• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN BERBASIS IPTEK DI KABUPATEN PINRANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN BERBASIS IPTEK DI KABUPATEN PINRANG"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TEKNIS

JUDUL PENELITIAN

PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN

KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN

BERBASIS IPTEK DI KABUPATEN PINRANG

BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

2014

(2)

LAPORAN TEKNIS

JUDUL PENELITIAN

PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN

KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN

BERBASIS IPTEK DI KABUPATEN PINRANG

Zahri Nasution

Sastrawidjaja

Bayu Vita Indah Yanti

Sujana

Titin Hasanah

BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

2014

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Kerja (Satker) : Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Judul Kegiatan Riset : Maintenance Program Rintisan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis IPTEK Mina Bisnis (KIMBis) di Kab. Pinrang Sulawesi Selatan

Status : Lanjutan (Tahun Ketiga)

Pagu Anggaran : Rp. 220.680.000 (Dua Ratus Dua Puluh Juta Enam Ratus Delapan Puluh Ribu Rupiah).

Tahun Anggaran : 2014

Sumber Anggaran : APBN, DIPA Satker Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun Penanggung Jawab Kegiatan : Prof (R). Dr. Ir. Zahri Nasution, M.Si.

NIP. 19620105.198903.1.004

Jakarta, Desember 2014 Penanggung Jawab Kegiatan,

Prof (R). Dr. Ir. Zahri Nasution, M.Si.`

Mengetahui/Menyetujui: Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi, MT. NIP. 19610210 199003 1 001

(4)

Rencana Operasional Kegiatan Penelitian

PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN

KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN

BERBASIS IPTEK DI KABUPATEN PINRANG

TIM PENELITI:

PROF. (R). DR. ZAHRI NASUTION

SASTRAWIDJAJA

BAYU VITA INDAH YANTI

SUJANA

TITIN HASANAH

BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

(5)

RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN

BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN

1. JUDUL KEGIATAN : PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

DAN PEREKONOMIAN KAWASAN BERBASIS IPTEK DI KABUPATEN PINRANG

2. SUMBER DAN TAHUN ANGGARAN : APBN 2014

3. STATUS PENELITIAN :  Baru √Lanjutan *)

*) Jika penelitian lanjutan, maka diuraikan hasil penelitian sebelumnya

Klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis) Suppa Kab. Pinrang berdiri pada bulan September 2012. Hingga akhir tahun 2013, KIMBis Suppa Kab. Pinrang telah melakukan berbagai kegiatan pendampingan dan pengawalan teknologi yang terkait dengan teknologi bidang perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan pengolahan hasil perikanan (Lampiran Tabel 1). Kegiatan pendampingan dan pengawalan teknologi tersebut dilakukan atas pertimbangan kebutuhan masyarakat perikanan terutama yang berada di wilayah Desa Wiringtasi Kec. Suppa dan desa-desa lainnya dalam wilayah Kec. Suppa serta beberapa desa dalam wilayah Kec. Lanrisang.

Kegiatan yang dilakukan dibidang perikanan tangkap dimulai dengan pembentukan kelompok nelayan mitra KIMBis yang mewakili beberapa desa. Dengan demikian diharapkan dapat diformulasikan permasalahan yang menjadi kendala yang dihadapi oleh masyarakat nelayan di wilayah tersebut. Kegiatan pendampingan dan pengawalan teknologi dilanjutkan dengan memperkenalkan teknik penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground) melalui penggunaan penginderaan jauh dan praktek penggunaan fish finder (alat pendeteksi gerombolan ikan).

Pada perikanan budidaya juga dimulai dengan pembentukan kelompok pembudidaya mitra KIMBis di wilayah Desa Wiringtasi dan beberapa desa lainnya dalam wilayah Kec. Suppa. Para pembudidaya tersebut telah diberikan pendampingan dan pengawalan teknologi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) terutama terkait dengan usaha budidaya udang windu yang dilakukan secara mono dan poli kultur (dengan ikan bandeng atau rumput laut). Juga telah diberikan teknologi pemanfaatan probiotik dan penggunaan pakan alami phromina sp dalam pemeliharaan udang windu di tambak. Penggunaan probiotik dan pakan alami ini dimulai dari Desa Wiringtasi dan telah disebarkan pada beberapa desa di wilayah Kec. Suppa.

Pada bidang pengolahan hasil perikanan, awalnya telah teridentifikasi perlunya pengolahan ikan teri yang hasilnya berlimpah pada masa-masa tertentu, untuk itu telah dilakukan pendampingan dan pengawalan teknologi pembuatan dan pemanfaatan ikan teri sebagai bahan krispi ikan. Disamping itu telah pula dilakukan pendampingan dan pengembangan teknologi bandeng cabut duri yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah pada produk ikan bandeng dan pemanfaatan waktu luang kaum wanita di pedesaan. Teknologi cabut duri ini juga telah disebarkan di beberapa desa dalam wilayah Kec. Suppa. Tambahan pula sebagai alternatif pemanfaatan lahan pekarangan telah dilakukan pendampingan dan pengawalan teknologi budaya ikan hias air tawar skala rumah tangga agar dapat dikembangkan sebagai tambahan pendapatan rumah tangga.

(6)

a. Komoditas : Udang, Bandeng.

b. Bidang/Masalah :

- Menurut RPJM : Penanggulangan Kemiskinan (RKP-04)

- Menurut Kebijakan KKP : Industrialisasi (KP-01)

- Menurut 7 Fokus Litbang : MP3EI-PKN (DP-05)

c. Penelitian Pengembangan : Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

d. Manajemen Penelitian : Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

e. IKU KKP yang direspon (beri tanda yang dipilih sesuai Tabel 2)

 Pertumbuhan PDB Perikanan  Jumlah Kawasan Konservasi

√ Produksi KP  Jumlah Pulau Kecil

 Nilai Tukar  IUU Fishing

√ Tingkat Konsumsi

 Nilai Ekspor

 Kasus Penolakan Ekspor

5. OUTPUT KEGIATAN PENELITIAN : a) TARGET REKOMENDASI YANG

DIHASILKAN (JUMLAH) : 1 (satu) buah

b) DATA DAN INFORMASI

(JUMLAH PAKET) : -

c) JUMLAH KARYA TULIS ILMIAH

(KTI) : 1 (satu) buah

6. PERKIRAAN TEMA REKOMENDASI

YANG DIHASILKAN : Model Kelembagaan Penyebaran IPTEK

7. LOKASI KEGIATAN : Kabupaten Pinrang

8. PENELITI YANG TERLIBAT :

No. Nama Pendidikan/Jabatan

Fungsional

Disiplin Ilmu Tugas (Institusi) Alokasi Waktu (OB)

1. Prof. (R) Dr. Zahri Nasution S3/ Peneliti Utama Sosiologi Pedesaan

Penanggung Jawab

4

2. Drs. Sastrawidjaja S1/ Peneliti Madya Ekonomi Anggota 4 3. Bayu Vita Indah Yanti, SH S1/ Peneliti Muda Ilmu hukum Anggota 6 4. Sujana SMA/ non kelas IPS Anggota 2 5. Titin Hasanah, A.Md. D3/ non kelas Akuntansi PUMK 4

(7)

9. TUJUAN :

Tujuan kegiatan penelitian tahun 2014:

a. Melaksanakan fungsi-fungsi KIMBis agar dapat menghasilkan wirausahawan atau tenaga terlatih di tingkat pedesaan yang dapat memanfaatkan IPTEK, data dan informasi sosial ekonomi terkait dengan pelaksanaan fungsi KIMBis untuk pembangunan pedesaan.

b. Mengimplementasikan prinsip blue economy pada kegiatan penyebaran IPTEK dengan memanfaatkan teknologi hasil litbang kelautan dan perikanan.

c. Menyusun model kelembagaan penerapan IPTEK dengan memperhatikan prinsip blue economy menurut tipologi KIMBis

10. LATAR BELAKANG

Hakikat berkembangnya otonomi sejak tahun 1999 antara lain adanya landasan pembangunan yang tumbuh dan berkembang dari rakyat, yang diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh rakyat. Dalam hal ini, program pembangunan masyarakat tidak lagi dianggap sebagai objek dari pembangunan, tetapi menjadi subjek/pelaku dari pembangunan (Sumaryadi, 2005). Meskipun tujuan utama yang hendak dicapai dari pembangunan adalah meningkatkan taraf hidup dan menciptakan masyarakat sejahtera secara fisik, mental maupun sosial, namun pendekatan yang digunakan dalam pembangunan harus senantiasa mengutamakan proses daripada hasil. Pendekatan proses lebih memungkinkan pelaksanaan pembangunan yang memanusiakan manusia. Dalam pandangan ini pelibatan masyarakat dalam pembangunan lebih mengarah kepada bentuk partisipasi, bukan dalam bentuk mobilisasi. Partisipasi masyarakat dalam perumusan program membuat masyarakat tidak semata-mata berkedudukan sebagai konsumen program, tetapi juga sebagai produsen karena telah ikut serta terlibat dalam proses pembuatan dan perumusannya, sehingga masyarakat merasa ikut memiliki program tersebut dan mempunyai tanggungjawab bagi keberhasilannya serta memiliki motivasi yang lebih bagi partisipasi pada tahap-tahap berikutnya (Soetomo, 2006).

Pembangunan partisipatoris harus dimulai dari orang-orang yang paling mengetahui sistem kehidupan mereka sendiri karena pada pendekatan ini mereka harus senantiasa menilai dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dan memberikan sarana yang perlu bagi mereka supaya dapat mengembangkan diri, untuk itu diperlukan suatu perombakan dalam seluruh praktik dan pemikiran serta pola-pola bantuan pembangunan yang telah ada (Sumaryadi, 2005). Partisipasi masyarakat dalam pembangunan bisa didapatkan ketika masyarakat tersebut telah mampu membawa dirinya atau memiliki daya untuk ikut terlibat dalam pembangunan, sehingga konsep pembangunan partisipatif harus juga dibarengi dengan pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki (Sumodiningrat, 1999). Dalam hal ini, pemberdayaan memiliki dua

(8)

kecenderungan yaitu kecenderungan primer dan kecenderungan sekunder. Kecenderungan primer merupakan pemberdayan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi berdaya. Kecenderungan sekunder merupakan pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menetapkan apa yang menjadi pilihan mereka.

Pemberdayaan menurut arti secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan membuat berdaya, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak yang berupa akal, ikhtiar atau upaya (Depdiknas, 2003). Dalam beberapa kajian mengenai pembangunan komunitas, pemberdayaan masyarakat sering dimaknai sebagai upaya untuk memberikan kekuasaan agar suara mereka didengar guna memberikan kontribusi kepada perencanaan dan keputusan yang mempengaruhi komunitasnya (Foy, 1994). Memberdayakan orang lain pada hakikatnya merupakan perubahan budaya, sehingga pemberdayaan tidak akan jalan jika tidak dilakukan perubahan seluruh budaya organisasi secara mendasar. Perubahan budaya sangat diperlukan untuk mampu mendukung upaya sikap dan praktik bagi pemberdayaan yang lebih efektif (Sumaryadi, 2005).

KIMBis merupakan lembaga masyarakat kelautan dan perikanan, dibentuk secara partisipatif oleh berbagai pemangku kepentingan untuk merebut berbagai peluang dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. KIMBis merupakan kelembagaan yang bottom-up, sehingga sosialisasi KIMBis kepada berbagai pemangku kepentingan merupakan suatu keharusan. Basis kegiatan KIMBis adalah di daerah Pedesaan dan kegiatan tersebut dapat lintas desa satu kecamatan atau lintas desa lintas kecamatan. Batasan ini dapat menempatkan KIMBis sebagai sebuah kelembagaan yang dapat menjadi “agen pembangunan” di pedesaan. Kegiatan KIMBis di pedesaan tersebut harus bermuatan IPTEK. Tujuan jangka panjang KIMBis adalah menjadi lembaga yang dapat mewujudkan tumbuhnya kewirausahaan dalam masyarakat dengan memanfaatkan IPTEK, sedangkan tujuan jangka pendek KIMBis adalah untuk menerapkan dan menyebarkan teknologi hasil litbang, mengimplementasikan prinsip

Blue Economy, membangun kolaborasi dengan Satuan Kerja Pemerintah Pusat (SKPP), Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) dan Satker Lingkup Litbang dalam melaksanakan Kegiatan dalam KIMBis, Optimalisasi pemanfaatan program perbantuan. Tujuan KIMBis tersebut diwujudkan melalui 5 (lima) fungsi. Kelima fungsi KIMBis tersebut: untuk pemberdayaan masyarakat; untuk pengembangan ekonomi masyarakat berbasis IPTEK; sebagai sarana kerjasama antara peneliti, penyuluh, dan masyarakat; sebagai sarana kerjasama SKPD-SKPD terkait; dan sebagai laboratorium data sosial ekonomi kelautan dan perikanan.

Keberadaan KIMBis di pedesaan juga mempunyai arti strategis bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, terkait dengan penyebaran teknologi hasil litbang. Belajar dari pelaksanaan kegiatan KIMBis sejak akhir tahun 2011, maka operasionalisasi pelaksanaan KIMbis harus terus disempurnakan. Penyempurnaan diperlukan, karena KIMBis ini ternyata sangat adaptif dan responsif

(9)

terhadap persoalan yang terdapat dalam masyarakat kelautan dan perikanan. Aktifitas KIMBis di pedesaan dapat dikategorikan dalam dua kelompok, 1) KIMBis sebagai lembaga, dan 2) KIMbis sebagai pusat kegiatan. KIMBis sebagai sebuah lembaga harus dibentuk, dikuatkan dan dikembangkan. Pembentukan lembaga KIMBis harus dilakukan pada lokasi baru dengan memperhatikan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan, dan kebijakan Kepala Badan Penelitian dan Pembangunan Kelautan Perikanan atau permintaan resmi dari pemerintah kabupaten/kota. Sementara itu sebagai sebuah lembaga yang berperan dalam pembangunan di Pedesaan maka KIMBis dapat difungsikan sebagai sebuah pusat kegiatan. KIMBis sebagai Pusat dapat di katagori dalam dua kelompok.

1. Pusat kegiatan penyebaran IPTEK. Kegiatan penyebaran IPTEK yang dilakukan mencakup: Penyebaran teknologi hasil introduksi pada Program IPTEKMAS dan kajian tentang penyebaran teknologi tersebut. Serta Implementasi prinsip blue economy pada kawasan KIMBis.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini dilakukan dengan membangun jaringan kerja dengan berbagai pemangku kepentingan dan optimalisasi pemanfaatan program berbantuan.

Dengan demikian, pelaksanaan pengawalan teknologi dan pendampingan yang dirintis oleh KIMBis perlu dilanjutkan guna memberdayakan masyarakat dan ekonominya untuk menghasilkan wirausahawan dan tenaga terlatih di pedesaan yang dapat menjadi mitra pembangunan kelautan dan perikanan.

11. PERKIRAAN KELUARAN :

Kegiatan KIMBis pada tahun 2014 diharapkan dapat menghasilkan:

a. Data dan informasi aspek sosial ekonomi yang terkait dengan kegiatan penerapan prinsip blue economy serta pemanfaatan teknologi pada bidang perikanan.

b. Wirausahawan dan tenaga terlatih di tingkat pedesaan yang memanfaatkan IPTEK dalam mengembangkan usaha perikanan.

c. Profil implementasi prinsip blue economy dalam budidaya udang windu di lahan tambak.

d. Model kelembagaan penerapan IPTEK terkait dengan penerapan prinsip blue economy pada usaha perikanan.

12. METODOLOGI PENELITIAN :

- Kerangka Pemikiran

Untuk mencapai tujuan penelitian maka kegiatan yang dilakukan mencakup 5 fingsi KIMBis yaitu mulai dari menyebarkan teknologi hasil litbang, memberdayakan masyarakat, memberdayakan ekonomi masyarakat, memfasilitasi suksesnya program perbantuan dan pengumpulan data sosial ekonomi terkait kegiatan KIMBis.

(10)

- Model Pendekatan ,

No Tujuan Model Pendekatan

1 Melaksanakan fungsi-fungsi KIMBis agar dapat menghasilkan wirausahawan atau tenaga terlatih di tingkat pedesaan yang dapat memanfaatkan IPTEK, data dan informasi sosial ekonomi terkait dengan pelaksanaan fungsi KIMBis untuk pembangunan pedesaan.

- Melakukan kegiatan KIMBis berdasarkan pada

fungsi-fungsi KIMBis dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang terdapat di masyarakat dan pemerintahan dengan tetap mengutamakan kepentingan masyarakat.

2 Mengimplementasikan prinsip blue economy pada kegiatan penyebaran IPTEK dengan memanfaatkan teknologi hasil litbang kelautan dan perikanan.

- Melakukan pengawalan dan pendampingan

teknologi dengan menggunakan teknologi hasil litbang KP yang mendukung penerapan prinsip

blue economy di masyarakat.

3 Menyusun model kelembagaan penerapan IPTEK dengan memperhatikan prinsip blue

economy menurut tipologi KIMBis

- Menyiapkan komponen-komponen penyusunan

model kelembagaan penerapan IPTEK

berdasarkan pada kegiatan yang dilakukan oleh KIMBis Suppa Kab. Pinrang.

- Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini sebagian besar dianalisis menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis data kualitatif merupakan penelusuran terhadap pernyataan-pernyataan umum tentang hubungan antar berbagai kategori data yang berasal dari data yang tersedia (Marshall dan Rossman, 1989). Hal ini sejalan dengan pendapat Patton (2006), yang menjelaskan bahwa analisis data kualitatif adalah proses mengatur urutan data, mengorganisirnya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Oleh karena itu, pekerjaan menganalisis data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengkategorikan, data yang didapat berdasarkan keperluan yang terkait dengan pertanyaan penelitian, dan kemudian diinterpretasikan serta dikemukakan dalam deskripsi analisis. Disamping itu, juga dilakukan analisis data secara kuantitatif sederhana terutama terkait dengan biaya dan pendapatan usaha.

- Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu pelaksanaan kegiatan KIMBis TA.2014 adalah Januari 2014 sampai Desember 2014. Lokasi kegiatan KIMBis di Kabupaten Pinrang berada di Kecamatan Suppa.

(11)

- Data Yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan berasal dari peserta pengawalan teknologi yang merupakan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Data dan informasi terkait dengan penerapan prinsip blue economy berasal dari pembudidaya yang di monitor kegiatannya mulai dari persiapan lahan tambak hingga panen. Penerapan prinsip blue economy ini dilakukan menggunakan aplikasi pakan alami (phronima sp) yang berfungsi sebagai pakan udang windu. Data pembanding prinsip blue economy dikumpulkan pada petani pembudidaya yang menggunakan pakan komersil (pelet). Data yang terkait dengan kelompok mitra KIMBis (nelayan, pembudidaya, dan pengolah) diidentifikasi perkembangan usahanya sejak mendapatkan program pengawalan dan pendampingan teknologi yang dilakukan oleh KIMBis.

- Teknik Pengumpulan Data

Data primer dikumpulkan menggunakan panduan kuesioner atau topik data yang dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok evaluasi pelaksana kegiatan, kelompok blue economy, dan kelompok biaya dan pendapatan usaha.

13. ANGGARAN :

MA Rincian Komposisi

Pembiayaan Jumlah (Rp) Jumlah (%)

521211 Belanja Bahan 22.900.000 10.28%

521213 Honor terkait ouput keg. 54.000.000 24.25%

522114 Belanja Sewa 13.320.000 5.98%

522115 Belanja Jasa Profesi 14.200.000 6.37%

524111 Belanja Perjalanan Biasa 95.260.000 42.77%

522119 Belanja Brg Non Operasional

lainnya 23.000.000 10.32%

(12)

14. RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN:

NO JADWAL RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Persiapan

- Persiapan dan koordinasi dg KIMBis lokasi. X X X

Pelaksanaan

- Survey potensi dan permasalahan - Sosialisasi KIMBis

- Rapat Pengurus

- Pengawalan Teknologi dan Pendampingan - seminar

- Pengembangan kapasitas kelembagaan

pengurus KIMBis

- Pengembangan kapasitas manajerial usaha

anggota KIMBis.

- Memperluas jaringan usaha dan pasar. - Monev

X X X X X X X X X

Pelaporan

- Laporan akhir X

15. TAHAPAN PEMBIAYAAN :

MA Rincian Komposisi Pembiayaan I II TRIWULAN III IV Jumlah (Rp)

521211 Belanja Bahan 4.580.000 6.870.000 6.870.000 4.580.000 22.900.000 521213 Honor terkait ouput keg. 4.500.000 13.500.000 13.500.000 13.500.000 54.000.000 522114 Belanja Sewa 2.664.000 3.996.000 3.996.000 2.664.000 13.320.000 522115 Belanja Jasa Profesi 2.840.000 4.260.000 4.260.000 2.840.000 14.200.000 522119 Belanja Brg Non

Operasional lainnya 4.600.000 6.900.000 6.900.000 4.600.000 23.000.000 524111 Belanja Perjalanan Biasa 19.052.000 28.578.000 28.578.000 19.052.000 95.260.000 Jumlah 38.236.000 64.104.000 64.104.000 47.236.000 222.680.000

16. DAFTAR PUSTAKA

Foy, Nancy, 1994, Empowering People at Work, London:Grower Publishing Company.

Marshall, C. dan Rossman, G. B. 1989.Designing Qualitative Research.Sage Publications, London. Patton, M. Q.. 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. (Terjemahan Budi Puspo Priyadi). Pustaka Pelajar.

Yogyakarta: 309.

Soetomo, 2006, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Penerbit Alfabeta

Sumaryadi, I Nyoman, 2005, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: Penerbit Citra Utama.

(13)

LAMPIRAN

Tabel 1. Kegiatan KIMBis Suppa Kab. Pinrang 2012-2013

2012 2013 1. Sosialisasi KIMBis di Dinas KP dan Masyarakat 2. Membentuk kelembagaan KIMBis dan memilih pengurus kelembagaan KIMBis 3. Peningkatan Kapasitas

Pengurus

4. Pengawalan dan pendampingan teknologi pengolahan ikan teri dan bandeng cabut duri

1. Sosialisasi KIMBis terhadap SKPD

2. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan perikanan 3. Mengidentifikasi kebutuhan keragaan teknologi

4. Mengidentifikasi keragaan dan implementasi prinsip Blue Economy oleh pembudidaya

5. Pengawalan teknologi pembuatan pakan

6. Penyebaran teknologi penggunaan probiotik pada budidaya udang windu

7. Penyebaran dan pengawalan teknologi penggunaan pakan alami phronima sp dalam budidaya udang windu

8. Penerapan prinsip BE pada masy pembudidaya udang dengan biaya Pemda

9. Pembentukan kelompok mitra KIMBis pada masy nelayan 10.Pengawalan teknologi penentuan fishing ground kepada

masyarakat nelayan

11.Pengawalan teknologi pengolahan crispy ikan

12.Pengawalan teknologi pengolahan bandeng cabut duri

13.Pengawalan teknologi budidaya ikan hias skala rumah tangga sebagai tambahan penghasilan rumah tangga

(14)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Allah Yang Maha Kuasa karena atas izinNya lah Laporan Teknis Kimbis Kabupaten Pinrang ini dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Laporan Teknis ini merupakan salah satu output kegiatan Klinik Iptek Mina Bisnis (KIMBis) yang ditetapkan di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan pada tahun 2014, disamping output lainnya yang berupa Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan Model Kelembagaan.

Laporan Teknis ini dibiat berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan dalam lingkup KIMBis Kabupaten Pinrang pada tahun 2014. Laporan Teknis ini terdiri atas beberapa bagian mulai dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode pelksanaan kegiatan, hasil pelaksanaan kegiatan, deskripsi model generik jasil kegiatan, evaluasi kinerja Kimbis dan dibagian akhir dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengurus KIMBis baik di pusat maupun daerah yang telah bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan di lingkup Kimbis Kabupaten Pinrang ini. Begitu pula kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pinrang beserta staf yang turut mendukung setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh Kimbis. Terima kasih yang sama juga disampaikan kepada Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan dan Koordinator Kegiatan Kimbis atas perkenan dan kesempatan untuk dapat melaksanakan kegiatan di Kimbis Kabupaten Pinrang ini. Semoga Laporan Teknis ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Jakarta, Desember 2014

(15)

RINGKASAN

Terkait dengan upaya pemberdayaan masyarakat nelayan dan masyarakat pesisir, Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi dan Kelautan (BBPSEKP) merancang sebuah lembaga yang diharapkan dapat mendorong perekonomian masyarakat, dengan bentuk implementasi melalui kegiatan penyebaran dan pendampingan teknologi. Kegiatan ini dilaksanakan bersinergi dengan kegiatan lain dari berbagai program pembangunan yang terdapat di tingkat lapangan. Bentuk kelembagaan penerapan IPTEK pada KIMBis dikembangkan berdasarkan potensi sumber daya lokal dan potensi pasar yang ada dalam masyarakat.

Kegiatan pertemuan penyebaran Iptek yang dilakukan oleh KIMBis Pinrang berdasarkan permasalahan lokal yang dialami oleh masyarakat pembudidaya udang. Pemilihan teknologi untuk disebarkan di masyarakat lebih utama dipilih teknologi yang tepat guna dan mudah untuk diterapkan oleh para pembudidaya udang. Teknologi probiotik dan Phronima sp hingga saat ini diterapkan dikarenakan dianggap menjadi bagian dari solusi permasalahan yang dialami oleh pembudidaya. Tingkat keberhasilan penerapan teknologi tersebut tidak terlepas dari adanya proses pendampingan penerapan teknologi dari pengurus KIMBis.

Berdasarkan hal-hal yang telah dilakukan oleh KIMBis Pinrang, dapat digambarkan sebagai model kelembagaan penyebaran iptek dalam rangka peningkatan kapasitas usaha masyarakat pembudidaya udang. Tingkat keberhasilan penyebaran iptek untuk kemudian diterapkan oleh penerima iptek dalam model kelembagaan tersebut tergantung pada beberapa komponen yaitu sumber informasi, kelembagaan penyebaran inovasi (pelaksana), sarana dan alat penyebaran inovasi (alat bantu dan media), penerima informasi (masyarakat pembudidaya), respon penerima informasi (evaluasi pelaksanaan), penerapan teknologi oleh pengguna (adopsi teknologi), dan evaluasi penyebaran teknologi (difusi teknologi).

Secara keseluruhan, berdasarkan komponen model kelembagaan penyebaran Iptek pada masyarakat kosmopolitan terlihat bahwa kelembagaan yang harus bekerjasama dalam hal ini adalah BP4K, Dinas Kelautan dan Perikanan dan Lembaga Penelitian. Faktor penunjang lainnya adalah sumber teknologi dan sumber pembiayaan yang ada di daerah kabupaten guna terlaksananya proses penyebaran

(16)

teknologi secara efektif dalam meningkatkan kapasitas usaha masyarakat kosmopolitan.

Dalam upaya penyebaran teknologi ini telah dihasilkan bahwa pesertanya berasal dari 3 dari 5 kecamatan pesisir di Kabupaten Pinrang yaitu Kecamatan Suppa, Kecamatan Mattiro Sommpe dan Kecamatan Lanrisang. Jumlah peserta seluruhnya adalah 90 orang. Tanggapan peserta terhadap upaya penyebaran teknologi ini baik dan sangat antusias. Rata-rata nilai wujud fisik Kimbis Kabupaten Pinrang adalah 3,43 yaitu berada pada kisaran nilai baik dan sangat baik. Sementara untuk struktur organisasi berada pada nilai rata-rata 2,17 yaitu berada kisaran cukup hingga baik. Kemudianm untuk pelaksanaan kegiatan berada pada nilai 3 yaitu termasuk baik. Sementara kelompok sasaran termasuk kategori baik dengan nilai 1,87m sementara output kegiatan berada pada nilai 3 yaitu termasuk kategori baik. Kinerja Kimbis Kabupaten Pinrang yang didasarkan 5 indikator sesuai dengan petunjuk teknis KIMBis menunjukkan bahwa bernilai 2,69 yaitu termasuk maju dan efektif (2,22) dalam menjalankan fungsi Kimbis.

Rekomendasi yang dapat dikemukakan antara lain bahwa Phroneima sp merupakan hasil yang didapatkan dari lingkungan tambak yang berada di kecamatan Suppa jangan sampai petambak yang berada wilayah Kecamatan Suppa tidak mengenal dan tidak memanfaatkan Phroneima sp dalam upaya meningkatkan penghasilan mereka dalam budidaya udang windu. Sementara disisi lain Phroneima tersebut sudah mendunia dan dimanfaatkan oleh masyarakat petambak lainnya di luar kecamatan Suppa atau di luar Kabupaten Pinrang.

Terkait dengan pengembangan pakan alami Phroneima sp secara bertahap pemanfaatan Phroneima ini akan diperluas ke wilayah kecamatan lainnya di wilayah Kabupaten Pinrang, kemudian selanjutnya baru dikembangkan ke wilayah luar Kabupaten Pinrang. Sejalan dengan upaya perluasan pemanfaatan Phroneima ini juga akan dibentuk Tim Koordinasi Kawasan Minapolitan dalam bentuk Surat Keputusan Bupati Kabupaten Pinrang. Pertemuan sebagaimana yang diadakan oleh Kimbis ini kiranya juga dapat mengikutsertakan penyuluh dan pembudidaya di wilayah yang jarang diikutkan dalam pertemuan penyebaran inovasi teknologi pemanfaatan pakan alami maupun probiotik.

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN . ... iii

KATA PENGANTAR . ... iv

DAFTAR ISI . ... vii

PENDAHULUAN .. ... 1

TINJAUAN PUSTAKA .. ... 4

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN . ... 16

Telnik Pelaksanaan Kegiatan ... 16

Penentuan Jenis Kegiatan ... 16

Pengorganisasian Kegiatan ... 17

Pengumpulan Data ... 17

Matode Analisis Data ... 18

Waktu dan Lokasi Kegiatan ... 18

HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN ... 19

Aplikasi Bakteri Probiotik RICA ... 19

Pemanfaatan Pakan Alami Phronema ... 21

Budidaya Udang di Lahan Tambak ... 26

Analisis Ekonomi Budidaya Udang di Tambak ... 30

Evaluasi Pelaksanaan Penyebaran Teknologi ... 33

Ketepatgunaan Penyebaran Teknologi ... 39

DESKRIPSI MODEL HENERIK HASIL KEGIATAN ... 46

EVALUASI TENTANG KINERJA KIMBIS ... 56

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN - LAMPIRAN

(18)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dalam program pembangunan saat ini, masyarakat tidak lagi dianggap sebagai objek dari pembangunan, tetapi menjadi subjek atau pelaku pembangunan (Sumaryadi, 2005). Tujuan utama pembangunan adalah meningkatkan taraf hidup dan menciptakan masyarakat sejahtera secara fisik, mental maupun sosial dengan pendekatan yang mengutamakan proses daripada hasil. Dalam pandangan ini keterlibatan masyarakat dalam pembangunan lebih mengarah kepada bentuk partisipasi, bukan dalam bentuk mobilisasi.

Partisipasi masyarakat dalam perumusan program membuat masyarakat tidak semata-mata berkedudukan sebagai konsumen program, tetapi juga sebagai produsen karena telah ikut serta terlibat dalam proses pembuatan dan perumusannya. Dalam hal ini, masyarakat merasa ikut memiliki program tersebut dan mempunyai tanggungjawab bagi keberhasilannya serta memiliki motivasi yang lebih bagi partisipasi pada tahap-tahap berikutnya (Soetomo, 2006). Oleh karena itu, pembangunan partisipatoris harus dimulai dari orang-orang yang paling mengetahui sistem kehidupan mereka (Sumaryadi, 2005).

Dalam kerangka pembangunan, pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki (Sumodiningrat, 1999). Dalam hal ini, pemberdayaan memiliki dua kecenderungan yaitu kecenderungan primer dan kecenderungan sekunder. Kecenderungan primer merupakan pemberdayan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi berdaya. Kecenderungan sekunder merupakan pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menetapkan apa yang menjadi pilihan mereka.

Kimbis Kabupaten Pinrang berkedudukan di desa Wiring Tasi Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang merupakan salah satu Kimbis dengan komoditas utama berupa udang windu yang dipelihara di lahan tambak di luar Pulau Jawa. Lokasi Kimbis “Suppa” di desa Wiring Tasi ini termasuk dalam kawasan minapolitan yang ditetapkan di wilayah Kabupaten Pinrang dengan

(19)

fokus tiga desa utama yang merupakan desa pengembangan utama yaitu desa Lotang Salo, Wiring Tasi dan Tasikwalie (LOWITA).

Salah satu tugas pokok dan fungsi KIMBis adalah melaksanakan kegiatan penyebaran teknologi terhadap kelompok sasaran atau disebut sebagai kelompok mitra KIMBis di wilayah Kabupaten Pinrang. Dalam hal ini KIMBis merupakan salah satu lembaga yang berfungsi sebagai fasilitasi pembentukan jiwa kewirausahaan di kalangan masyarakat pembudidaya udang, disamping memperkenalkan KIMBis Kabupaten Pinrang kepada kelompok mitra binaan KIMBis. Dengan kondisi menjalankan fungsi demikian, partisipasi aktif kelompok mitra KIMBis sangat diharapkan dalam penerapan teknologi yang diperkenalkan melalui kegiatan pertemuan yang dilakukan oleh KIMBis.

Di lain pihak, berhasilnya teknologi budidaya udang windu dengan menerapkan teknologi probiotik diharapkan dapat meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat pembudidaya udang. Percepatan penyebaran teknologi ini merupakan suatu langkah awal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pembudidaya di wilayah lainnya (di luar lokasi Iptekmas). Berdasarkan kondisi diatas, maka diharapkan pada masa yang akan datang fungsi dan tugas KIMBis semakin nyata di tingkat lapangan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan.

Probiotik dalam hal ini utamanya memecahkan permasalahan yang dihadapi pembudidaya yaitu timbulnya penyakit pada saat melaksanakan pentokolan dan pembesaran udang windu di tambak. Permasalahan yang diatasi menggunakan probiotik adalah perbaikan struktur tanah lingkungan tambak, sehingga langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kualitas air dan tanah tambak. Kondisi ini akan mengakibatkan tingginya kelulusan hidup udang windu yang dipelihara, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan usahanya.

Kegiatan yang dilakukan diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada kelompok mitra terkait keberadaan KIMBis, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang menjadi kelompok sasaran. Kemudian juga dapat menyebarluaskan teknologi yang diintroduksikan oleh program Iptekmas Balitbang KP dalam kaitannya dengan pengembangan kelembagaan kelompok mitra KIMBis di luar lokasi Iptekmas.

(20)

1.2. Tujuan Penelitian

Secara terinci tujuan kegiatan penelitian pada KIMBis Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan fungsi-fungsi KIMBis agar dapat menghasilkan wirausahawan atau tenaga terlatih di tingkat pedesaan yang dapat memanfaatkan IPTEK, data dan informasi sosial ekonomi terkait dengan pelaksanaan fungsi KIMBis untuk pembangunan pedesaan.

b. Mengimplementasikan prinsip blue economy pada kegiatan penyebaran IPTEK dengan memanfaatkan teknologi hasil litbang kelautan dan perikanan.

c. Menyusun model kelembagaan penerapan IPTEK dengan memperhatikan prinsip blue economy menurut tipologi KIMBis

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian KIMBis

Kimbis adalah lembaga masyarakat kelautan dan perikanan yang dibentuk secara partisipatif oleh berbagai pemangku kepentingan untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraannya (BBPSEKP, 2013). Klinik IPTEK Mina Bisnis adalah wadah komunikasi, advokasi/pendampingan, serta konsultasi antara kelompok masyarakat kelautan dan perikanan yang beraktivitas di daerah pesisir dengan stakeholder terkait, melalui pendekatan techno-preneurship untuk meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan.

KIMBis berfungsi sebagai wadah pembinaan dan pengembangan kapasitas kelompok sasaran berbasis IPTEK melalui pendekatan techno-preneurship pada kelompok sasaran berdasarkan potensi sumberdaya yang terdapat pada lingkungannyam, sehingga mampu mendorong perkembangan ekonomi di wilayah pesisir dan desa perikanan. Pembentukan KIMBis didasarkan pada prinsip dari oleh dan untuk masyarakat. Peran KIMBis sebagai wadah pemberdayaan masyarakat, penerapan teknologi kelautan dan perikanan, pengawalan teknologi dalam rangka meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat dan mendukung isu strategis pembangunan kelautan dan perikanan.

KIMBis diharapkan dapat bersinergi dengan kelembagaan yang ada untuk membangun pemberdayaan masyarakat. Selain itu dapat memanfaatkan teknologi tepat guna hasil temuan Badan Litbang Kelautan dan Perikanan serta sumber teknologi lain. Lebih lanjut melalui KIMBis dapat menumbuhkan entrepreneurship (kewirausahaan) dalam masyarakat (BBPSEKP, 2011).

Dalam implementasinya di lapangan, KIMBis dimulai dengan pembentukan lembaga yang dilakukan secara partisipatif, di awali dengan survai potensi dan permasalahan dengan pendekatan social-ecological system (SES: Manusia-Sumberdaya-Pengelola) hingga terbentuk KIMBis dari-oleh-untuk masyarakat. Selanjutnya mensosialisasikan kepada masyarakat sasaran bahwa kehadiran KIMBis bukan sebagai pesaing tetapi perekat lembaga/kelembagaan yang sudah ada. KIMBis merupakan sarana/wadah pemberdayaan masyarakat dan pengembangan perekonomian berbasis IPTEK-KP. Kemudian dilakukan identifikasi target sasaran,

(22)

yang ditindaklanjuti dengan penyusunan kegiatan berdasarkan ‘solulable problems’ melalui peluang-peluang untuk peningkatan kapasitas lembaga-pengurus-target sasaran dengan kriteria keberhasilan/kegagalan yang teridentifikasi secara partisipatif; meskipun demikian mengacu pada ketersediaan ‘sumberdaya’ dan arahan dari ‘pusat’. Hal yang menjadi penting juga adalah identifikasi mitra kerja KIMBis di lapangan.

2.2. Pembentukan KIMBis

Tahapan pembentukan KIMBis diawali dengan kegiatan survey potensi dan permasalahan pada lokasi sasaran, hasil survey ini akan menjadi penjelas tentang pentingnya pembentukan KIMBis pada lokasi tersebut. Dengan demikian KIMBis yang dibentuk dapat diterima oleh masyarakat setempat. Survey potensi dan permasalahan ini dilakukan dalam rangka memperoleh informasi lapangan yang akurat tentang potensi dan permasalahan berupa potensi sumberdaya, perkembangan perekonomian, serta karakteristik sosial dan budaya masyarakat pada daerah sasaran.

Peran masyarakat dalam pembangunan kelautan dan perikanan terlihat dengan adanya keinginan yang kuat untuk mengembangkan potensi sumberdaya yang dimiliki masyarakat tersebut dalam satu kesatuan wilayah. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan di Kabupaten Pinrang dapat ditandai dengan adanya pembentukan berbagai kelompok masyarakat perikanan, yang terorganisisr di dalam suatu perkumpulan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pinrang diketahui bahwa kelompok pembudidaya dan nelayan yang tersebar di beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Pinrang. Salah satunya adalah di Kecamatan Suppa terdiri atas pembudidaya 35 kelompok yang tersebar di Desa Wiringtasi, Tasiwalie, Tellumpanua, Lotang Salo, Watang Suppa, Maritengngae dan Watangpulu. Sedangkan nelayan ada 61 kelompok yang tersebar di Desa Lero, Tasiwalie, Wiringtasi, Ujung Labuang dan Lotang Salo. Dengan adanya pembentukan KIMBis di wilayah Kabupaten Pinrang ini, khususnya di Desa Wiringtasi diharapkan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan kelautan dan

(23)

perikanan secara tidak langsung memberikan mereka peran bagi masyarakat (human capital) dalam kegiatan pembangunan kelautan dan perikanan.

Proses pembentukan KIMBis di Kabupaten Pinrang dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu identifikasi potensi sumberdaya, sosialisasi KIMBis tingkat SKPD, sosialisasi KIMBis kepada kelompok masyarakat dan pembentukan KIMBis, dan musyawarah/mufakat. Pelaksanaan musyawarah dan mufakat masyarakat terkait pemilihan pengurus KIMBis difasilitasi oleh pemerintah daerah (dalam hal ini diwakili Dinas Kelautan dan Perikanan dan Kepala Desa) dan pengurus KIMBis Pusat (Nasution dkk, 2012).

Pembentukan pengurus KIMBis dilaksanakan pada tanggal 14 September 2012. Tujuan dari pembentukan KIMBis adalah sebagai wadah konsultasi dan komunikasi dalam membangun wadah kebersamaan pemberdayaan masyarakat, mensinergikan semua program pemberdayaan masyarakat nelayan (pelaku usaha perikanan), membangun peluang kerjasama dengan pihak luar untuk pemberdayaan masyarakat.

Pembentukan pengurus dilakukan secara musyawarah yang dihadiri baik dari unsur Dinas Kelautan dan Perikanan maupun kelompok sasaran (nelayan, pembudidaya dan pemasar) dan dipimpin oleh tim pelaksana kegiatan tingkat pusat. Dalam pemilihan pengurus semua anggota berperan secara aktif. Hal ini menunjukkan bahwa peserta rapat pembentukan pengurus dapat mengerti dan memahami serta berpengalaman dalam berorganisasi sehingga penentuan pengurus tidak membutuhkan waktu yang lama. Adapun struktur kepengurusan KIMBis dapat dilihat pada Gambar 1.

(24)

Gambar 1. Struktur Organisasi dan Pengurus KIMBis Kab. Pinrang

Sumber: Nasution, dkk (2012)

Untuk memperkuat dan berjalannya pengurus sesuai dengan yang diharapkan, manajer KIMBis dibantu oleh liaison officer (LO) dan satu orang dari unsur instansi terkait (Dinas Kelautan Perikanan dan Pertanian). Peran kedua pengurus tersebut diharapkan dapat membantu koordinasi antara manajer dan instansi terkait serta pengurus KIMBis pusat sehingga komunikasi berjalan dengan baik dan lancar.

Tujuan dari dari sosialisasi KIMBis adalah untuk memberikan gambaran dan pemahaman kepada kelompok masyarakat dan berbagai stakeholder yang ada pada lokasi sasaran, membangun komitmen dari masyarakat dan dinas terkait dalam mendukung kegiatan KIMBis. Karena KIMBis merupakan lembaga (organisasi) yang dibentuk berdasarkan aspirasi dan partisipasi (dari-oleh-untuk) masyarakat, dengan kata lain KIMBis merupakan pembangunan berbasis IPTEK melalui pendampingan dan pengawalan teknologi. Dengan adanya KIMBis ini diharapkan dapat mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam berbagai program pembangunan serta dapat menjadi bagian dari proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan pedesaan

Pelaksana Kegiatan Tingkat Pusat

Liasion Officer/LO Unsur Dinas Kelautan

dan Perikanan (Abd. Salam, S.Pi)

Manager KIMBis (Kasau)

Asisten Manajer Klinik Bidang Promosi dan

Pemasaran ( Mustakin)

Asisten Manajer Klinik Bidang Penguatan Kelembagaan dan Bimbingan Anggota (Taufik Sabanparu) Asisten Manajer Klinik

Bidang Produksi dan Pengembangan Usaha

(A.Amir)

(25)

Fungsi KIMBis adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat, penerapan teknologi kelautan dan perikanan, pengawalan teknologi dalam rangka meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat dan mendukung isu strategis pembangunan kelautan dan perikanan. Agar kelembagaan dapat menjalankan fumgsinya dengan baik maka dibuatkan payung berupa Perjanjian Kerjasama antara Kepala BBPSEKP dengan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan. Atas dasar payung kerjasama tersebut kemudian masing-masing institusi membuat program kerja pelaksanaan KIMBis dengan alokasi anggaran masing-masing. Pemakaian anggaran diperuntukkan khusus untuk program kegiatan KIMBis dibidang promosi dan pemasaran, pengembangan usaha dan penguatan kelembagaan dan bimbingan anggota.

2.3. Sosialisasi Tugas dan Fungsi KIMBis

Selanjutnya dilakukan kegiatan sosialisasi KIMBis. Kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh pengurus KIMBis dilakukan secara mandiri untuk menyebarluaskan keberadaan KIMBis, terutama pada kelompok sasaran. Hal ini dilakukan untuk memberitahukan keberadaan KIMBis serta membangun sinergitas dengan satuan kerja lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang Kelautan dan Perikanan) dan SKPD terkait. Bentuk upaya sosialisasi keberadaan KIMBis adalah dengan mengadakan pelatihan, penyebaran leaflet kepada masyarakat dan penandatanganan kerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pinrang.

Peserta sosialisasi memberikan respon positif terkait dengan pembentukan KIMBis ini. Mereka berharap dengan keberadaan KIMBis ini dapat membantu dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada. Diharapkan KIMBis dapat menjadi wadah untuk mengurangi keterbatasan pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha perikanan dalam hal teknologi dan kegiatan kelautan dan perikanan melalui pelatihan-pelatihan yang tepat.

KIMBis sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat

KIMBis merupakan sarana pemberdayaan masyarakat yang multi fungsi, yang bertujuan untuk: (1) mendorong tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan pedesaan; (2) meningkatkan produksi perikanan pedesaan dan nilai tambah hasil

(26)

produksi perikanan; (3) menumbuhkan pekerjaan alternatif dan tambahan pendapatan bagi keluarga nelayan; (4) introduksi teknologi kelautan dan perikanan serta umpan balik terhadap introduksi teknologi tersebut.

Hal ini sejalan dengan konsep pemberdayaan yang menekankan pada upaya membangun keberdayaan masyarakat menjadi lebih tinggi (Kartasasmita, 1996). Pemberdayaan juga merupaka sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat. Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapa oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kehidupannya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial (Suharto, 2009).

KIMBis sebagai Sarana Penerapan Teknologi

Berdasarkan kondisi eksisting di lokasi KIMBis Kabupaten Pinrang, maka dalam rangka peningkatan produktivitas perikanan budidaya udang di tambak memerlukan dukungan inovasi teknologi. KIMBis Pinrang berperan sebagai sarana penerapan teknologi tuntuk meningkatkan kapasitas kelompok sasaran. Dalam hal ini dilakukan pelatihan pembuatan pakan udang dan ikan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang bertujuan untuk menumbuhkan kewirausahaan. Pakan yang dihasilkan harus mengandung gizi lengkap sesuai kebutuhan ikan. Selain itu ekonomis, efisien dan ramah lingkungan. Karena itu untuk menjaga agar kondisi lingkungan budidaya salahsatunya adalah dengan memberi pakan udang secara tidak berlebihan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Muhi (2009), bahwa proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi salah satunya dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Guna mempercepat perkembangan pembangunan perdesaan melalui pemberdayaan masyarakat harus didukung oleh penerapan dan pengembangan teknologi tepat guna. Inovasi teknologi yang juga sudah dilakukan di Kabupaten Pinrang melalui kegiatan KIMBis diantaranya adalah mengadakan pelatihan cabut duri bandeng dan diversifikasi produk olahan ikan (crispy teri, tik-tik ikan dan kerupuk ikan) (Nasution, dkk, 2012). Lebih lanjut bagi Balitbang Kelautan dan Perikanan, umpan

(27)

balik dalam kerangka perbaikan teknologi diharapkan didapat dari setiap kegiatan penerapan teknologi yang dilaksanakan terhadap kelompok sasaran.

KIMBis sebagai Sarana untuk Meningkatkan Kapasitas Ekonomi

Melalui inovasi teknologi dan kelembagaan yang diimplementasikan melalui KIMBis pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kapasitas ekonomi. Disamping itu, kapasitas ekonomi usaha masyarakat yang selama ini berbentu usaha yang bersifat subsisten, juga dapat ditingkatkan menjadi skala usaha yang bersifat komersil. Peningkatan kapasitas ekonomi usaha tersebut antara lain dapat dilakukan melalui peningkatan teknologi yang dapat mengurangi biaya produksi per satuan unit usaha yang dilakukan.

Peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat juga dapat dilakukan dengan adanya manfaat berkelompok tertama kaitannya dengan pemecahan masalah yang dirasakan secara bersama. Sebagai contoh misalnya posisi adu tawar masyarakat perikanan dalam kaitannya dengan harga yang mereka terima dari pedagang baik harga input produksi maupun harga output hasil produksi. Dampak dibentuknya KIMBis Pinrang dapat memberikan manfaat baik jangka pendek maupun jangka panjang. Manfaat jangka pendek adalah dengan memfasilitasi dan menjembatani kepentingan antara sumber teknologi dengan pengguna. Dengan menguasai teknologi pembuatan pakan sendiri maka dalam jangka panjang mampu mendorong meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

2.4. Keragaan Teknologi Perikanan

Masyarakat pesisir di desa Lero, Wiringtasi, Tasiwalie, Ujung Labuang dan desa Lotang Salo kecamatan Suppa merupakan kawasan Kimbis kabupaten Pinrang Sulawesi selatan. Masyarakat yang bermukim di kawasan tersebut sebagian besar berusaha sebagai nelayan. Pada awalnya para nelayan di daerah itu melakukan penangkapan ikan dengan cara tradisional yaitu menggunakan perahu layar dengan alat tangkap pancing. Namun karena perkembangan teknologi di bidang perikanan telah berkembang dengan pesat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didukung kemampuan finasial oleh sebagain nelayan mendorong

(28)

penggunaan teknologi penangkapan ikan seperti purse seine, penggunaan alat bantu GPS, fishponder, alat komunikasi handpon dan HT.

Purse Seine bagi nelayan di Suppa menyebutnya pukat cincin, karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin. Fungsi cincin dan tali kerut ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan. Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan pelagis seperti cakalang.layang, tongkol, tuna dan lainnya.

Selain purse seine, cara penangkapan ikan yang dilakukan nelayan di kecamatan Suppa adalah menggunakan bagang Rambo. Disebut Bagang Rambo karena cara kerjanya bergerak menggunakan kapal menuju ketempat dimana ada gerombolan ikan. Bagang Rambo beda dengan bagang tancap karena cara kerjanya lebih aktif dibanding bagang tancap yang hanya menunggu gerombolan ikan. Jenis ikan yang ditangkap sama dengan purse seine yaitu berbagai jenis ikan pelagis.

Untuk menangkap ikan teri nelayan menggunakan bagang tancap dan perahu seser. Perahu seser memiliki kemapuan tangkap lebih besar dibanding bagang tancap. Prinsip kerja perahu seser adalah menarik gerombolan ikan teri dengan sorotan cahaya lampu dengan kekuatan 1.000 watt.Setelah gerombolan teri mendekat di sekitar sisi perahu langsung diseser/diserok dengan waring berkantong.Spesifikasi alat tangkap ini terdiri dari perahu ukuran panjang 8,5 meter, lebar 60-65 cm, genset kekuatan 20 PK dan lampu listrik kekuatan 25 watt sebanyak 40 biji.

Kawasan Kimbis kecamatan Suppa merupakan sentra minapolitan dan industrialisasi perikanan budidaya dengan mengunggulkan komoditi udang, bandeng dan rumput laut. Teknologi budidaya ikan yang dipraktekkan pembudidaya mulai dari teknologi tradisional, tradisional plus, semi intensif dan teknologi intensif. Teknologi tradisonal, ditandai dengan bentuk petakan tambak yang tidak beraturan, penebaran rendah dan mengandalkan makanan alami untuk udang dan bandeng yang dipelihara secara polykultur. Teknologi tradisional plus, pembudidaya sudah membentuk petakan tambak persegi panjang atau segi empat sama sisi, padat tebar

(29)

udang 10.000 ekor, bandeng 1.500 ekor menggunakan pakan alami dan pakan tambahan. Teknologi semi intensif merupakan kelanjutan dari teknologi tradisional plus dengan padat tebar 15.000-30.000 ekor udang dengan mengandalkan pakan buatan. Sedangkan teknologi intensif padat tebar udang 75.000-150.000 ekor/ha dengan pakan buatan dan menambah kincir air untuk suplai oksigen.

Teknologi pengolahan hasil perikanan perkembangannya tidak secepat dengan teknologi budidayanya. Hal ini disebabkan factor sumberdaya manusia, selera konsumen (pasar) dan budaya. Sebagian besar nelayan/isteri nelayan belum tersentuh layanan informasi teknologi pengolahan sehingga masih minim dengan keterampilan pengolahan. Kurangnya minat untuk mengolah ikan selain factor keterampilan juga selera konsumen yang lebih cenderung membeli ikan segar disbanding hasil olahannya. Dekimian juga kebiasaan masyarakat di daerah ini lebih cenderung menyajikan ikan bakar setiap ada acara hajatan atau pesta pernikahan. Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan maka secara perlahan kelompok wanita nelayan mulai terbuka dengan teknologi olahan hasil perikanan. Seperti adanya Kimbis melakukan pendampingan teknologi pengolahan ikan.

Gambar 1.Aktivitas Penangkapan Ikan di Kabupaten Pinrang, 2013 Sumber: Dokumentasi Penelitian Kimbis Pinrang, 2013

(30)

Gambar 2.Penangkapan Ikan Bandeng di Kazbupaten Pinrang, 2013 Sumber: Dokumentasi Penelitian Kimbis Pinrang, 2013

Gambar 3.Aktivitas Budidaya Ikan dan Udang di Kabupaten Pinrang, 2013 Sumber: Dokumentasi Penelitian Kimbis Pinrang, 2013

(31)

Gambar 4.Aktivitas Pengolahan Hasil Perikanan di Kab. Pinrang, 2013 Sumber: Dokumentasi Penelitian Kimbis Pinrang, 2013

Keragaan teknologi perikanan tangkap tersebut memiliki prospek untuk dikembangkan di masa datang. Selain potensi sumberdaya kelautan yang belum tergarap optimal juga kemampuan sumberdaya manusia (nelayan) secara bertahap mulai menguasai teknologi. Hanya saja, yang menjadi persoalan di daerah ini bahwa penguasaan teknologi petangkapan tersebut dikuasai oleh para punggawa (pemilik modal). Sementara nelayan kecil hanya sebagai buruh nelayan yang menerima upah berdasarkan kemampuan kerjanya di laut. Agar nelayan kecil mampu memperbaiki tingkat kehidupan maka diperlukan suntikan modal baik berupa bantuan social maupun kredit lunak.

Terbuka peluang untuk pengembangan budidaya udang, bandeng dan rumput laut, karena potensi sumberdaya lahan mendukung dan ketersediaan teknologi dari peneliti dan penyuluh perikanan. Hanya saja faktor modal masih menjadi kendala sehingga diperlukan dukungan perbankan dan sumber pembiayaan lainnya. Di lain pihak, teknologi pengolahan seperti pembuatan abon ikan, krupuk, bandeng cabut duri dan lainnya mulai mendapat sambutan dari konsumen di luar kecamatan Suppa dan luar Pinrang.

(32)

abon ikan dari Pinrang setiap tahun menjadi makanan bawaan/bekal untuk calon haji pada setiap musim haji. Selain itu pola konsumsi yang mempengaruhi selera makan konsumen semakin beragam serta tersedianya teknologi pengolahan yang semakin mudah dijangkau oleh isteri nelayan.

(33)

III. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Tehnik pelaksanaan Kegiatan

Objek kegiatan pada kegiayan penyebaran teknologi yang pertama dilakukan di Desa Lotang Salo adalah kelompok mitra KIMBis yaitu pembudidaya udang yang berasal dari 6 desa yang terdapat di wilayah Kecamatan Suppa dan di luar Kecamatan Suppa Kab. Pinrang. Masing-masing desa beranggotakan 5 orang yang merupakan bagian dari kelompok pembudidaya udang dan penyuluh perikanan di kecamatan masing-masing. Pada pelaksanaan penyebaran teknologi yang sama tahap kedua dilakukan di desa Patobong dengan diikuti oleh 30 peserta juga. Peserta penyebaran teknologi terdiri atas pembudidaya yang berada di desa Patobong dan desa lainnya di Kecamatan Mattirosmppe.

Kemudian, pada pertemuan ketiga dilaksanakan di Kelurahan Lanrisang Kecamatan Lanrisang dengan jumlah peserta yang sama. Diharapkan semua kelompok mitra ini dapat mengembangkan teknologi budidaya udang windu atau udang vaname di lahan tambak dengan memanfaatkan probiotik dan pakan alami Phronema, sehingga dapat meningkatkan produksi udang windu dan vaname serta akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pembudidaya udang yang menjadi kelompok sasaran.

3.2 Penentuan Jenis Kegiatan

Jenis kegiatan yang dilakukan pada setiap pertemuan penyebaran teknologi adalah berupa tatap muka dalam ruang pertemuan (aula) di Desa Lotang Salo, Kecamatan Suppa Kab. Pinrang dengan cara penyajian materi dari nara sumber dan dilanjutkan dengan diskusi antara peserta dan nara sumber. Penyajian materi pertama tentang penjelasan tugas dan fungsi KIMBis Kab. Pinrang dari Manajer KIMBis tingkat pusat untuk Kab. Pinrang.

Kemudian dilanjutkan dengan materi kedua yaitu penjelasan tentang “Pemanfaatan Probiotik Dalam Budidaya Udang Windu di Lahan Tambak” yang disampaikan oleh nara sumber, yaitu Ir. Muharijadi Atmomarsono, MSc (Balai Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Payau Maros). Kemudian, dilanjutkan dengan materi Pemanfaatan Pakan Alami Phroneima Dalam Budidaya

(34)

Udang Windu di Tambak yang disampaikan oleh Prof. Dr. Hattah Fattah dari Universitas Muslim Indonesia, Makasar. Materi-materi yang disampaikan pada setiap pertemuan dilampirkan pada bagian akhir laporan ini, termasuk kuesioner tentang evaluasi pelaksanaan kegiatan.

3.3. Pengorganisasian Kegiatan

Pada setiap kegiatan secara keseluruhan diorganisasi oleh petugas dan pengurus KIMBis Kab. Pinrang dan pengurus KIMBis tingkat Pusat dan Daerah serta dibantu oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pinrang. Pada tahap awal KIMBis pusat dalam hal ini BBPSE KP mengirim surat pemberitahuan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pinrang. Sekaligus juga mengirim surat ke Balai Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Payau Maros untuk permintaan nara sumber dan bantuan tenaga pembudidaya andalan dari Pengurus Kimbis Daerah di desa Wiringtasi.

Instrumen pelaksanaan kegiatan adalah kuesioner evaluasi kegiatan dan catatan hasil diskusi selama pertemuan berlangsung pada seluruh materi kegiatan. Kuesioner yang digunakan dibagikan kepada peserta pertemuan setelah kegiatan berlangsung. Materi yang dievaluasi terkait dengan pelaksanaan, pengurus, nara sumber, dan faktor pendukung lainnya.

3.4. Pengumpulan Data

Sumber data kegiatan adalah masyarakat pembudidaya dan penyuluh yang hadir dalam pembentukan kelompok mitra KIMBis Kab. Pinrang. Sumber data kegiatan lainnya adalah pembudidaya tambak udang yang menjadi peserta penyebaran teknologi budidaya udang windu menggunakan teknologi probiotik di tambak yang merupakan program Iptekmas dan pemanfaatan pakan alami Phroneima. Tata cara pembudidaya udang yang dilaksanakan sehari-hari juga dikumpulkan beserta pembiayaan yang mereka perlukan, sehingga dapat dikemukakan struktur pembiayaan usaha budidaya udang di lahan tambak. Budidaya udang yang mereka lakukan dipilih terhadap pembudidaya yang telah menerapkan probiotik dan pakan alami Phroneima.

(35)

3.5.Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam kegiatan ini sebagian besar dianalisis menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis data kualitatif merupakan penelusuran terhadap pernyataan-pernyataan umum tentang hubungan antar berbagai kategori data yang berasal dari data yang tersedia (Marshall dan Rossman, 1989). Hal ini sejalan dengan pendapat Patton (2006), yang menjelaskan bahwa analisis data kualitatif adalah proses mengatur urutan data, mengorganisirnya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Oleh karena itu, pekerjaan menganalisis data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengkategorikan, data yang didapat berdasarkan keperluan yang terkait dengan permasalahan penelitian, dan kemudian diinterpretasikan serta dikemukakan dalam deskripsi analisis. Disamping itu, juga dilakukan analisis data secara kuantitatif sederhana terutama terkait dengan biaya dan pendapatan usaha pemeliharaan udang di lahan tambak.

3.6. Waktu dan Lokasi Kegiatan

Waktu pelaksanaan kegiatan KIMBis TA.2014 dilaksanakan sejak Januari 2014 hingga Desember 2014. Lokasi kegiatan yang secara keseluruhan oleh KIMBis dilakukan dalam wilayah Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

(36)

IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1. Aplikasi Bakteri Probiotik RICA

Penggunaan bakteri probiotik tertentu dapat menghambat dan membunuh bakteri patogen (Vibrio harveyi), sehingga tidak terjadi korum sensing yang dapat menimbulkan sifat patogen. Penggunaan bakteri probiotik merupakan salah satu cara untuk menanggulangi penyakit pada usaha budidaya udang. Dalam hal ini, Balai Penelitian dan Pegembangan Perikanan Budidaya Air Payau (BPPBAP) Maros telah melakukan seleksi terhadap 3.976 isolat bakteri yang berasal dari laut, mangrove, dan tambak di Sulawesi Selatan.

Namun setelah dilakukan uji biokimiawi dan uji tantang terhadap Vibrio

harveyi, ternyata hanya 37 isolat (0,93 %) yang memiliki daya hambat terhadap V.

harveyi. Dari jumlah tersebut, hanya 7 isolat yang layak menjadi kandidat bakteri probiotik untuk budidaya udang windu. Uji coba aplikasi bakteri probiotik RICA di tambak udang windu telah dilakukan sejak tahun 2006 dan dilakukan evaluasi sesudahnya untuk dilakukan perbaikan metode aplikasinya.

Bakteri probiotik RICA (BPPBAP) terbukti mampu mengendalikan V. harveyi di air dan meningkatkan sintasan dan produksi udang windu di tambak. Manfaat bakteri probiotik dalam budidaya udang adalah lebih aman, tidak menimbulkan resistensi, mudah diperbanyak, dapat mematikan bakteri patogen (Vibrio harveyi), dapat berfungsi sebagai pengurai organik dan memperbaiki kualitas air, serta meningkatkan sintasan dan pertumbuhan udang yang dipelihara. Namun demikian hal ini baru dapat tercapai apabila aplikasinya tepat jenis, dosis, waktu, dan medianya.

a. Peralatan Untuk Aplikasi Bakteri Probiotik RICA

- Aerator “double power” (AC/DC, tetap hidup walaupun mati listrik) satu unit yang dilengkapi dengan slang aerasi, pengatur gas, dan batu aerasi.

- Ember besar bertutup untuk wadah kultur bakteri probiotik, volume ember tergantung jumlah bakteri yang diperlukan, misal 40 L.

- Ember volume 10-15 L untuk menebar bakteri probiotik ke tambak. - Jerigen steril untuk membawa bakteri probiotik hasil kultur.

(37)

- Gayung air untuk memasukkan bakteri ke dalam jerigen plastik dan untuk menebar bakteri ke tambak.

- Takaran atau literan, untuk menakar volume air tambak dan volume molase yang diperlukan.

- Timbangan 1-5 kg, untuk menimbang dedak, tepung ikan, yeast (ragi roti), dan molase (pada awal pengukuran saja, selanjutnya ditandai dengan supidol agar lain kali tidak perlu ditimbang lagi).

- Spidol permanen untuk penanda pada takaran yang digunakan. - Kompor gas lengkap dengan tabung gas, slang, dan regulatornya. - Panci stainless volume 50 L untuk memasak campuran bahan. - Pengaduk dari kayu untuk mengaduk bahan-bahan yang dimasak.

- Beberapa ember dengan tutup dan stoples plastik untuk menyimpan tepung dan bahan-bahan lainnya.

b. Bahan-bahan Untuk Kultur Bakteri Probiotik RICA

- Bakteri probiotik RICA, yaitu isolat BT951, MY1112, dan BL542 dalam media Nutrient Broth (100-200 mL per 20 L air tambak).

- Tepung ikan (400 g per 20 L air tambak) - Dedak halus (1.000 g per 20 L air tambak) - Ragi roti (yeast) (100 g per 20 L air tambak)

- Molase (tetes tebu) 500 g atau sekitar 375 mL per 20 L air tambak - Air tambak 20 L.

c. Cara Kultur Bakteri Probiotik RICA

- Masak 1.000 g dedak halus dan 400 g tepung ikan dengan menggunakan 20 L air tambak dalam panci stainless sambil terus diaduk hingga mendidih selama beberapa menit (sekitar 10 menit).

- Matikan api, kemudian masukkan ragi roti sebanyak 100 g, sambil terus diaduk merata.

- Kemudian masukkan molase 500 g, sambil terus diaduk agar tidak hangus (gosong)

(38)

- Dinginkan campuran tersebut dengan cara merendam panci ke dalam tambak atau membaginya ke beberapa tempat agar cepat dingin.

- Setelah dingin, dibagi ke dalam dua ember.

- Masukkan bakteri probiotik sebanyak 50-100 mL per ember. - Diaerasi secara terus menerus dengan aerator AC/DC.

- Setelah dikultur 3-4 hari, aerasi dimatikan dan bakteri probiotik siap digunakan di tambak, yaitu 0,2-1 ppm (2-10 L per hektar tambak tradisional plus dengan kedalaman air satu meter); 1-5 ppm di tambak semi-intensif udang windu dengan padat penebaran hingga 10 ekor/m2; atau 5-10 ppm di tambak udang intensif dengan padat penebaran hingga 20 ekor/m2.

d. Cara Aplikasi Bakteri Probiotik RICA

- Bakteri probiotik RICA yang telah dikultur 3-4 hari ditebar ke tambak dengan dosis seperti tersebut sebelumnya sesuai teknologinya.

- Bakteri probiotik tersebut dicampur/diencerkan dengan air tambak secukupnya, kemudian ditebar merata ke permukaan air tambak.

- Pemberian bakteri probiotik dilakukan seminggu sekali untuk budidaya udang windu tradisional plus dan semi-intensif. Sedangkan untuk sistem intensif diperlukan penebaran 1-2 kali/minggu tergantung kondisi airnya.

- Bakteri probiotik RICA yang terbaik adalah sistem pergiliran, yaitu BT951 diberikan 3-4 kali berturut-turut sejak minggu 2-3 pemeliharaan, kemudian diganti dengan MY1112 diberikan 3-4 kali berturut-turut, kemudian diganti BL542 diberikan 3-4 kali berturut-turut, dan diulang lagi dengan BT951 hingga panen.

- Bakteri probiotik RICA perlu dikultur selama 3-4 hari agar diperoleh konsentrasi hingga 1010-1012 CFU/mL, sehingga pada saat dipakai di tambak hanya memerlukan jumlah sedikit (kurang dari 10 L/ha).

4.2. Pemanfaatan Pakan Alami Phroneima

Usaha perikanan yang berkembang di Kabupaten Pinrang adalah usaha perikanan budidaya udang di lahan tambak. Produksi udang budidaya (krustasea) dari tahun ke tahun cenderung mengalami stagnasi dan juga terjadi penurunan

(39)

produktivitas. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya perbaikan untuk usaha budidaya udang ini. Dalam kegiatan budidaya udang windu yang dilakukan oleh masyarakat pembudidaya di daerah tersebut mampu memberikan solusi terhadap penyediaan lapangan pekerjaan, ketahanan pangan, melindungi lingkungan dari kerusakan sekaligus memberikan keuntungan kepada masyarakat yang terlibat. Dalam memanfaatkan sumber daya alam (tambak) secara berkelanjutan dengan prinsip yang ramah lingkungan dan mampu meningkatkan pendapatan keluarga dan masyarakat yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.

Pada bagian selanjutnya dikemukakan usaha budidaya udang windu di lahan tambak yang efisien ditinjau dari segi pemanfaatan sumberdaya dan minimalisasi limbah. Sebagai bahan kajian yang disampaikan nara sumber diambil contoh pada tambak yang dilakukan oleh kelompok sasaran binaan KIMBis yang mengilustrasikan usaha budidaya udang dapat memanfaatkan pakan alami Phroneima.

Kegiatan usaha yang dicontohkan adalah kegiatan pemanfaatan pakan alami Phronima (Phronima sp) dalam kegiatan budidaya udang windu. Pakan alami lokal sejenis udang renik yang hidup di dasar tambak yang pada awalnya hanya dapat dijumpai di Sabbangparu kecamatan Suppa. Binatang penghuni dasar tambak jenis crustacea itu kini sudah menyebar ke beberapa lokasi pertambakan udang di Pinrang termasuk di lokasi KIMBis.

Dikemukakan oleh nara sumber bahwa dari praktek yang dilakukan oleh masyarakat pembudidaya udang windu diantaranya adalah efisiensi pakan yang selama ini menggunakan pakan buatan komersial. Dalam hal ini juga terjadi efisiensi biaya, karena pembudidaya yang semula harus membeli pakan komersial, saat ini cukup menggunakan Phronima saja.

Selain itu teridentifikasi terjadi efisiensi penggunaan benih, dengan adanya kelulusan hidup yang lebih tinggi pada udang windu yang dibudidayakan. Selama ini kelulusan hidup udang sebesar 50%, namun setelah menggunakan Phronima sebagai pakan alami, sehingga kelulusan hidup udang di tingkat pembudidaya meningkat menjadi 75 – 80%. Hal ini secara tidak langsung telah mengoptimalkan sumberdaya lokal karena Phronima adalah udang renik yang hidup di dasar tambak.

Gambar

Tabel 1. Kegiatan KIMBis Suppa Kab. Pinrang 2012-2013
Gambar 1. Struktur Organisasi dan Pengurus KIMBis Kab. Pinrang
Gambar 1. Aktivitas Penangkapan Ikan di Kabupaten Pinrang, 2013  Sumber: Dokumentasi Penelitian Kimbis Pinrang, 2013
Gambar 3. Aktivitas Budidaya Ikan dan Udang di Kabupaten Pinrang, 2013  Sumber: Dokumentasi Penelitian Kimbis Pinrang, 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait