• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Analisis dan Pembahasan

B. Analisis Kesesuaian Lahan Pemrukiman, Tambak dan Konservasi

2. Kesesuaian Lahan Tambak

141 Dari hasil analisis maka dihasilkan 3 kelas kesesuaian lahan permukiman di Kecamatan Bangkala dan Tamalatea yaitu sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.14 dan gambar 5.26.

Tabel 5.14. Kesesuaian lahan permukiman di Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea

No Kelurahan Luas wilayah

(m2)

Klasifikasi Kesesuaian Sesuai Cukup

Sesuai

Tidak Sesuai

1 Bontorannu 9145397 88% 4,8% 7,2%

2 Punagaya 9033975 60,1% 35,5% 4,4%

3 Mallasoro 8902544 89,9% 1,2% 8,9%

4 Tonrokaasi Barat 6755545 94% 0,9% 5,1%

5 Tonrokassi 10940021 96,5% 1,2% 2,3%

6 Tonrokassi Timur 4880270 22,3% 72,3% 5,4%

7 Tamanroya 1797163 2,3% 68% 29,7%

8 Bontotangnga 8176514 50% 41,6% 8,4%

9 Turatea 4757368 94,8% 4,4% 0,8%

10 Bontojai 3282094 93,3% 0,6% 6,1%

11 Borongtala 5971263 99,7% - 0,3%

12 Bontosunggu 4819870 89% - 11%

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Berdasarkan tabel 5.14, hasil analisis kesesuaian lahan permukiman di Kecamatan Bangkala dan Tamalatea yang menghasilkan tiga kelas kesesuaian lahan permukiman yakni sesuai untuk lahan permukiman, cukup sesuai untuk lahan permukiman dan tidak sesuai untuk lahan permukiman. Kelurahan yang memiliki kelas sesuai untuk lahan permukiman paling besar yakni kelurahan Tonrokassi sehingga kelurahan ini dapat direkomendasikan untuk menjadi lokasi prioritas pengembangan permukiman.

142 digunakan yang telah dirangkum dari beberapa literatur, peraturan terkait, dan pengamatan lapangan.

Gambar 5.27 Skema Tahapan Analisis Kesesuaian Lahan Tambak di Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea Jeneponto

a. Menentukan Fokus

Fokus dalam analisis ini adalah menganalisis tingkat kesesuaian kawasan sebagai kawasan tambak di Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea dengan mempertimbangkan kriteria pemilihan lokasi dengan terlebih dahulu melakukan pembobotan dari masing-masing kriteria pemilihan lokasi ekowisata dengan menggunakan analisis AHP

b. Identifikasi dan Pengelompokan Kriteria yang Berpengaruh

Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan kesesuaian lahan permukiman berdasarkan kajian literature dan hasil penelitian terkait pemilihan lokasi permukiman yang dimodifikasi berdasarkan kebutuhan data. Berikut adalah kriteria yang digunakan.

Potensi Kawasan

Analisis Kesesuaian

Kemiringan lereng

Jenis Tanah

Jarak dari daerah Sungai

Jarak dari Pantai

Penggu naan Lahan

Tingkat Kesesuaian Analisis AHP dan SMCA

143 Tabel 5.15 Kriteria Kesesuaian Lahan Tambak

No Kriteria Penilaian

1 Jenis Tanah Tanah merupakan suatu komponen penting yang digunakan untuk mengetahui aktivitas apa yang cocok untuk dilakukan diatasnya.

2 Kemiringan Lereng ukuran kemiringan lahan relative terhadap bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen

3 Jarak dari Sungai Tidak berada pada sempadan sungai 4 Jarak dar pantai Tidak berada pada sempadan pantai

5 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan yang sesuai untuk tambak berada pada kawasan budidaya

Sumber: Modifikasi Penulis, 2017

c. Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Kesesuaian Lokasi Kawasan Tambak di Pesisir Jeneponto

Pembobotan faktor yang berpengaruh terhadap kesesuaian lokasi tambak adalah menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan bantuan software expert choice. Analisis AHP dilakukan dengan membandingkan kriteria-kriteria dalam pemilihan lokasi kawasan permukiman, sehingga hasil dari analisis AHP menghasilkan bobot dari masing-masing kriteria yang digunakan untuk analisis selanjutnya dan hasil dari AHP dapat dilihat nilai inkonsistensinya. Jika nilai konsistensinya dari hasil olahan lebih 0,10 maka hasil tersebut tidak konsisten dan jika sebaliknya maka dianggap konsisten. Berikut adalah hasil analisis AHP dari masing-masing responden yang berprofesi sebagai akademisi dan pemerintahan.

12 Kelurahan di Pesisir Kec. Bangkala dan Tamalatea Gambar 5.28 Penentuan Bobot

Analisis Kesesuaian

Kemiringan Lereng

Jenis Tanah

Jarak dari Sungai

Jarak dari Pantai

Penggunaan Lahan

144 1) Responden dari Akademisi 1

Responden yang pertama merupakan akademisi dibidang Perencanaan Wilayah dan Kota. Hasil matriks untuk kesesuaian lahan kawasan tambak dari perbandingan ke 5 (lima) kriteria menunjukkan bahwa kriteria yang paling berpengaruh adalah penggunaan lahan dengan persentase 29,2% dan selanjutnya jarak dari pantai 28,5%, selanjutnya jenis tanah 16,9%. Untuk krietria kemiringan lereng dan jarak dari sungai secara berurutan memiliki nilai sebesar 13,1%, dan 12,2%. Kriteria kemiringan lereng dianggap paling tidak berpengaruh untuk pembangunan kawasan tambak. Dari hasil olahan dapat dilihat jika nilai inkonsitensi sebesar 0,09 sehingga dapat disimpulkan jika responden konsisten dalam menjawab kuesioner.

Gambar 5.29 Nilai Responden Akademisi 1

2) Responden dari Akademisi 2

Responden yang kedua merupakan akademisi dibidang Perencanaan Wilayah dan Kota. Hasil matriks untuk kesesuaian lahan kawasan tambak dari perbandingan ke 5 (lima) kriteria menunjukkan bahwa kriteria yang paling berpengaruh adalah kemiringan lereng dengan persentase 35,3% dan selanjutnya penggunaan lahan 29,5%, selanjutnya jarak dari pantai 17,4%. Untuk krietria jenis tanah dan jarak dari sungai secara berurutan memiliki nilai sebesar 10%, dan 7,7%. Kriteria penggunaan lahan dianggap paling tidak berpengaruh untuk pembangunan kawasan tambak. Dari hasil olahan dapat dilihat jika nilai inkonsitensi sebesar 0,06 sehingga dapat disimpulkan jika responden konsisten dalam menjawab kuesioner.

Gambar 5.30 Nilai Responden Akademisi 2

145 3) Responden dari Masyarakat

Responden dari pihak masyarakat adalah diwakili oleh 1 orang yang bekerja sebagai salah satu Dosen di Fakultas Administrasi Universitas Pepabri Makassar dengan latar belakang pendidikan yang tinggi. Hasil matriks untuk kesesuaian lahan kawasan tambak dari perbandingan ke 5 (lima) kriteria menunjukkan bahwa kriteria yang paling berpengaruh adalah kemiringan lereng dengan persentase 33,7% dan selanjutnya penggunaan lahan 26,7%, selanjutnya jarak dari pantai 18,6%. Untuk krietria jarak dari sungai dan jenis tanah secara berurutan memiliki nilai sebesar 10,8%, dan 10,2%. Kriteria kemiringan lereng dianggap paling tidak berpengaruh untuk pembangunan kawasan tambak. Dari hasil olahan dapat dilihat jika nilai inkonsitensi sebesar 0,07 sehingga dapat disimpulkan jika responden konsisten dalam menjawab kuesioner.

Gambar 5.31 Nilai Responden Masyarakat

4) Responden dari Pemerintah

Responden yang keempat merupakan responden dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Hasil matriks untuk kesesuaian lahan kawasan tambak dari perbandingan ke 5 (lima) kriteria menunjukkan bahwa kriteria yang paling berpengaruh adalah kemiringan lereng dengan persentase 34,6% dan selanjutnya penggunaan lahan 26,7%, selanjutnya jarak dari pantai 20,3%. Untuk jenis tanah dan jarak dari sungai lereng secara berurutan memiliki nilai sebesar 9,5%, dan 8,9%.

Kriteria kemiringan lereng dianggap paling tidak berpengaruh untuk pembangunan kawasan tambak. Dari hasil olahan dapat dilihat jika nilai inkonsitensi sebesar 0,03 sehingga dapat disimpulkan jika responden konsisten dalam menjawab kuesioner.

146 Gambar 5.32 Nilai Responden pemerintah

5) Kombinasi Responden

Hasil dari matriks perbandingan kriteria kesesuaian lahan kawasan permukiman dari gabungan empat resonden menunjukkan bahwa dari 5 (lima) kriteria yang paling berpengaruh adalah penggunaan lahan dengan nilai 28,9%, kemiringan lereng 27,7%, jarak dari pantai dengan nilai 21,7%. Nilai selanjutnya jenis tanah 11,7% dan jarak dari sungai 10%. Dari hasil olahan dapat dilihat jika nilai inskonsistensi sebesar 0,03 sehingga dapat disimpulkan jika responden konsisten dalam menjawab kuesioner.

Gambar 5.33 Nilai Hasil Gabungan Responden

d. Analisis Spasial Multi Kriteria (Spatial Multi Criteria Analysis/SMCA) Analisis Spasial Multi Kriteria dilakukan dengan menggabungkan kriteria-kriteria yang berpengaruh terhadap tingkat kesesuaian lahan tambak. Sebelum menggabungkan kriteria-kriteria yang berpengaruh maka diberikan penilaian terlebih dahulu berdasarkan hasil AHP. Uraian masing-masing kriteria sebagai berikut;

1) Jenis Tanah

Menurut Sitanala Arsyad, tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, dan gas yang mempunyai sifat serta perilaku dinamis. Tanah merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia karena tanah merupakan sumber daya alam yang dapat memenuhi kebutuhan hidup yang diperlukan menusia dalam mempertahankan dan melangsungkan hidupnya.

147 Tanah dapat diartikan sebagai bagian teratas permukaan bumi yang merupakan tempat tumbuhnya manusia dan makhluk hidup lainnya. Dapat juga dikatakan bahwa definisi tanah adalah lapisan kulit bumi terluar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan yang banyak mengandung bahan organik maupun nonorganik.

Keadaan tanah pada umumnya berkenaan dengan nilai sumber dayanya terutama dari segi pemberdayaan tanah.

Pengaruh tanah dalam budidaya tambak meliputi beberapa hal, misalnya sebagai sumber hara dan media pertumbuhan, sumber hara atau sumber unsur-unsur beracun dalam air tambak, sebagai tempat untuk menampung air dalam tambak dan sebagainya.

Jenis tanah di lokasi penelitian yang cukup sesuai untuk kesesuaian lahan tambak dengan kategori inceptisol seluas 7850 Ha. Jenis tanah dilokasi penelitian termasuk dalam kategori inceptisol

Tabel 5.16 Penilaian Kriteria Jenis Tanah Kelas Kategori Keterangan Bobot

(%)

Hasil Nilai Kelas x Bobot

5 Alluvial Sangat Sesuai 11,7 0,585

4 Entisol Sesuai 11,7 0,468

3 Inceptisol Cukup Sesuai 11,7 0,351

1 Ultisol Tidak Sesuai 11,7 0,117

Sumber: Analisis, 2017

Berdasarkan tabel 5.15, diketahui jika berdasarkan hasil analisis AHP bahwa jenis tanah memiliki bobot 11,7% dan hasil nilai perkalian kelas dengan bobot tertinggi dengan nilai 0,586 dan nilai terendah bernilai 0,117.

148 Gambar 5.34 Peta Parameter Jenis Tanah di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Tambak

Sumber: Hasil Analisis, 2017

149 2) Kemiringan Lereng

Tambak memerlukan daerah datar dan masih dapat digenangi langsung oleh pasang surut air asin dan payau. Ketinggian seluruh tempat itu tidak boleh melebihi tinggi permukaan air pasang tertinggi (misalnya tempat yang terlalu jauh ke pedalaman) dan juga tidak boleh lebih rendah daripada tinggi permukaan air surut terendah (misalnya tempat-tempat yang merupakan, cekungan-cekungan), sekalipun masih dekat pantai.

Kemiringan lereng yang sangat sesuai untuk kesesuaian lahan tambak di lokasi penelitian dengan kategori 0-8 % (datar) seluas 6848 Ha. Sementara itu untuk kemiringan lereng yang cukup sesuai untuk kemringan lereng di lokasi penelitian dengan kategori 8-15 % (landai) seluas 297 Ha. Sedangkan untuk kemiringan lereng yang tidak sesuai untuk lahan tambak dengan kategori kemiringan >15 % (curam) seluas 661 Ha.

Tabel 5.17 Penilaian Kriteria Kemiringan Lereng Kelas Kisaran

Lereng (%)

Kategori Keterangan Bobot (%)

Hasil Nilai Kelas x Bobot

5 0-8 Datar Sangat Sesuai 27,7 1,385

3 8-15 Landai Cukup Sesuai 27,7 0,831

1 >15 curam Tidak Sesuai 27,7 0,277

Sumber: Analisis, 2017

Berdasarkan tabel 5.16, diketahui jika berdasarkan hasil analisis AHP bahwa jenis tanah memiliki bobot 27,7% dan hasil nilai perkalian kelas dengan bobot tertinggi dengan nilai 1,385 dan nilai terendah bernilai 0,277.

3) Jarak dari Sungai

Sungai merupakan saluran pada permukaan bumi yang terbentuk secara alami.

Dan melalui saluran tersebut air yang berasal dari darat mengalir ke laut. sungai adalah siklus hidrologi yang awalnya dari sebuah mata air mengalir ke anak sungai. Aliran sungai mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Saat ini banyak juga sungai yang dimanfaatkan sebagai tambak.

Jarak dari sungai berpengaruh untuk kesesuaian lahan tambak. Selain untuk tambak ikan air tawar, sungai juga berfungsi sebagai penyedia air bersih bagi tambak

150 laut. Kesesuaian lahan tambak di kawasan penelitian dengan jarak dari sungai yang sangat sesuai dengan kategori 0-500 meter seluas 952 Ha. Sementara itu untuk jarak tambak dari sungai yang cukup sesuai dengan kategori 500-2000 meter seluas 3868 Ha. Sedangkan untuk jarak tambak dari sungai yang tidak sesuai dengan kategori

>2000 seluas 3974 Ha.

Tabel 5.18 Penilaian Kriteria Jarak dari Sungai Kelas Kategori Keterangan Bobot

(%)

Hasil Nilai Kelas x Bobot

5 0-500 m Sangat Sesuai 10 0,5

3 500-2000 m Cukup Sesuai 10 0,3

1 >2000 m Tidak Sesuai 10 0,1

Sumber: Analisis, 2017

Berdasarkan tabel 5.17, diketahui jika berdasarkan hasil analisis AHP bahwa jenis tanah memiliki bobot 10% dan hasil nilai perkalian kelas dengan bobot tertinggi dengan nilai 0,5 dan nilai terendah bernilai 0,1.

4) Jarak dari Pantai

Pantai atau laut juga berperan penting bagi kesesuaian lahan tambak. Air laut berfungsi sebagai bahan baku utama untuk tambak garam. Selain itu air laut juga dibutuhkan untuk ekosistem tambak ikan dan udang. Jarak tambak dari pantai/laut yang sangat sesuai dengan kategori 0-2000 meter seluas 5794 Ha. Sementara itu jarak tambak/laut yang cukup sesuai dengan kategori 2000-4000 meter seluas 1962 Ha.

Sedangkan jarak tambak/laut yang tidak sesuai dengan kategori >4000 seluas 88 Ha.

Tabel 5.19 Penilaian Kriteria Jarak dari Pantai Kelas Kategori Keterangan Bobot

(%)

Hasil Nilai Kelas x Bobot

5 0-2000 m Sangat Sesuai 21,7 1,085

3 2000-4000 Cukup Sesuai 21,7 0,651

1 >4000 m Tidak Sesuai 21,7 0,217

Sumber: Analisis Penulis, 2017

Berdasarkan tabel 5.18, diketahui jika berdasarkan hasil analisis AHP bahwa jenis tanah memiliki bobot 10% dan hasil nilai perkalian kelas dengan bobot tertinggi dengan nilai 0,5 dan nilai terendah bernilai 0,1.

151 Gambar 5.35 Peta Parameter Kemiringan Lereng di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Tambak

Sumber: Hasil Analisis, 2017

152 Gambar 5.36 Peta Parameter Jarak dari Sungai di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Tambak

Sumber: Hasil Analisis, 2017

153 Gambar 5.37 Peta Parameter Jarak dari Pantai di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Tambak

Sumber: Hasil Analisis, 2017

154 5) Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan yang sesuai bagi kawasan tambak yakni dengan guna lahan yang tidak berada pada lahan permukiman, konservasi dan industri. Hal tersebut untuk mengurangi tingkat eksploitasi lahan subur dan mencegah terganggunya lahan yang sudah terbangun ataupun lahan yang masuk dalam kawasan lindung. Nilai penggunaan lahan untuk kawasan tambak dapat dilihat pada tabel 5.20

Tabel 5.20 Penilaian Kriteria Jarak dari Pantai Kelas Kategori Keterangan Bobot

(%)

Hasil Nilai Kelas x Bobot 5 Hutan Pantai,

Tegalan, Belukar, Tambak, Sawah

Sangat Sesuai 28,9 1,445

3 Perkebunan, Hutan Rawa,

Cukup Sesuai 28,9 0,867

1 Konservasi, Permukiman, Industri

Tidak Sesuai 28,9 0,289

Sumber: Sumber: Analisis, 2017

Berdasarkan tabel 5.19, diketahui jika berdasarkan hasil analisis AHP bahwa jenis tanah memiliki bobot 28,9% dan hasil nilai perkalian kelas dengan bobot tertinggi dengan nilai 1,445 dan nilai terendah bernilai 0,289.

155 Gambar 5.38 Peta Parameter Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Tambak

Sumber: Hasil Analisis, 2017

156 6) Penggabungan Indikator

Indikator-indikator dalam analisis kesesuaian lahan tambak antara lain adalah jenis tanah, kemiringan lereng, jarak dari sungai, jarak dari pantai, dan penggunaan lahan. Sebelumnya diberikan bobot dan nilai, dari hasil perkalian bobot dan nilai akan didapat kisaran skor yang menentukan kelas kesesuaian terhadap tambak di lokasi penelitian. Untuk skor minimum dan maksimum kesesuaian lahan tambak di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 5.20 di bawah ini.

Tabel 5.21 Skor Min dan Skor Maks Kesesuaian Lahan Tambak

No Indikator Bobot

(%)

Nilai Max.

Skor Maks (bobot X Nilai

Maks.)

Nilai Maks.

Skor Min (bobot X Nilai

Min.)

1 Jenis Tanah 11,7 3 0,351 1 0,117

2 Kemiringan Lereng 27,7 5 1,385 1 0,277

3 Jarak dari Sungai 10 5 0,5 1 0,1

4 Jarak dari Pantai 21,7 5 1,085 1 0,217

5 Penggunaan Lahan 28,9 5 1,445 1 0,289

Jumlah 4,766 1

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Setelah menghasilkan skor minimal dan maksimal maka selanjutnya mencari kelas klasifikasi kesesuaian lahan permukiman dengan menggunakan metode aritmatika. Dengan rumus sebagai berikut:

IK= Range/K IK=4,766,-1/3 IK= 1,25533

Keterangan: IK = Interval Kelas

Range = Skor maksimum – skor minimum K = Banyaknya kelas yang diinginkan

Dari perhitungan di atas maka diperoleh interval kelas kesesuaian lahan tambak yaitu 1,25533 dan klasifikasi kesesuaian lahan tambak terbagi menjadi tiga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.22 kelas kesesuaian lahan tambak.

157 Tabel 5.22 Kelas Kesesuaian Lahan Tambak

No Klasifikasi Interval kelas

1 Sesuai 3,781001 – 4,766000

2 Cukup Sesuai 2,687001 – 3,781000

3 Tidak Sesuai 0,289000 – 2, 687000

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Penggabungan variabel dilakukan dengan menggunakan aplikasi Arcgis untuk memperoleh hasil yang menunjukkan kesesuiam lahan. Hasil ini dilakukan dengan proses analisis overlay/superimpose, Penentuan kesesuaian lahan tambak berdasarkan nilai dan bobot dari seluruh aspek setiap Indikator. Kemudian dilakukan penjumlahan semua skor indikator. Berikut persamaan untuk menghitung tingkat kesesuaian lahan tambak. Hasil yang diperoleh akan menunjukkan kesesuaian lahan tambak di lokasi penelitian.

Skor Variabel = (nilai Variabel x bobot Variabel)

Kesesuian Lahan Tambak= Skor Jenis Tanah + Skor Kemiringan Lereng + Skor Jarak dari Sungai + Skor Jarak Pantai + Skor Penggunaan Lahan

158 Tabel 5.23 Indikator Kesesuaian Lahan Tambak

No Variabel Bobot

(%)

Nilai Skor Total

1 2 3 4 5

1 Jenis Tanah 11,7 Ultisol - Inseptisol Entisol Alluvial • 0,289000 – 2,

687000 = tidak Sesuai

• 2,687001 – 3,781000

= cukup sesuai

• 3,781001 – 4,766000

= Sesuai 2 Kemiringan Lereng

(%)

27,7 >15 - 8-15 - 0-8

3 Jarak dari Sungai 10 >2000 - 500-2000 - 0-500

4 Jarak dari Pantai 21,7 >4000 - 2000-4000 - 0-2000

5 Penggunaan Lahan 28,9 Konservasi, Permukiman dan

Industri

- Perkebunan,

Hutan Rawa

- Hutan Pantai, Tegalan, Belukar, Tambak, sawah

Sumber: Hasil Analisis, 2017

159 Gambar 5.39 Peta Kesesuaian Lahan Tambak

Sumber: Hasil Analisis, 2017

160 Dari hasil analisis maka dihasilkan 3 kelas kesesuaian lahan tambak di Kecamatan Bangkala dan Tamalatea yaitu sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.24 dan gambar 5.39.

Tabel 5.24. Kesesuaian Lahan Tambak di Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea

No Kelurahan Luas wilayah

(m2)

Klasifikasi Kesesuaian Sesuai Cukup

Sesuai

Tidak Sesuai

1 Bontorannu 12652576 80% 19,6% 0,4%

2 Punagaya 10652858 73,7 25,1% 1,2%

3 Mallasoro 9563196 85% 14% 1%

4 Tonrokaasi Barat 7314308 32,4 63,2% 4,4%

5 Tonrokassi 11582909 71% 25% 4%

6 Tonrokassi Timur 6993679 68% 31% 1%

7 Tamanroya 4178178 64% 36% -

8 Bontotangnga 12456194 60% 29% 11%

9 Turatea 5047510 88% 12% -

10 Bontojai 3409674 94% 6% -

11 Borongtala 6234902 91% 9% -

12 Bontosunggu 13757438 91% 9% -

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Berdasarkan tabel 5.24, hasil analisis kesesuaian lahan tambak di Kecamatan Bangkala dan Tamalatea yang menghasilkan tiga kelas kesesuaian lahan tambak yakni sesuai untuk lahan tambak, cukup sesuai untuk lahan tambak dan tidak sesuai untuk lahan tambak. Kelurahan yang memiliki kelas sesuai untuk lahan tambak paling besar yakni kelurahan Bontosunggu sehingga kelurahan ini dapat direkomendasikan untuk menjadi lokasi prioritas pengembangan tambak.

Dokumen terkait