• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

i

Juli - September 2017

(terbit November 2017)

Triwulan III 2017

ISSN 2460-490369

e-ISSN 2460-598369

KAJIAN EKONOMI DAN

KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI PAPUA

NOVEMBER 2017

(2)

ii Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung

jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang.

~UUD 1945 Pasal 23 D~

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~

Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur

dalam Undang-undang ini. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 2~

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang

stabil

Misi Bank Indonesia

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU

(3)

iii Indonesia Provinsi Papua pada bulan Februari, Mei, Agustus,

dan November. Sebelum dipublikasikan, materi Kajian dari berbagai provinsi telah terlebih dahulu dikompilasi melalui mekanisme kerja internal Bank Indonesia untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan moneter, sistem pembayaran, serta pengawasan perbankan dan sistem keuangan secara makroprudensial. Publikasi ini berfungsi sebagai media untuk menyampaikan penjelasan kepada para pemangku kepentingan dan publik di daerah mengenai perkembangan kondisi terkini, prospek perekonomian, serta isu yang berkembang dan perlu dicermati.

Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Jalan Dr. Sam Ratulangi No. 9

Jayapura 99111 T +62 967 534 581 F +62 967 535 201

Salinan elektronis publikasi ini dapat diunduh melalui situs www.bi.go.id. Untuk mendapatkan salinan elektronis publikasi ini pada kesempatan pertama, silakan mengirimkan surel ke kpwpapua_eku@bi.go.id dengan subyek

(4)

iv

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

Penanggung Jawab : Joko Supratikto

(Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua)

Pemimpin Redaksi : Fauzan

(Deputi Kepala Perwakilan/Kepala Tim Asesmen Ekonomi dan Keuangan) Mitra Bestari : Evy Marya Deswita Siburian

(Peneliti Departemen Regional III Kantor Pusat BI)

Adela Putri Rizkia

(Analis / Departemen Regional III Kantor Pusat BI) Andree Breitner Makahinda

(Analis / Departemen Regional III Kantor Pusat BI)

Penyunting : Arya Jodilistyo

(Analis / Manajer Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans) Penulis : Arya Jodilistyo

(Analis / Manajer Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans)

Widi Januar Pratama

(Analis Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans)

Kontributor : Yudi Prasetiyo

(Analis / Manajer Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan)

Yon Widiyono

(Analis / Manajer Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM) Ferdinand Maluenseng

(Kepala Unit Operasional SP) Jaffry Agust Waluyan

(Kasir Senior Unit Pengelolaan Uang Rupiah)

Sekretaris : Luki Riyaningrum

(Analis Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan) Monika Randalinggi

(5)

v

KATA PENGANTAR

Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sebab atas rahmat dan berkat-Nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua Periode November 2017 ini dapat terbit tepat waktu. Di tengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisis makroekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah menjadi penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dan kalangan akademisi, maupun masyarakat luas.

Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu melalui Kata Pengantar ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya Kajian ini. Semoga kerja sama yang telah terjalin baik tersebut tetap dapat terpelihara di masa mendatang. Akhirnya, besar harapan kami agar Kajian pada triwulan ini bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami kondisi perekonomian Papua.

Jayapura, November 2017

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA

(6)

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GRAFIK ...viii

DAFTAR TABEL ... xi

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI PAPUA ... xii

A. Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi ... xii

B. Perbankan ...xiii

C. Sistem Pembayaran ...xiv

RINGKASAN EKSEKUTIF ... xv

PERKEMBANGAN ... 1

MAKRO EKONOMI DAERAH ... 1

1.1 KONDISI UMUM ... 2

1.2. PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN ... 3

1.2.1. Konsumsi ... 5

1.2.2. Investasi ... 7

1.2.3. Ekspor Netto ... 9

1.3. PERTUMBUHAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA ...12

1.3.1 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian ...13

1.3.2 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan ...15

1.3.3 Lapangan Usaha Konstruksi ...16

1.3.4 Lapangan Usaha Perdagangan Besar Dan Eceran, Reparasi Mobil Dan Sepeda Motor ...17

1.3.5 Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib.18 BOKS PENINGKATAN AKSES KEUANGAN PADA LAPANGAN USAHA PERIKANAN DAN PENGARUHNYA DALAM PEREKONOMIAN PAPUA KEUANGAN PEMERINTAH ...25

2.1 REALISASI APBN PROVINSI PAPUA ...26

2.1.1 Realisasi Pendapatan APBN ...26

2.1.2 Realisasi Belanja APBN ...26

2.2 REALISASI APBD PEMERINTAH PROVINSI PAPUA ...28

2.2.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Papua ...28

2.2.2 Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Papua ...30

INFLASI ...32

3.1 INFLASI UMUM ...33

3.2 DISAGREGASI INFLASI ...34

(7)

vii

STABILITAS SISTEM ...38

KEUANGAN ...38

4.1 ASESMEN SEKTOR KORPORASI ...39

4.1.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi ...39

4.1.2. Kinerja Korporasi ...39

4.1.3. Eksposure Perbankan dalam Korporasi ...41

4.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA ...43

4.2.1. Sumber Kerentanan Sektor Rumah Tangga ...43

4.2.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga ...44

4.2.3. Eksposure Perbankan dalam Rumah Tangga ...45

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH ...47

5.1 SISTEM PEMBAYARAN ...48

5.1.1 Transaksi SKNBI ...48

5.1.2 Transaksi BI-RTGS ...48

5.2 PENGELOLAAN UANG RUPIAH ...49

5.2.1 Penyediaan Uang Layak Edar ...49

5.2.2 Temuan Uang Tidak Asli ...50

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ...52

6.1 KETENAGAKERJAAN ...53

6.1.1 Tenaga Kerja ...53

6.1.1 Pengangguran ...54

6.2 KESEJAHTERAAN...54

6.2.1 Kemiskinan dan Kesenjangan ...55

6.2.2 Kesejahteraan Petani ...56

PROSPEK EKONOMI DAERAH ...57

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI ...58

7.2. PROSPEK INFLASI...59

LAMPIRAN TABEL-TABEL ...61

(8)

viii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Dengan Tambang dan Tanpa Tambang ... 2

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Papua & Nasional ... 2

Grafik 1.3 Pertumbuhan & Nominal PDRB Papua ... 2

Grafik 1.4 Perkembangan IKK dan Penghasilan Saat Ini ... 5

Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen Papua ... 5

Grafik 1.6 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi ... 6

Grafik 1.7 Impor Barang Konsumsi di Papua ... 6

Grafik 1.8 Ekspektasi Konsumen ... 6

Grafik 1.9 Perkiraan ITK Triwulan IV 2017 ... 6

Grafik 1.10 Realisasi Belanja selain Belanja Modal ... 7

Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi ... 8

Grafik 1.13 Impor Barang Modal ... 8

Grafik 1.11 Perkembangan PMTB Berdasarkan Jenisnya ... 8

Grafik 1.14 Perkembangan Ekspor ... 9

Grafik 1.15 Pangsa Ekspor Triwulan III 2017 ... 9

Grafik 1.17 Pangsa Impor Triwulan III 2017 ...10

Grafik 1.16 Perkembangan Impor ...10

Grafik 1.18 Bongkar Muat Barang Papua ...10

Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ...12

Grafik 1.20 Pertumbuhan Ekonomi Lapangan Usaha Provinsi Papua ...12

Grafik 1.21 Produksi Konsentrat Tembaga dan Emas ...14

Grafik 1.22 Penjualan Konsentrat Tembaga dan Emas ...14

Grafik 1.23 Realisasi Usaha Pertanian Papua ...15

Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Pertanian ...15

Grafik 1.25 Belanja Modal dan Pertumbuhan Konstruksi ...16

Grafik 1.26 Penjualan Semen di Provinsi Papua ...16

Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Konstruksi ...16

Grafik 1.28 Perkembangan SKDU Perdagangan ...18

Grafik 1.29 Indeks Pembelian Durable Goods ...18

Grafik B.1 Pangsa Penggunaan Kapal Nelayan di Papua ...20

Grafik B.2 Rantai Tata Niaga Pemasaran Ikan Tangkap ...21

Grafik B.3 Rantai Tata Niaga Pemasaran Ikan Budidaya ...21

Grafik B.4 Prioritas Peningkatan Akses Keuangan Lapangan Usaha Perikanan ...21

Grafik 2.1 Struktur Realisasi Belanja APBN Papua ...27

(9)

ix

Grafik 2.3 Struktur Realisasi Pendapatan APBD Papua ...29

Grafik 2.4 Perkembangan Realisasi Pendapatan Lain ...29

Grafik 2.5 Perkembangan Realisasi Dana Perimbangan ...29

Grafik 2.6 Perkembangan Realisasi PAD ...29

Grafik 2.7 Struktur Realisasi Belanja APBD ...31

Grafik 2.8 Realisasi Belanja per Pos APBD ...31

Grafik 3.1 Inflasi Tahunan Provinsi Papua dan Nasional ...33

Grafik 3.2 Realisasi Inflasi Aktual dan Historis ...33

Grafik 3.3 Ekspektasi Inflasi Jangka Pendek Papua ...34

Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Inti Pangan dan Nonpangan ...34

Grafik 3.5 Perkembangan Harga Komoditas VF Utama...35

Grafik 4.1 Kinerja Korporasi Berdasarkan Liaison...39

Grafik 4.2 Perkembangan Akses Kredit, Likuiditas dan Rentabilitas ...39

Grafik 4.3 % Korporasi Berdasar Likuiditas per Sektor ...40

Grafik 4.4 % Korporasi Berdasar Rentabilitas per Sektor ...40

Grafik 4.7 Perkembangan DPK, Kredit dan NPL ...41

Grafik 4.8 % Proporsi Kredit per Sektor ...41

Grafik 4.5 Pertumbuhan Kredit Korporasi per Sektor ...41

Grafik 4.6 Perkembangan NPL per Sektor ...41

Grafik 4.10 Perkembangan DPK, Kredit dan NPL ...42

Grafik 4.11 % Proporsi Kredit per Sektor ...42

Grafik 4.9 Perkembangan DPK, Kredit dan NPL ...42

Grafik 4.12 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ...43

Grafik 4.13 Perkembangan Indikator SK Lainnya ...43

Grafik 4.14 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ...44

Grafik 4.15 Pertumbuhan DPK, Kredit dan NPL Rumah Tangga ...45

Grafik 4.16 % Kredit Rumah Tangga ...45

Grafik 4.17 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga ...46

Grafik 4.18 Pertumbuhan NPL Rumah Tangga ...46

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi SKNBI Papua ...48

Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS Papua ...48

Grafik 5.3 Aliran Uang Kartal Melalui KPw BI Papua ...49

Grafik 5.4 Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di Papua ...49

Grafik 6.1 Komposisi pekerja berdasarkan lapangan usaha ...53

Grafik 6.2 Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama ...54

Grafik 6.3 Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja ...54

(10)

x

Grafik 6.5 Jumlah Penduduk Miskin Papua ...55

Grafik 6.6 Indeks Gini Papua ...55

Grafik 6.7 Perkembangan Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Papua ...55

Grafik 6.8 Perkembangan Garis Kemiskinan di Papua ...55

Grafik 6.9 Perbandingan NTP Papua dengan NTP Nasional ...56

Grafik 6.10 Perkembangan Nilai Tukar Petani Papua ...56

Grafik 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha ...58

Grafik 7.4 Target Produksi Tambang Papua ...59

Grafik 7.2 Ekonomi Negara mitra ...59

Grafik 7.3 Harga komoditas global ...59

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Sisi Penggunaan Provinsi Papua (%yoy) ... 3

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Komponen Penyusun Konsumsi RT Provinsi Papua (% yoy) ... 5

Tabel 1.3 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Lapangan Usaha Dominan Provinsi Papua (%yoy) ...12

Tabel B.1 Karakteristik variabel dalam model GWR ...21

Tabel B.2 Random Effect Kabupaten/Kota ...21

Tabel B.4 Hasil Pengujian Signifikansi Parameter Model GWR dengan Kernel Fixed bi-square (distance) terhadap PDRB ...22

Tabel B.3 Ringkasan Mode006C ...22

Tabel 2.1 Realisasi Belanja APBN Papua Triwulan III 2017 ...26

Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan APBD Papua Triwulan III 2017 ...28

Tabel 2.3 Realisasi Belanja APBD Papua Triwulan III 2017 ...30

Tabel 3.1 Disagregasi Inflasi Papua (%yoy)...34

Tabel 4.1 Alokasi Utang dan Tabungan Masyarakat ...45

Tabel 5.1 Frekuensi Pelaksanaan Kas Keliling Dalam dan Luar Kota Papua ...50

(12)

xii

TABEL INDIKATOR EKONOMI

PROVINSI PAPUA

A. Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

2016

Total I II III IV Total I II III

Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) 7,47 (0,72) (5,17) 20,44 21,41 9,21 3,36 4,91 3,40

Menurut Penggunaan

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6,11 5,56 6,54 6,17 5,14 5,84 5,16 6,55 7,53 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 5,89 8,24 5,56 5,39 6,93 6,52 7,07 9,17 9,69 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 5,14 2,61 5,31 0,92 0,05 2,08 0,13 1,37 7,70 Pembentukan Modal Tetap Bruto 7,11 6,75 6,78 5,37 7,01 6,47 6,78 5,78 4,69 Perubahan Inventori (172,26) 89,81 5,11 84,62 448,18 23,51 (408,68) (643,38) 4.913,50 Ekspor Luar Negeri 38,88 (2,27) (38,88) (3,05) 96,07 6,74 (8,78) 50,78 (44,45) Impor Luar Negeri (20,50) (4,59) 35,79 (12,55) 3,16 4,64 (26,48) (41,30) (32,84) Net Ekspor Antar Daerah (115,99) (281,23) (16,02) (189,40) 167,61 (488,92) 78,35 (675,39) (10,23) Menurut Kategori Lapangan Usaha

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,03 3,18 3,69 0,02 2,05 2,21 1,35 1,83 2,93 Pertambangan dan Penggalian 6,79 (10,50) (20,80) 40,77 44,50 13,15 0,36 6,75 2,67 Industri Pengolahan 3,77 6,98 1,12 4,94 5,15 4,51 4,56 6,55 6,07 Pengadaan Listrik, Gas 0,63 27,14 12,81 8,53 1,86 11,86 1,21 0,94 8,14 Pengadaan Air 3,99 3,70 3,77 2,59 3,45 3,37 4,96 5,13 6,77 Konstruksi 10,70 4,71 7,00 12,13 10,93 8,81 9,42 3,84 2,99 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8,13 2,54 6,96 9,51 8,39 6,91 5,32 5,46 5,69 Transportasi dan Pergudangan 9,62 4,30 8,08 9,73 10,08 8,13 4,97 5,32 5,52 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,52 5,09 8,15 6,83 6,09 6,54 5,35 5,91 6,20 Informasi dan Komunikasi 5,19 6,28 2,95 4,18 0,64 3,42 6,59 5,32 6,92 Jasa Keuangan 2,63 3,60 16,39 (0,01) 6,03 6,08 2,79 5,00 0,89 Real Estate 5,86 5,42 5,86 8,30 8,35 7,02 3,83 4,41 6,06 Jasa Perusahaan 3,97 5,80 6,20 5,42 5,37 5,68 5,43 5,39 5,56 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 10,89 13,91 10,86 9,88 4,98 9,64 4,42 1,86 1,82 Jasa Pendidikan 7,23 6,24 10,66 9,48 5,20 7,83 4,93 5,01 5,01 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,36 5,91 13,05 10,35 3,60 8,08 4,64 4,73 4,15 Jasa lainnya 7,04 6,06 9,19 7,03 3,83 6,43 4,30 5,22 6,38

Pertumbuhan Ekonomi Nasional (%, yoy) 4,88 4,92 5,18 5,01 4,94 5,02 5,01 5,01 5,06 Inflasi Papua (% yoy) 3,57 3,76 5,23 4,72 3,26 3,26 3,89 3,10 1,43

Kota

Jayapura 2,79 3,81 5,24 4,21 4,13 4,13 3,16 2,58 1,73 Merauke 5,76 3,62 5,19 6,14 0,83 0,83 5,93 4,58 0,57 Disagregasi Komponen

Inflasi Inti (Core Inflation ) 3,64 4,49 4,47 5,70 4,00 3,50 3,11 2,76 2,12 Harga Pangan Bergejolak (Volatile Food ) 3,26 0,66 3,58 11,60 8,13 1,86 5,92 (1,68) (1,70) Harga Yang Diatur Pemerintah (Administered Prices ) 3,27 6,81 10,99 11,60 5,76 6,24 3,69 10,46 3,86 Kelompok Komoditas

Bahan Makanan 4,34 4,78 8,36 6,84 2,68 2,68 6,58 (0,41) (1,16) Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 5,26 4,62 4,35 6,74 7,10 7,10 6,47 6,17 3,75 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,16 2,53 1,67 2,80 2,26 2,26 3,18 4,35 3,49 Sandang 3,91 2,43 3,14 3,05 1,03 1,03 1,86 0,95 0,60 Kesehatan 5,93 4,19 3,29 3,06 2,29 2,29 1,41 1,32 0,67 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 3,29 2,63 2,62 0,78 0,59 0,59 1,64 1,81 2,48 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,50 4,20 8,66 5,73 6,67 6,67 1,72 6,11 1,07

(13)

xiii B. Perbankan

I II III IV I II III IV I II III

Total Asset (Rp miliar) 43.569 50.098 55.188 44.833 47.139 52.589 53.135 47.785 47.791 55.057 DPK (Rp miliar) 32.819 35.880 39.017 35.418 35.919 39.108 39.199 37.817 35.925 39.608 40.173

Giro (Rp miliar) 9.972 12.566 14.867 9.475 12.015 13.781 13.246 9.329 10.864 13.782 14.334 Tabungan (Rp miliar) 13.929 13.557 14.002 18.587 15.705 16.309 16.538 20.266 16.884 17.094 17.194 Deposito (Rp miliar) 8.918 9.758 10.148 7.356 8.200 9.018 9.415 8.223 8.177 8.732 8.645

Penyaluran Kredit oleh Kantor Bank di Papua (Rp miliar) 20.171 21.185 21.438 21.934 21.441 22.712 23.282 23.991 23.504 23.785 24.605

Lokasi Proyek di Prov. Papua 19.373 20.317 20.528 20.957 20.511 21.695 22.199 22.855 22.427 22.642 23.399 Lokasi Proyek Luar Prov. Papua 798 868 909 977 930 1.017 na na na

Penyaluran Kredit di Provinsi Papua (Rp miliar) 20.860 22.021 22.364 22.891 22.432 23.705 23.935 24.617 24.366 24.883 25.912

Oleh Kantor Bank di Prov. Papua 19.373 20.317 20.528 20.957 20.511 21.695 22.199 22.855 22.427 22.642 23.399 Oleh Kantor Bank Luar Prov. Papua 1.487 1.704 1.836 1.934 1.921 2.010 1.737 1.762 1.939 2.242 2.513

Kredit Penggunaan (Rp miliar) 20.171 21.185 21.438 21.934 21.441 22.712 23.282 23.991 23.504 23.785 24.605

Modal Kerja 7.435 8.048 9.316 9.388 8.822 9.480 8.952 9.016 8.639 8.907 9.119 Investasi 3.285 3.472 2.172 2.389 2.352 2.535 3.344 3.348 3.299 3.134 3.195 Konsumsi 9.451 9.665 9.949 10.158 10.268 10.697 10.985 11.627 11.566 11.744 12.290

Kredit Sektoral (Rp miliar) 20.171 21.185 21.438 21.934 21.441 22.712 23.282 23.991 23.504 23.785 24.605

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 733 923 434 695 696 718 691 709 709 580 538

2. Pertambangan dan Penggalian 54 56 5 43 61 59 41 39 31 34 30

3. Industri Pengolahan 315 306 161 327 316 333 334 387 391 405 406

4. Pengadaan Listrik dan Gas 36 43 22 34 33 34 35 24 19 39 39

5. Pengadaan Air 3 6 2 6 5 5 8 5 6 4 6

6. Konstruksi 1.295 1.558 1.175 1.635 1.156 1.534 1.687 1.539 1.258 1.391 1.512 7. Perdagangan Besar dan Eceran 5.252 5.599 6.901 6.135 6.122 6.487 6.571 6.631 6.627 6.778 6.868 8. Transportasi dan Pergudangan 602 586 466 576 589 615 646 609 627 633 761

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 660 681 365 671 672 694 706 719 716 715 708

10. Informasi dan Komunikasi 18 18 7 9 9 9 9 2 2 14 108

11. Perantara Keuangan 128 124 60 105 94 84 77 76 65 94 80

12. Real Estate dan Usaha Persewaan 184 186 140 210 232 275 282 287 289 285 302

13. Jasa Perusahaan 217 224 220 212 172 171 183 189 186 170 155

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 37 2 1 66 17 1 38 82 62 41 20

15. Jasa Pendidikan 12 16 10 14 12 10 11 6 6 7 7

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 30 36 29 37 33 38 38 39 35 33 36

17. Sektor Lainnya dan Bukan Lapangan Usaha 10.594 10.821 11.438 11.159 11.221 11.645 11.926 12.648 12.474 12.561 13.029 Kredit UMKM 8.780 9.100 6.904 9.209 8.051 8.558 8.481 10.367 9.928 9.851 10.024 Kredit Rumah Tangga 8.828 8.907 6.413 9.200 10.753 10.828 11.465 12.100 6.794 6.615 6.440 KPR/KPA 1.346 1.410 1.529 1.578 1.527 1.683 1.777 1.938 2.036 2.140 2.227 Kredit Ruko/Rukan 349 369 374 394 384 375 371 342 345 349 341

KKB 51 50 56 58 185 191 200 196 196 200 215

Multiguna 6.363 6.364 3.729 6.406 6.984 6.939 7.409 5.090 75 83 93

Lainnya 718 714 725 764 1.673 1.640 1.709 4.534 4.142 3.844 3.566 Non Performing Loan (Rp miliar) 896 1.004 1.288 1.104 1.142 1.260 1.283 1.087 1.373 1.304 1.354 NPL Ratio (%) 4,44 4,74 6,01 5,03 5,33 5,55 5,51 4,53 5,84 5,48 5,50 LDR 61,46 59,04 54,95 61,93 59,69 58,08 59,39 63,44 65,43 60,05 61,25 Suku Bunga Simpanan Tertimbang (% per tahun) Kantor Bank di Provinsi Papua 3,37 3,30 3,84 3,25 3,31 3,16 3,30 2,67 2,88 2,89 2,86 Nasional 4,77 4,46 4,31 4,23 4,21 3,93 3,97 3,64 3,69 3,62 3,65 Suku Bunga Kredit Tertimbang (% per tahun) Kantor Bank di Provinsi Papua 12,73 12,80 12,84 12,84 12,76 12,65 12,52 12,33 12,28 12,32 12,24 Nasional 11,53 11,54 11,44 11,54 11,48 11,24 11,11 10,9 10,84 10,71 10,6 Jumlah Kantor Bank Jumlah Bank Papua 23 23 26 26 26 26 26

Nasional 1.762 1.762 1.762 1.756 1.753 1.753 1.747 Jumlah Kantor Bank Papua 287 287 292 294 329 329 329

Nasional 25.036 25.266 25.516 38.067 38.931 38.885 38.836 Jumlah Rekening (dalam ribu) Rekening Dana Pihak Ketiga Papua 1.653 1.671 1.707 1.795 1.835 1.898 2.008 2.071 2.189 2.326 2.404 Nasional 161.807 164.919 168.600 173.969 178.087 183.459 194.287 199.403 212.484 228.977 240.871 Rekening Kredit Papua 195 197 197 202 223 227 228 231 238 237 237 Nasional 40.578 40.673 40.731 41.150 41.440 41.454 41.290 41.862 42.294 42.954 42.893 2017 2015 2016 Provinsi Papua

(14)

xiv C. Sistem Pembayaran

I II III IV I II III IV I II III

Pengelolaan Uang (Kartal) Rupiah

Inflow (Rp miliar) 2.646 3.556 5.053 5.368 2.417 813 1.566 918,21 2.394 1.298 1.520,42 Outflow (Rp miliar) 855 2.707 5.422 6.391 513 2.995 2.015 4.373,26 562 3.213 1.936,11 Pemusnahan UTLE (Rp miliar) 408 709 972 1.051 537 249 142 104,26 366 64 234,12 Kliring Total Nominal (Rp juta) 1.123.097 1.202.372 1.553.207 1.756.894 3.988.679 4.501.125 3.405.812 3.871.349 3.050 2.562 2.718 Volume (lembar) 40.587 44.596 47.682 49.393 72.319 83.853 78.073 86.988 79.942 75.560 81.443 1. Kliring Kredit Nominal (Rp juta) 306.530 219.173 461.277 461.277 2.700.541 3.292.808 2.102.334 2.237.577 1.803 1.729 1.810 Volume (lembar) 19.445 14.488 23.576 23.576 47.396 59.053 53.400 61.479 55.447 54.769 59.438 2. Kliring Debit Nominal (Rp juta) 816.567 983.198 1.091.930 1.295.617 1.288.139 1.208.317 1.303.478 1.633.772 1.246 833 907 Volume (lembar) 21.142 30.108 24.106 25.817 24.923 24.800 24.673 25.509 24.495 20.791 22.005

2.1 Kliring Debit Penyerahan

Nominal (Rp juta) 1.052.941 1.139.485 1.123.330 1.599.275 1.326.098 1.233.455 1.339.871 1.709.380 1.298 859 927 Volume (lembar) 24.708 32.500 24.720 26.276 25.336 25.288 25.069 25.783 24.865 21.388 22.423 2.2 Kliring Debit Pengembalian

Nominal (Rp juta) 236.375 156.287 31.400 303.658 37.959 25.139 36.393 75.608 52 26 20 Volume (lembar) 3.566 2.392 614 459 413 488 396 274 370 597 418

Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement

Outflow (from) Nominal (Rp miliar) 7.835 9.650 10.207 10.207 1.094 1.121 1.141 2.152 1.278 1.251 1.736 Volume (lembar) 4.341 4.319 4.239 4.239 584 568 1.349 1.906 1.574 1.713 1.931 Inflow (to) Nominal (Rp miliar) 9.160 9.007 9.583 9.583 Volume (lembar) 5.687 5.064 4.433 4.433 Intra-Papua Nominal (Rp miliar) 900 1.906 2.637 2.637 Volume (lembar) 844 881 766 766 2017 2015 2016

(15)

xv

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Daerah

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua triwulan III 2017 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua pada triwulan laporan mencapai 3,40% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,88% (yoy).

Kontraksi ekspor luar negeri menjadi penyebab penurunan pertumbuhan Papua pada triwulan laporan seiring perlambatan kinerja lapangan usaha pertambangan. Perlambatan kinerja juga terjadi pada lapangan usaha konstruksi dan administrasi pemerintahan. Penyerapan belanja pemerintah yang kurang optimal menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perlambatan kinerja di kedua lapangan usaha tersebut.

Sementara, kinerja lapangan usaha pertanian dan perdagangan pada triwulan laporan terpantau mengalami kenaikan, demikian juga dengan kinerja konsumsi rumah tangga sehingga menjadi penopang perekonomian Papua pada triwulan III 2017.

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja perekonomian Papua diperkirakan mengalami peningkatan dibanding triwulan III 2017. Optimalisasi kinerja pertambangan dan ekspor diperkirakan menjadi faktor utama pendorong perekonomian Papua.

Sementara untuk keseluruhan tahun 2017, regulasi izin ekspor mineral masih menjadi faktor utama penahan kinerja lapangan usaha pertambangan yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja perekonomian Papua secara keseluruhan.

Keuangan Pemerintah

Perkembangan realisasi pendapatan dan belanja APBN di Papua pada triwulan III 2017 menunjukan penurunan dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2016. Penurunan ekspor konsentrat di triwulan ini menjadi faktor utama menurunnya penerimaan pajak terutama Pajak Perdagangan Internasional. Dampak penyesuaian organisasi atas pelaksanaan Pilkada pada 11 kabupaten di Papua masih berlanjut. Hal ini menyebabkan realisasi anggaran belanja yang dikelola pemerintah Provinsi Papua secara keseluruhan belum optimal terutama tercermin dari Belanja Modal yang masih rendah.

Sebaliknya realisasi APBD pemerintah Provinsi Papua pada periode tersebut menunjukkan kinerja yang lebih tinggi. Meningkatnya realisasi APBD di Papua dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pencairan dana desa tahap 3 dan mulai berjalannya proyek pembangunan infrastruktur. Ke depan realisasi APBN dan APBD Papua pada triwulan IV 2017 diperkirakan meningkat sesuai dengan pola historisnya.

Inflasi

Tekanan inflasi agregat di Papua triwulan III 2017 tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dan inflasi nasional. Inflasi pada triwulan ini juga berada di bawah target inflasi Nasional 2017 yaitu sebesar 4%±1% (yoy). Secara umum, berlalunya perayaan puasa dan lebaran menjadi salah satu faktor penyebab terkendalinya inflasi Papua selama triwulan III 2017.

Berdasarkan asesemen Bank Indonesia, inflasi triwulan IV 2017 secara umum diperkirakan lebih tinggi dibanding triwulan III 2017. Tekanan inflasi pada triwulan IV 2017 diperkirakan berasal dari perayaan natal dan tahun baru yang berpotensi mendorong permintaan terhadap angkutan udara, komoditas bahan makanan dan makanan jadi.

Secara kumulatif, inflasi Papua pada 2017 diperkirakan lebih rendah dibanding inflasi 2016. Terjaganya pasokan bahan pangan dan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi yang terkelola dengan baik menjadi salah satu faktor peredam tekanan inflasi Papua pada 2017.

(16)

xvi

Stabilitas Sistem Keuangan

Kinerja sektor rumah tangga menjadi penopang stabilitas sistem keuangan di Papua ditengah perlambatan kinerja sektor korporasi. Kinerja sektor korporasi di Papua pada triwulan III 2017 relatif mengalami penurunan dibanding triwulan II 2017. Terdapat dua faktor yang masih mempengaruhi kerentanan korporasi Papua pada triwulan III 2017, yaitu (i) belum optimalnya kinerja lapangan usaha tambang, dan (ii) rendahnya realisasi belanja pemerintah. Kinerja perbankan di sektor Korporasi Papua pada triwulan III 2017 masih relatif terjaga, terutama Dana Pihak Ketiga (DPK). Sementara kredit masih tumbuh meski lebih lambat dari triwulan sebelumnya. Di sisi lain, kualitas kredit mengalami penurunan, tercermin dari Non Performing Loans (NPL) yang meningkat dan masih berada diatas ketentuan Bank Indonesia sebesar 5%.

Sementara kinerja sektor Rumah Tangga pada triwulan III 2017 masih terjaga dengan positif, tercermin dari kondisi dan risiko keuangan di sektor Rumah Tangga yang relatif terjaga. Perkembangan indikator perbankan di sektor rumah tangga pada triwulan III 2017 menunjukkan peningkatan, khususnya DPK dan penyaluran kredit. Sementara, kualitas kredit NPL mengalami penurunan, tercermin dari kenaikan NPL.

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Perkembangan transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di Papua pada triwulan III 2017 meningkat secara nominal maupun volume dibandingkan triwulan sebelumnya. Transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan laporan juga tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sementara itu, aliran uang kartal melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua menunjukan posisi net outflow pada triwulan III 2017 sebesar Rp416 miliar. Pada triwulan ini posisi net outflow dan meningkatnya transaksi SKNBI dan RTGS disebabkan oleh mulai masuknya ajaran baru sekolah sehingga masyarakat cenderung menarik uang kartal untuk keperluan perlengkapan sekolah anak. Meningkatnya realisasi pembayaran proyek pemerintah dan pembangunan infrastruktur menambah peningkatan aliran uang rupiah di Papua.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Papua tercatat mengalami peningkatan pada triwulan III 2017. Hal tersebut ditunjukkan dengan naiknya TPT dari 3,35% pada Agustus 2016 menjadi 3,62% pada Agustus 2017. Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) Papua masih mencatatkan angka defisit sampai akhir triwulan III 2017 dengan kecenderungan menurun sepanjang triwulan laporan. Di sisi lain, angka kemiskinan di Papua pada Maret 2017 mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode yang sama tahun 2016.

Prospek Ekonomi Daerah

Perekonomian Papua pada triwulan I 2018 diperkirakan berada pada kisaran 5,3% - 5,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2017. Dari sisi lapangan usaha, kinerja tambang pada triwulan I 2018 diperkirakan masih tumbuh positif dan menjadi motor penggerak perekonomian Papua. Sementara sejalan dengan kinerja lapangan usaha pertambangan, kinerja ekspor diperkirakan berpotensi tumbuh tinggi.

Secara agregat, pertumbuhan ekonomi Papua pada 2018 berpotensi berada di kisaran 5,0% - 5,4% (yoy) lebih tinggi dibanding 2017 yang berkisar 4,0% - 4,4% (yoy). Dari sisi lapangan usaha, kenaikan target penjualan hasil tambang pada 2018 menjadi salah satu indikator optimisme pelaku usaha tambang dominan di Papua terhadap kondisi usaha pada 2018.

(17)

xvii Tekanan inflasi Papua pada triwulan I 2018 diperkirakan berkisar 2,3% - 2,7% (yoy) mengalami kenaikan dibanding triwulan IV 2017. Kenaikan UMP 2018 sebesar 8,71% (yoy) dan kenaikan cukai rokok sebesar 10%, menjadi salah satu faktor pemicu tekanan inflasi pada triwulan I 2018. Selain itu, kenaikan harga bahan bakar kapal (marine fuel oil), menambah tekanan inflasi pada triwulan I 2018.

Untuk keseluruhan tahun 2018, inflasi Papua diperkirakan mengalami kenaikan dibanding 2017, dari kisaran 2,1% - 2,5% (yoy) menjadi 4,6% - 5,0% (yoy). Pelaksanaan pilkada pada tahun 2018 yang berpotensi mempengaruhi stabilitas sosial-ekonomi di Papua menjadi salah satu faktor pemicu tekanan inflasi Papua pada tahun 2018.

(18)

1

PERKEMBANGAN

MAKRO EKONOMI DAERAH

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua triwulan III 2017 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua pada triwulan laporan mencapai 3,40% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,88% (yoy).

Kontraksi ekspor luar negeri menjadi penyebab penurunan pertumbuhan Papua pada triwulan laporan seiring perlambatan kinerja lapangan usaha pertambangan. Perlambatan kinerja juga terjadi pada lapangan usaha konstruksi dan administrasi pemerintahan. Penyerapan belanja pemerintah yang kurang optimal menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perlambatan kinerja di kedua lapangan usaha tersebut.

Sementara, kinerja lapangan usaha pertanian dan perdagangan pada triwulan laporan terpantau mengalami kenaikan, demikian juga dengan kinerja konsumsi rumah tangga sehingga menjadi penopang perekonomian Papua pada triwulan III 2017.

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja perekonomian Papua diperkirakan mengalami peningkatan dibanding triwulan III 2017. Optimalisasi kinerja pertambangan dan ekspor diperkirakan menjadi faktor utama pendorong perekonomian Papua.

Sementara untuk keseluruhan tahun 2017, regulasi izin ekspor mineral masih menjadi faktor utama penahan kinerja lapangan usaha pertambangan yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja perekonomian Papua secara keseluruhan.

(19)

2 1.1 KONDISI UMUM

Realisasi Triwulan III 2017

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua triwulan III 2017 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua pada triwulan laporan mencapai 3,40% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,88% (yoy). Realisasi pertumbuhan ekonomi Papua pada periode laporan juga lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,06% (yoy) pada triwulan III 2017.

Dari sisi permintaan, kontraksi ekspor luar negeri menjadi penyebab penurunan pertumbuhan Papua pada triwulan laporan. Sementara, kinerja konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan, sehingga dapat menjadi penopang perekonomian Papua pada triwulan III 2017.

Dari sisi lapangan usaha, kinerja pertambangan pada triwulan III 2017 lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sehingga menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi Papua secara agregat, seiring dominasi pangsa pertambangan dalam perekonomian Papua. Namun demikian, lapangan usaha utama lainnya, yaitu pertanian dan perdagangan masih mengalami peningkatan kinerja lebih tinggi dibanding

periode sebelumnya, sehingga menjadi penopang pertumbuhan perekonomian Papua pada triwulan III 2017.

Apabila tanpa lapangan usaha pertambangan, perekonomian Papua pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 4,02% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,73% (yoy).

Tracking Triwulan IV 2017

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja perekonomian Papua diperkirakan mencapai kisaran 5,2% - 5,6% (yoy), mengalami peningkatan dibanding triwulan III 2017. Optimalisasi kinerja pertambangan dan ekspor konsentrat tembaga diperkirakan menjadi faktor utama pendorong perekonomian Papua pada triwulan IV 2017, seiring peningkatan penjualan konsentrat tembaga menjelang berakhirnya batas izin ekspor mineral di akhir tahun 2017. Selain itu, perayaan natal dan

Sumber: Ditjen Bea Cukai, diolah

Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Dengan Tambang dan Tanpa Tambang

sumber: BPS, diolah Sumber: Liaison KPw BI Papua, diolah

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Papua & Nasional Grafik 1.3 Pertumbuhan & Nominal PDRB Papua

-10 -5 0 5 10 15 20 25

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan PDRB Nontambang

% yoy 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 -10 0 10 20 30

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

PDRB Papua PDB Indonesia - Sk. Kanan

% yoy % yoy -10 -5 0 5 10 15 20 25 30

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017 5 10 15 20 25 30 35 40 45

PDRB (triliun Rp) - Sk. Kanan PDRB (% yoy)

(20)

3 tahun baru juga menjadi faktor yang

memperkuat kenaikan kinerja perekonomian Papua pada triwulan IV 2017. Namun demikian, kondisi keamanan di daerah lokasi tambang yang kurang kondusif pada pertengahan triwulan IV 2017 berpotensi menjadi faktor penahan kinerja perekonomian Papua pada periode tersebut.

Tracking Kumulatif 2017

Berkaca pada dinamika perekonomian yang telah terjadi sepanjang 2017 dan mempertimbangkan beberapa faktor yang potensi memberikan pengaruh pada perekonomian Papua, pertumbuhan ekonomi 2017 diperkirakan berada pada kisaran 4,0% - 4,4% (yoy) lebih rendah dibanding 2016 yang tumbuh sebesar 9,2% (yoy).

Regulasi izin ekspor mineral masih menjadi faktor utama penahan kinerja lapangan usaha pertambangan yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja perekonomian Papua selama 2017.

Selain itu, juga terdapat beberapa faktor lain yang menahan kinerja pertambangan selama 2017. Dari sisi internal, aksi demonstrasi karyawan, kondisi keamanan yang kurang kondusif dan tingginya curah hujan membuat produksi tambang kurang optimal. Selain itu, kualitas hasil tambang (ore) yang rendah mempengaruhi kinerja penjualan.

Sementara itu, tekanan dari sisi eksternal diperkirakan relatif terkendali seiring harga

komoditas di pasar global yang terjaga. Namun demikian, ketidakpastian kondisi perekonomian negara mitra dagang berpotensi mempengaruhi permintaan ekspor. Selain kinerja tambang yang kurang optimal, perkembangan lapangan usaha konstruksi pada 2017 juga lebih rendah dibanding 2016. Rendahnya realisasi belanja pemerintah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja konstruksi.

Di sisi lain, perkembangan kinerja konsumsi rumah tangga yang masih terjaga pada 2017 menjadi salah satu faktor penopang perekonomian Papua. Inflasi yang terkelola dengan baik selama 2017 membuat daya beli masyarakat terjaga.

1.2. PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN

Realisasi Triwulan III 2017

Struktur perekonomian Provinsi Papua dari sisi penggunaan masih didominasi oleh konsumsi swasta. Tercatat pangsa komponen konsumsi swasta terhadap perekonomian Provinsi Papua pada triwulan III 2017 mencapai 38,53%. Sementara pangsa terbesar kedua adalah komponen investasi yang sebesar 30,48% serta disusul oleh komponen konsumsi pemerintah dan ekspor dengan pangsa masing masing sebesar 16,71% dan 10,93%.

Pada triwulan laporan, tercatat pertumbuhan konsumsi swasta mencapai 7,64% (yoy), lebih

Tabel 1.1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Sisi Penggunaan Provinsi Papua (%yoy)

Sumber: BPS, diolah

I II III IV I II III IV I II III SoG

Konsumsi 6.13 5.53 5.65 5.88 5.80 4.74 6.15 4.55 3.48 4.69 3.75 5.07 7.64 4.17 Konsumsi RT 6.15 6.22 6.24 5.82 6.11 5.56 6.54 6.17 5.14 5.84 5.16 6.55 7.53 2.79 Konsumsi LNPRT 3.19 3.08 6.52 10.62 5.89 8.24 5.56 5.39 6.93 6.52 7.07 9.17 9.69 0.14 Konsumsi Pemerintah 6.35 4.23 4.31 5.63 5.14 2.61 5.31 0.92 0.05 2.08 0.22 1.37 7.70 1.24 Investasi 5.94 8.93 10.12 7.41 8.10 6.36 6.75 5.14 7.83 6.54 10.22 -7.71 28.98 7.08 PMTB 9.01 6.30 6.61 6.65 7.11 6.75 6.78 5.37 7.01 6.47 6.76 5.21 4.69 1.15 Perubahan Inventori -120.90 -650.35 -91.35 -138.51 -172.26 89.81 5.11 84.62 448.18 23.51 408.68 -643.38 4,913.50 5.93 Ekspor Netto -31.13 69.41 -31.45 202.37 16.45 -71.59 -65.84 176.11 182.73 42.46 -118.22 67.74 -37.36 -7.85 PDRB 1.82 13.27 1.76 13.19 7.47 (0.72) (5.17) 20.44 21.41 9.21 2.99 4.88 3.40 3.40 2017 KOMPONEN 2015 2015 2016 2016

(21)

4 tinggi dari triwulan II 2017 yang tumbuh

sebesar 5,07% (yoy). Sementara investasi pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 28,98%, naik signifikan dibanding triwulan II 2017 yang mengalami kontraksi sebesar 7,71% (yoy). Peningkatan pertumbuhan juga terlihat pada komponen konsumsi pemerintah dari 1,37% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 7,70% (yoy) di triwulan III 2017. Di sisi lain, ekspor netto pada triwulan laporan mengalami kontraksi sebesar 37,36% (yoy) jauh lebih rendah dari triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar 67,74% (yoy).

Berdasarkan sumbangan terhadap perekonomian, komponen sisi penggunaan yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua pada triwulan III 2017 adalah investasi dan konsumsi. Tercatat sumbangan pertumbuhan kedua komponen ini pada triwulan laporan masing-masing mencapai 7,08% (yoy) dan 4,17% (yoy). Tingginya sumbangan investasi pada tiwulan III 2017 salah satunya didorong oleh kenaikan stok hasil produksi tambang seiring pembatasan ekspor mineral ditengah produksi yang masih berjalan. Sementara itu, pencairan gaji ke-13 menjadi salah satu faktor pendorong kinerja konsumsi, khususnya rumah tangga dan pemerintah.

Di sisi lain, komponen ekspor netto memberikan sumbangan negatif dalam pertumbuhan ekonomi sebesar -7,85% (yoy). Terdapat korelasi negatif yang kuat dengan kondisi stok, khususnya pada komoditas hasil tambang.

Tracking Triwulan IV 2017

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja komponen sisi penggunaan yang dominan dalam perekonomian Papua diperkirakan mengalami peningkatan.

Konsumsi diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan III 2017. Perayaan natal dan tahun baru menjadi pendorong kinerja konsumsi rumah tangga. Selain itu, percepatan penyerapan anggaran pemerintah di akhir tahun juga memperkuat indikasi kenaikan konsumsi, khususnya pada konsumsi pemerintah. Kenaikan konsumsi pemerintah selanjutnya diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong kinerja investasi seiring penyelesaian proyek pemerintah maupun swasta. Kinerja ekspor juga diperkirakan lebih baik dari triwulan III 2017. Batas izin ekspor yang berakhir pada akhir tahun 2017 menjadi faktor pendorong utama bagi pelaku usaha untuk mengoptimalikan penjualan konsentrat tembaga.

Namun di sisi lain, pada pertengahan triwulan IV 2017 kondisi keamanan di daerah produksi tambang Papua kurang kondusif. Hal ini perlu mendapat perhatian karena dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja produksi tambang.

Tracking Kumulatif 2017

Secara agregat selama 2017, konsumsi dan investasi menjadi penopang utama perekonomian dari sisi penggunaan. Inflasi yang terkendali selama 2017 menjadi salah satu faktor pendukung terjaganya daya beli masyarakat. Sementara itu, tingginya hasil produksi tambang yang tersimpan menjadi faktor utama yang mendorong kinerja investasi secara agregat pada 2017. Selain itu, kenaikan jumlah dan nilai proyek baik penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN) memperkuat kenaikan kinerja investasi Papua selama 2017.

Di sisi lain, kinerja ekspor Papua untuk keseluruhan tahun 2017 diperkirakan lebih

(22)

5 rendah dari 2016. Hingga triwulan III 2017,

kinerja penjualan konsentrat tembaga masih terbentur regulasi izin ekspor. Di sisi lain, pada semester II 2016, terdapat relaksasi izin ekspor sehingga mendorong tingginya kinerja ekspor hingga akhir 2016. Kondisi tersebut membuat ekspor Papua secara agregat pada 2017 berpotensi mengalami kontraksi.

1.2.1. Konsumsi

Realisasi Konsumsi Rumah Tangga Triwulan III 2017

Konsumsi pada triwulan III 2017 tumbuh 7,64% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar 5,07% (yoy). Seluruh komponen konsumsi pada triwulan laporan mengalami kenaikan dan memberikan sumbangan positif dalam perekonomian Papua.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 7,53% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 6,55% (yoy). Dilihat dari komponennya, kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi, yang diikuti oleh kelompok makanan dan minuman. Pelaksanaan even hari besar keagamaan nasional (idul adha), perayaan HUT RI dan periode libur di akhir triwulan menjadi salah satu faktor pendorong konsumsi pada kedua kelompok tersebut.

Kenaikan konsumsi rumah tangga juga terkonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen yang masih mencatatkan angka indeks jauh di atas batas optimisme (garis 100). Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat signifikan pada Agustus 2017. Di sisi lain, pasca perayaan lebaran, indeks penghasilan masyarakat selama triwulan III 2017 cenderung lebih rendah dibanding triwulan II 2017, namun masih berada di level yang tinggi.

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) di triwulan III 2017 turut mengkonfirmasi terjaganya kinerja konsumsi. Tercatat ITK Provinsi Papua triwulan

Sumber : Survei Konsumen, diolah sumber: BPS, diolah

Grafik 1.4 Perkembangan IKK dan Penghasilan Saat Ini Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen Papua Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Komponen Penyusun Konsumsi RT Provinsi Papua (% yoy)

Sumber: BPS, diolah 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2016 2017

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Penghasilan Saat Ini Garis 100 Optimistis Pesimistis 60 70 80 90 100 110 120 130

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

ITK Pendapatan RT

Pengaruh Inflasi thdp. Konsumsi Garis 100

2016 2016 2016 2016

I II III IV I II III

Makanan dan Minuman selain Restoran 6.82 6.18 7.21 7.10 5.75 6.55 5.86 7.20 8.05

Pakaian dan Alas Kaki 6.37 5.92 6.55 5.94 5.15 5.88 5.17 6.56 6.60

Perumahan dan Perlengkapan RT 6.26 6.01 6.91 5.75 4.73 5.83 4.79 6.93 7.77

Kesehatan dan Pendidikan 3.90 3.71 4.24 3.57 3.26 3.69 3.27 4.26 3.91

Transportasi dan Komunikasi 4.47 3.97 5.02 4.86 4.04 4.47 4.08 5.03 8.12

Restoran dan Hotel 5.89 5.46 6.12 4.74 3.95 5.04 4.02 6.14 4.36

Lainnya 6.95 5.78 7.38 7.60 7.66 7.12 6.58 7.39 8.67

(23)

6 III 2017 mencapai 107,72 sedikit menurun

dari sebelumnya sebesar 108,83. Sementara indeks pendapatan rumah tangga pada triwulan laporan mencapai 108,67 lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 105,83.

Indikator lain yang memperkuat perkembangan konsumsi rumah tangga adalah penyaluran kredit konsumsi. Realisasi kredit konsumsi pada triwulan III 2017 mengalami kenaikan dibanding triwulan sebelumnya. Tercatat penyaluran kredit konsumsi secara nominal pada triwulan laporan mencapai Rp12,85 triliun lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp11,7 triliun.

Tracking Konsumsi Rumah Tangga Triwulan IV 2017

Kinerja konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2017 diperkirakan semakin meningkat dibanding triwulan laporan, seiring

berlangsungnya perayaan natal dan tahun baru. Hasil survei konsumen memperkuat kondisi tersebut, dimana indeks ekspektasi konsumen pada Oktober 2017 masih berada di level optimis mencapai 133,9. Berdasarkan komponennya, terdapat kenaikan optimisme masyarakat terhadap penghasilan ke depan. Selain itu, ITK pada triwulan IV juga diperkirakan mengalami kenaikan dan berada di level 109,01. Angka perkiraan ITK tersebut juga lebih tinggi dari perkiraan ITK nasional yang mencapai 105,49. Berdasarkan komponennya, masyarakat mempersepsikan terdapat kenaikan pendapatan rumah tangga ke depan dengan angka indeks mencapai 109,22. Selain pengaruh even musiman akhir tahun, peningkatan realisasi penyerapan anggaran pemerintah terutama terkait dengan pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) natal juga menjadi salah satu faktor yang mendorong kenaikan pendapatan masyarakat.

sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Ditjen Bea Cukai, diolah

Grafik 1.6 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi Grafik 1.7 Impor Barang Konsumsi di Papua

Sumber : Survei Konsumen, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.8 Ekspektasi Konsumen Grafik 1.9 Perkiraan ITK Triwulan IV 2017

4 6 8 10 12 14 16 9,000 9,500 10,000 10,500 11,000 11,500 12,000 12,500 I II III IV I II III 2016 2017 Kredit Konsumsi Pertumbuhan [sk. kanan] Rp miliar % yoy -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Nilai Impor Konsumsi Pertumbuhan [sk. kanan]

juta USD % yoy

50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150

I II III IV I II III Okt

2016 2017

INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN ( IEK ) Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan lapangan kerja Indeks Kegiatan Usaha

Optimistis Pesimistis 80 85 90 95 100 105 110 115 120

I II III IV I II III IVp

2016 2017

ITK Pendapatan RT

(24)

7

Tracking Konsumsi Rumah Tangga Kumulatif 2017

Untuk keseluruhan tahun 2017, konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibanding tahun 2016. Setidaknya terdapat dua faktor utama yang menjadi pendorong peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga secara agregat di 2017, yaitu (1) Upah minimum provinsi (UMP) tahun 2017 yang mengalami kenaikan sebesar 9,39% (yoy) dibanding 2016, dan (2) tekanan inflasi selama 2017 yang cenderung lebih terjaga dibanding 2016. Hingga posisi Oktober 2017, inflasi kumulatif Papua mencapai 0,16% (ytd) jauh lebih rendah dibanding inflasi kumulatif pada Oktober 2016 yang mencapai 1,80% (ytd).

Realisasi Konsumsi Pemerintah Triwulan III 2017

Sementara itu, komponen konsumsi pemerintah pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 7,7% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,37% (yoy). Sesuai dengan pola historisnya, realisasi belanja pemerintah yang cenderung mengalami kenaikan di akhir tahun menjadi faktor pendorong kinerja konsumsi pemerintah. Realisasi belanja selain modal pada triwulan III 2017 secara nominal tercatat mencapai Rp2,7 triliun mengalami

peningkatan dibanding triwulan II 2017 yang mencapai Rp2,3 triliun.

Tracking Konsumsi Pemerintah Triwulan IV 2017

Pada triwulan IV 2017, penyerapan realisasi belanja pemerintah diperkirakan mengalami kenaikan signifikan seiring penyelesaian proyek pemerintah.

Selain itu, pencairan THR natal dan penyaluran dana hibah keagamaan pada akhir tahun diperkirakan mengalami kenaikan yang terutama dialokasikan untuk perayaan natal dan tahun baru.

Tracking Konsumsi Pemerintah Kumulatif 2017

Secara agregat selama 2017, kinerja konsumsi pemerintah berpotensi tumbuh jauh lebih tinggi dibanding 2016. Percepatan pembangunan berbagai infrastruktur di Papua menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan kinerja konsumsi pemerintah pada 2017. Selain itu, pelaksanaan pilkada serentak di 10 kabupaten dan 1 kota di Papua pada Juli 2017 juga menjadi salah satu faktor yang memperkuat kenaikan kinerja konsumsi pemerintah selama 2017.

1.2.2. Investasi

Realisasi Investasi Triwulan III 2017

Pertumbuhan komponen investasi Papua pada triwulan III 2017 tumbuh signifikan mencapai 28,98% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 7,71% (yoy). Berdasarkan komponennya, perubahan inventori mengalami pertumbuhan signifikan. Sementara, kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami perlambatan. Perubahan inventori memiliki pertumbuhan yang signifikan mencapai 4.913,5% (yoy).

Sumber : BPKAD Prov. Papua, diolah

Grafik 1.10 Realisasi Belanja selain Belanja Modal

-10 10 30 50 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 I II III IV I II III 2016 2017

Total Belanja Selain Belanja Modal Pertumbuhan [sk. kanan]

(25)

8 Angka pertumbuhan pada komponen

perubahan inventori tersebut juga menjadi yang tertinggi dalam dua tahun terakhir. Tingginya angka pertumbuhan pada komponen ini terutama disebabkan oleh kenaikan hasil produksi tambang yang tidak dapat di ekspor akibat pemberlakuan regulasi pembatasan izin ekspor mineral.

Sementara, komponen PMTB pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 4,69% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,21% (yoy). Melambatnya PMTB, terjadi pada bangunan dan nonbangunan. Pertumbuhan kedua jenis PMTB tersebut pada triwulan III 2017 masing-masing mencapai 5,36% dan 3,21% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,80% dan 5,73% (yoy).

Melambatnya kinerja PMTB terkait dengan kinerja investasi pemerintah dan swasta, dimana realisasi belanja pemerintah pada

triwulan laporan relatif kurang optimal. Sementara itu, melambatnya investasi swasta tercermin dari melambatnya pertumbuhan realisasi kredit investasi dan kontraksi impor barang modal. Pertumbuhan realisasi penyaluran kredit investasi melambat dari 23,63% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 16,48% (yoy) pada triwulan laporan. Nilai impor barang modal sepanjang triwulan III 2017 mencapai USD26,35 juta terkontraksi sebesar 12,25% (yoy).

Terkait kondisi perlambatan kredit investasi, terdapat kecenderungan bahwa pembiayaan untuk investasi yang dilakukan di Papua lebih banyak menggunakan biaya yang berasal dari internal perusahaan. Tendensi tersebut diperkuat oleh data BKPM. Pada triwulan laporan, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang masuk ke Papua secara nominal mencapai Rp730,6 miliar jauh lebih tinggi dari triwulan II 2017 dan triwulan III 2016 yang masing-masing mencapai Rp31,8 miliar dan Rp21,8 miliar. Lebih dari 95% dari investasi PMDN yang masuk pada triwulan laporan dialokasikan pada sektor tersier, khususnya listrik. Kondisi serupa juga terlihat pada Penanaman Modal Asing (PMA), dimana nilai PMA yang masuk Papua pada triwulan laporan mencapai USD562,2 juta jauh lebih tinggi dari triwulan II 2017 dan triwulan III 2016 yang masing-masing mencapai USD274,1 juta dan USD58,1 juta. Sektor primer, khususnya

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah sumber: Ditjen Bea Cukai, diolah

Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi Grafik 1.13 Impor Barang Modal

sumber: BPS, diolah

Grafik 1.11 Perkembangan PMTB Berdasarkan Jenisnya

-60 -40 -20 0 20 40 60 80 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 I II III IV I II III 2016 2017

Kredit Investasi Pertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar % yoy -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 0 5 10 15 20 25 30 35 40 I II III IV I II III 2016 2017

Nilai Impor Barang Modal Pertumbuhan [sk. kanan]

USD juta % yoy

0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 I II III IV I II III 2016 2017 PMTB Bangunan PMTB Nonbangunan

Pertumbuhan Bangunan (sk. Kanan) Pertumbuhan Nonbangunan (sk. Kanan)

(26)

9 tambang mendominasi nilai PMA di Papua

dengan pangsa lebih dari 95% terhadap total nilai PMA pada triwulan III 2017.

Tracking Investasi Triwulan IV 2017

Pertumbuhan investasi pada triwulan IV 2017 diperkirakan masih dapat terjaga positif, namun lebih rendah dibandingkan triwulan laporan.

Salah satu faktor utama yang menjadi penopang pertumbuhan adalah peningkatan realisasi belanja modal seiring penyelesaian berbagai proyek pemerintah. Data perkembangan proyek dari BCI memperkuat hal tersebut, dimana pada triwulan IV 2017 terdapat 231 proyek baik pemerintah maupun swasta yang akan selesai dengan nilai mencapai Rp4,6 triliun. Selain itu, hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua pada triwulan laporan juga semakin memperkuat tendensi peningkatan kinerja investasi pada triwulan IV 2017. Mayoritas perusahaan contact liaison yang bergerak di bidang perhotelan menyatakan bahwa aktivitas investasi ke depan diperkirakan mengalami kenaikan yang utamanya untuk mendukung kebutuhan operasional.

Tracking Investasi Kumulatif 2017

Kinerja investasi secara kumulatif pada 2017 diperkirakan lebih tinggi dibanding 2016 yang terutama ditopang oleh kinerja inventori. Perkembangan komponen perubahan inventori selama 2017 berpotensi jauh lebih tinggi dibanding 2016. Minimalnya kendala produksi tambang ditengah pemberlakuan regulasi pembatasan izin ekspor menjadi faktor utama tingginya pertumbuhan inventori.

Di sisi lain, kinerja PMTB selama 2017 diperkirakan lebih lambat dibanding 2016. Kurang optimalnya realisasi penyerapan anggaran pemerintah menjadi penyebab kondisi tersebut.

1.2.3. Ekspor Netto

Realisasi Ekspor Netto Triwulan III 2017

Ekspor netto pada triwulan III 2017 mengalami kontraksi sebesar -37,36% (yoy) jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 67,74% (yoy). Berdasarkan komponennya, ekspor dan impor luar negeri mengalami kontraksi masing-masing sebesar 44,45% dan 32,84% (yoy). Sementara ekspor dan impor antardaerah tumbuh positif pada triwulan laporan mencapai 72,55% dan 99,38% (yoy).

Berdasarkan komoditasnya, bijih tembaga dan kayu olahan menjadi komoditas ekspor utama Papua dengan pangsa ekspor masing-masing

Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah Sumber: Ditjen Bea Cukai, diolah

Grafik 1.14 Perkembangan Ekspor Grafik 1.15 Pangsa Ekspor Triwulan III 2017

-60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 0 100 200 300 400 500 600 700 800 I II III IV I II III 2016 2017

Nilai ekspor Nontambang Nilai ekspor pertambangan Pertumbuhan ekspor tambang [sk. kanan]

USD juta % yoy

28% 22% 34% 10% 6% Filipina India Jepang Tiongkok Korea Selatan

(27)

10 komoditas pada triwulan III 2017 mencapai

93% dan 7%.

Kontraksi ekspor luar negeri terutama disebabkan oleh penurunan kinerja penjualan hasil tambang seiring regulasi pembatasan izin ekspor mineral. Tercatat nilai ekspor pertambangan pada triwulan laporan mencapai USD393,93 juta jauh lebih rendah dari triwulan II 2017 dan triwulan III 2016 yang mencapai USD583,19 juta dan USD613,36 juta.

Sementara kinerja ekspor komoditas nontambang pada triwulan laporan tumbuh sebesar 0,06% (yoy) lebih lambat dibanding triwulan II 2017 yang mencapai 0,25% (yoy). Rendahnya produksi kayu dan frekuensi pengiriman kayu yang tidak stabil menjadi faktor penahan pertumbuhan ekspor nontambang.

Berdasarkan tujuan ekspor, negara tujuan terbesar untuk bijih tembaga adalah Jepang (34%), Filipina (28%) dan India (22%), Sementara itu tujuan ekspor komoditas kayu olahan terbesar pada triwulan laporan adalah Arab Saudi dan AS, sebesar 49% dan 32%. Penentuan negara tujuan ekspor ekspor tersebut salah satunya adalah teknologi smelter dan kapasitas pengolahan yang memadai.

Dari sisi impor luar negeri, penurunan kinerja terjadi pada seluruh komponen impor, terutama impor bahan baku penolong dan barang modal yang memiliki pangsa terbesar mencapai 63% dan 35%, dalam keranjang impor luar negeri.

Impor bahan baku penolong pada triwulan III 2017 mengalami kontraksi sebesar 57% (yoy). Kondisi tersebut relatif sejalan dengan penurunan kinerja lapangan usaha pertambangan mengingat impor bahan baku penolong sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional produksi perusahaan utama pertambangan. Sementara itu, impor barang modal terkontraksi sebesar 12,25% (yoy) pada triwulan ini. Penyerapan anggaran belanja pemerintah yang kurang optimal menjadi salah satu faktor penurunan kinerja impor barang modal.

Sumber: Ditjen Bea Cukai, diolah

Grafik 1.17 Pangsa Impor Triwulan III 2017

Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.16 Perkembangan Impor Grafik 1.18 Bongkar Muat Barang Papua

60% 23% 4% 2% 11% Australia Finlandia Jepang Amerika Serikat Lainnya -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 I II III IV I II III 2016 2017 Impor Nonmigas

Impor Barang Modal dan Antara Pertumbuhan Nonmigas [sk. kanan]

USD juta % yoy

20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 180,000

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP 2017

Total Muat Barang Total Bongkar Barang

(28)

11 Berdasarkan negara asalnya, Kebutuhan impor

pada triwulan III 2017 sebagian besar berasal dari Australia (60%) dengan jenis produk berupa logam hasil industri. Finlandia pada triwulan III 2017 masih menjadi salah satu negara pemasok komoditas, khususnya peralatan kelistrikan ke Papua dengan pangsa mencapai 23%.

Penurunan kinerja ekspor impor juga tercermin dari arus bongkar muat barang yang melalui pelabuhan Jayapura dan Merauke. Volume bongkar dan muat di akhir triwulan III 2017 mencapai 87,6 ribu ton dan 13,4 ribu ton, lebih rendah dibanding akhir triwulan III 2016 yang mencapai 100,2 ribu ton dan 18,9 ribu ton.

Tracking Ekspor Netto Triwulan IV 2017

Pada triwulan IV 2017, ekspor netto diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2017. Kenaikan komponen ekspor luar negeri berpotensi terjadi seiring tendensi pelaku usaha tambang dalam mengoptimalkan penjualan hasil produksi tambang sebelum berakhirnya izin ekspor mineral di akhir triwulan IV 2017. Selain itu, tingginya pasokan (stok) hasil produksi tambang pada triwulan III 2017 yang tercermin dari tingginya pertumbuhan komponen perubahan inventori yang mencapai 4.913,5% (yoy) memperkuat tendensi peningkatan penjualan hasil tambang.

Kinerja impor pada triwulan IV 2017 diperkirakan juga mengalami kenaikan dibanding triwulan laporan. Peningkatan ini sejalan dengan optimisme mayoritas pelaku usaha dan penyelesaian proyek pemerintah daerah pada triwulan IV 2017. Hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua terkait

perkembangan investasi pelaku usaha turut memperkuat hal tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut, kebutuhan bahan baku dan penolong diperkirakan meningkat sehingga mendorong impor komoditas ke Papua.

Tracking Ekspor Netto Kumulatif 2017

Sepanjang 2017, ekspor netto Papua diperkirakan lebih rendah dibanding kinerja 2016. Pembatasan izin ekspor mineral memberikan pengaruh lebih besar terhadap kinerja ekspor luar negeri Papua selama 2017 dibandingkan 2016.

Pada triwulan I 2017, kegiatan ekspor konsentrat tembaga dapat dilakukan hingga 18 Februari 2017. Kemudian pada triwulan II 2017, izin ekspor kembali dibuka pada April 2017 hingga Desember 2017. Namun, pada Mei 2017 terjadi demonstasi karyawan sehingga aktivitas produksi, termasuk ekspor, terganggu. Selain itu, berdasarkan hasil evaluasi perkembangan proyek smelter setiap semester yang dilakukan pada triwulan III 2017, proyek smelter dinilai belum sesuai target perkembangan 20% per tahun, sehingga optimal kegiatan ekspor tidak dapat dilakukan pada triwulan III 2017. Dinamika yang terjadi selama 2017 tersebut mempengaruhi kinerja ekspor Papua selama 2017.

Kondisi tersebut tercermin dari akumulasi volume penjualan konsentrat tembaga dari perusahaan tambang dominan hingga triwulan III 2017 mencapai 630 juta pound, lebih rendah dari akumulasi volume penjualan pada triwulan III 2016 yang mencapai 702 juta pound. Selain itu, kurang optimalnya kinerja belanja pemerintah dan penyelesaian berbagai proyek pembangunan menjadi salah satu penyebab penurunan kinerja impor Papua selama 2017.

Gambar

TABEL INDIKATOR EKONOMI  PROVINSI PAPUA
Grafik 1.1  Pertumbuhan Ekonomi Papua & Nasional     Grafik 1.3  Pertumbuhan & Nominal PDRB Papua
Tabel 1.1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Sisi Penggunaan Provinsi Papua (%yoy)
Grafik 1.4  Perkembangan IKK dan Penghasilan Saat Ini  Grafik 1.5  Indeks Tendensi Konsumen Papua Tabel 1.2  Laju Pertumbuhan Komponen Penyusun Konsumsi RT Provinsi Papua (% yoy)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Komisaris independen menunjukkan bahwa keberadaan mereka sebagai wakil dari pemegang saham independen termasuk mewakili kepentingan lainnya, misalnya investor (Effendi,

Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus I, guru dan siswa telah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, hanya saja ada

Seperti yang telah dijelaskan dalam KHI pasal 171 huruf (c) yang menyatakan bahwa: “ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan

Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi yang dinamis antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara siswa yang satu dengan yang

kegiatan perburuan, konversi lahan yang dapat dilakukan dengan cara mengubah fungsi kawasan menjadi perkebunan, persawahan, permukiman dan lain sebagainya, serta kegiatan

Grafik pengaruh faktor C terhadap beban maksimum Berdasarkan Gambar diatas, dapat dilihat pada grafik bahwa rasio tulangan 0,8 % berada dibawah dari rasio tulangan 1,6 %

Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa akhlak adalah perbuatan yang tidak direncanakan dan tidak difikirkan terlebih dahulu. Akhlak merupakan hal yang