• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI TINGKAT KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN, TAMBAK DAN KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE SMCA (Spatial Multy Criteria Analysis) Studi Kasus: Pesisir Kec. Bangkala dan Kec. Tamalatea Kabupaten Jeneponto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI TINGKAT KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN, TAMBAK DAN KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE SMCA (Spatial Multy Criteria Analysis) Studi Kasus: Pesisir Kec. Bangkala dan Kec. Tamalatea Kabupaten Jeneponto"

Copied!
233
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI TINGKAT KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN, TAMBAK DAN KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE SMCA (Spatial Multy Criteria Analysis) Studi Kasus: Pesisir Kec. Bangkala dan Kec. Tamalatea

Kabupaten Jeneponto

SKRIPSI

TUGAS AKHIR – 457D5236 PERIODE II TAHUN 2017/2018

Sebagai Persyaratan untuk Ujian Sarjana Teknik

Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh:

ANDI RISDAYANTI D521 13 027

PROGRAM STUDI S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

(2)
(3)

iii Evaluasi Tingkat Kesesuaian Lahan Permukiman, Tambak dan Konservasi Menggunakan

Metode SMCA (Spatial Multy Criteria Analysis)

(Studi Kasus: Pesisir Kec. Bangkala dan Kec. Tamalatea, Kabupaten Jeneponto) Andi Risdayanti1), Mukti Ali2), Ihsan2)

Universitas Hasanuddin, Indonesia Email: Andinrisda96@gmail.com

ABSTRAK

Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi pesisir dan kelautan yang sangat besar, seperti budidaya rumput laut dan penghasil garam. Selain itu, berdasarkan data Buku Putih Jeneponto, di Kabupaten Jeneponto terdapat potensi hutan mangrove, yang tersebar di wilayah Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea, dengan total luasan 206 ha. Hutan Mangrove di wilayah ini cukup banyak yang telah dikonversi menjadi tambak dan permukiman. Konversi hutan mangrove untuk pertambakan, permukiman, pelabuhan, tempat rekreasi/wisata, kawasan industri atau peruntukan lainnya mempunyai dampak yang luar biasa terhadap ekosistem wilayah pesisir. Penentuan kesesuaian lahan permukiman, tambak dan konservasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi karakteristik eksisting kawasan pesisir di wilayah Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto, 2) Menganalisis kesesuaian lahan permukiman, tambak dan konservasi di kawasan pesisir Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea menggunakan metode SMCA. Penelitian ini menggunakan analisis Spatial Multi Criteria Analysis (SMCA) untuk menilai kesesuaian lahan permukiman, tambak dan konservasi. Hasil penelitian menunjukkan 1) Kawasan permukiman tersebar di kawasan pesisir dan sempadan pantai seluas 498 Ha, Kawasan tambak umumnya adalah tambak garam yang tersebar seluas 792 Ha,dan kawasan konservasi seluas 639,5 Ha. 2) lahan yang paling sesuai untuk kawasan permukiman terletak di Kelurahan Bontorannu, sedangkan lahan yang paling sesuai untuk kawasan tambak terletak di Kelurahan Bontotangnga dan lahan yang paling sesuai untuk kawasan konservasi terletak di Kelurahan Tonrokassi Barat.

Kata Kunci: Konversi, Kesesuaian Lahan, SMCA, Pesisir Jeneponto

1)Mahasiswa Program Studi S1 Perencanaan Wilayah dan Kota, Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

2)Dosen Program Studi S1 Perencanaan Wilayah dan Kota, Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

(4)

iv Evaluasi Tingkat Kesesuaian Lahan Permukiman, Tambak dan Konservasi Menggunakan

Metode SMCA (Spatial Multy Criteria Analysis)

(Studi Kasus: Pesisir Kec. Bangkala dan Kec. Tamalatea, Kabupaten Jeneponto) Andi Risdayanti1), Mukti Ali2), Ihsan2)

Universitas Hasanuddin, Indonesia Email: Andinrisda96@gmail.com

ABSTRAC

Jeneponto Regency is one of the areas in Indonesia that has the potential of coastal and marine, such as cultivation of seaweed and salt producers. In addition, according to the White Book Jeneponto Regency Jeneponto, there is the potential of mangrove forests, which are spread in the region of Bangkala and Sub Sub Tamalatea, with total area of 206 ha. Mangrove Forests in the region is quite a lot that have been converted into fishponds and settlements. The conversion of mangrove forests for farming, settlements, port, recreation/tourism, industrial or other designation has a tremendous impact towards the ecosystem of the coastal area. Determination of the suitability of the land for settlements, embankment and conservation is one effort that can be done to prevent and control land use not in accordance with it shoul be.

The purpose of this research is to 1) identifying characteristics of the coastal area in the existing Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea Jeneponto Regency, 2) Analyze the suitability of land for settlements, embankment and conservation in coastal area Bangkala sub and Sub Tamalatea SMCA using method 3. This research uses a Spatial Multi Criteria Analysis (SMCA) for assessing the suitability of land for settlements, embankment and conservation.

The results showed 1) Area settlements scattered in the coastal area and the border of the beach area of 498 Ha of ponds, the pond salt is generally spread over an area of 792 Ha, and conservation areas covering 639.5 Ha. 2) land that is most suitable for the area of the settlement is located in the village Bontorannu, whereas the land most suitable for the area of ponds located in the village Bontotangnga and the most suitable land for conservation area is located in the village Tonrokassi Barat.

Key Words: Regency Jeneponto, Land Conversion, SMCA, Land Suitability

1) S1 study Program Students Planning Region and the city, the region and the City Planning Department, Faculty of engineering, University of Hasanuddin

2)

Professors Undergraduate Course Planning Region and the city, the region and the City Planning Department, Faculty of engineering, University of Hasanuddin

(5)

v KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas Berkat, dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Sallalahu’ Alaihi Wassalam beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa di jalan-Nya hingga akhir zaman.

Penulisan tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. Judul yang penulis ajukan adalah “EVALUASI TINGKAT KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN, TAMBAK DAN KONSERVASI MENGGUNAKAN METODE SMCA” (Studi Kasus: Pesisir Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto).

Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik. Oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi acuan dalam studi selanjutnya, terutama dalam bidang Pengembangan Wilayah dan Kota. Semoga Allah SWT meridhoi segala usaha yang kita lakukan ini. Amin

Gowa, November 2017

Andi Risdayanti

(6)

vi UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis menyadari banyak sekali pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung serta dukungan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Adapun pihak-pihak yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya, sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan, serta shalawat dikirimkan kepada Rasulullah SAW yang menjadi pembawa lentera ilmu kepada seluruh umat manusia yang berada di muka bumi ini termasuk penulis.

2. Keluarga Penulis

a. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Andi Rakib dan Ibunda Linda, terima kasih atas segala doa, kasih sayang, nasehat dan dukungan yang tiada henti- hentinya selama ini. Segala doa selalu dipanjatkan agar senantiasa diberikan kesehatan.

b. Saudara penulis, kakak terhebat penulis yaitu Andi Fadli, S.T dan adik-adik penulis yaitu Andi Reinaldi dan Andi Aisyah Iriani terima kasih atas doa dan dukungan serta kasih sayang dan semangat yang diberikan kepada penulis.

3. Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Bapak Mukti Ali, ST.MT.Ph.D selaku pembimbing pertama dan Bapak Dr. Eng. IHSAN, ST.MT selaku pembimbing kedua. Terima kasih atas atas waktu yang disisihkan, ilmu, bimbingan, dan motivasi yang begitu mengajarkan penulis bagaimana menulis yang baik serta pengalaman-pengalaman baru yang diberikan dan sangat berharga bagi pengembangan diri penulis.

4. Dosen Penguji Tugas Akhir, Bapak PROF. DR. Ing. Muhammad Yamin Jincam.S.Tr, Bapak Dr, Eng. Abdul Rachman Rasyid,ST.M.SI, dan Bapak IR.

H. Baharuddin Koddeng, MSA terima kasih atas nasehat, arahan, masukan, dan motivasi untuk penyempurnaan penulisan tugas akhir ini.

5. Bapak Dr, Eng. Abdul Rachman Rasyid,ST.M.SI, selaku Kepala Studio Akhir PWK, terima kasih atas segala bimbingan dan motivasi selama masa studio.

(7)

vii 6. Ibu Isfa Sastrawati, ST.,MT selaku Penasehat Akademik penulis selama 8 semester dan Bapak Dr, Eng. Abdul Rachman Rasyid,ST.M.SI selaku Penasehat Akademik penulis saat ini, terima kasih atas segala dukungan dan ilmu yang penulis peroleh dari ibu dan bapak.

7. Ibu Dr. Ir. Hj. Mimi Arifin, M.Si selaku Ketua Departemen PWK, terima kasih atas nasehat, dukungan dan bantuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

8. Dosen Pembimbing di LBE Waterfront Planning Development, Bapak Prof. Dr.

Ir. Slamet Trisutomo, M.S, Bapak Mukti Ali, ST.MT.Ph.D, dan Ibu Sri Aliah Ekawaty, ST.,MT, terima kasih atas segala bimbingan dan motivasi selama masa LBE dan selama penyusunan tugas akhir.

9. Seluruh Dosen Departemen PWK Terima kasih atas nasehat, dukungan, dan bantuan kepada penulis selama masa perkuliahan serta dengan ikhlas memberikan ilmu dan wawasan tiada hentinya hingga saat ini.

10. Staf Kepegawaian dan Tata Usaha Jurusan Arsitektur, Pak Haerul, Pak John, Pak Sawalli, Pak Hafid, Pak Budi dan Ibu Tiknok, serta Staf Kepegawaian dan Tata Usaha Fakultas Teknik, terima kasih atas bantuan dan dukungan terutama dalam pengurusan administrasi selama masa perkuliahan penulis.

11. Kakak-kakak terhebat di Aksata Gautama: Nini Apriani Rumata, ST. MT, Tri Wahyuningsih, ST., Deddy Hardi, ST., M. Zulkhaer A.R , ST., Syahrianiria, ST., Susilawati, ST. dan Muh. Iqsan Basri, ST terima kasih atas segala bantuan berupa dukungan, motivasi, mencari literature dan senantiasa menjadi tempat bertanya dan curhat penulis. Terima kasih atas segala pengalaman dan selalu menginspirasi penulis selama ini.

12. Teman-teman seperjuangan Studio Akhir Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Periode II 2017/2018 : Kak Mardiyanshar ST, Kak Teten cST, kak Hidayatullah cST, kak Fikri cST, kak Aang cST, kak yudi cST, kak Masykur cST, Kak ibon cST, kak Ai ST, kak Angga cST, kak Baso cST, kak Fakhrul cST, kak idil cST, kak isti cST, kak Gita cST, kak Jeane cST, Kak Eca cST, kak Milka cST, kak anca ST, kak Edy cST, Mita cST, Arman cST, Hendra cST, Putri cST, Jihan cST, Gita cST, Arlyn ST, Ita ST, Yoga cST, Aldi cST,

(8)

viii Intan cST, Novi cST, Ghaly cST, Imam cST, Fakhri cSt dan Fatin cST Terima kasih atas kebersamaan, canda tawa, dan teman berjuang selama berada di studio akhir.

13. Teman-teman angkatan PWK 2013, Pemilik Nim D521 13 Mereka adalah Zaky cST, Gio ST, Nosa ST, Wawan cST, Gandy ST, Yuniza ST, Erwin cST, Mita cST, Ani ST, Fani ST, Arman cST, Rudi cST, Adi cST, Aulia ST, Hendra cST, Amieq ST, Berkah ST, Putri cST, Adim cST, Wisna ST, Jihan cST, Yusman cST, Dimas ST, Randa ST, Buyung cST, Yayu ST, Gita cST, Ansar cST, Widy ST, Arlyn ST, Ikke ST, Evi ST, Itha ST, Artur cST, Ical cST, Candra cST, Yuni ST, Mahda ST, Yoga cST, Aldi cST, Intan cST, Fredy cST, Novi cST, Tata ST, Buyu cST, Ibnu cST, Galang cST, Galih cST, Cume ST, Adam cST, Imam cST, Irsam cST, Madi cST, Alim ST, Indah cST, Fakhri cST dan Fatin cST (Sa’adah, ivon, fadli, citra meskipun hanya bersama penulis sampai 2 semester) Terima kasih untuk kerja sama, canda tawa dan kebersamaan serta pengalaman dan persaudaraan selama penulis berada di kampus.

14. Saudara seperjuangan POZTUR 13, terkhusus Ukka cST, Irul cST, Muse cST, Ugha cST, Ardi cST, Suci cST, Leya cST, Fuad cST, Safar cST, Arfy cST, Dita cST, Ika mahar cST, Ika cST, Aan cST, Andil cST, Nila cST dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

15. Teman-teman pengurus Himpunan Mahasiswa Pengembangan Wilayah dan Kota Periode 2016/2017. Terima kasih atas kerjasama selama kepengurusan, dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis selama menjadi Bendahara himpunan.

16. Sahabat-sahabatku 4 Sekawan: Ristanty Wahyu Pratiwi, S.IP., Trivena Mamarodia cSE dan Citra Pratiwi Syam. Terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik selama ini sejak 2008 sampai sekarang. See u on top guys.

17. Sahabat-sahabat semasa kuliah: Wiranda MZ Daipaha, ST, Masyita Amani D, ST Terima kasih atas canda tawa, suka duka, motivasi dan saling memotivasi meraih gelar ST serta bantuan kalian selama penulis butuh rumah kedua serta Rahayu Pratiwi, ST, Nofita Sari, ST, Andi Evi Tri Lestari, ST, dan Lasmita

(9)

ix Latief Terima kasih atas kebersamaan, persaudaraan, bantuan dan dukungan serta semangat bagi penulis.

18. Orang-orang hebat yang meluangkan waktunya dan memberikan tempat tinggal selama di Jeneponto untuk membantu penulis survey yaitu; Eizal Azis Edison terima kasih untuk akomodasi pichanto09, Ade Darmadi, Wiryanto Biringkanae, Adam Kurniawan beserta Keluarga, Khairul Ihsan Hajir, Musliadi, Intan Haryati, Mutazaky Muhammad, Aulia Hanif Erya, ST., Tristania Agatha, ST., Nurftriani, ST beserta Keluarga., dan Andi Nurul Indraswari beserta keluarga terima kasih telah menemani penulis survey di saat panas maupun hujan dan memberikan penulis tempat tinggal.

19. Orang-orang hebat penghuni pondok nur alam yang sangat sangat sangat membantu untuk menyelesaikan tugas akhir ini terkhusus; Ghaly Anshari, Imam Nur Alam, terima kasih bantuan dalam hal software serta Emha Sofyan P, Erwin Bahar, dan Wiryanto Biringkanae. Tanpa kalian tugas akhir ini tidak akan lengkap.

20. Terima kasih orang-orang hebat yang membantu penulis dalam mengumpulkan data dan memberi dukungan kepada penulis yaitu: Rizky Isal, ST, Maemuna, Tenri Sannawati, Edy Siswanto S., Poppy, Hafiz Al Iman, Angga Al amin, Aisyah Ade, Fikrayanti, Yurika Widiasari, Muh. Fadil Akbar, Laode Rahman, Khaerul Jihadi, Pallawa Rukka Hamty, Githa Stacy T, Jihan Jamaluddin, Dian Dwi Permana, Ibnu A. Almansani, Sandy T. S, Andi Pawiloi, Sri Ayuni, Nurul Qalby, Irna Melisa, Hj, Dewanti dan Nelly Alfiani.

21. Teman-teman KKN Kec. Eremerasa Kab. Bantaeng, Kanda-kanda PWK dan Arsitektur angkatan 2007-2012 Adik-adik PWK dan Arsitektur 2014-2017 terkhusus adinda Maul dan Cica, serta Kelurga Besar kampung Micin terkhusus tim pemain malam Ilham Ishak, Nunung Amelia, SKM., Cakrawidia Stuti, ST., Rasni Andriani, ST., Celli, Yaya, Nia, Muhammad Iqbal Ruslan, SE, Muhammad Aldirifaqri, Abeng Daisuri, SPt., Fadli Amal Afandi, Suriadi, Yudha Permana, dan Rumanga terima kasih telah menemani penulis begadang berhari-hari mengerjakan skripsi.

(10)

x 22. Seluruh SKPD dan Masyarakat Kabupaten Jeneponto, terima kasih atas bantuan dan kemudahan memperoleh data bagi penulis untuk menyelesaikan tugas akhir.

23. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung dan tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, dengan teriring doa yang tulus, ungkapan terima kasih yang tak terhingga dan permohonan maaf apabila terjadi kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. Besar harapan penulis semoga karya ini dapat bermanfaat dan dapat memperluas wawasan kita semua.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman Sampul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Abstract ... iv

Kata Pengantar ... v

Ucapan Terima Kasih ... vi

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar ... xiii

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Ruang Lingkup ... 4

1. Lingkup Wilayah ... 4

2. Lingkup Substansi ... 4

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II Tinjauan Pustaka A. Pemanfaatan Kawasan Pesisir ... 8

1. Definisi Pesisir ... 8

2. Batasan Wilayah Pesisir ... 8

B. Kesesuaian Lahan... 9

1. Lahan ... 9

2. Kesesuaian Lahan... 12

C. Kawasan Konservasi ... 18

1. Pengertian ... 18

2. Kategorisasi Kawasan Konservasi ... 19

(12)

xii

3. Karakteristik Kawasan Konservasi ... 19

D. Kawasan Tambak ... 23

E. Kawasan Permukiman ... 25

1. Pengertian Permukiman ... 25

2. Kawasan Peruntukkan Permukiman ... 26

F. SMCA ... 33

G. Penelitian Terdahulu ... 42

H. Kerangka Pikir ... 47

BAB III Metode Penelitian A. Jenis Penelitian ... 48

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 48

C. Jenis dan Kebutuhan Data ... 51

1. Data Primer ... 51

2. Data Sekunder ... 51

D. Teknik Pengumpulan Data ... 51

1. Data Primer ... 51

2. Data Sekunder ... 52

E. Populasi dan Sampel ... 52

F. Variabel Penelitian ... 54

G. Teknik Analisis Data ... 56

1. Mengidentifikasi Karakteristik kawasan Pesisir Jeneponto ... 56

2. Menganalisis Kesesuaian Lahan Permukiman, Tambak dan Konservasi di Pesisir Jeneponto ... 57

H. Kerangka Penelitian ... 64

I. Definisi Operasional... 65

BAB IV Gambaran Umum A. Gambaran Umum Kabupaten Jeneponto ... 68

1. Kondisi Geografis ... 68

2. Wilayah Administrasi ... 68

3. Topografi ... 70

(13)

xiii

4. Jenis Tanah ... 70

5. Hidrologi ... 71

6. Klimatologi ... 71

7. Kependudukan ... 74

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 76

1. Kondisi Geografis ... 77

2. Wilayah Administrasi... 77

3. Kependudukan... 79

4. Kepadatan Penduduk ... 81

C. Arahan Tata Ruang Kabupaten Jeneponto ... 82

1. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Jeneponto ... 82

2. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Jenepono ... 86

3. Rencana Pola Ruang Kabupaten Jenepont ... 89

BAB V Analisis dan Pembahasan A. Analisis Karakteristik Kawasan Pesisir di Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto ... 94

1. Kemiringan Lereng ... 94

2. Geomorfologi (Tekstur Tanah) ... 94

3. Daerah Rawan banjir ... 95

4. Jenis Tanah ... 95

5. Daerah Aliran Sungai ... 101

6. Penggunaan Lahan ... 101

7. Vegetasi ... 102

8. Kawasan Permukiman ... 105

9. Kawasan Tambak ... 112

10. Kawasan Konservasi ... 116

B. Analisis Kesesuaian Lahan Pemrukiman, Tambak dan Konservasi ... 121

1. Kesesuaian Lahan Permukiman ... 121

2. Kesesuaian Lahan Tambak ... 141

3. Kesesuaian Lahan Konservasi ... 160

4. Evaluasi Kesesuaian Lahan Gabungan ... 179

(14)

xiv BAB V Analisis dan Pembahasan

A. Kesimpulan ... 188 B. Saran ... 189 DAFTAR PUSTAKA ... 191

(15)

xv DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Parameter Kawasan Konservasi/Lindung ... 20

Tabel 2.2 Kesesuaian Lahan Konservasi berdasarkan Adiprima dan Sudradjat (2012) ... 21

Tabel 2.3 Parameter Kesesuaian Lahan Konservasi berdasarkan Permen PU No 41(2007) ... 21

Tabel 2.4 Parameter Kesesuaian Lahan Konservasi berdasarkan Modifikasi Peneliti(2017) ... 22

Tabel 2.5 Parameter Kawasan Tambak (Kementrian Kelautan dan Perikanan RI) ... 24

Tabel 2.6 Parameter Kesesuaian Lahan Tambak (Adiprima dan Sudradjat,2012) ... 24

Tabel 2.7 Parameter Kesesuaian Lahan Tambak (Syaugy, Siregar dan Arhatin,2012)... 24

Tabel 2.8 Parameter Kesesuaian Lahan Tambak (Modifikasi Penelitian,2017)... 25

Tabel 2.9 Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman (Adiprima dan Sudradjat,2012) ... 29

Tabel 2.10 Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman (Institut Teknologi Sepuluh November, 2017) ... 29

Tabel 2.11 Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman (Fakultas Geologi UMS, 2009) ... 31

Tabel 2.12 Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman (Modifikasi Penelitian,2017)... 32

Tabel 2.13 Penelitian Terdahulu... 44

Tabel 3.1 Variabel Penelitian ... 54

Tabel 3.2 Parameter Kesesuaian Lahan Permukiman ... 55

Tabel 3.3 Skala Perbandingan Secara berpasangan untuk Lahan Konservasi ... 58

Tabel 3.4 Parameter Kesesuaian Lahan Tambak ... 60

Tabel 3.5 Kesesuaian lahan Konservasi ... 61

(16)

xvi Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Jeneponto

Menurut Kecamatan,2016 ... 68

Tabel 4.2 Penduduk Kabupaten Jeneponto Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, 2016 ... 74

Tabel 4.3 Presentase dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto, 2016 ... 75

Tabel 4.4 Penduduk Kabupaten Jeneponto Dirinci Menurut Kecamatan, 2010-2016 ... 76

Tabel 4.5 Luas Wilayah Kecamatan Bangkala Menurut Desa / Kelurahan,2015 ... 77

Tabel 4.6 Luas Wilayah Kecamatan Tamalatea Menurut Desa / Kelurahan,2015 ... 78

Tabel 4.7 Penduduk Kecamatan Bangkala Dirinci Menurut Kecamatan, 2011-2015 ... 79

Tabel 4.8 Kepadatan Penduduk Kecamatan Bangkala Dirinci Menurut Kecamatan, 2011-2015 ... 80

Tabel 4.9 Penduduk Kecamatan Tamalatea Dirinci Menurut Kecamatan, 2011-2015 ... 80

Tabel 4.10 Kepadatan Penduduk Kecamatan Tamalatea Dirinci Menurut Kecamatan, 2011-2015 ... 81

Tabel 5.1 Guna Lahan dan Luasan Pesisir Jeneponto ... 101

Tabel 5.2 Gambar Eksisting Permukiman ... 105

Tabel 5.3 Gambar Eksisting Tambak ... 112

Tabel 5.4 Gambar Eksisting Kawasan Konservasi... 116

Tabel 5.5 Kriteria Kesesuaian Lahan Permukiman ... 122

Tabel 5.6 Penilaian Kriteria Kemiringan Lereng ... 127

Tabel 5.7 Penilaian Kriteria Tekstur Tanah ... 127

Tabel 5.8 Penilaian Kriteria Jarak dari Daerah Banjir ... 131

Tabel 5.9 Penilaian Kriteria Jarak dari Pasang tertinggi ... 132

Tabel 5.10 Penilaian Kriteria Jarak dari Zona Resapan Air ... 133

Tabel 5.11 Skor Min dan Skor Maks Kesesuaian Lahan Permukiman ... 137

Tabel 5.12 Kelas Kesesuaian Lahan Permukiman ... 138

(17)

xvii

Tabel 5.13 Indikator Kesesuaian Lahan Permukiman ... 139

Tabel 5.14 Kesesuaian lahan permukiman di Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea ... 141

Tabel 5.15 Kriteria Kesesuaian Lahan Tambak ... 143

Tabel 5.16 Penilaian Kriteria Jenis Tanah ... 147

Tabel 5.17 Penilaian Kriteria Kemiringan Lereng ... 149

Tabel 5.18 Penilaian Kriteria Jarak dari Sungai ... 150

Tabel 5.19 Penilaian Kriteria Jarak dari Pantai ... 150

Tabel 5.20 Penilaian Kriteria Jarak dari Pantai ... 154

Tabel 5.21 Skor Min dan Skor Maks Kesesuaian Lahan Tambak ... 156

Tabel 5.22 Kelas Kesuaian Lahan Tambak ... 157

Tabel 5.23 Indikator Keseuaian Lahan Tambak... 158

Tabel 5.24 Kesesuaian lahan Tambak di Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea ... 160

Tabel 5.25 Kriteria Kesesuaian Lahan Konservasi ... 161

Tabel 5.26 Penilaian Kriteria Jenis Tanah ... 166

Tabel 5.27 Penilaian Kriteria Vegetasi ... 168

Tabel 5.28 Penilaian Kriteria Guna Lahan ... 168

Tabel 5.29 Penilaian Kriteria Kemiringan Lereng ... 169

Tabel 5.30 Penilaian Kriteria Jarak dari Zona Resapan Air ... 170

Tabel 5.31 Skor Min dan Skor Maks Kesesuaian Lahan Konservasi ... 175

Tabel 5.32 Kelas Kesesuaian Lahan Permukiman ... 176

Tabel 5.33 Indikator Keseuaian Lahan Konservasi ... 177

Tabel 5.34 Kesesuaian lahan Konservasi di Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea ... 179

Tabel 5.35 Kesesuaian Lahan Gabungan Mengunakan AHP ... 184

Tabel 5.36 Tabel Tingkat Blank pada Peta Kesesuaian Lahan ... 186

(18)

xviii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lahan Mangrove yang Mulai Berkurang Akibat Konversi

Menjadi Tambak ... 3

Gambar 1.2 Peta Orientasi Kecamatan Bangkala dan Tamalatea terhadap Kabupaten Jeneponto ... 5

Gambar 1.3 Peta Orientasi Kawasan Penelitian terhadap Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto ... 6

Gambar 2.1 Struktur Hirarki ... 39

Gambar 2.2 Skema Kerangka Berpikir... 47

Gambar 3.1 Peta Lokasi/ Kawasan Penelitian ... 50

Gambar 3.2 Ilustrasi Analisis Overlay ... 62

Gambar 3.3 Skema Kerangka Penelitian ... 66

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Jeneponto ... 69

Gambar 4.2 Grafik Persentase Luas Wilayah Kecamatan Terhadap Luas Kabupaten Jeneponto 2016 ... 70

Gambar 4.3 Peta Curah Hujan Kabupaten Jeneponto ... 72

Gambar 4.4 Peta DAS (Daerah Aliran Sungai) Kabupaten Jeneponto ... 73

Gambar 5.1 Peta Kemirirngan Lereng ... 96

Gambar 5.2 Peta Tekstur Tanah ... 97

Gambar 5.3 Peta Daerah Banjir ... 98

Gambar 5.4 Peta Jenis Tanah ... 99

Gambar 5.5 Peta Aliran Sungai (DAS) ... 100

Gambar 5.6 Tambak Garam ... 102

Gambar 5.7 (a)Penggunaan Lahan di Pesisir Jeneponto (b) Permukiman di Sekitar Mangrove ... 102

Gambar 5.8 Vegetasi Kelapa ... 102

Gambar 5.9 Peta Penggunaan Lahan (DAS) ... 103

Gambar 5.10 Peta Vegetasi Kelapa ... 104

Gambar 5.11 Peta Sebaran Permukiman di Lokasi Penelitian ... 111

Gambar 5.12 Peta Sebaran Tambak di Lokasi Penelitian ... 115

Gambar 5.13 Peta Daerah Konservasi di Lokasi Penelitian ... 120

(19)

xix Gambar 5.14 Skema Tahapan Analisis Kesesuaian Lahan

Permukiman di Kec. Bangkala dan Kec. Tamalatea,

Kabupaten Jeneponto ... 121

Gambar 5.15 Penetuan Bobot ... 123

Gambar 5.16 Nilai Responden Akademisi 1 ... 124

Gambar 5.17 Nilai Responden Akademisi 2 ... 124

Gambar 5.18 Nilai Responden Akademisi 3 ... 125

Gambar 5.19 Nilai Responden Pemerintah ... 125

Gambar 5.20 Nilai Hasil Gabungan Responden ... 126

Gambar 5.21 Peta Parameter Kemiringan Lereng di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Permukiman ... 129

Gambar 5.22 Peta Parameter Tekstur Tanah di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Permukiman ... 130

Gambar 5.23 Peta Parameter Jarak dari Daerah Banjir di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Permukiman ... 134

Gambar 5.24 Peta Parameter Jarak dari Pasang Tertinggi di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Permukiman ... 135

Gambar 5.25 Peta Parameter Zona Resapan Air di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Permukiman ... 136

Gambar 5.26 Peta Kesesuaian Lahan Permukiman ... 140

Gambar 5.27 Skema Tahapan Analisis Kesesuaian Lahan Tambak di Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea Jeneponto ... 142

Gambar 5.28 Penetuan Bobot ... 143

Gambar 5.29 Nilai Responden Akademisi 1 ... 144

Gambar 5.30 Nilai Responden Akademisi 2 ... 144

Gambar 5.31 Nilai Responden Masyarakat ... 145

Gambar 5.32 Nilai Responden Pemerintah ... 146

Gambar 5.33 Nilai Hasil Gabungan Responden ... 146

Gambar 5.34 Peta Parameter Jenis Tanah di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Tambak ... 148 Gambar 5.35 Peta Parameter Kemiringan Lereng di Lokasi Penelitian

(20)

xx

untuk Kesesuaian Lahan Tambak ... 151

Gambar 5.36 Peta Parameter Jarak dari Sungai di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Tambak ... 152

Gambar 5.37 Peta Parameter Jarak dari Pantai di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Tambak ... 153

Gambar 5.38 Peta Parameter Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Tambak ... 155

Gambar 5.39 Peta Kesesuaian Lahan Tambak ... 159

Gambar 5.40 Skema Tahapan Analisis Kesesuaian Lahan Konservasi di Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea, Jeneponto .. 161

Gambar 5.41 Penetuan Bobot ... 162

Gambar 5.42 Nilai Responden Akademisi 1 ... 163

Gambar 5.43 Nilai Responden Akademisi 2 ... 164

Gambar 5.44 Nilai Responden Masyarakat ... 164

Gambar 5.45 Nilai Responden Pemerintah ... 165

Gambar 5.46 Nilai Hasil Gabungan Responden ... 165

Gambar 5.48 Peta Parameter Jenis Tanah di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Konservasi ... 167

Gambar 5.48 Peta Parameter Vegetasi di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Konservasi ... 171

Gambar 5.49 Peta Parameter Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Konservasi ... 172

Gambar 5.50 Peta Parameter Kemiringan Lereng di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Konservasi ... 173

Gambar 5.51 Peta Parameter Resapan Air di Lokasi Penelitian untuk Kesesuaian Lahan Konservasi ... 174

Gambar 5.52 Peta Parameter Kesesuaian Lahan Lahan Konservasi ... 178

Gambar 5.53 Nilai Responden Akademisi 1 ... 180

Gambar 5.54 Nilai Responden Akademisi 2 ... 180

Gambar 5.55 Nilai Responden Masyarakat ... 181

Gambar 5.56 Nilai Responden Pemerintah ... 181

(21)

xxi Gambar 5.57 Nilai Hasil Gabungan Responden ... 181 Gambar 5.58 Peta Parameter Kesesuaian Lahan Gabungan... 183

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menurut undang-undang nomor 1 tahun 2014 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Batasan wilayah pesisir, kearah daratan mencakup wilayah administrasi daratan dan kearah perairan laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai, maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas yaitu batas yang sejajar garis pantai dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai.

Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan kepentingan dan ketergantungan manusia pada lahan semakin meningkat pula, yaitu: peningkatan infrastruktur, usaha pertanian, tambak maupun usaha-usaha dibidang lainnya.

Usaha-usaha tersebut memerlukan lahan sebagai tempat untuk melaksanakan pembangunan.

Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik untuk keperluan produksi pertanian, tambak, perkebunan, industri jasa, permukiman, pengembangan kawasan maupun untuk keperluan lainnya mendorong pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan lahan yang paling menguntungkan dari sumber daya lahan yang terbatas.

Pesisir merupakan wilayah yang rentan terhadap perubahan, baik perubahan yang terjadi karena proses alami dan perubahan karena campur tangan manusia.

Kegiatan-kegiatan di kawasan pesisir seperti perikanan tangkap, perikanan budidaya (tambak), pelabuhan, pariwisata, permukiman dan suaka alam dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan geomorfologi kawasan pesisir.

Konversi lahan dan pemanfaatan lahan di kawasan pesisir menjadi salah satu penyebab utama terjadinya permasalahan pada kawasan pesisir yang mempengaruhi penyimpangan tata guna lahan di kawasan tersebut (Adiprima dan Sudradjat, 2012).

Kabupaten Jeneponto memiliki wilayah yang lengkap, yakni memiliki daratan dengan bentangan yang sangat bervariasi (daerah datar, bergelombang, hingga bergunung). Selain itu wilayah Kabupaten Jeneponto memiliki laut dan

(23)

2

pesisir di bagian Selatan, dengan garis pantainya yang cukup panjang (114 km) dan laut yang sangat kaya akan sumberdaya alam hayati dan non-hayati. Kondisi topografi yang begitu beragam, maka selain potensi ekonominya yang besar juga ada ancaman kerusakan potensi sumberdaya tersebut jika tidak dilakukan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang secara hati-hati.

Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi pesisir dan kelautan yang sangat besar, seperti budidaya rumput laut dan penghasil garam. Selain itu, berdasarkan data Buku Putih Jeneponto, di Kabupaten Jeneponto terdapat potensi hutan mangrove, yang terutama menyebar di wilayah Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea, dengan total luasan 206 ha. Hutan Mangrove di wilayah ini cukup banyak yang telah dikonversi menjadi tambak dan permukiman. Selain itu di pesisir Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea merupakan kawasan bencana banjir.

Konversi hutan mangrove untuk pertambakan, permukiman, pelabuhan, tempat rekreasi/wisata, kawasan industri atau peruntukan lainnya mempunyai dampak yang luar biasa terhadap ekosistem wilayah pesisir. Konversi lahan ini akan menyebabkan terjadinya abrasi, intrusi air laut, banjir/rob yang selanjutnya akan menimbulkan degradasi lingkungan. Dengan rusaknya ekosistem wilayah pesisir maka kegiatan budidaya perikanan tambak akan tidak bisa berjalan dengan optimal yang akhirnya akan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat wilayah pesisir (Meiwulan, 2016).

Fenomena seperti diatas mendorong berkembangnya pemikiran para ahli, tentang perlunya suatu perencanaan penggunaan lahan dan penataan kembali penggunaan lahan agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan efisien. Dengan demikian, perlu dilakukan penelititan di kawasan pesisir Jeneponto. Khususnya di Kecamatan Bangkala dan Tamalatea untuk mengetahui pemanfaatan lahan dan kesesuaiannya agar tidak terjadi penyimpangan penggunaan lahan kedepannya sehingga dapat mengurangi dampak terhadap ekosistem wilayah pesisir dan juga lingkungan.

(24)

3

Gambar 1.1 Lahan Mangrove yang Mulai Berkurang Akibat Konversi Menjadi Tambak

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik kawasan pesisir di wilayah Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto?

2. Bagaimana kesesuaian lahan permukiman, tambak dan konservasi di wilayah pesisir Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea menggunakan metode SMCA?

1 2

2002 2016

2002 2016

(25)

4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengidentifikasi karakteristik eksisting kawasan pesisir di wilayah Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto.

b. Menganalisis kesesuaian lahan permukiman, tambak dan konservasi di kawasan pesisir Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea menggunakan metode SMCA.

2. Manfaat penelitian ini adalah:

Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang kesesuaian lahan permukiman, tambak dan konservasi di daerah pesisir.

2) Menjadi pedoman atau sumber bacaan bagi peneliti selanjutnya.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Pembahasan pada ruang lingkup terdiri dari dua bagian, yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Ruang lingkup wilayah mencakup batas wilayah studi yang berupa batas administratif, sedangkan ruang lingkup materi merupakan batasan pembahasan substansi studi.

1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah penelitian adalah mencakup wilayah pesisir di Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea yang meliputi sebagian wilayah Kabupaten Jeneponto.

2. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi pada peneitian ini adalah membahas kondisi eksisting pemanfaatan lahan dan evaluasi kesesuaian tutupan lahan permukiman, tambak dan konservasi di pesisir Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea menggunakan metode SMCA.

(26)

5 Gambar 1.2 Peta Orientasi Kecamatan Bangkala dan Tamalatea terhadap Kabupaten Jeneponto

Sumber Penulis, 2016

(27)

6 Gambar 1.3 Peta Orientasi Kawasan penelitian terhadap Kecamatan Bangkala dan Kecamatan Tamalatea

Kabupaten Jeneponto Sumber Penulis, 2016

(28)

7 E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca memahami alur penulisan pada penelitian ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut:

Bagian Pertama, merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, dan sistematika penulisan.

Bagian Kedua, merupakan bab tinjauan pustaka yang berisikan teori-teori yang melandasi dan berkaitan dengan pelaksanaan penelitian, studi banding, peneliti sebelumnya, dan kerangka konsep penelitian.

Bagian Ketiga, merupakan bab metode penelitian yang berisi tentang jenis penelitian, waktu dan lokasi penelitian, jenis dan kebutuhan data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan teknik analisis data.

Bagian Keempat, berisikan bab gambaran umum yang berisi tentang gambaran umum wilayah Kabupaten serta gambaran umum wilayah penelitian.

Bagian Kelima, merupakan bab analisis dan pembahasan yang berisi tentang analisis karakteristik wilayah penelitian dan analisis kesesuaian lahan berdasarkan bobot dari parameter untuk kesesuaian lahan permukiman, tambak dan konservasi di pesisir jeneponto dan pembahasan mengenai evaluasi kesesuaian lahan di pesisir jeneponto

Bagian Keenam, merupakan bab penutup berisi tentang Kesimpulan dan Saran

(29)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pemanfaatan Kawasan Pesisir

1. Definisi Pesisir

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

Wilayah pesisir didefinisikan sebagai pertemuan antara daratan dan lautan bebas dan juga merupakan sebagai wilayah transitional (Kay,2000; Linden, 2004; OECD, 1993).

Menurut Soegiarto (1976) bahwa wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat air laut seperti pasang surut air laut, dan perembesan air asin.

Sedangkan ke arah laut, wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi, dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat, seperti penggundulan hutan dan pencemaran.

Definisi wilayah pesisir ialah pertemuan antara darat dan laut yang masih dipengaruhi oleh sifat, proses maupun aktifitas yang terjadi di darat dan laut.

2. Batasan Wilayah Pesisir

Menurut UU No. 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, batasan wilayah pesisir, ke arah daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan laguna. Apabila ditinjau dari garis pantai (coastline), maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas (boundaries) yaitu batas yang sejajar garis pantai (longshore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (crossshore).

Belum ada ukuran baku mengenai batas ke arah darat dan ke arah laut dari wilayah pesisir. Namun, banyak definisi mengenai arti dan batasan wilayah pesisir yang telah dibuat pakar-pakar ilmu kelautan dan pesisir dunia. Di antaranya yang

(30)

9

terkenal yakni yang dirumuskan Sorensen dan McCreary. Definisi kawasan pesisir dalam “Institutional Arrangement for Managing Coastal Resource and Environments” ialah sebagai perbatasan atau ruang tempat berubahnya dua lingkungan utama, yaitu laut dan daratan.

Berdasarkan ketentuan pasal 3 UU No.6 tahun 1996 tentang perairan Indonesia, wilayah perairan Indonesia mencakup;

1. Laut territorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 mil laut diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia,

2. Perairan Kepulauan, adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam garis pangkal lurus kepulauan tanpa memperhatikan kedalaman dan jarak dari pantai,

3. Perairan Pedalaman adalah semua perairan yang terletak pada sisi darat dari garis air rendah dari pantai-pantai Indonesia, termasuk didalamnya semua bagian dari perairan yang terletak pada sisi darat pada suatu garis penutup.

Batasan wilayah pesisir adalah ke arah laut sejauh 12 mil diukur dari garis pantai dan belum ada ukuran baku untuk batasan wilayah pesisir kearah darat.

B. Kesesuaian Lahan 1. Lahan

a. Pengertian Lahan

Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks sehingga membutuhkan penataan secara baik. Dalam pengelolaan lahan, harus dapat dibedakan secara seksama antara lahan sebagai sumberdaya (resources) dan lahan sebagai lingkungan (environment). Sebagai sumber daya, lahan bersifat dapat didayagunakan secara optimal (utilitarian dan anthropic) untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan harus di tempatkan tidak hanya dalam konteks fisiknya, akan tetapi juga dalam perspektif ekonomi, sosial, budaya, politik, administrasi, dan teknologi (Conacher :2000, dalam Iqsan: 2016:6).

Lahan sebagai komponen lingkungan, memiliki keterbatasan daya dukung (carrying capacity), sehingga aktivitas pembangunan sepatutnya dibatasi pada ambang batas (critical threshold) tertentu. Dengan demikian, dalam penatagunaan lahan, diperlukan aktivitas-aktivitas yang dapat memperkaya hubungan-hubungan yang menguntungkan serta meminimalisasi yang merugikan antara sistem sumber

(31)

10

daya (resource system) dan lingkungannya, dan mengupayakan tercapainya keadaan sistem lingkungan (environmental system) yang diinginkan. Hal tersebut harus dilakukan sejalan dengan respon dari keinginan (wants) dan kebutuhan (needs) masyarakat sebagai salah satu pilar pengembangan wilayah (Baja: 2012, dalam Iqsan: 2016).

Menurut Baja (2012, dalam iqsan: 2016:6), Lahan selalu dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam pemanfaatan tanah, sehingga dapat bersifat stabil atau labil tergantung dari sifat-sifat tanah, siklus yang terjadi di alam, dan factor-faktor lain yang berhubungan. Dalam perspektif perencanaan tata guna lahan, lahan (land) menurut Dent dan Young dalam Iqsan (2016) dapat didefinisikan sebagai ruang yang terdiri dari seluruh elemen lingkungan fisik sejauh memiliki potensi dan pengaruh terhadap penggunaan lahan.

Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Termasuk didalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia, baik pada masa lalu maupun sekarang, seperti reklamasi daerah-daerah pantai, penebangan hutan, dan akibat-akibat yang merugikan seperti erosi dan akumulasi garam (Widiatmaka, 2011:19)

Menurut Dardak, (2005 dalam Iqsan, 2016:7), lahan merupakan sumberdaya pembangunan yang memiliki karakteristik unik, yakni:

1. Luas relatif tetap karena perubahan luas akibat proses alami (sedimentasi) dan proses artifisial (reklamasi) sangat kecil;

2. Memiliki sifat fisik (jenis batuan, kandungan mineral, topografi, dsb) dengan kesesuaian dalam menampung kegiatan masyarakat yang cenderung spesifik.

Oleh karena itu lahan perlu diarahkan untuk dimanfaatkan bagi kegiatan yang paling sesuai dengan sifat fisiknya serta dikelola agar mampu menampung kegiatan masyarakat yang terus berkembang.

Dalam hal lahan sebagai komponen lingkungan, ada keterbatasan daya dukung (carrying capacity), sehingga aktivitas pembangunan sepatutnya dibatasi pada ambang batas (Critical threshold) tertentu. Dengan demikian, dalam penatagunaan lahan, diperlukan aktivitas-aktivitas yang dapat memperkaya hubungan-hubungan yang menguntungkan serta meminimalisasi yang merugikan

(32)

11

antara sistem sumber daya (resource system) dan lingkungannya. Dan mengupayakan tercapainya keadaan sistem lingkungan (environmental System) yang diinginkan. Hal tersebut harus dilakukan sejalan dengan respons keinginan (wants) dan kebutuhan (needs) masyarakat sebagai salah satu pilar pengembangan wilayah.

Definisi lahan ialah lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta yang ada di atasnya yang berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Dalam penataannya perlu dimanfaatkan dan dikelola dengan baik.

b. Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan

Menurut Baja (2012:10 dalam Iqsan 2016:7) Penggunaan lahan (land use) berkaitan dengan jenis pengelolaan lahan yang ditetapkan pada suatu jenis pengelolaan lahan yang diterapkan pada suatu satuan lahan. Penggunaan lahan sebagai salah satu produk kegiatan manusia di permukaan bumi memang menunjukkan variasi yang sangat besar, baik di dalam kota lokal maupun di dalam kota regional. Pemahaman bentuk-bentuk penggunaan lahan yang mewarnai daerah terbangun (built-up area), daerah peralihan kota-desa serta daerah pedesaan sendiri merupakan suatu hal prinsipil untuk melakukan diferensiasi struktur keruangannya (Hadi, 1999:162 dalam Iqsan 2016:7).

Menurut Su Ritohardoyo, (2002 dalam Iqsan:7) penggunaan lahan adalah interaksi manusia dan lingkungannya dimana fokus lingkungan adalah lahan, sedangkan sikap dan tanggap kebijakan manusia terhadap lahan akan menentukan langkah-langkah aktivitasnya, sehingga akan meninggalkan bekas di atas lahan sebagai bentuk penggunaan lahan.

Terdapat perbedaan mendasar antara penggunaan lahan (land use) dan (tutupan lahan (land cover). Menurut Baja (2012;78 dalam Iqsan 2016:8) penggunaan lahan berkaitan dengan kreativitas manusia yang secara langsung berhubungan dengan lahan, dimana terjadi penggunaan dan pemanfaatan lahan dan sumber daya yang ada serta menyebabkan dampak pada lahan. Produksi tanaman, tanaman kehutanan, permukiman perumahan adalah bentuk dari penggunaan lahan.

Sedangkan penutupan lahan berhubungan dengan vegetasi (alam atau ditanam) atau konstruksi oleh manusia (bangunan, dan lain-lain) yang menutupi permukaan tanah.

Sebagai contoh, hutan, padang rumput, tanaman pertanian, rumah merupakan

(33)

12

penutupan lahan. Penutupan lahan adalah fakta dari fenomena sederhana yang dapat diamati di lapangan.

Tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat diamati merupakan suatu hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia yang dilakukan pada jenis penutup lahan tertentu untuk melakukan kegiatan produksi, perubahan, ataupun perawatan pada penutup lahan tersebut (Badan Standarisasi Nasional, 2010).

Karena adanya kesulitan untuk memisahkan kedua istilah tersebut (dan kebanyakan ternyata ekivalen), maka umumnya untuk studi pada skala semidetail atau yang skalanya lebih kecil, terutama pada pemanfaatan data penginderaan jauh, istilah penggunaan lahan dan penutupan lahan biasanya dipadukan: misalnya dengan penyebutan “peta penggunaan lahan/penutupan lahan” atau land use/land cover (Baja, 2012:78 dalam Iqsan 2016:8).

Kelas penutupan lahan dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu daerah vegetasi dan daerah tak bervegetasi. Semua kelas penutupan lahan dalam kategori diturunkan dari pendekatan konseptual struktur fisiognomi yang konsisten dari bentuk tumbuhan, bentuk tutupan dan tinggi tumbuhan. Sedangkan dalam kategori tak bervegetasi, pendetailan kelas mengacu pada aspek permukaan tutupan, distribusi atau kepadatan, dan ketinggian atau kedalaman obyek (Badan Standarisasi Nasional, 2010).

Klasifikasi penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi adalah supaya data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah dipahami. Pengelompokan obyek-obyek ke dalam kelas-kelas berdasarkan persamaan dalam sifatnya, atau kaitan antara obyek-obyek tersebut disebut dengan klasifikasi. Sistem klasifikasi yang digunakan adalah klasifikasi penggunaan lahan menurut Malingreau dan Christiani (1981 dalam Iqsan 2016:9).

2. Kesesuaian Lahan

a. Pengertian Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu jenis lahan untuk penggunaan tertentu. Kecocokan tersebut dinilai berdasarkan analisis kualitas lahan sehubungan dengan persyaratan suatu jenis penggunaan tertentu, sehingga kualitas yang baik

(34)

13

memberikan nilai lahan atau kelas yang terhadap jenis penggunaan tertentu.

Penilaian ini dilakukan dapat saja mengacu pada kondisi sekarang atau didasarkan pada kondisi setelah dilakukan perbaikan terhadap kualitas lahan. Yang pertama disebut sebagai kesesuaian sekarang atau kesesuaian aktual (actual suitabilty), sementara yang kedua adalah kesesuaian potensial (potential suitabilty). Dengan demikian, tingkatan atau kelas kesesuaian lahan terhadap penggunaan tertentu tidak permanen; kelas kesesuaian dapat berubah setelah dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap faktor pembatas utama. Selanjutnya, dalam evaluasi kesesuaian lahan, sering dijumpai kondisi dimana kualitas lahan tidak relevan dengan prasyarat penggunaan lahan yang dianalisis. Disini, kesesuaian lahan tidak perlu dievaluasi lebih lanjut, dan satuan lahan tersebut diberi simbol (pada peta) ‘tidak relevan’

(FAO: 1976 dalam Baja: 2012).

b. Tujuan Kesesuaian Lahan

Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna lahan. Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk tipe penggunaan lahan tersebut (Wisiatmaka,2011).

Menurut FAO (1976) tujuan evaluasi adalah menentukan nilai lahan untuk tujuan tertentu, langkah dalam evaluasi lahan setelah menetapkan tujuan adalah menetapkan faktor penciri. Faktor tersebut merupakan sifat lahan yang mempunyai hubungan erat dengan tujuan evaluasi.

c. Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan

Menurut Hauzing, (1986 dalam Iqsan,2016) Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan-bahan pertimbangan untuk menentukan atau membuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis. Dalam mengevaluasi lahan terdapat 3 metode, berikut ini adalah metode evaluasi lahan:

(35)

14

1) Metode Pemerian (Description)

Metode pemerian merupakan salah suatu cara membeberkan atau melukiskan dalam kalimat mengenai suatu hal berdasarkan karakteristik lahan tersebut.

2) Metode Pengharkatan (Scoring)

Metode pengharkatan merupakan suatu cara dalam satu cara melakukan penilaian dengan menilai potensi lahan dengan memberikan harkat pada setiap parameter lahan, sehingga dapat diperoleh kelas kesesuaian lahan berdasarkan perhitungan harkat dari setiap parameter lahan.

3) Metode Perbandingan atau Pencocokan (Matching)

Metode perbandingan merupakan suatu metode dengan jalan mengevaluasi kesesuaian lahan dengan jalan mencocokkan serta memperundingkan antara karakteristik lahan. Sehingga diperoleh potensi setiap suatu lahan tertentu, metode ini biasa dilakukan dengan teknik Tabulabis. Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam proses matching meliputi:

a) Kualitas lahan pada setiap satuan pemetaan lahan.

b) Kualitas lahan untuk setiap penggunaan lahan.

c) Rating penggunaan lahan.

Macam matching adalah sebagai berikut:

1) Weight factor matching, adalah teknik matching untuk mendapatkan faktor pembatas dan kelas kesesuaian lahan.

2) Arithmatic matching, adalah teknik matching dengan mempertimbangkan faktor yang dominan sebagai penentu kelas kesesuaian lahan.

3) Subjective matching, adalah teknik matching dengan mempertimbangkan subyektivitas dalam menentukan kelas kesesuaian lahan (Hauzing, 1986 dalam Iqsan, 2016).

Berdasarkan metode-metode evaluasi diatas, penulis menggunakan salah satu metode yakni metode pengharkatan (scoring) dalam mengevaluasi kesesuaian lahan permukiman, tambak dan konservasi.

(36)

15

Metode Fao dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif, tergantung dari data yang tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini mengenal 4 (empat) kategori, yaitu:

• Ordo : menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu;

• Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan

• Sub-Kelas : menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan dalam masing-masing kelas;

• Unit : menunjukkan perbedaan-perbedaan besarnya faktor penghambat yang berpengaruh dalam pengelolaan suatu sub-kelas.

Dalam penelitian ini menggunakan kesesuaian lahan pada tingkat kelas. Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo dan menunjukkan tingkat kesesuaian dari ordo tersebut. Kelas diberi nomor urut yang ditulis dibelakang symbol ordo, dimana nomor ini menunjukkan tingkat kelas yang makin jelek bila makin tinggi nomornya.

Banyaknya kelas dalam setiap ordo sebelumnya tidak terbatas, akan tetapi dianjurkan hanya memakai tiga sampai lima kelas dalam ordo S dan dua kelas dalam ordo N. Jumlah kelas tersebut harus didasarkan kepada keperluan minimum untuk mencapai tujuan-tujuan penafsiran. Jika tiga kelas yang dipakai dalam ordo S dan dua kelas yang dipakai dalam ordo N, maka pembagian serta definisinya secara kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Kelas S1: sangat sesuai (highly suitable). Lahan tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau hanya mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksi dan tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa diberikan.

2. Kelas S2: cukup sesuai (moderately suitable). Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahanakan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produk atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.

(37)

16

3. Kelas S3: sesuai marginal (marginally suitable). Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkann masukan yang diperlukan.

4. Kelas N1: tidak sesuai pada saat ini (currently not suitable). Lahan mempunyai pembatas yang lebih besar masih memungkinkan diatasi, tetapi tidak dapat diperbaiki dengan tingkat engelolaan dengan modal normal. Keadaan pembatas sedemikian besarnya , sehingga mencegah penggunaan lahan yang lestari dala jangka panjang.

5. Kelas N2: tidak sesuai untuk selamanya (permanently not suitable).

Lahan mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.

d. Klasifikasi Penggunaan Lahan

Kawasan Lindung dan Kawasan budidaya merupakan dua hal penting dalam penataan ruang. Peruntukkan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi ruang untuk fungsi lindung dan peruntukkan ruang untuk fungsi budidaya. Menurut Undang- Undang No 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang bahwa pembagian kawasan terbagi atas dua yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya.

1) Kawasan Lindung

Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan (Muta’ ali,2013:85). Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembagunan berkelanjutan.

Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990, kawasan lindung terdiri atas:

a) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya (1) Kawasan hutan lindung

(2) Kawasan bergambut (3) Kawasan resapan air

(38)

17

b) Kawasan perlindungan setempat (1) Sempadan Sungai

(2) Sempadan Pantai

(3) Kawasan sekitara waduk/danau (4) Kawasan sekitar mata air

c) Kawasan Suaka Alam dan Cagar budaya (1) Kawasan suaka alam

(2) Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya (3) Kawasan pantai berhutan bakau

(4) Taman nasional, Taman hutan raya, dan taman wisata alam (5) Kawasan cagar budaya ilmu pengetahuan

d) Kawasan Rawan Bencana Alam

2) Kawasan Budidaya

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41 tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya, kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan.

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41 tahun 2007, kawasan budidaya meliputi:

a) Kawasan Hutan Produksi

(1) Kawasan hutan produksi terbatas;

(2) Kawasan hutan produksi tetap;

(3) Kawasan hutan produksi konservasi;

(4) Kawasan hutan rakyat.

b) Kawasan Pertanian

(1) Kawasan tanaman pangan lahan basah;

(2) Kawasan tanaman pangan lahan kering;

(3) Kawasan tanaman tahunan/perkebunan;

(4) Kawasan peternakan;

(5) Kawasan perikanan darat;

(6) Kawasan perikanan air payau dan laut.

c) Kawasan Pertambangan

(39)

18

(1) Kawasan Pertambangan;

(2) Kawasan Perindustrian.

d) Kawasan Perindustrian e) Kawasan Pariwisata f) Kawasan Permukiman

g) Kawasan Perdagangan dan Jasa h) Kawasan Budidaya Lainnya

C. Kawasan konservasi 1. Pengertian

Menurut wikipedia (2009) bahwa konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, (en) conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan, Konservasi adalah:

a Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang sama tingkatannya.

b Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam

c Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan

d Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola, sementara keanekaragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan lingkungan alaminya.

2. Kategorisasi Kawasan Konservasi

Menurut UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya bahwa kategori kawasan konservasi, antara lain:

a Kawasan suaka alam (darat maupun perairan) yaitu cagar alam, suaka margasatwa.

b Kawasan pelestarian alam (darat maupun perairan) yaitu taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam.

c Cagar biosfir (UU 5/1990) yaitu area inti (core area), zona penyangga (buffer zone) dan area transisi (transition zone)

(40)

19

d Taman Buru (UU 41/1999).

3. Karakteristik Kawasan Konservasi

Kawasan konservasi mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a Karakteristik atau keunikan ekosistem (rain forest, dataran rendah, fauna pulau endemic, ekosistem pegunungan).

b Species khusus yang diminati, nilai, kelangkaan, atau terancam (badak, burung).

c Tempat yang memiliki keanekaragaman species.

d Landscape atau ciri geofisik yang bernilai estetik, scientik.

e Fungsi perlindungan hidrologi, tanah, air, dan iklim global.

f Fasilitas rekreasi alam, wisata, misalnya danau, pantai, satwa liar yang menarik.

Dasar Penetapan Kawasan Konservasi, yaitu:

a Habitat.

b Keendimisan dan keanekaan jenis.

c Biogeografi.

d Wilayah dan Luas kawasan.

e Faktor fisik dan manusia.

f Nilai Ekonomi.

Tabel 2.1 Parameter Kawasan Konservasi/Lindung

Jenis Kawasan Lindung Kriteria Penetapan/Parameter

Hutan Lindung Hutan dengan jumlah bobot >175 terhadap lereng, jenis tanah, intensitas hujan, lereng lebih dari 40%, ketinggian di atas 2000 m apl

Kawasan Bergambut Kawasan bergambut dengan ketebalan lebih dari 3 m, terletak di hulu atau rawa

Kawasan Resapan Air Hujan tinggi, tanah mudah diresapi air, bentuk yang memudahkan peresapan air banyak

Kawasan Sempadan Mata Air 200 m sekeliling mata air

Sempadan Sungai 5 m sebelah luar tanggul sungai, 100 meter dari tepi sungai besar tak bertanggul diluar permukiman, 50 meter dari tepi anak sungai tak bertanggul di luar permukiman

Kawasan Sempadan Danau atau Waduk 50-100 m dari tepi danau waktu pasang

Sempadan Pantai Daratan 100 m dari titik pasang tertinggi sepanjang pantai atau daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik

pantainya curam atau terjal

Kawasan Suaka Alam (Laut) Memilki keanekaragaan biota, ekosistem, gejala dan keunikan alam

(41)

20 Kawasan Suaka Margasatwa (Laut) Memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi, tempat

kehidupan satwa migran tertentu

Cagar Alam (Laut) memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe Ekosistemnya, kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum diganggu manusia, merupakan satu-satunya contoh dan membutuhkan konservasi

Kawasan Pantai Berhutan Bakau Lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah darat

Taman Nasional Luasan cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami, berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan satwa yang beragam, memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun jenis satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh, memiliki paling sedikit satu ekosistem yang terdapat di dalamnya yang secara materi atau fisik tidak boleh diubah baik oleh eksploitasi maupun pendudukan manusia

Taman Hutan Rakyat memiliki luas yang memungkinkan untuk pengembangan koleksi tumbuhan dan/atau satwa jenis asli dan/atau bukan asli; merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan, baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh maupun kawasan yang sudah berubah; memiliki keindahan alamdan/atau gejala alam Taman Wisata Aam memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan wisata alam; memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa dan ekosistemnya yang masih asli serta formasi geologi yang indah, unik, dan langka; memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata

Cagar Budaya Hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan Sumber: RTRWN dan Permen PU no 41 Tahun 2007

Tabel 2.2 Parameter Kesesuaian Lahan Konservasi Menurut Adiprima

NO Parameter Kriteria Kelas

1 Tanah Entisol 3

Entisol 2

Nn-Entisol 1

2 Vegetasi Mangrove 3

Pinus 2

Kelapa 1

3 Penggunaan Lahan Cagar alam 3

Hutan pantai, taman wisata alam

2 Permukiman, pelabuhan 1 4 Zona Resapan Air Resapan air utama 3 Resapan air tambahan 2

Tidak berarti 1

Sumber: Adiprima dan Sudradjat, 2012

Tabel 2.3 Parameter Kesesuaian Lahan Konservasi Menurut Permen PU

NO Parameter Kriteria Keterangan Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menempatkan kembali peran dan fungsinya itu, terlebih dahulu perlu memberikan kategorisasi corak kecenderungan paham dan gerakan keagamaan yang ada di masyarakat, dari

Uji analisis sidik ragam residu nitrit daging sapi asap (pprn) pada.. Nilai rata-rata perubahan hedonik tekstur pada perlakuan lama kuring (A), jenis bahan bakar (B) dan

Nyeri akut berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan, definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan

Pemaparan di atas menjadi suatu dasar pemikiran bahwa penerapan strategi pembelajaran konflik kognitif diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep kimia organik

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu penggunaan media peta sebagai media pembelajaran pada

Berkas- berkas cahaya yang tiba di layar akan mengalami interferensi konstruktif dan destruktif juga sehingga akan dihasilkan pola gelap terang tetapi dalam bentuk

Bahkan, dengan peran pemerintah yang sangat dominan, badan perwakilan rakyat dan partai politik tidak berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat

23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang