan Jaminan Sosial

Transportasi dan Pergudangan Perdagangan dan Reparasi

Konstruksi Pertambangan dan Penggalian

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertumbuhan Ekonomi [sk. kanan]

13 Sementara itu, kinerja lapangan usaha

pertanian dan perdagangan pada triwulan laporan terpantau mengalami kenaikan. Panen yang terjadi pada triwulan III 2017 di sejumlah daerah sentra produksi pertanian di Papua menjadi salah satu faktor pendorong kinerja lapangan usaha pertanian. Sedangkan pelaksanaan even hari besar keagamaan nasional (idul adha), perayaan HUT RI dan periode libur di akhir triwulan menjadi faktor pendorong kinerja lapangan usaha perdagangan.

Tracking Lapangan Usaha Triwulan IV 2017

Pada triwulan IV 2017, kinerja perekonomian Papua diperkirakan mengalami peningkatan dibanding triwulan III 2017. Optimalisasi kinerja lapangan usaha pertambangan diperkirakan menjadi faktor utama pendorong perekonomian Papua, seiring berakhirnya batas izin ekspor mineral di akhir 2017. Namun demikian, kondisi keamanan di daerah lokasi tambang yang kurang kondusif pada pertengahan triwulan IV 2017 berpotensi menjadi faktor penahan kinerja lapangan usaha pertambangan pada periode tersebut. Selain itu, perayaan natal dan tahun baru juga menjadi faktor yang memperkuat kenaikan kinerja lapangan usaha perdagangan pada triwulan IV 2017.

Tracking Lapangan Usaha Kumulatif 2017

Secara agregat selama 2017, kinerja lapangan usaha yang dominan dalam perekonomian Papua diperkirakan tumbuh lebih rendah dibanding 2016.

Lapangan usaha pertambangan masih memberikan pengaruh dominan dalam perekonomian Papua. Namun demikian, pertumbuhan lapangan usaha pertambangan pada 2017 diperkirakan relatif kurang optimal dibandingkan 2016.

Regulasi izin ekspor mineral menjadi faktor utama penahan kinerja lapangan usaha pertambangan. Selain itu, aksi demonstrasi karyawan, kondisi keamanan yang kurang kondusif dan tingginya curah hujan serta kualitas hasil tambang (ore) yang rendah merupakan faktor internal yang mempengaruhi kinerja lapangan usaha pertambangan selama 2017. Sementara fluktuasi harga komoditas dan permintaan negara mitra dagang menjadi faktor eksternal yang berpotensi mempengaruhi kinerja penjualan hasil tambang.

Potensi pelemahan penjualan hasil tambang di keseluruhan tahun 2017, juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja lapangan usaha perdagangan selama 2017 yang diperkirakan lebih rendah dari 2016. Perlambatan pertumbuhan juga berpotensi terjadi pada lapangan usaha konstruksi dan administrasi pemerintah untuk keseluruhan tahun 2017. Rendahnya realisasi belanja pemerintah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja kedua lapangan usaha ini.

Di sisi lain, lapangan usaha pertanian berpotensi mengalami kenaikan kinerja yang terutama didorong oleh perkiraan produksi tanaman pangan, khususnya padi selama 2017 yang lebih tinggi dibanding 2016. 1.3.1 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian

Realisasi Lapangan Usaha Pertambangan Triwulan III 2017

Pertumbuhan lapangan usaha pertambangan pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 2,67% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan II 2017 yang mencapai 6,88% (yoy). Penurunan kinerja tersebut, terutama disebabkan kurang optimalnya produksi dan penjualan konsentrat

14 tembaga yang merupakan hasil utama produk

tambang Papua. Selain itu, penjualan konsentrat emas juga mengalami perlambatan pada triwulan III 2017.

Dari sisi produksi, volume produksi konsentrat tembaga pada triwulan laporan mencapai 293 juta pound, relatif lebih rendah dari triwulan III 2016 yang mencapai 321 juta pound, sehingga angka perubahan produksi tembaga secara tahunan mengalami kontraksi sebesar 8,72% (yoy), jauh lebih dalam dibandingkan triwulan II 2017 yang mengalami kontraksi sebesar 4,33% (yoy). Sementara di sisi lain, produksi konsentrat emas pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 36,88% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan II 2017 yang mencapai 120,25% (yoy). Tercatat volume produksi emasi pada triwulan III 2017 mencapai 412 ribu ounce, lebih tinggi dari triwulan III 2016 yang mencapai 301 ribu ounce. Berdasarkan informasi dari rilis resmi perusahaan tambang dominan di Papua, kinerja produksi konsentrat tembaga dan emas tersebut dipengaruhi oleh kualitas hasil tambang.

Dari sisi penjualan, konsentrat tembaga mengalami kontraksi penjualan sebesar 22,29% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan II 2017 tumbuh sebesar 26,02% (yoy). Sementara itu, penjualan konsentrat emas masih terjaga positif dengan angka

pertumbuhan sebesar 14,66%. Informasi resmi dari perusahaan tambang dominan di Papua, hal tersebut salah satunya dikarenakan adanya penyesuaian waktu pengiriman hasil tambang sebagai bentuk dari regulasi izin ekspor mineral.

Tracking Lapangan Usaha Pertambangan Triwulan IV 2017

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja lapangan usaha pertambangan diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III 2017. Dari sisi produksi, setidaknya terdapat dua faktor yang berpotensi menjadi faktor penghambat kinerja produksi pada triwulan IV 2017, yaitu curah hujan yang relatif tinggi, dan kondisi keamanan yang kurang kondusif di daerah sentra produksi tambang di Papua. Selain itu, rilis resmi perusahaan tambang dominan di Papua memperkuat indikasi perlambatan penjualan, dimana diperkirakan target pertumbuhan penjualan hasil tambang pada triwulan IV 2017 berkisar 5% (yoy) dalam kondisi normal.

Sementara dari sisi penjualan, beberapa faktor seperti kualitas hasil tambang yang diperkirakan lebih baik, harga komoditas tambang di pasar global yang cenderung meningkat dan regulasi izin ekspor mineral menjadi faktor yang diperkirakan mendorong

Sumber : FCX Quarterly Reports, diolah Sumber: FCX Quarterly Reports, diolah

Grafik 1.21 Produksi Konsentrat Tembaga dan Emas Grafik 1.22 Penjualan Konsentrat Tembaga dan Emas

-100 -50 0 50 100 150 200 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Produksi Konsentrat Tembaga (Cu) Produksi Konsentrat Emas (Au) Pertumbuhan Tembaga [sk. kanan] Pertumbuhan Emas [sk. kanan]

Cu: juta pound

Au: ribu ounce % yoy

-100 -50 0 50 100 150 200 0 100 200 300 400 500 600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Penjualan Konsentrat Tembaga (Cu) Penjualan Konsentrat Emas (Au) Pertumbuhan Cu [sk. kanan] Pertumbuhan Au [sk. kanan]

Cu: juta pound

15 kinerja lapangan usaha pertambangan pada

triwulan IV 2017.

Tracking Lapangan Usaha Pertambangan Kumulatif 2017

Secara agregat, kinerja lapangan usaha pertambangan pada 2017 diperkirakan lebih rendah dari 2016.

Regulasi izin ekspor mineral menjadi faktor utama kurang optimalnya kinerja lapangan usaha pertambangan selama 2017. Selain itu, permasalahan ketenagakerjaan yang terjadi pada pertengahan 2017 juga memberikan pengaruh pada kinerja produksi tambang. Rilis resmi dari perusahaan tambang dominan di Papua memperkuat adanya indikasi penurunan kinerja penjualan hasil tambang selama 2017, khususnya konsentrat tembaga. Penjualan konsentrat tembaga untuk keseluruhan 2017 diperkirakan berkisar 1 juta pound, lebih rendah dari 2016 yang mencapai 1,1 juta pound. Sementara penjualan konsentrat emas diperkirakan menjadi penahan tekanan penurunan kinerja penjualan. Pada 2017, diperkirakan penjualan konsentrat emas dapat mencapai 1,6 ribu ounce, lebih tinggi dari 2016 yang mencapai 1,1 ribu ounce.

1.3.2 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Realisasi Lapangan Usaha Pertanian Triwulan III 2017

Lapangan usaha pertanian pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 2,93% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan II 2017 yang mencapai 1,78% (yoy).

Kenaikan kinerja lapangan usaha pertanian, salah satunya didorong oleh kenaikan penjualan kayu. Pada triwulan III 2017, ekspor kayu olahan tumbuh sebesar 45,1% (yoy) lebih tinggi dari triwulan II 2017 yang tumbuh mencapai 30,2% (yoy). Berdasarkan hasil liaison, hal tersebut salah satunya disebabkan adanya penambahan tujuan ekspor plywood ke Korea Selatan.

Kenaikan kinerja lapangan usaha pertanian, sejalan dengan penyaluran kredit ke lapangan usaha pertanian yang tumbuh sebesar 60,2% (yoy). Perkebunan kelapa sawit masih menjadi komoditas utama dalam penyaluran kredit pada triwulan laporan.

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada triwulan III 2017 juga masih berada di level yang positif sebesar 3,68% (qtq) meski lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 4,52% (qtq).

Sumber:Survei Kegiatan Dunia Usaha, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik 1.23 Realisasi Usaha Pertanian Papua Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Pertanian

-5 0 5 10 15

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Total Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan

% qtq -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 0 200 400 600 800 1000 1200 1400

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Kredit Sektor Pertanian Pertumbuhan [sk. kanan]

16

Tracking Lapangan Usaha Pertanian Triwulan IV 2017

Kinerja lapangan usaha Pertanian pada triwulan IV 2017 diperkirakan naik signifikan. Periode panen rendengan yang diperkirakan berlangsung pada triwulan IV 2017 menjadi salah satu faktor pendorong kinerja pertanian. Selain itu, tendensi peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian juga diperkuat oleh kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) di beberapa kelompok komoditas pertanian. Pada Oktober 2017 NTP tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat dan perikanan mengalami kenaikan dibandingkan September 2017, masing-masing sebesar 0,76%, 0,40% dan 0,27% (mtm).

Tracking Lapangan Usaha Pertanian Kumulatif 2017

Selama 2017, kinerja lapangan usaha pertanian diperkirakan lebih tinggi dari 2016. Peningkatan realisasi ekspor kayu menjadi salah satu pendorong kinerja lapangan usaha pertanian. Secara kumulatif, nilai ekspor kayu olahan hingga triwulan III 2017 mencapai USD59,88 juta lebih tinggi dibanding total nilai ekspor kayu olahan selama 2016 yang mencapai USD57,36 juta.

Selain itu, data Angka Ramalan (ARAM) II turut memperkuat kondisi tersebut, dimana produksi padi Papua pada 2017 diperkirakan

mencapai 264,6 ribu ton, lebih tinggi dari 2016 yang mencapai 233,6 ribu ton atau meningkat 13,26% (yoy).

1.3.3 Lapangan Usaha Konstruksi

Realisasi Lapangan Usaha Konstruksi Triwulan III 2017

Pertumbuhan lapangan usaha konstruksi pada triwulan III 2017 tercatat mencapai 2,99% (yoy) lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,10% (yoy).

Perlambatan ini utamanya dari sisi pemerintah. Terkonfirmasi dari rendahnya realisasi belanja modal APBD Provinsi Papua. Hingga triwulan III 2017 realisasi belanja modal hanya mencapai Rp547 miliar, mengalami kontraksi sebesar 32,10% (yoy). Proses pengadaan proyek pemerintah yang mengalami kemunduran akibat pelantikan pejabat baru menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

Sumber: BPKAD dan BPS, diolah

Grafik 1.25 Belanja Modal dan Pertumbuhan Konstruksi

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik 1.26 Penjualan Semen di Provinsi Papua Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Konstruksi

0 2 4 6 8 10 12 14 16 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Belanja Modal Pertumbuhan Konstruksi (sb. kanan)

Rp triliun % yoy -30 -20 -10 0 10 20 30 40 20 40 60 80 100 120 140 160 180

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Penjualan Semen Pertumbuhan [sk. kanan]

ribu ton %, yoy

-50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 1,800

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Kredit Konstruksi Pertumbuhan [sk. kanan]

17 realisasi belanja pemerintah. Berdasarkan data

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Papua, lebih dari 90% penandatanganan kontrak proyek dilakukan selama periode Juli Agustus 2017, sehingga pekerjaan konstruksi efektif baru dikerjakan pada akhir triwulan III 2017.

Kenaikan penjualan semen yang terjadi pada triwulan III 2017 memperkuat tendensi pelaksanaan proyek yang baru dimulai pada periode laporan. Tercatat penjualan semen meningkat sebesar 9,21% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 yang mengalami kontraksi sebesar 25% (yoy). Hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua memperkuat kondisi terbut, dimana mayoritas pelaku usaha perhotelan melakukan realisasi pembangunan bangunan untuk mendukung kebutuhan operasional ke depan.

Perkembangan penyaluran kredit konstruksi masih mengalami peningkatan pada triwulan III 2017 mencapai 38,37% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan II 2017 yang mencapai 34,53% (yoy). Penyaluran kredit konstruksi sebagian besar digunakan untuk pembangunan jalan raya, irigasi dan bangunan sipil lainnya.

Tracking Lapangan Usaha Konstruksi Triwulan IV 2017

Pada triwulan IV 2017, kinerja lapangan usaha konstruksi diperkirakan masih tumbuh positif, namun dalam level yang lebih rendah dibanding triwulan III 2017.

Penyelesaian sejumlah proyek infrastruktur menjadi salah satu faktor penyebab penurunan kinerja lapangan usaha konstruksi. Data BCI menunjukkan setidaknya terdapat 26 proyek pembangunan yang akan selesai pada

triwulan IV 2017 dengan nilai mencapai Rp453 miliar.

Tracking Lapangan Usaha Konstruksi

Kumulatif 2017

Secara kumulatif, kinerja lapangan usaha konstruksi pada 2017 diperkirakan lebih rendah dibanding 2016. Kurang optimalnya realisasi penyerapan anggaran pemerintah menjadi salah satu penyebab kondisi tersebut. Selain itu, indeks kemahalan konstruksi di Papua pada 2017 berada di level yang tinggi mencapai 229,82. Secara spasial, lima daerah di wilayah pegunungan Papua memiliki nilai indeks kemahalan konstruksi tertinggi di Indonesia, kelima daerah tersebut adalah Puncak (469,96), Puncak Jaya (436,94), Intan Jaya (412,52), Memberamo Tengah (403,74) dan Pegunungan Bintang (391,44).

1.3.4 Lapangan Usaha Perdagangan Besar Dan Eceran, Reparasi Mobil Dan Sepeda Motor

Realisasi Lapangan Usaha Perdagangan Triwulan III 2017

Kinerja lapangan usaha perdagangan besar dan eceran pada triwulan laporan tumbuh sebesar 5,69% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar 5,46% (yoy). Pelaksanaan even hari besar keagamaan nasional (idul adha), perayaan HUT RI dan periode libur di akhir triwulan menjadi salah satu faktor pendorong kinerja lapangan usaha ini.

Kondisi peningkatan kinerja lapangan usaha perdagangan tercermin dari arus bongkar muat barang pelabuhan di Jayapura dan Merauke yang relatif tinggi. Volume bongkar secara kumulatif di kedua kota tersebut pada akhir triwulan III 2017 mencapai 85,6 ribu ton,

18 sementara volume muat mencapai 13,4 ribu

ton.

Peningkatan kinerja lapangan usaha perdagangan juga tercermin dari hasil survei konsumen, dimana fluktuasi indeks penghasilan masyarakat selama triwulan III 2017 relatif terkendali dan berada di level yang tinggi. Selain itu, data BPS menunjukkan indeks pendapatan rumah tangga pada triwulan laporan yang lebih tinggi lebih tinggi dari triwulan sebelumnya.

Namun demikian, hasil SKDU menunjukkan bahwa realisasi usaha perdagangan pada triwulan III 2017 lebih lambat dibanding triwulan II 2017. Demikian juga dengan indeks pembelian barang tahan lama yang mengalami penurunan di akhir triwulan III 2017. Kondisi tersebut seiring berlalunya perayaan puasa dan lebaran.

Tracking Lapangan Usaha Perdagangan Triwulan IV 2017

Pada triwulan IV 2017, pertumbuhan kinerja lapangan usaha perdagangan meningkat dibanding triwulan III 2017.

Kinerja ekspor yang diperkirakan lebih tinggi dari triwulan III 2017 menjadi salah satu faktor pendorong kinerja lapangan usaha perdagangan. Selain itu, perayaan natal dan tahun baru yang berpotensi mendorong

permintaan dan konsumsi masyarakat memperkuat tendensi peningkatan kinerja lapangan usaha perdagangan pada triwulan IV 2017.

Tracking Lapangan Usaha Perdagangan Kumulatif 2017

Secara kumulatif, kinerja lapangan usaha perdagangan selama 2017 diperkirakan lebih rendah dibanding 2016.

Pembatasan izin ekspor mineral memberikan pengaruh terhadap kinerja lapangan usaha perdagangan seiring penurunan ekspor luar negeri Papua selama 2017. Namun demikian, terjaganya konsumsi dan inflasi yang terkendali menjadi faktor peredam penurunan kinerja lapangan usaha perdagangan selama 2017.

1.3.5 Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib

Realisasi Lapangan Usaha Administrasi

Pemerintahan Triwulan III 2017

Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 1,82% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 2,02% (yoy). Realisasi belanja pemerintah yang kurang optimal menjadi salah satu faktor penurunan kinerja lapangan usaha administrasi

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, diolah Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 1.28 Perkembangan SKDU Perdagangan Grafik 1.29 Indeks Pembelian Durable Goods

-4% -3% -2% -1% 0% 1% 2% 3% 4% -10% -5% 0% 5% 10% 15%

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Total (qtq) Perdagangan - Sk. Kanan

70 80 90 100 110 120 130 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2016 2017 Optimistis Pesimistis

19 pemerintahan. Hal ini terlihat dari realisasi

belanja APBD Provinsi Papua sampai triwulan III 2017 baru mencapai 41,16% terpaut cukup rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2016 yang mencapai 49,06%.

Tracking Lapangan Usaha Administrasi

Pemerintahan Triwulan IV 2017

Pada triwulan IV 2017, kinerja lapangan usaha administrasi pemerintahan diperkirakan tumbuh signifikan.

Hal tersebut sejalan dengan pola historis penyerapan anggaran pemerintah, dimana realisasi pada akhir tahun cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu, nilai proyek yang akan selesai pada akhir tahun tahun 2017 relatif tinggi mencapai kisaran Rp5,1 triliun.

Tracking Lapangan Usaha Administrasi

Pemerintahan Kumulatif 2017

Secara keseluruhan 2017, kinerja lapangan usaha administrasi pemerintah diperkirakan tumbuh lebih lambat dibanding 2016.

Pengadaan lelang yang terlambat akibat Pilkada 2017, keterlambatan pengesahan APBD dan adanya Pemungutan Suara Ulang (PSU) menjadi faktor penghambat kinerja lapangan usaha administrasi pemerintahan selama 2017. Namun demikian, percepatan pembangunan proyek pemerintah pada 2017, diperkirakan menjadi faktor peredam penurunan kinerja pada lapangan usaha ini.

20

BOKS

PENINGKATAN AKSES KEUANGAN PADA LAPANGAN USAHA PERIKANAN DAN

Dokumen terkait