• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan

Aplikasi bakteri probiotik RICA diharapkan mampu mengurangi serangan penyakit vibriosis maupun penyakit bintik putih di tambak udang windu. Aplikasi bakteri probiotik RICA mampu meningkatkan sintasan dan produksi udang windu di tambak ekstensif, semi-intensif, maupun intensif apabila persiapan tambak, penebaran benur, serta pengelolaan pakan dan air dilakukan secara benar. Aplikasi bakteri probiotik di tambak udang windu milik rakyat masih perlu dikaji lebih lanjut pada berbagai sistem budidaya dan kondisi lingkungan yang berbeda.

Pada kondisi tambak Tanah Sulfat Masam (TSM) aplikasi probiotik perlu dibarengi dengan aplikasi kapur dolomit secara rutin sebanyak 3-5 ppm terutama menjelang atau sesudah hujan.`Untuk penggunaan pakan alami berupa Phronima yang berfungsi sebagai pakan awal dalam budidaya udang windu maupun budidaya udang vaname. Budidaya udang windu biasanya dilakukan masyarakat secara polikultur bersama ikan bandeng.

Pemanfaatan teknologi probiotik juga dapat meningkatkan produksi pakan alami, melalui perbaikan struktur tanah dan kualitas air tambak, sehingga dapat meningkatkan produksi budidaya udang di lahan tambak. Disamping itu pemanfaatan probiotik dapat mencegah timbulnya penyakit pada budidaya udang, dengan catatan bahwa perlakuan lainnya dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan kriteria Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB). Dilain pihak, pemanfaatan pakan alami berupa Phronima dalam budidaya udang windu dapat meningkatkan produksi udang dari tradisional menjadi tradisional plus. Disamping itu, dapat mengurangi biaya operasional dalam produksi udang windu. Pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi biaya produksi dan meningkatkan keuntungan usaha dalam budidaya udang windu di lahan tambak.

Dalam upaya penyebaran teknologi ini telah dihasilkan bahwa pesertanya berasal dari 3 dari 5 kecamatan pesisir di Kabupaten Pinrang yaitu Kecamatan Suppa, Kecamatan Mattiro Sommpe dan Kecamatan Lanrisang. Jumlah peserta seluruhnya adalah 90 orang. Tanggapan peserta terhadap upaya penyebaran teknologi ini baik dan sangat antusias.

Model kelembagaan penyebaran Iptek dalam meningkatkan kapasitas masyarakat kosmopolitan telah dibuat berdasarkan tiga paket kegiatan pertemuan yang dilakukan Kimbis Kabupaten Pinrang pada tahun 2014 dan evaluasi kegiatan pada tahun 2013. Beberapa komponen yang harus ada jika kelembagaan penyebaran iptek dalam meningkatkan kapasitas usaha masyarakat kosmo[olitan (pembudidaya udang) harus terlaksana. Beberapa komponen yang harus ada adalah sumber informasi, kelembagaan penyebaran inovasi (pelaksana), sarana dan alat penyebaran inovasi (alat bantu dan media), penerima informasi (masyarakat pembudidaya), respon penerima informasi (evaluasi pelaksanaan), penerapan teknologi oleh pengguna (adopsi teknologi), dan evaluasi penyebaran teknologi (difusi teknologi).

Tabel 13 menunjukkan bahwa rata-rata nilai wujud fisik Kimbis Kabupaten Pinrang adalah 3,43 yaitu berada pada kisaran nilai baik dan sangat baik. Sementara untuk struktur organisasi berada pada nilai rata-rata 2,17 yaitu berada kisaran cukup hingga baik. Kemudianm untuk pelaksanaan kegiatan berada pada nilai 3 yaitu termasuk baik. Sementara kelompok sasaran termasuk kategori baik dengan nilai 1,87m sementara output kegiatan berada pada nilai 3 yaitu termasuk kategori baik.

Kinerja Kimbis Kabupaten Pinrang yang didasarkan 5 indikator sesuai dengan petunjuk teknis KIMBis menunjukkan bahwa bernilai 2,69 yaitu termasuk kategori maju. Hal ini sesuai dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan Kimbis telah terlihat memiliki dampak terhadap peningkatan kapasitas usaha masyarakat yaitu mesyarakat pembudidaya udang yang telah berkembang menggunakan probiotik dan pakan alami Phroneima dalam budidaya udang di lahan tambak. Kemudian, juga mulai ada rintisan untuk menghasilkan wirausahawan baru terkait penjualan dan distribusi probiotik yang digunakan masyarakat pembudidaya udang.

Secara terinci rata-rata nilai wujud fisik Kimbis Kabupaten Pinrang adalah 3,43 yaitu berada pada kisaran nilai baik dan sangat baik. Sementara untuk struktur organisasi berada pada nilai rata-rata 2,17 yaitu berada kisaran cukup hingga baik. Kemudian untuk pelaksanaan kegiatan berada pada nilai 3 yaitu termasuk baik. Sementara kelompok sasaran termasuk kategori baik dengan nilai 1,87m sementara output kegiatan berada pada nilai 3 yaitu termasuk kategori baik. Sementara dari segi fungsi, Kimbis ini bernilai rata-rata 2,22 yaitu mulai efektif dalam berfungsi secara menyeluruh fungsi Kimbis.

7.2. Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat dikemukakan antara lain bahwa Phroneima sp merupakan hasil yang didapatkan dari lingkungan tambak yang berada di kecamatan Suppa jangan sampai petambak yang berada wilayah Kecamatan Suppa tidak mengenal dan tidak memanfaatkan Phroneima sp dalam upaya meningkatkan penghasilan mereka dalam budidaya udang windu. Sementara disisi lain Phroneima tersebut sudah mendunia dan dimanfaatkan oleh masyarakat petambak lainnya di luar kecamatan Suppa atau di luar Kabupaten Pinrang.

Terkait dengan pengembangan pakan alami Phroneima sp secara bertahap pemanfaatan Phroneima ini akan diperluas ke wilayah kecamatan lainnya di wilayah Kabupaten Pinrang, kemudian selanjutnya baru dikembangkan ke wilayah luar Kabupaten Pinrang. Sejalan dengan upaya perluasan pemanfaatan Phroneima ini juga akan dibentuk Tim Koordinasi Kawasan Minapolitan dalam bentuk Surat Keputusan Bupati Kabupaten Pinrang. Pertemuan sebagaimana yang diadakan oleh Kimbis ini kiranya juga dapat mengikutsertakan penyuluh dan pembudidaya di wilayah yang jarang diikutkan dalam pertemuan penyebaran inovasi teknologi pemanfaatan pakan alami maupun probiotik.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan [BBPSEKP]. 2011. Konsep Klinik IPTEK Mina Bisnis. Disampaikan di Jakarta pada Tanggal 27 Desember 2011. BBPSEKP Balitbang-KP. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

BBPSEKP. 2013. Lokakarya KIMBis. BBPSEKP. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Marshall, C. dan Rossman, G. B. 1989.Designing Qualitative Research.Sage Publications, London.

Muhi A.H, 2009. Teknologi Tepat Guna (TTG) Dalam Perspektif Pemberdayaan Masyarakat. Makalah Temu Karya Pendampingan Masyarakat Pedesaan dalam Bidang Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan di Kabupaten Bekasi pada tanggal 13 April 2009 dan tanggal 7 Mei 2009. Bekasi. Jawa Barat.

Nasution, Z., Lindawati dan T. Hasanah. 2012. Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis IPTEK di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan. Laporan Akhir Tahun Klinik Iptek Mina Bisnis (KIMBis) Kabupaten Pinrang. BBPSEKP Balitbang-KP KBalitbang-KP, Jakarta.

Patton, M. Q.. 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. (Terjemahan Budi Puspo Priyadi). Pustaka Pelajar. Yogyakarta: 309.

Soetomo, 2006, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar

Suharto, E. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Refika Aditama. Bandung.

Sumaryadi, I N. 2005, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: Penerbit Citra Utama.

Sumodiningrat, G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat JPS. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Zulham, A. 2011. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Klinik IPTEK Mina Bisnis dalam Mendukung Program Peningkatan Kehidupan Nelayan. BBPSEKP Balitbang-KP KKP, Jakarta.

1