• Tidak ada hasil yang ditemukan

- Senior Manajemen Komitmen - Komitmen Organisasi

HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Perusahaan PT KAI

5.2. Hasil Penelitian

5.2.4. Kesimpulan Komitmen Senior Manajemen

Informasi ini berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan telaah dokumen yang sudah disimpulkan peneliti bahwa terdapat 8 kriteria yang terpeuhi, selanjutnya dapat dilihat hasilnya pada tabel 6.2 untuk menentukan kategori komitmen.

Tabel 6.2

Kategori Penilaian Komitmen Senior Management

No Kriteria Penilaian Kriteria yang

Terpenuhi

1 Komitmen Sangat Tinggi 9-11

2 Komitmen Tinggi 7-8

3 Komitmen Sedang 4-6

4 Komitmen Rendah 2-3

5 Tidak memiliki komitmen 0-1

Sumber : (Lubis, 2009)

Berdasarkan 11 kriteria senior manajemen commitment indeks milik Dominic Cooper maka dapat diketahui pemenuhan komitmen senior management DAOP 2 Bandung pada tingkat komitmen yang tinggi karena memenuhi kriteria 8 dari 11 kriteria yang ada.

Komitmen tinggi ini diketahui melalui sikap-sikap yang ditunjukkan oleh senior manajemen. Diketahui melalui 8 kriteria yang terpenuhi adalah senior manajemen ikut serta dalam observasi, inspeksi dan identifikasi bahaya, selalu hadir dalam pertemuan K3 yang di adakan oleh SHE, melakukan diskusi dengan manajer lain, senior manajemen melakukan tindakan perbaikan terhadap ketidak sesuaian terkait K3, senantiasa melakukan pemantauan terhadap tindakan koreksi, memberikan persetujuan terhadap anggaran yang diperuntukkan untuk perkembangan SMK3, melakukan tinjauan dan monitoring terhadap progress program-program K3, serta selalu mengahdiri kegiatan training.

Kriteria lain yang tidak terpeuhi oleh Kepala DAOP 2 Bandung karena beliau tidak melakukan diskusi khusus mengenai aspek K3 dengan pekerja, diskusi yang

selama ini dilakukan terbatas pada pekerjaan. Kepala DAOP juga tidak melakukan investigasi terhadap kecelakaaan yang terjadi karena berdasarkan observasi dari kantor pusat menyatakan tidak adanya kecelakaan kerja, namun ketika melakukan wawancara dengan beberapa pekerja mereka menceritakan bahwa kejadian kecelakaan segera ditangani oleh unit sehingga tidak terlaporkan ke Kantor DAOP. Kriteria selanjutnya yang tidak terpenuhi adalah analisis terhadap kebutuhan training yang dilakukan oleh kepala DAOP.

Hasil dari kedua komitmen baik itu komitmen dari Senior Manajemen dan Komitman Organisasi menunjukkan komitmen sudah baik, kedua komitmen ini seharusnya dapat mempengaruhi pemenuhan elemen penerapan kebijakan K3 berdasarkan PP no. 50 tahun 2012 untuk memenuhi kriteria audit pemenuhan dan pemeliharaan komitmen. Komitmen yang baik dari senior manajemen dan komitmen organisasi yang baik dari jajaran manajemen tengah dan bawah dalam menerapkan SMK3 akan berdampak positif pada kriteria-kriteria elemen pemenuhan dan pemeliharaan komitmen karena menejemen akan selalu berorientasi untuk menunjukkan bahwa perusahaan patuh akan apa yang sudah ditetapkan dan disepakati didalam perusahaannya dan dipandang perusahaan yang konsisten untuk menerapkan SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012.

5.2.5. Analisis Pelaksanaan Elemen Penetapan Kebijakan K3 Berdasarkan PP No. 50 tahun 2012

Definisi istilah yang kedua pada penelitian ini yaitu analisis pelaksanaan elemen penetapan kebijakan K3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012. Teknik pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan metode GAP Analysis melalui

standard checklist dari elemen pertama Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012. Kemudian hasilnya dapat menggambarkan pemenuhan yang dilakukan DAOP 2 Bandung PT KAI terhadap elemen 1 dari Peraturan Pemerintah tersebut. Penelitian ini bukanlah bentuk dari audit, sehingga hasil analisisnya tidak dapat dijadikan hasil akhir, masih membutuhkan penelitian dan pembahasan lebih mendalam oleh badan-badan yang secara khusus berkompeten melakukan audit.

Untuk mengetahui lebih dalam hasil dari observasi dan data sekunder yang ditemukan di lapangan, maka dilakukan in-depth interview pada kriteria-kriteria yang berada pada elemen pertama PP No. 50 tahun 2012 yang diformulasikan ke dalam 39 pertanyaan yang ditanyakan kepada beberapa informan.

In-depth interview dilakukan pada Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C, Kepala Dipo Kereta Bandung dan Kepala Ruas. Berikut adalah hasil dari setiap kriteria yang ada.

1. Kriteria 1: Terdapat kebijakan K3 yang tertulis, tertanggal, ditandatangani oleh pengusaha atau pengurus, secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3 serta komitmen terhadap peningkatan K3.

Infomasi mengenai kriteria ini dilakukan dengan mencari dokumen kebijakan di DAOP 2, berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan banner yang tertera komitmen keselamatan yang berlaku di DAOP 2 yang telah ditanda tangani oleh Kepala DAOP dan jajaran Manajer DAOP 2. Selanjutnya peneliti berusaha meminta dokumen dan mencari informasi asal mula terbentuknya komitmen keselamatan tersebut. Selanjutnya untuk membuktikan komitmen tersebut adalah komitmen keselamatan yang dimaksud maka peneliti bertanya kepada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manajer Inspector 2B dan 2C, yang menyatakan

komitmen tersebut memang komitmen keselamatan yang dibentuk karena himbauan dari kantor pusat, berikut adalah kutipan wawancara dengan informan:

Informan 1 (Manajer SDM)

“Oh iya betul 6 point komitmen keselamatan kami, waktu ada surat direksi dari SHE jadi kami membuat safety commitment”

Sehingga dapat disimpulkan terdapat kebijakan yang tertulis namn tidak tertanggal akan tetapi ditandai tangani oleh pimpinan dan jajaran manajer. Kriteria ini mendapatkan nilai 1 yang artinya terpenuhi.

2. Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus setelah melalui proses konsultasi dengan wakil tenaga kerja

Informasi mengenai kriteria ini dilakukan dengan metode triangulasi sumber melalui in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C. Hasilnya menunjukkan Kebijakan dikonsepkan oleh Kepala DAOP 2 melalui konsultasi dengan beberapa pegawai dari tiap unit serta mempertimbangkan kondisi di lapangan serta kebijakan direksi lainnya. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan informan:

Informan 1 (Manajer SDM)

“oh,,iya lah kalau kita buat kebijakan itu melihat dari lapangan dulu,, observasi dulu setelah kita sesuaikan dengan kebijakan-kebijakan direksi dilihat dilapangannya itu seperti apa gitu..”

Keterbatasan dari informasi ini adalah peneliti tidak melakukan telaah dokumen berupa notulensi atau daftar hadir yang membuktikan bahwa kebijakan disusun oleh pengusaha melalui proses kondultasi dengan tenaga kerja. Kesimpulan dari penjelasan diatas kriteria tersebut tidak dapat terpenuhi, maka kriteria ini memiliki nilai 0 yang berarti tidak terpenuhi.

3. Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan K3 kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan, dan pemasok dengan tata cara yang tepat.

Informasi mengenai kriteria ini digali melalui metode triangulasi sumber dengan melibatkan beberapa informan yang diwawancarai secara mendalam dengan beberapa pertanyaan. Informan pada kriteria ini yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dikemukakan informan:

Informan 1 (Manager SDM)

“oh iya kita itu pihak ke 3 itu misalkan dengn vendor misalnya tentang kebijakan K3 misalnya harus ada apa,,APAR misalnya apalagi yang nyewa-nyewa di stasiun”

Informasi lain didapatkan bahwa komunikasi mengenai kebijakan K3 dilakukan kepada penumpang melalui departemen humas, jika dilihat melalui observasi kebijakan tersebut memang di tempel dalam bentuk banner di beberapa sisi stasiun, berikut adalah kutipan wawancaranya: Informan 4 (Junior Manager Inspector 2B)

“tempo hari itu sudah disosialisasikan KUPT KUPTnya seluruhnya sudah, kalau untuk penumpang aku rasa sudah ya,,kan dari humas kan itu lebih luas”

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil triangulasi sumber menunjukkan bahwa kebijakan K3 sudah disosialisasikan kepada pekerja dan vendor yang menggunakan toko-toko di stasiun serta penumpang melalui departemen humas. Kriteria ini memiliki nilai 1 yang berarti terpenuhi.

4. Kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3 yang bersifat khusus.

Informasi mengenai kriteria ke empat ini didapatkan melalui telaah dokumen. Peneliti berusaha mencari dokumen-dokumen kebijakan K3 yang berdifat khusus untuk satu risiko yang khusus. Akan tetapi tidak ditemukan adanya kebijakan khusus untuk risiko yang khusus di DAOP 2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kriteria ini memiliki nilai 0 yang artinya tidak terpenuhi.

5. Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan dalam peraturan perundang-undangan.

Informasi untuk kriteria ini digali melalui telaah dokumen dan metode triangulasi sumber. Pertama peneliti melakukan triangulasi sumber dengan menggunakan daftar pertanyaan yang ada ditanyakan secara mendalam pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager

Inspector 2B dan 2C. Hasilnya menyatakan kebijakan ditinjau ulang untuk mempertahankan ISO yang telah diperoleh selain itu kebijakan selalu dievaluasi untuk melihat kendala dalam penerapannya. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan informan:

Informan 1 (Manager SDM)

“ohh,,iya karena kita kan ini udah ISO ya udah ISO jadi ISO juga kan udah kita harus kontinyuitasnya harus kita tinjau terus karena kita kan harus mempertahankan ISO tersebut gitu kita juga ada peninjauan tersebut

“ohh,,iya karena kita kan ini udah ISO ya udah ISO jadi ISO juga kan udah kita harus kontinyuitasnya harus kita tinjau terus karena kita kan harus mempertahankan ISO tersebut gitu kita juga ada peninjauan tersebut”

Selanjutnya peneliti melakukan telaah dokumen terhadap beberapa kebijakan terkait K3 ditemukan beberapa kebijakan tidak menunjukkan adanya revisi atau perbaikan. Peninjuan yang dilakukan hanya berdasarkan kondisi perusahaan tidak disesuaikan dengan perundang-undangan. Kriteria ini memiliki nilai 0 yang berarti tidak terpenuhi.

6. Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkan kepada semua pihak yang terkait dalam perusahaan di bidang K3 telah ditetapkan, diinformasikan dan didokumentasikan.

Informasi pada kriteria dihasilkan dari triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan melakukan ind-dept interview pada beberapa

informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C. Hasil yang ditemukan adalah penanggung jawab tersebut yaitu pimpinan tertinggi Kepala DAOP, berikut kutipan wawancaranya:

Informan 1 (Manajer SDM)

kalau untuk K3 disini kan pimpinan tertinggi kan VP DAOP 2 Vice Presidentnya DAOP 2 gitu VP nya DAOP 2, dan ditindak lanjut oleh ya itu para manager terkait”

Tanggung jawab dan wewenang tersebut tidak ada penetapan khusus, namun secara otomatis setiap Kepala unit memiliki tanggung jawab terhadap pekerja di unit tersebut. Pengambilan tindakan juga tidak terdapat prosedur atau cara yang sudah ditetapkan pengambilan tindakan, berikut kutipan wawancaranya:

Informan 4 (Junior Manager Inspector 2B) “ ditangani oleh unitnya langsung

Informan 3 (Junior Manager Inspector 2B)

“tindakan dikordinasikan dengan bagiannya misalnya menemukan suatu kasus di bagian sintel, maka dikordinasikan dengan sintel diminta untuk menyelesaikan kasus itu”

Kesimpulan disimpulkan dari kriteria ini tidak terdapat tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkannya tindakan K3 secara khusus dibuat, sehingga peneliti tidak melanjutkan

dengan melakukan observasi dan telaah dokumen. Kriteria ini memiliki nilai 0 yang berarti tidak terpenuhi.

7. Penunjukkan penanggung jawab K3 harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Informasi dari kriteria ke tujuh ini didapatkan dari triangulasi sumber yang dilakukan dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat penanggung jawab khusus untuk K3 di DAOP 2 yang sesuai dengan undang-undang, tanggung jawab K3 diserahkan kepada masing masing kepala unit penanggung jawab bukan ahli K3 umum atau P2K3 yang terdaftar di Disnaker. Berikut kutipan wawancaranya:

Informan 1 (Manajer SDM)

“kalau penanggung jawabnya kan misalnya untuk kesehatan berarti disini ada manager unit kesehatan”

Penunjukkan penanggung jawab K3 pada unit tidak dengan mekanisme tertentu, penangung jawab ditunjuk secara otomatis pada setiap kepala unit, seperti yang dikemukakan informan berikut ini:

Informan 3 (Junior Manager Inspector 2B)

“penunjukkan ,,,kalau tentang itu menurut Sk-nya saya ga tau ya tapi secara otomatis KUPT”

Kesimpulan yang dapat disimpulkan bahwa Daerah Operasional 2 tidak menunjuk penanggung jawa K3 sesuai dengan peraturan

perundang-undangan, penanggung jawab ditunjuk secara otomatis ketika seseorang menjadi kepala unit. Kriteria ini tidak memenuhi dan memiliki nilai 0

8. Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan bertanggung jawab atas kinerja K3 pada unit kerjanya

Informasi mengenai kriteria ini dihasilkan dari proses triangulasi sumber dan telaah dokumen. Triangulasi sumber yang dilakukan dengan in-depth interview pada beberapa informan yaitu manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C. Berikut adalah kutipan hasil wawancaranya:

Informan 4 (Junior Manager Inspector 2B)

“kalau untuk ee,,,khusus K3 itu kalau umpanya itu kalau dari Ka DAOP untuk penanganan K3 itu ada lah tapi untuk pengambil keputusan suatu hal ya otomatis yang ngambil tindakan dari unit itu sendiri yang selama ini”

Selanjutnya peneliti berusaha mencari tugas pokok dari kepala unit masing-masing mengenai K3, berdasarkan hasil telaah dari tugas pokok yang didokumentasikan dalam bentuk buku salah satunya terdapat aspek keselamatan bekerja yang menjadi tanggung jawab kepala unit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pimpinan unit bertanggung jawab terhadap K3 di unitnya, maka kriteria ini memiliki nilai satu dan terpenuhi.

9. Pengusaha atau pengurus bertanggung jawab secara penuh untuk menjamin pelaksanaan SMK3

Berdasarkan hasil triangulasi sumber yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C menunjukkan bahwa bentuk dari tanggung jawab pengurus yaitu seperti melakukan monitoring melalui laporan-laporan bisa berupa laporan tiga bulanan dan 6 bulanan dari manajer atau laporan dari JMI, atau melakukan pengecekan secara langsung hal ini menunjukkan bahwa pengusaha bertanggung jawab dengan komitmen keselamatan yang telah dibuat, berikut adalah kutipan wawancara dengan informan:

Informan 1 (Manager SDM)

“kalau monitoring kalau beliau itu ya laporan laporan ee,,,laporan laporan triwulanan atau semesteran dari para manager biasanya kita buat progres-progres ke beliau misalnya tentang kesehatan kerja”

Bentuk tanggung jawab ditunjukkan juga melalui pemberian masukan secara langsung atau tidak langsung untuk perbaikan SMK3 yang dilakukan pada saat melakukan pembinaan atau pertemuan rutin. Berikut adalah kutipan hasil wawancaranya:

Informan 1 (Manager SDM)

“kalau pak KaDAOP memberikan masukan ya biasanya beliau dalam pembinaan-pembinaan biasanya kami ada coffe morning ke para manager terus misalnya nanti misalnya ini ada keterkaitan dengan K3 terus langsung menyampaikan disaat pembinaan-pembinaan di coffe morning

Selanjutnya peneliti melakukan telaah dokumen melalui daftar tamu yang melakukan pembinaan di Dipo Lokomotif, memang terbukti adanya bahwa Kelapa DAOP melakukan pembinaan baik masalah K3 maupun masalah pekerjaan.

Kesimpulan yang dapat disimpulkan dari kriteria ini adalah pengurus cukup bertanggung jawab terhadap pelaksanaan SMK3 di Daerah Operasionalnya dengan melakukan monitoring melakukan perbaikan-perbaikan dengan memberikan pembinaan baik secara langsung pada pekerja atau pembinaan saat rapat dengan manajer. Kriteria ini terpenuhi sehingga memiliki nilai 1.

10.Petugas yang bertanggung jawab untuk penanganan darurat telah ditetapkan dan mendapatkan pelatihan.

Informasi pada kriteria ini dihasilkan dari dua cara yang pertama peneliti melakukan triangulasi sumber dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C, serta petugas kesehatan di Unit Urusan Kesehatan DAOP 2 Bandung. Hasilnya menunjukkan bahwa hampir semua informan menyatakan bahwa keadaan darurat telah secara khusus akan ditangani oleh Unit Urusan Kesehatan (UUK). Berikut adalah kutipan hasil wawancaranya:

Informan 1 (Manager SDM)

“kalau untuk kecelakaan kerja kita kan punya team unit kesehatan yang dia bisa bertindak langsung kan ya kalau misalnya kan ada kecelakaan kerja di Dipo sarana misalnya di Dipo Lok ada itu teamnya khusus,,”

Selanjutnya informasi pelatihan apa saja yang sudah dilaksanakan petugas kesehatan di Unit Urusan Kesehatan mencetitakan bahwa telah mengikuti beberapa pelatihan seperti kegawat daruratan, P3K, PPGD dan BTLS serta banya lagi, berikut kutipan wawancara yang di lakukan dengan petugas kesehatan:

(Petugas Kesehatan UUK)

“iya gawat darurat tu pasti PPGD,,penanggulangan gawat darurat,

BTLS, P3K mah udah biasa”

Selanjutnya untuk membuktikan pelatihan tersebut petugas menunjukkan beberapa sertifikat yang diperolehnya namun sertifikat tidak dapat difoto atau di copy. Kesimpulan dari kriteria ini menunjukkan bahwa terdapat petugas yang bertanggung jawab khusus terhadap kondisi gawat darurat yang telah mengikuti beberapa pelatihan, sehingga kriteria ini memiliki nilai 1 yang berarti terpenuhi.

11.Perusahaan mendapatkan saran-saran dari para ahli di bidang K3 yang berasal dari dalam dan atau luar perusahaan.

Informasi mengenai kriteria ini didapatkan dari proses triangulasi sumber yang dilakukan dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dn 2C. Hasilnya menyatakan bahwa ahli K3 untuk dimintai saran dan pendapat yaitu orang-orang yang berada di SHE pusat, sedangkan untuk ahli K3 dari luar DAOP 2 tidak ada. Berikut adalah kutipan hasil wawancaranya:

Informan 1 (Manajer SDM)

“jadi sebenernya yang ahli-ahlinya itu ya bu ida itu beliau yang selalu memberikan saran beliau yang selalu sosilisasi ke daerah-daerah”

“pihak luar belum ada, masih internal saja”

Kesimpulan yang dapat disimpulkan dari kriteria ini yaitu DAOP 2 memang mendapatkan saran-saran dari ahli K3 namun hanya dari ahli dalam K3 yang ada di perusahaan yaitu dari SHE pusat sedangkan ahli K3 dari luar perusahaan belum pernah. Kriteria ini dinyatakan memiliki nilai 1 yang berarti memenuhi kriteria.

12.Kinerja K3 termuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan lain yang setingkat.

Informasi ini di dapatkan dari hasil triangulasi sumber dan telaah dokumen. Triangulasi sumber yang dilakukan peneliti dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C. Hasilnya menyatakan bahwa Hasil dari laporan kinerja di DAOP 2 diberikan kepada bagian SHE pusat kemudian dilaporkan kepada Direktur Keselamatan. berikut adalah kutipan wawancara yang dilakukan dengan informan:

Informan 1 (Manajer SDM)

“ VP DAOP 2 melaporakan kinerja K3 ke D5 direktur keselamatan, jadi

dari sini ke SHE dari SHE ke D5”.

Selanjutnya telaah dokumen dilakukan pada laporan tahunan PT KAI dan terbukti adanya laporan mengenai K3 didalamnya namun secara

umum belum per-DAOP. Kesimpulan yang dapat disimpulkan dari kriteria ini adalah laporan memang dilakukan oleh Vice President DAOP 2 kepada SHE yang selanjutnya akan dilaporkan kepada Direktur Keselamatan. Penelusuran dokumen dilakukan untuk mencari laporan yang dilakukan VP DAOP 2 namun tidak ditemukan adanya laporan tersebut. Secara khusus DAOP 2 tidak memiliki laporan tahunan mengenai kinerja K3. Kriteria ini dinyatakan tidak memenuhi sehingga memiliki nilai 0.

13.Hasil peninjauan ulang didokumentasikan

Informasi ini dilakukan dengan melakukan telusur dokumen dan melakukan telaah terhadap dokumen tersebut serta melakukan triangulasi sumber pada beberapa informan dengan melakukan in-depth interview pada Manajer SDM, Junior manager Inspector 2B dan 2C. Hasil dari penelusuran dokumen tidak menemukan adanya pendokumentasian pada setiap tinjauan yang dilakukan DAOP 2 sehingga kemudian untuk mengetahui DAOP 2 melakukan tinjauan atau tidak maka peneliti melakukan triangulasi sumber yang hasilnya menunjukkan bahwa DAOP 2 memang melakukan tinjauan ulang secara berkala pada unit-unit berbeda. Tijauan ulang pada tingkat Manajer dilakukan setahun sekali, tingkat JMI dilakukan setiap satu bulan sekali. berikut adalah kutipan wawancaranya:

Informan 1 (Manager SDM)

“untuk tinjauan ulang kalau untuk tinjauan ulang itu kita sebenernya itu minimalnya dalam satu tahun itu paling satu kali ya untuk dilakukan tinjauan ulang”

Kesimpulan yang dapat disimpulkan adalah DAOP 2 memang melakukan tinjau ulang pada setiap rapat-rapat tertentu namun tinjauan yang dilakukan tidak didokumentasikan dengan benar sehingga kriteria ini tidak dapat terpenuhi dan memiliki nilai 0.

14.Jika memungkinkan hasil tinjauan dimasukkan ke dalam perencanaan tindakan manajemen.

Informasi ini di dapatkan melalui telaah dokumen dan triangulasi sumber yang dilakukan peneliti dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Junior Manager Inspector 2B dan 2C. Hasilnya menyatakan bahwa setelah mendapatkan keputusan dari hasil tinjau ulang dan evaluasi ketika saat rapat-rapat untuk melakukan tinjau ulang hasilnya di informasikan kepada manajer secara langsung untuk disampaikan dan diaplikasikan di lapangan. Berikut adalah kutipan wawancaranya:

Informan 1 (Manajer SDM)

“oh iya,,misalnya setelah ditinjau ulang apa keputusannya apa hasilnya nanti diaplikasikan yang sebaiknya sebenarnya itu seperti apa untuk diaplikasikan dilapangan seperti itu”

“ hasil tinjau ulang di informasikan melalui manager biasanya manager langsung memberikan pembinaan kebawahnya ke pagawainya karena pegawai di DAOP 2”

Informan 4 (Junior Manager Inspector 2B)

“ya diproses ee,,itu biasanya disatu pertemuan jadi selama temuan-temuan itu itu dievaluasi ee,,pastikan ada yang sesuai prosedur yang masih kurang dari prosedur itu pasti di evaluasi”

Selanjutnya peneliti melakukan pencarian dokumen berupa notulensi rapat atau hasil tinjauan yang telah dilakukan namun peneliti tidak diperbolehkan melihat dokumen. Sehingga kesimpulan yang dapat disimpulkan pada kriteria ini yaitu DAOP 2 tidak bisa dibuktikan telah memasukkan hasil tinjauan ulang tersebut untuk perencanaan selnajutnya sehingga kriteria ini memiliki nilai 0 yang berarti tidak terpenuhi.

15.Pengurus harus meninjau ulang pelaksanaan SMK3 secara berkala untuk menilai kesesuaian dan efektivitas SMK3

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Manager SDM, Junior Manager Inspector 2B:

Informan 1 (Manajer SDM)

“beliau itu sebenernya memonitoringnya melalui manager tangan kanan

beliau itu kan manager jadi kalau K3 berlangsung itu atau aplikasinya dilapangan seperti apa yang melaporkan itu adalah manager yang terkait”

Informan 3 (Junior Manager Inspector 2B)

“saya belum pernah dilapori mungkin untuk beliaunya ke atas kalau mungkin secara umum informasi masih toleransi ambang batas aman, pekerja tidak banyak yang terkena penyakit”

Penilaian kesesuaian dan efektivitas yang dilakukan oleh Kepala DAOP 2 melalui laporan para manajer, namun kesesuaian dan efektifitas dapat dilihat dari kejadian kecelakaan kerja yang terjadi. Berdasarkan hasil wawancara DAOP 2 memang menilai efektivita dengan melihat pekerjaan yang dilakukan masih dalam batas aman yang artinya tidak menimbulkan penyakit pada pekerja dan lingkungan kerja selalu aman. Akan tetapi ternyata ketika peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pekerja di Dipo mereka mengakui pernah adanya terjadi

Dokumen terkait