• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Analisis dan Pembahasan

B. Analisis Kesesuaian Lahan Pemrukiman, Tambak dan Konservasi

3. Kesesuaian Lahan Konservasi

160 Dari hasil analisis maka dihasilkan 3 kelas kesesuaian lahan tambak di Kecamatan Bangkala dan Tamalatea yaitu sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.24 dan gambar 5.39.

Tabel 5.24. Kesesuaian Lahan Tambak di Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea

No Kelurahan Luas wilayah

(m2)

Klasifikasi Kesesuaian Sesuai Cukup

Sesuai

Tidak Sesuai

1 Bontorannu 12652576 80% 19,6% 0,4%

2 Punagaya 10652858 73,7 25,1% 1,2%

3 Mallasoro 9563196 85% 14% 1%

4 Tonrokaasi Barat 7314308 32,4 63,2% 4,4%

5 Tonrokassi 11582909 71% 25% 4%

6 Tonrokassi Timur 6993679 68% 31% 1%

7 Tamanroya 4178178 64% 36% -

8 Bontotangnga 12456194 60% 29% 11%

9 Turatea 5047510 88% 12% -

10 Bontojai 3409674 94% 6% -

11 Borongtala 6234902 91% 9% -

12 Bontosunggu 13757438 91% 9% -

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Berdasarkan tabel 5.24, hasil analisis kesesuaian lahan tambak di Kecamatan Bangkala dan Tamalatea yang menghasilkan tiga kelas kesesuaian lahan tambak yakni sesuai untuk lahan tambak, cukup sesuai untuk lahan tambak dan tidak sesuai untuk lahan tambak. Kelurahan yang memiliki kelas sesuai untuk lahan tambak paling besar yakni kelurahan Bontosunggu sehingga kelurahan ini dapat direkomendasikan untuk menjadi lokasi prioritas pengembangan tambak.

161 beberapa indikator yang digunakan yang telah dirangkum dari beberapa literatur, peraturan terkait, dan pengamatan lapangan.

Gambar 5.40 Skema Tahapan Analisis Kesesuaian Lahan Konservasi di Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea Jeneponto

a. Menentukan Fokus

Fokus dalam analisis ini adalah menganalisis tingkat kesesuaian kawasan sebagai kawasan konservasi di Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea dengan mempertimbangkan kriteria pemilihan lokasi dengan terlebih dahulu melakukan pembobotan dari masing-masing kriteria pemilihan lokasi konservasi dengan menggunakan analisis AHP.

b. Identifikasi dan Pengelompokan Kriteria yang Berpengaruh

Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan kesesuaian lahan konservasi berdasarkan kajian literature dan hasil penelitian terkait pemilihan lokasi konservasi yang dimodifikasi berdasarkan kebutuhan data. Berikut adalah kriteria yang digunakan.

Tabel 5.25 Kriteria Kesesuaian Lahan Konservasi

No Kriteria Penilaian

1 Jenis Tanah Tanah merupakan suatu komponen penting yang digunakan untuk mengetahui aktivitas apa yang cocok untuk dilakukan diatasnya.

2 Vegetasi Jenis tumbuhan yang cocok untuk lahan konservasi Potensi Kawasan

Analisis Kesesuaian

Kemiringan lereng

Jenis

tanah Vegetasi Penggun

aan Lahan

Zona resapan

air

Tingkat Kesesuaian Analisis AHP dan SMCA

162

No Kriteria Penilaian

3 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan yang sesuai untuk konservasi berada pada kawasan lindung

4 Zona Resapan Air Sebuah daerah yang disediakan untuk masuknya air dari permukaan tanah ke dalam zona jenuh air sehingga membentuk suatu aliran air di dalam tanah.

5 Kemiringan Lereng ukuran kemiringan lahan relative terhadap bidang curam yang secara umum dinyatakan dalam persen

Sumber: Modifikasi Penulis, 2017

c. Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Kesesuaian Lokasi Kawasan Permukiman di Pesisir Jeneponto

Pembobotan faktor yang berpengaruh terhadap kesesuaian lokasi konservasi adalah menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan bantuan software expert choice. Analisis AHP dilakukan dengan membandingkan kriteria-kriteria dalam pemilihan lokasi kawasan konservasi, sehingga hasil dari analisis AHP menghasilkan bobot dari masing-masing kriteria yang digunakan untuk analisis selanjutnya dan hasill dari AHP dapat dilihat nilai innkonsistensinya. Jika nilai konsistensinya dari hasil olahan lebih 0,10 maka hasil tersebut tidak konsisten dan jika sebaliknya maka dianggap konsisten. Berikut adalah hasil analisis AHP dari masing-masing responden yang berprofesi sebagai akademisi dan pemerintahan.

12 Kelurahan di pesisir Kec. Tamalatea dan Kec. Bangkala

Gambar 5.41 Penentuan Bobot Analisis Kesesuaian

Kemiringan Lereng

Jenis Tanah

Vegetasi Pengguna an Lahan

Zona resapan

air

163 1) Responden dari Akademisi 1

Responden yang pertama merupakan akademisi dibidang Perencanaan Wilayah dan Kota. Hasil matriks untuk kesesuaian lahan kawasan konservasi dari perbandingan ke 5 (lima) kriteria menunjukkan bahwa kriteria yang paling berpengaruh adalah kemiringan lereng dengan persentase 47,7% dan selanjutnya vegetasi 29,5%, selanjutnya zona resapan air 11,4%. Untuk krietria penggunaan lahan dan jenis tanah secara berurutan memiliki nilai sebesar 7,5%, dan 4%. Kriteria jenis tanah dianggap paling tidak berpengaruh untuk pembangunan kawasan konservasi. Dari hasil olahan dapat dilihat jika nilai inkonsitensi sebesar 0,09 sehingga dapat disimpulkan jika responden konsisten dalam menjawab kuesioner.

Gambar 5.42 Nilai Responden Akademisi 1

2) Responden dari Akademisi 2

Responden yang kedua merupakan akademisi dibidang Perencanaan Wilayah dan Kota. Hasil matriks untuk kesesuaian lahan kawasan konservasi dari perbandingan ke 5 (lima) kriteria menunjukkan bahwa kriteria yang paling berpengaruh adalah kemiringan lereng dengan persentase 47,7% dan selanjutnya vegetasi 29,4%, selanjutnya zona resapan air 11,3%. Untuk krietria penggunaan lahan dan jenis tanah secara berurutan memiliki nilai sebesar 7,2%, dan 4,3%. Kriteria jenis tanah dianggap paling tidak berpengaruh untuk pembangunan kawasan konservasi. Dari hasil olahan dapat dilihat jika nilai inkonsitensi sebesar 0,09 sehingga dapat disimpulkan jika responden konsisten dalam menjawab kuesioner.

164 Gambar 5.43 Nilai Responden Akademisi 2

3) Responden dari Masyarakat

Responden dari pihak masyarakat adalah diwakili oleh 1 orang yang bekerja sebagai salah satu Dosen di Fakultas Administrasi Universitas Pepabri Makassar dengan latar belakang pendidikan yang tinggi. Hasil matriks untuk kesesuaian lahan kawasan tambak dari perbandingan ke 5 (lima) kriteria menunjukkan bahwa kriteria yang paling berpengaruh adalah kemiringan lereng dengan persentase 45,3% dan selanjutnya vegetasi 27,7%, selanjutnya zona resapan air 15,5%. Untuk krietria penggunaan lahan dan jenis tanah secara berurutan memiliki nilai sebesar 7,4%, dan 4,1%. Kriteria jenis tanah dianggap paling tidak berpengaruh untuk pembangunan kawasan konservasi. Dari hasil olahan dapat dilihat jika nilai inkonsitensi sebesar 0,07 sehingga dapat disimpulkan jika responden konsisten dalam menjawab kuesioner.

Gambar 5.44 Nilai Responden Masyarakat

4) Responden dari Pemerintah

Responden yang keempat merupakan responden dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Hasil matriks untuk kesesuaian lahan kawasan konservasi dari perbandingan ke 5 (lima) kriteria menunjukkan bahwa kriteria yang paling berpengaruh adalah kemiringan lereng dengan persentase 45,3% dan selanjutnya vegetasi 27,7%, selanjutnya zona resapan air 15,5%. Untuk kriteria penggunaan lahan dan jenis tanah secara berurutan memiliki nilai sebesar 7,4%, dan 4,1%. Kriteria jenis tanah dianggap paling tidak berpengaruh untuk pembangunan kawasan konservasi.

165 Dari hasil olahan dapat dilihat jika nilai inkonsitensi sebesar 0,07 sehingga dapat disimpulkan jika responden konsisten dalam menjawab kuesioner.

Gambar 5.45 Nilai Responden Pemerintah

5) Kombinasi Responden

Hasil dari matriks perbandingan kriteria kesesuaian lahan kawasan konservasi dari gabungan empat resonden menunjukkan bahwa dari 5 (lima) kriteria yang paling berpengaruh adalah kemiringan lereng dengan nilai 46,6%, vegetasi 28,6%, zona resapan air dengan nilai 13,2%. Nilai selanjutnya penggunaaan lahan 7,4% dan jenis tanah 4,1%. Dari hasil olahan dapat dilihat jika nilai inskonsistensi sebesar 0,08 sehingga dapat disimpulkan jika responden konsisten dalam menjawab kuesioner.

Gambar 5.46 Nilai Hasil Gabungan Responden

d. Analisis Spasial Multi Kriteria (Spatial Multi Criteria Analysis/SMCA) Analisis Spasial Multi Kriteria dilakukan dengan menggabungkan kriteria-kriteria yang berpengaruh terhadap tingkat kesesuaian lahan konservasi. Sebelum menggabungkan kriteria-kriteria yang berpengaruh maka diberikan penilaian terlebih dahulu berdasarkan hasil AHP. Uraian masing-masing kriteria sebagai berikut;

166 1) Jenis Tanah

Tanah merupakan suatu komponen penting yang digunakan untuk mengetahui aktivitas apa yang cocok untuk dilakukan diatasnya. Jenis tanah yang sangat sesuai untuk kesesuaian lahan konservasi yaitu latosol, organosol, rendzina dan regonol dengan kategori amat sangat tinggi/ sangat peka seluas 7131 Ha. Sementara itu untuk jenis tanah yang sesuai untuk kesesuaian lahan tambak yaitu jenis tanah vertisol, andosol, grumusol, laterit, podsol dan podsolik dengan kategori sangat tinggi/peka seluas 632 Ha. Sedangkan jenis tanah yang cukup sesuai untuk kasesuaian lahan tambak yaitu jenis tanah kambisol, mediteran, tanah brown forest, dan noncalnic brown dengan kategori tinggi/ kurang peka seluas 87%.

Tabel 5.26 Penilaian Kriteria Jenis Tanah Kelas Jenis Tanah Kategori Keterangan Bobot

(%)

Hasil Nilai Kelas x Bobot 1 Alluvial,

Tanah Glei, Planosol, Hidromorf Kelabu, Laterit air tanah

Rendah/ tidak peka

Tidak Sesuai 4,1 0,041

2 Latosol Sedang/ agak peka

Kurang Sesuai 4,1 0,082

3 Kambisol, Mediteran, Tanah brown Forest, Noncalcic Brown

Tinggi/

kurang peka

Cukup Sesuai 4,1 0,123

4 Vertisol, andosol, grumusol, laterit, podsol, podsolik

Sangat tinggi/

peka

Sesuai 4,1 0,164

5 Litosol, organosol, rendzina, regonol

Amat sangat tinggi/ sangat peka

Sangat Sesuai 4,1 0,205

Sumber: Analisis Penulis, 2017

Berdasarkan tabel 5.26, diketahui jika berdasarkan hasil analisis AHP bahwa jenis tanah memiliki bobot 4,1% dan hasil nilai perkalian kelas dengan bobot tertinggi dengan nilai 0,205 dan nilai terendah bernilai 0,041.

167 Gambar 5.47 Peta Parameter Jenis Tanah di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Tambak

Sumber: Hasil Analisis, 2017

168 2) Vegetasi

Vegetasi sangat berpengaruh untuk lahan konservasi karena ada beberapa jenis vegetasi yang harus masuk ke dalam kawasan lindung. Vegetasi yang tidak sesuai di lokasi penelitian untuk kawasan konservasi dengan kategori kelapa dan lain-lain seluas 7842 Ha.

Tabel 5.27 Penilaian Kriteria Vegetasi Kelas

Lereng

Kategori Keterangan Bobot (%)

Hasil Nilai Kelas x Bobot

5 Mangrove Sangat Sesuai 28,6 1,43

3 Pinus Cukup Sesuai 28,6 0,858

1 Kelapa dll Tidak Sesuai 28,6 0,286

Sumber: Analisis Penulis, 2017

Berdasarkan tabel 5.27, diketahui jika berdasarkan hasil analisis AHP bahwa vegetasi memiliki bobot 28,6% dan hasil nilai perkalian kelas dengan bobot tertinggi dengan nilai 1,43 dan nilai terendah bernilai 0,286

3) Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan yang sesuai untuk konservasi berada pada kawasan lindung.

Penggunaan lahan kawasan lindung yang sangat sesuai yakni kategori cagar alam, sempadan pantai, sempadan sungai, dan hutan bakau. Nilai penggunaan lahan untuk kawasan konservasi dapat dilihat pada tabel 5.28

Tabel 5.28 Penilaian Kriteria Penggunaan Lahan Kelas

Lereng

Kategori Keterangan Bobot (%)

Hasil Nilai Kelas x Bobot 5 Cagar alam,

sempadan pantai, sempadan sungai, hutan bakau

Sangat Sesuai 7,4 0,37

3 Hutan pantai, taman wisata alam

Cukup Sesuai 7,4 0,222

1 Permukiman, pelabuhan, kawasan terbangun

Tidak Sesuai 7,4 0,074

Sumber: Analisis Penulis, 2017

169 Berdasarkan tabel 5.28, diketahui jika berdasarkan hasil analisis AHP bahwa vegetasi memiliki bobot 7,4% dan hasil nilai perkalian kelas dengan bobot tertinggi dengan nilai 0,37 dan nilai terendah bernilai 0,074

4) Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng dengan kategori curam masuk ke dalam kawasan konservasi karena kemiringan lreng dengan kondisi curam sangat rentan apabila dijadikan untuk kawasan budidaya. Kemiringan lereng yang sesuai untuk kawasan konservasi dengan kisaran lereng 25-40 % (curam) di lokasi penelitian seluas 388 Ha. Kemiringan lereng yang cukup sesuai untuk kawasan konservasi dengan kisaran lereng 15-25% (aga curam) di lokasi penelitian seluas 273 Ha. Sementara itu kemiringan lereng yang tidak sesuai uuntuk kawasan konservasi dengan kisaran lereng 0-8% (datar) di lokasi penelitian seluas 6848 Ha.

Tabel 5.29 Penilaian Kriteria Kemiringan Lereng Kelas

Lereng

Kisaran Lereng (%)

Kategori Keterangan Bobot (%)

Hasil Nilai Kelas x Bobot

1 0 -8 Datar Tidak Sesuai 46,6 0,466

2 8%- 15% Landai Kurang Sesuai 46,6 0,932

3 15%-25% Agak curam Cukup Sesuai 46,6 1,398

4 25%-40% Curam Sesuai 46,6 1,864

5 >40% Sangat curam Sangat Sesuai 46,6 2,33 Sumber: Analisis Penulis, 2017

Berdasarkan tabel 5.29, diketahui jika berdasarkan hasil analisis AHP bahwa vegetasi memiliki bobot 46,6% dan hasil nilai perkalian kelas dengan bobot tertinggi dengan nilai 0,4666 dan nilai terendah bernilai 2,33

5) Zona Resapan Air

Zona resapan air adalah daerah yang disediakan untuk masuknya air dari permukaan tanah ke dalam zona jenuh air sehingga membentuk suatu aliran air di dalam tanah. Zona resapan air dalam penelitian ini adalah sempadan sungai dan sempadan pantai sebagai kawasan konservasi. Zona resapan air di lokasi penelitian seluas 639 Ha. Sementara itu kawasan yang tidak termasuk dalam zona resapan air seluas 7161 Ha.

170 Tabel 5.30 Penilaian Kriteria Zona Resapan Air

Kelas Lereng

Kategori Keterangan Bobot (%)

Hasil Nilai Kelas x Bobot 5 Termasuk

dalam zona resapan air

Sangat Sesuai 13,2 0,66

1 Tidak termasuk dalam zona resapan air

Tidak Sesuai 13,2 0,132

Sumber: Analisis Penulis, 2017

Berdasarkan tabel 5.30, diketahui jika berdasarkan hasil analisis AHP bahwa vegetasi memiliki bobot 13,2% dan hasil nilai perkalian kelas dengan bobot tertinggi dengan nilai 0,66 dan nilai terendah bernilai 0,132

171 Gambar 5.48 Peta Parameter Vegetasi di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Konservasi

Sumber: Hasil Analisis, 2017

172 Gambar 5.49 Peta Parameter Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Konservasi

Sumber: Hasil Analisis, 2017

173 Gambar 5.50 Peta Parameter Kemiringan Lereng di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Konservasi

Sumber: Hasil Analisis, 2017

174 Gambar 5.51 Peta Parameter Zona Resapan Air di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Konservasi

Sumber: Hasil Analisis, 2017

175 6) Penggabungan Indikator

Indikator-indikator dalam analisis kesesuaian lahan konservasi antara lain adalah jenis tanah, vegetasi, penggunaan lahan, kemiringan lereng dan zona resapan air.

Sebelumnya diberikan bobot dan nilai, dari hasil perkalian bobot dan nilai akan didapat kisaran skor yang menentukan kelas kesesuaian terhadap konservasi di lokasi penelitian. Untuk skor minimum dan maksimum kesesuaian lahan konservasi di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 5.31 di bawah ini.

Tabel 5.31 Skor Min dan Skor Maks Kesesuaian Lahan Konservasi

No Indikator Bobot

(%)

Nilai Max.

Skor Maks (bobot X Nilai

Maks.)

Nilai Maks.

Skor Min (bobot X Nilai

Min.)

1 Jenis Tanah 4,1 5 0,205 1 0,041

2 Vegetasi 24,9 5 1,43 1 0,286

3 Penggunaan Lahan 7,3 5 0,37 1 0,074

4 Kemiringan Lereng 46,5 5 2,33 1 0,466

5 Zona Resapan Air 17,1 5 0,66 1 0,132

Jumlah 4,995 0,999

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Setelah menghasilkan skor minimal dan maksimal maka selanjutnya mencari kelas klasifikasi kesesuaian lahan permukiman dengan menggunakan metode aritmatika. Dengan rumus sebagai berikut:

IK= Range/K IK=5,005-1,001/3

IK= 1,332

Keterangan: IK = Interval Kelas

Range = Skor maksimum – skor minimum K = Banyaknya kelas yang diinginkan

Dari perhitungan di atas maka diperoleh interval kelas kesesuaian lahan konservasi yaitu 1,332 dan klasifikasi kesesuaian lahan konservasi terbagi menjadi tiga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.32 kelas kesesuaian lahan permukiman.

176 Tabel 5.32 Kelas Kesesuaian Lahan Permukiman

No Klasifikasi Interval kelas

1 Sesuai 2,660001 – 4,058000

2 Cukup Sesuai 1,842001 – 2,660000

3 Tidak Sesuai 0,074000– 1,842000

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Penggabungan variabel dilakukan dengan menggunakan aplikasi Arcgis untuk memperoleh hasil yang menunjukkan kesesuian lahan. Hasil ini dilakukan dengan proses analisis overlay/superimpose, Penentuan kesesuaian lahan konservasi berdasarkan nilai dan bobot dari seluruh aspek setiap Indikator. Kemudian dilakukan penjumlahan semua skor indikator. Berikut persamaan untuk menghitung tingkat kesesuaian lahan konservasi. Hasil yang diperoleh akan menunjukkan kesesuaian lahan konservasi di lokasi penelitian.

Skor Variabel = (nilai Variabel x bobot Variabel)

Kesesuian Lahan Konservasi = Skor Jenis Tanah + Skor Vegetasi + Skor Penggunaan Lahan + Skor Kemiringan Lereng + Skor Zona Resapan Air

177 Tabel 5.33 Indikator Kesesuaian Lahan Konservasi

No Variabel Bobot Nilai Skor Total

1 2 3 4 5

1 Jenis Tanah 4,2 Alluvial, Tanah Glei, Planosol, Hidromorf Kelabu,

Laterit air tanah

Latosol Kambisol, Mediteran, Tanah brown

Forest, Noncalcic

Brown

Vertisol, andosol, grumusol, laterit, podsol,

podsolik

Litosol, organosol, rendzina, regonol

• 0,074000–

1,842000= tidak Sesuai

• 1,842001 – 2,660000= cukup sesuai

• 2,660001 – 4,058000= Sesuai

2 vegetasi 24,9 Kelapa - Pinus - Mangrove

3 Penggunaan Lahan 7,3 Permukiman, pelabuhan, kawasan

terbangun

- Hutan pantai, taman wisata

alam

- Cagar alam, sempadan pantai, sempadan sungai,

hutan bakau 4 Kemiringan Lereng

(%)

46,5 <8 8-15 15-25 25-40 >40

5 Zona Resapan Air 17,1 Tidak Termasuk dalam Zona Resapan AIr

- - - Termasuk dalam Zona

Resapan AIr Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dokumen terkait