BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
dalam penelitian ini nantinya tidak diragukan. Untuk menentukan
masing-masing data yang memenuhi syarat;
- data yang masuk beridentitas lengkap dan jelas;
- data yang diperoleh dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang telah
ditetapkan.
b. Pengoreksian data
Data yang diperoleh secara berurut dan difokuskan pada aspek;
- kemampuan dalam menjawab pertanyaan yang dibuat (secara
tertulis);
- kemampuan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan (secara
lisan);
- kemampuan dalam berdiskusi.
c. Penilaian data berfungsi untuk mengetahui kualitas proses belajar
mengajar secara kuantitatif.
d. Penyimpulan data berfungsi dalam membantu pendeskripsian data
penelitian secara rinci dan singkat.
Analisis data dihitung dengan menggunakan perhitungan sederhana
yang dibagi dalam beberapa penilaian, yaitu (Daryanto, 2011):
a. LKS, Pre-test dan Post-test
Data tentang nilai hasil belajar (kognitif) siswa dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Nilai Akhir=Jumlah seluruh benar Jumlah soal ×100
Hasil penelitian dianalisis 3 kali yaitu analisis untuk menghitung
rata-rata kelas, menentukan ketuntasan belajar secara individual dan
menentukan ketuntasan belajar secara klasikal.
- Menentukan rata-rata kelas
Untuk mengetahui nilai rata-rata kelas pada masing-masing
siklus sebagai berikut:
X = ∑X N
Keterangan :
ΣX = Jumlah nilai seluruh siswa
N = Banyaknya siswa yang mengikuti test
- Menentukan ketuntasan belajar secara individual
Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan
tiap indikator dan kompetensi dasar dari tes yang diujikan. Rumus
yang digunakan deskriptif prosentase yang menggambarkan
besarnya tingkat penguasaan materi yaitu:
TP = n
N × 100%
Keterangan:
TP = Prosentase penguasaan materi
n = Skor yang diperoleh responden
N = Skor maksimal
Dalam penelitian ini digunakan standar penguasaan 70%
artinya siswa yang tingkat penguasaan materinya kurang dari 70%
dikatakan belum tuntas.
- Menentukan ketuntasan belajar secara klasikal
Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar
siswa secara klasikal sebagai berikut:
P = ∑ x 100%
Keterangan:
P = Nilai ketuntasan belajar
Σn1 = Jumlah siswa tuntas belajar secara klasikal n = Jumlah total siswa
b. Menentukan kekritisan siswa
Tingkat kekritisan siswa dihitung dengan rumus:
Nk = Jumlah Soal Betul x Nilai Tipe Soal Total Nilai Tipe Soal
Dengan ketentuan :
No Tipe Soal Lambang Tipe Soal Nilai Tipe Soal
1 Ingatan C1 10 2 Pemahaman C2 20 3 Aplikasi C3 30 4 Analisis C4 40 5 Sintesis C5 50 6 Evaluasi C6 60
Penentuan persentase kekritisan siswa dalam menyusun dan menjawab
pertanyaan secara mandiri dihitung dengan ketentuan:
%C=
Keterangan:
C : tipe soal yang disusun (C1, C2, C3, C4, C5, dan C6)
c. Lembar observasi siswa (Daryanto, 2011)
- Lembar observasi berfungsi untuk mengetahui perkembangan aspek
afektif dan psikomotorik siswa secara klasikal. Untuk menghitung
lembar observasi pengolahan pembelajaran dengan metode PQ4R
digunakan rumus berikut:
% = x 100%
dengan,
X
=
( )Keterangan:
% = Persentase lembar observasi
X
= Rerata
Σx = Jumlah rerata nilai pada setiap aspek P1 = Pengamat1
P2 = Pengamat 2
d. Lembar angket siswa
Lembar angket siswa dianalisis secara deskriptif berdasarkan
persentase yang diperoleh dari penilaian siswa.
E. Instrument penelitian
1. Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam PTK ini adalah Silabus,
RPP, dan LKS.
2. Instrumen pengumpulan datanya berupa pre-test dan post-test, LKS, lembar observasi perkembangan belajar pada aspek afektif-psikomotorik,
dan lembar angket siswa.
F. Indikator Pencapaian
Variabel Data Indikator Pencapaian
Aspek Kognitif Nilai pre-test dan post-test.
- 50% anak memperoleh nilai di atas 70 pada siklus I.
- 60% anak memperoleh nilai di atas 70 pada siklus II.
Aspek Afektif Lembar observasi secara klasikal
70 % rata-rata dari kelas, dengan kategori baik.
Aspek
Psikomotorik
Lembar observasi secara klasikal
70 % rata-rata dari kelas dengan kategori baik.
Aspek Kekritisan Pengerjaan pre-test, post-test, dan LKS
- 50% anak menperoleh nilai di atas 70 pada siklus I.
- 60% anak memperoleh nilai di atas 70 pada siklus II.
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Sebelum melakukan tindakan, siswa-siswi kelas VII dan kelas VIII
pada tanggal 29 Mei 2012 sampai 4 Juni 2012, diminta untuk mengisi angket
terkait penggunaan metode PQ4R dalam belajar. Hasil analisis angket
menunjukkan beberapa hal seperti tingkat ketertarikan siswa-siswi terhadap
kegiatan membaca (reading) mengenai materi IPA-Biologi masih rendah yaitu mencapai 91% pada kelas VII B.
Berdasarkan taraf intensitas membaca materi Biologi, siswa-siswi kelas
VII SMP Kanisius Kalasan memiliki keaktifan membaca yang baik karena
tingkat sering membaca mencapai 53%, walaupun tingkat sangat sering hanya
0%. Perbedaaan 6% pada tingkat “jarangnya membaca dan sering”
menunjukkan siswa memiliki minat yang kurang untuk model belajar dengan
membaca. Tingkat membaca terendah (pernah tapi jarang) terdapat pada kelas
VII B dengan total 17 orang.
Tingkat intensitas bertanya mencapai 73% yang merupakan kategori
“siswa-siswi pernah mengajukan pertanyaan namun jarang”. Dari data ini
dapat dikatakan siswa-siswi masih kurang aktif dalam mengajukan
pertanyaan atas apa yang mereka baca. Terdapat 3% siswa-siswi yang tidak
pernah mengajukan pertanyaan yang berasal dari kelas VII B.
Dalam proses belajar secara mandiri siswa-siswi Kelas VII B memiliki
hasil pilihan siswa-siswi pada pilihan, “guru sebagai sumber informasi belajar”
sebesar 22 orang (untuk kelas VII A; 19 orang, kelas VII C; 17 orang).
Sedangkan untuk tingkat materi yang sulit pada pelajaran IPA-Biologi,
menurut siswa-siswi kelas VIII yang telah menempuh mata pelajaran Biologi
secara penuh ialah materi sistem peredaran darah (25% siswa-i memilih
option ini) dan urutan kedua materi tersulit ialah materi sistem pencernaan sebanyak 21%. Ketidak-pahaman akan materi ini dikarenakan materi ini sulit
dipahami siswa (62%). Hal ini terbukti dari hasil analisis data yang diperoleh
dari 70 siswa-siswi kelas VIII SMP Kanisius Kalasan. Berdasarkan hasil
angket tersebut maka penerapan metode PQ4R cocok digunakan sebagai
metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan kekritisan
siswa-siswi kelas VII B yang akan naik ke kelas VIII B.
Pada tanggal 17 September 2012, sebelum dimulai siklus I dilakukan
pre-test pada kelas VIII B untuk melihat bagaimana tingkat kognitif dan
kekritisan siswa-siswi dalam menjawab suatu pertanyaan. Pre-test diberikan
dalam wujud test objektif yang berjumlah 20 soal. Setiap soal memiliki tipe
yang berbeda, dan hasil yang diperoleh ialah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Pencapaian Nilai Kognitif dan Kekritisan Pre-test
No. Nilai Frekuensi Kognitif (siswa) Frekuensi kekritisan (siswa) 1 diatas 81 2 6 2 70-80 9 8 3 59-69 12 12 4 48-58 7 6 5 dibawah 47 7 5
Berdasarkan data tabel di atas, dapat dikatakan bahwa tingkat kognitif
mencapai ketuntasan minimal 50% (target untuk siklus I) dari kelas dengan
KKM 70. Rentang nilai pada hasil pre-test berkisar dari 15-90.
Hasil rerata pada kegiatan pre-test yang dilakukan menunjukkan tingkat
kognitif siswa yaitu 60,20 sedangkan tingkat kekritisannya 65,66. Untuk
tingkat kelulusan yang mencapai standar penguasaan 70% secara individu
ialah 11 siswa-siswi yang tuntas dengan rentang nilai 70-90.
Tingkat kekritisan siswa-siswi berada pada rentang nilai antara 12,12
sampai dengan 93,75 dimana terdapat satu siswa yang memperoleh nilai
kekritisan 12,12 dan satu siswa memperoleh nilai 93,75. Jumlah siswa yang
memperoleh nilai 70 sampai dengan 93,75 dan dinyatakan tuntas ialah 37,84%
dari kelas, nilai ini belum mencapai ketuntasan minimal 50% dari kelas.
Berdasarkan hasil penelitian pratindakan di atas dapat diketahui
kemampuan kognitif dan kekritisan siswa kelas VIII B SMP Kanisius
Kalasan Yogyakarta secara umum belum mencapai standar indikator
keberhasilan 50%. Pencapaian rerata kelas yang diperoleh baik tingkat
kognitif dan kekritisan masih rendah (dibawah 70) yaitu hanya 60,20
(kognitif) dan 65,66 (kekritisan).
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Pelaksanaan siklus I dan siklus II dilaksanakan pada tanggal berikut:
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Tindakan dengan Metode PQ4R
No Siklus Hari, Tanggal
1
Siklus I 17-25 September 2012
Pertemuan I Senin, 17 September 2012 Pertemuan II Selasa, 18 September 2012 Pertemuan III Senin, 24 September 2012
2
Siklus II 25 September – 1 Oktober 2012 Pertemuan I Selasa, 25 September 2012 Pertemuan II Senin, 1 Oktober 2012
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Peneliti berperan sekaligus sebagai pengajar yang memberikan
bimbingan pembelajaran di kelas, maka sebelum melakukan kegiatan
tindakan hal dasar yang disiapkan ialah RPP yang berisi rancangan
pembelajaran yang akan berlangsung (RPP tercantum di lampiran).
Perencanaan RPP meliputi desain pembelajaran yang akan
berlangsung dan pengalokasian waktu sehingga proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik.
Untuk merekam proses pembelajaran yang berlangsung maka
dilakukan peminjaman alat-alat digital seperti kamera dan handycame
sehingga ini memudahkan dokumentasi proses pada siklus yang
dilakukan.
Pada siklus ini perencanaan utama ialah penyampaian proses
belajar mengajar dengan PQ4R, karena metode ini masih baru bagi
siswa-siswi selain itu berdasarkan hasil observasi, kelas siswa-siswi
kelas VIII B memiliki kecendrungan tidak suka membaca, mencatat
pertanyaan, dan menggali informasi dari buku lain. Hal ini tentunya
akan mempersulit pelaksanaan PQ4R yang membutuhkan
keterampilan tersebut.
Guru merencanakan refleksi ulang pembelajaran yang dilakukan
pada siklus I pada tiap pertemuan. Selain refleksi dari guru, siswa-
siswi juga diminta untuk melakukan refleksi pembelajaran yang
Pemeriksaan kembali lembar observasi yang akan diberikan
pada observer. Tujuan pemeriksaan ini untuk menghindari kesalahan
penulisan item dan mempermudah kerja observer.
b. Penerapan Tindakan
Guru melaksanakan RPP yang telah disusun, menjelaskan tujuan
pembelajaran, memberikan LKS yang membantu dalam
mempermudah pelaksanaan pembelajaran dengan metode PQ4R.
Pada tiap awal tindakan guru memberikan preview atas apa yang akan dipelajari dan memberikan motivasi belajar dengan bertanya
pada siswa sehingga guru dapat mengetahui perkembangan
pemahaman siswa secara klasikal.
Setelah penjelasan umum dari guru dan mengutarakan pendapat
mereka dengan bertanya dan menjawab, siswa diminta untuk
membaca sekilas buku paket atau LKS IPA yang mereka miliki (tahap
preview). Setelah membaca sekilas bacaan, siswa-siswi diminta untuk menutup buku paket atau LKS IPA mereka dan mulai menyusun
pertanyaan berdasarkan awalan, “Apa, Dimana, Mengapa, Kapan,
Bagaimana” (tahap questioning).
Setelah menyusun pertanyaan siswa-siswi dengan batas waktu
yang ditentukan berkisar 10-15 menit diminta untuk membaca buku
paket dan LKS IPA mereka dan mulai menjawab pertanyaan yang
mereka ajukan (tahap reading). Sebagai penunjang aktivitas belajar guru memberikan arahan pada siswa dengan meminta siswa untuk
Guru memberikan tugas rumah dan meminta siswa untuk
mengerjakan tugas tersebut dengan mencari bahan dari sumber lain
seperti internet (tahap reflect). Siswa yang berada pada kelompok diminta untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang mereka buat
dan memilih pertanyaan tersebut sehingga tidak ada yang sama (tahap
recite). Sebagai penutup tindakan siklus I siswa diminta untuk merangkum, memberikan kesimpulan pembelajaran, dan refleksi
(tahap review).
c. Observasi dan Evaluasi
Selama tindakan guru dibantu oleh observer. Observer berfungsi
dalam membantu mengamati perkembangan hasil belajar pada aspek
afektif dan psikomotorik siswa secara klasikal. Selama proses belajar
guru mendapati siswa-siswi cukup antusias dalam belajar hanya saja
fasilitas untuk belajar kurang mendukung karena siswa hanya
memiliki LKS atau buku paket.
Selama siklus I guru dan observer mengamati anak-anak
memiliki perkembangan hasil belajar dan kekritisan yang baik. Setiap
kali guru mengajukan pertanyaan siswa akan menjawab walaupun
pada awalnya malu-malu. Bahkan secara garis besar kegiatan preview
dilakukan oleh siswa dan guru membimbing dengan memberikan
pertanyaan.
Sewaktu kegiatan membaca, siswa pada awalnya membaca
bahan yang mereka miliki. Namun, pada kegiatan pertemuan ke-II ada
dan bahkan sewaktu mengerjakan tugas membuat pertanyaan. Untuk
mengatasi hal ini guru menegur siswa tersebut secara pribadi.
Berdasarkan hasil pengamatan pengerjaan LKS, penyusunan
kata-kata pada pertanyaan dan jawaban belum disusun dengan baik
dan siswa cenderung lupa memberikan tanda tanya pada pertanyaan.
Seperti “Apakah orang yang menderita kekurangan vitamin”,
selebihnya penulisan pertanyaan sudah baik dan ada beberapa siswa
yang menuliskan pertanyan yang kritis terkait kehidupan sehari-hari,
seperti “Apa akibat dari terlalu banyak minum soda bagi pencernaan?”.
Pada akhir kegiatan, dilaksanakan tahap review dimana siswa diminta membuat kesimpulan. Dalam membuat kesimpulan siswa
masih ada yang menggabungkan kata-kata yang digunakan untuk
refleksi dan kesimpulan. Misalnya siswa sering berisi kata-kata,
“dapat mengetahui tentang fungsi serta makanan yang baik dicerna”.
Siswa-siswi juga memiliki kecendrungan menarik kesimpulan bacaan
yang tidak sesuai dan masih umum. Agar dapat mengatasi ini guru
memberikan penjelasan singkat terkait pembuatan kesimpulan.
Berdasarkan hasil kegiatan belajar keseluruhan yang diperoleh
dari sintesis lembar observasi pada siklus I 51% siswa telah
menunjukkan perkembangan dalam aspek kognitif (5,5%), afektif
(14%), psikomotorik (22,9%), dan kekritisan dalam berpikir (8,6%).
Berdasarkan hasil analisis ini dapat dikatakan bahwa hasil belajar dan
kekritisan siswa masih rendah dan perlu dilakukan perbaikan
d. Refleksi
Selama tindakan pada siklus I, guru kurang melakukan
pengaturan waktu dan pengolahan kelas dengan baik. Hal ini terjadi
karena kelas ini termasuk kelas yang cukup besar, sehingga siswa-
siswi yang telah selesai membaca seringkali melakukan aktivitas lain
seperti bermain dan ngobrol akhirnya menyebabkan kelas menjadi ribut. Untuk mengatasi hal ini, guru langsung memberikan pengarahan
agar siswa tidak memiliki banyak waktu santai dan guru juga
mempertegas waktu membaca siswa yaitu berkisar 10-15 menit.
Siswa memiliki kecendrungan mengabaikan tugas rumah yang
diberikan. Hal ini terjadi karena siswa memiliki aktivitas yang banyak
diluar jam sekolah. Aktivitas ini seperti bermain, bekerja, dan juga
kegiatan lainnya. Untuk mengatasi hal ini guru yang telah merancang
tugas kelompok dengan menetapkan penegasan pengumpulan tugas
dan bagi yang tidak mengumpulkan, maka tidak akan memperoleh
nilai. Hasilnya, ada beberapa kelompok anak yang mulai
mengumpulkan tugas mereka dengan tepat waktu.
Pada siklus I hasil belajar dan kekritisan yang diperoleh belum
memuaskan karena nilai siswa mengalami penurunan dari pre-test.
Hal ini dapat terjadi karena siswa tidak terbiasa dengan metode PQ4R,
namun siswa-siswi terbiasa dengan model ceramah dan bermain.
Guru mengamati bahwa perkembangan aspek psikomotorik
siswa termasuk kategori baik. Hanya saja, siswa masih belum bisa
meningkatkan aspek afektifnya dengan baik, maka dari itu guru
terbuka, bekerja sama, dan menghargai seperti memberikan tugas
kelompok hingga menegur siswa secara langsung di kelas.
Hasil kegiatan siklus I menunjukkan indikasi proses belajar
yang mengalami kemunduran, oleh karena itu dilakukan desain ulang
variasi mengajar dalam kelas sehingga siswa dapat lebih termotivasi.
e. Rencana Tindakan Ulang
Tindakan ulang yang akan dilaksanakan pada siklus II ialah
mengurangi intensitas pengerjaan tugas dalam kelompok (siswa
berkelompok untuk mengerjakan tugas rumah yang terdiri atas dua
siswa), peningkatan tipe soal untuk post-test yang dapat menunjukkan
kemampuan penyelesaian soal yang dikerjakan secara kognitif dan
untuk melihat tingkat perkembangan kekritisan siswa.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Guru memperbaiki rancangan RPP yang telah disusun sehingga
proses belajar dalam kelas dapat diperbaiki. Perbaikan proses belajar
mencakup mengurangi belajar berkelompok selama di kelas dan untuk
tugas rumah diberikan dalam wujud kelompok yang terdiri atas dua
siswa.
Guru memotivasi siswa dengan memberikan gambar organ
pencernaan dan letak enzim pencernaan pada setiap siswa. Guru juga
membuatkan rangkuman bacaan yang berisi materi sistem pencernaan
secara umum sehingga siswa dapat lebih memahami apa yang telah
dipelajari. Untuk melihat keaktifan siswa dalam mem-preview, membaca, me-reflect, me-recite, dan me-review apa yang mereka
pelajari. Guru menugaskan pada setiap dua siswa untuk mencari
informasi bacaan terkait organ pencernaan dan penyakitnya, mereka
diminta untuk membuat pertanyaan serta merangkum apa yang
mereka pelajari dari bacaan tersebut.
b. Penerapan Tindakan
Guru melaksanakan RPP yang telah dirancang dan menanyakan
tujuan pembelajaran tahap ke-II pada siswa-siswi serta menegaskan
kembali metode pembelajaran yang digunakan dalam belajar sehingga
siswa dapat memahami bagaimana menempatkan diri dalam kelas.
Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pemaparan
umum terkait organ pencernaan, proses pencernaan, dan penyakit pada
organ pencernaan. Pembahasan ini bersifat ceramah dengan bantuan
gambar organ pencernaan yang diedarkan pada setiap siswa. Untuk
meningkatkan suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dalam
belajar, guru memberikan beberapa pertanyaan pada siswa mengenai
bagian-bagian organ pencernaan berdasarkan gambar yang diberikan
(tahap preview).
Setelah guru memberikan penjelasan secara umum mengenai
organ pencernaan, proses pencernaan, dan penyakit pada organ
pencernaan, siswa-siswi diminta untuk membaca LKS dan buku paket
yang mereka miliki (tahap reading). Selanjutnya, siswa-siswi menyusun pertanyaan baru yang sangat ingin mereka ketahui dan
menjawab pertanyaan tersebut dengan mencari di buku yang mereka
baca (tahap questioning dan tahap reading). Untuk menghindari pertanyaan yang sama dan persis dengan apa yang tertulis di buku,
siswa-siswi sewaktu menyusun pertanyaan diminta untuk menutup
buku dan LKS IPA. Setelah itu siswa-siswi mencari jawaban dengan
membuka buku dan LKS IPA mereka kembali.
Tahap reflect dilakukan dengan memberikan tugas pada siswa- siswi untuk mengerjakan LKS III yang meminta siswa-siswi untuk
mencari bahan dari internet. Setelah penugasan, siswa-siswi dibagikan
lembar kesimpulan dan refleksi pelajaran (tahap recite). Rangkuman ini berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh siswa-siswi telah
memahami apa yang dipelajari. Guru memberikan pengarahan untuk
merangkum pembelajaran dari awal hingga akhir dengan menjelaskan
ulang apa yang dipelajari (tahap review).
Sebagai tugas akhir, siswa-siswi secara mandiri diminta untuk
memberikan pertanyaan terkait bacaan yang diberikan sehingga
mereka dapat membayangkan soal seperti apa yang akan dikeluarkan
dalam ulangan harian.
c. Observasi dan Evaluasi
Pada siklus II, siswa-siswi lebih dapat mengontrol diri mereka
dalam menjaga ketenangan kelas. Siswa-siswi juga tampak antusias
sewaktu diberikan gambar organ pencernaan. Hal ini terlihat sewaktu
mereka memperoleh gambar tersebut mereka langsung membuka dan
mencari informasi mengenai gambar tersebut. Pembelajaran secara
mandiri cukup membantu siswa-siswi membuat pertanyaan dengan
baik dan membantu mereka lebih bisa mengutarakan apa yang ingin
Penjelasan pengerjaan LKS III yang tidak dipahami dan
didengar siswa-siswi cukup mempersulit guru dalam membuka
pembelajaran, hal tersebut dapat diatasi karena masih ada siswa-siswi
yang mengerjakan tugas dengan baik dan mengumpulkan tugas. Pada
tahap ini guru meminta siswa-siswi untuk memberikan simpulan.
Salah satu simpulan siswa ialah “saya senang karena dapat
mengetahui sistem pencernaan seperti organ pencernaan yang terdiri
dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus.”
Proses pembelajaran pada siklus II tahap II cukup dipahami
siswa-siswi karena materi yang dibahas terkait sesuatu yang ada pada
tubuh mereka. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa
terhadap proses belajar dengan metode PQ4R, guru memberikan
angket pada siswa dan meminta mereka untuk mengisinya.
Berdasarkan hasil kegiatan belajar keseluruhan yang diperoleh
dari sintesis lembar observasi pada siklus II 64% siswa telah
menunjukkan perkembangan dalam aspek kognitif (5,6%), afektif
(17,6%), psikomotik (24%), dan kekritisan dalam berpikir (16,8%).
Berdasarkan hasil analisis ini dapat dikatakan bahwa hasil belajar dan
kekritisan siswa lebih baik dibandingkan dengan proses belajar pada
siklus II. (Perhitungan terdapat di lampiran)
d. Refleksi
Proses belajar pada anak dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar
pada anak. Faktor utama adalah faktor dalam diri anak yang mencapai
70%. Maka dari itu untuk meningkatkan faktor dalam diri anak seperti
seorang guru. Untuk itu guru berusaha memberikan pujian pada siswa
yang memberikan pertanyaan dan jawaban dengan benar.
Proses penyampaian tugas yang terperinci dan pengingat
mengenai tugas merupakan hal yang penting di kelas ini. Berdasarkan
hasil observasi dan analisa guru menemukan siswa-siswi tidak akan
mengerjakan tugas jika tidak diingatkan terus menerus dan
diinformasikan dengan jelas. Hal ini dapat terjadi karena setelah
bersekolah siswa-siswi memiliki tugas lain yang akhirnya
menyebabkan mereka secara tidak langsung mengabaikan tugas yang
diberikan.
e. Rencana Tindakan Ulang
Karena nilai yang diperoleh pada hasil post-test telah
menunjukkan nilai yang memuaskan dibandingkan pada awal
kegiatan belajar mengajar sebelum siklus II, maka diputuskan tidak
diadakan tindakan selanjutnya.
C. Hasil dan Pembahasan Penelitian
1. Penilaian Kognitif Siswa-siswi
a. Hasil dan pembahasan penilaian pre-test dan post-test
Penilaian pre-test dilakukan pada awal kegiatan siklus I. Soal
yang diberikan berupa soal objektif (multiple choice) dengan jumlah 20 soal. Setiap soal bernilai 10, jika benar maka akan diberi nilai 10
jika salah maka akan diberi nilai 0. Soal post-test I berupa soal
objektif (multiple choice) dengan jumlah 10 soal. Setiap soal bernilai 10, jika benar maka akan diberi nilai 10 jika salah maka akan diberi
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 T i n g k a t a n N i l a i
Data Sisw a-i Urut Presensi
Pre-Test Post -t est I
Tabel 4.3 Tingkat Pencapaian Kognitif Siswa-siswi Keterangan Pre-test Post-test I Post-test II
Nilai tertinggi 90 80 100 Nilai terendah 15 20 30 Rerata 60,20 46,76 71,08 % Siswa yang mencapai KKM 70 29,72% 5,41% 67,57% % Siswa yang tidak mencapai KKM 80 70,27% 94.59% 32,43% Jumlah siswa yang mengalami kenaikan nilai - 8 27
Pada post-test I diperoleh nilai dengan rentang nilai 20 sampai
dengan 80. Rerata nilai post-test I yang diperoleh adalah 46,76 lebih
rendah 17,29 dari rerata pre-test. Siswa yang tuntas dengan nilai 70
hanya 2 siswa. Untuk post-test I ketuntasan belajar ialah sebesar
5,4%, lebih rendah 24,31% point dari angka ketuntasan yang dicapai
pada pre-test.
Berdasarkan gambar 4.1, siswa-siswa yang mengikuti proses
belajar pada siklus I lebih banyak mengalami penurunan nilai