• Tidak ada hasil yang ditemukan

- Senior Manajemen Komitmen - Komitmen Organisasi

HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Perusahaan PT KAI

5.2. Hasil Penelitian

5.2.3. Komitmen Senior Management DAOP 2 Bandung

Dalam pengumpulan data senior management ini dilakukan dengan menggunakan indeks senior management (senior management commitment indeks) yang dikemukakan oleh Prof. Dominic Cooper, dalam jurnalnya yaitu “Impact of Management Commitmen on Employee Behavior” tahun 2006. Penilaian dilakukan dengan memformulasikan 11 indeks yang dikemukakan oleh Cooper kedalam checklist kemudian diteliti secara kualitatif dengan melakukan observasi data sekunder untuk mencari fakta-fakta dari dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan pertanyaan 11 indeks yang ada dan melakukan in-depth interview untuk mengetahui lebih dalam untuk memperkuat hasil observasi data sekunder, in-depth interview dilakukan berdasarkan 11 pertanyaan dari indeks yang ada.

Pembacaan hasil dan justifikasi hasil dipermudah melalui penetapan standar pemenuhan indeks untuk memberikan kriteria terhadap jumlah pemenuhan dari masing-masing pertanyaan yang ada.

In-depth interview dilakukan pada pegawai yang bertanggung jawab dalam penerapan SMK3 di bagian sarana DAOP 2 Bandung, dikarenakan rotasi kerja yang sangat cepat di PT KAI sehingga peneliti tidak dapat mewawancarai Deputi Daerah Operasinal 2 Bandung yang telah pindah dinas ke Daerah Operasional 3 Cirebon,

maka peneliti mewawancarai Manajer SDM sebagai orang yang dianggap tahu kegiatan Deputi sebelumnya. Berdasarkan rekomendasi dari Vice President SHE PT KAI bahwa Manajer SDM adalah seseorang yang membantu Deputi DAOP 2 Bandung ketika menangani K3 pada masa jabatannya. Wawancara dilakukan pada Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inspector (JMI) 2A dan 2B, Kepala Dipo Lokomotif.

Berikut adalah hasil dari observasi data sekunder dan In-depth interview dari setiap pertanyaan checklist yang ada:

1. Keikutsertaan senior manajemen dalam kegiatan seperti observasi, inspeksi dan identifikasi bahaya dan risiko K3 dalam pembangunan SMK3 DAOP 2

Berdasarkan hasil observasi saat berada di Dipo Lokomotif pada tanggal 25 Juni 2015 peneliti melihat Kepala DAOP melakukan pemantauan terhadap pekerjaan dan keselamatan kerja pegawai dan secara langsung menanyakan kesulitan dan kendala selama bekerja pada pegawai. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dari beberapa informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inspector 2A 2B 2C dan Kepala Dipo Lokomotif. Berikut adalah kutipan hasil wawancaranya:

Informan 1 (Manajer SDM)

“iya,, mereka kan sering ngadain inspeksi di kita dan namanya lokrit atau lori itu dia itu dikabin masinis itu lokrit jadi dia itu bisa mengetahui ee,,apa saja yang musti diperbaiki itu misalnya ee,, apa perjalanan kereta apinya. Misalnya ohh,,ternyata disini ada sedikit getaran misalnya seperti apa yang musti diperbaiki kalau engga lori,,lori ada semacam kaya kereta kecil gitu ya nanti dia ngelori, ngelori itu dia

langsung melintas lapangan situ apa namanya yang musti dia perbaiki ,,itu musti itu ..minimal dia seminggu sekali harus ke lintas”

Namun dokumen berupa daftar hadir atau dokumentasi lain tidak ditemukan sebagai bukti Kepala DAOP atau Deputi melakukan inspeksi, identifikasi bahaya dan risiko dan observasi langsung.

Kesimpulan dari pertanyaan ini yaitu berdasarkan observasi dan wawacara dengan beberapa informan bahwa Kepala DAOP atau Deputi melakukan observasi langsung melalui kegiatan lokrit, lori, dan observasi langsung ke Dipo untuk melihat pekerjaan di Dipo. Kegiatan observasi juga dapat dilakukan jika ada permintaan dari Manajer atau JMI terkait temuan yang harus segera ditindak lanjut. Namun untuk kegiatan identifikasi bahaya dilakukan melalui usulan yang di ajukan pada Manajer Sarana, hanya saja kegiatan tidak didokumentasikan. Pertanyaan ini mendapatkan nilai 1 yang berarti iya kegiatan tersebut dilakukan.

2. Kehadiran senior manajemen dalam pertemuan K3 yang diselenggarakan oleh SHE dalam mendiskusikan SMK3

Berdasarkan hasil observasi selama penelitian tidak adanya kegiatan pertemuan yang dilakukan oleh Senior Manajemen dengan departemen SHE dalam mendiskusikan K3, serta tidak diperbolehkannya peneliti untuk melihat dokumen atau daftar hadir yang membuktikan bahwa Kepala DAOP atau Deputi hadir dalam pertemuan yang dilakukan SHE. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inspector (JMI) 2A, 2B dan Kepala Dipo

Lokomotif yang menyatakan bahwa Kepala DAOP menghadiri pertemuan yang diadakan SHE pusat atau safety committe di daerah jika beliau tidak dapat hadir maka Deputi yang akan menggantikan. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan

Informan 1 (Manajer SDM):

“sering kalau ikut pertemuan sama SHE itu”

Informan 5 (Manajer Sarana)

“iya pasti,,baik SHE pusat atau daerah biasanya kalau Ka DAOP-nya

ga sempat Pak Deputinya, ee tapikan ehh,,apa Deputi sebagai ketuanya kan yang pembinanya Pak Ka DAOP”

Kesimpulan dari pertanyaan ini yaitu memang berdasarkan hasil wawancara hasil pengamatan tidak ditemukan adanya kegiatan Senior Manajemen melakukan pertemuan dengan SHE, secara dokumen peneliti tidak bisa membuktikan namun berdasarkan hasil in-depth interview yang dilakukan pada beberapa informan dari 4 informan 3 diantaranya menyatakan hal yang sama bahwa Kepala DAOP atau Deputi akan memenuhi panggilan pertemuan yang di adakan SHE pusat dalam mendiskusikan pembangunan aspek keselamatan terutama SMK3. Pertanyaan ini mendapatkan nilai 1 yang berarti iya kegiatan tersebut dilakukan oleh Senior Manajemen.

Kepala DAOP atau Deputi selalu mengahadiri pertemuan-pertemuan tentang K3 baik itu pertemuan yang diadakan SHE pusat atau pertemuan Safety committe untuk membahas K3 di DAOP 2

3. Diskusi yang dilakukan Senior Manajemen dengan pekerja di DAOP tentang kinerja K3 di DAOP 2 baik melalui wawancara tertutup maupun terbuka

Proses menggali informasi pada pertanyaan ke tiga di awali dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inspector 2A dan 2B, Kepala Dipo Lokomotif. Hasilnya menunjukkan bahwa Kepala DAOP melakukan diskusi dengan pekerja terhadap pekerjaaan dan kinerja K3 melalui kegiatan observasi langsung atau sidak yang dilakukan, berikut kutipan wawancara yang dikemukakan oleh informan:

Informan 1 (Manajer SDM)

“beliau itu langsung belusukan gitu loh kalau ke pegawai langsung ditanya langsung ditanya ditempat apa ni,,kalau ada yang salah ditanya managernya lagsung ditegur managernya seperti itu beliau seperti itu”

Namun diskusi yang dilakukan dengan pekerja hanya sebatas mendiskusikan tentang pekerjaan kendalanya dan tindak lanjut untuk menangani masalah yang terjadi tidak secara spesifik Kepala DAOP atau Deputi berdiskusi tentang Kinerja K3 di DAOP 2. Berikut seperti yang dikemukakan oleh informan:

Informan 9 (Kepala Dipo Lokomotif Bandung)

“ya kemarin paling ngebahas masalah pekerjaan pak kaDaop pak Il itu” Selanjutnya untuk membuktikan hal tersebut maka peneliti melakukan observasi ke lapangan namun selama observasi peneliti tidak menemukan Kepala DAOP atau Deputi melakukan diskusi dengan pekerja mengenai

kinerja K3, yang peneliti temukan adalah melalui salah satu pengakuan pekerja di Dipo Lokomotif Kepala Daop hanya sebatas menanyakan pekerjaan dan kendalanya.

Kesimpulan dari pertanyaan ini yaitu Kepala DAOP atau Deputi memang melakukan diskusi dengan pekerja namun diskusi tidak dilakukan mengenai kinerja K3 informasi tambahan dari Safety committe bahwa pembahasan memang tentang pekerjaan tidak secara spesifik membahas kinerja K3. Pertanyaan ini mendapatkan nilai 0 yang berarti Senior Manajemen tidak melakukan diskusi dengan pekerja mengenai kinerja K3.

4. Senior manajemen melakukan diskusi dengan manajer lain (selain safety committe) untuk mendukung penerapan SMK3 di DAOP 2

Informasi dari pertanyaan ini dilakukan melalui triangulasi suber dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inspector (JMI) 2A dan 2B, Kepala Dipo Lokomotif. Hasilnya menunjukkan bahwa Kepala DAOP atau Deputi melakukan diskusi dengan manager lain melalui rapat para manajer untuk mendiskusikan pekerjaan dan termasuk didalamnya adalah aspek K3, diskusi akan lebih sering dilakukan jika dibutuhkan seperti hari-hari menjelang lebaran. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dikemukakan:

Informan 1 (Manajer SDM)

“ohh selalu kan kita disini kan ada safety committe dari bentukan SHE itu nah nanti safety committenya memberikan masukan masukan pada

kita apa saja yang mesti dibenahi nanti Ka DAOP langsung manggil managernya “tolong ini tuntaskan targetnya berapa lama” seperti itu”

Informan 5 (Manajer Sarana)

“ohh pasti kan ada rapat-rapat para manager, iya itu dibahas juga itu tentang K3”

Kesimpulan yang dapat disimpulkan adalah dari semua informan menyatakan bahwa Kepala DAOP dan Deputi biasanya mendiskusikan mengenai SMK3 ini dalam rapat para manajer dan semakin sering manajer melakukan pertemuan jika dalam kondisi perusahaan sedang sibuk seperti saat menjelang hari raya. Pernyataan ini diberikan nilai 1 yang artinya iya Kepala DAOP atau Deputi melakukan diskusi dengan manajer lain untuk pembangunan SMK3 di DAOP 2.

5. Tindakan perbaikan temuan ketidak sesuaian terkait K3 (corrective action plan) yang dilakukan senior manajemen.

Kriteria ini di ketahui melalui metode triangulasi sumber yaitu dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior manager Inspector 2A dan 2B, Kepala Dipo Lokomotif. Wawancara pertama dilakukan kepada kepala Dipo Lokomotif dilanjutkan ke Manajer Sarana, kemudian pada Junior Manager dan terakhir pada Manajer SDM. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan:

Informan 1 (Manager SDM)

“iya..langsung dan itu sangat kita pentingkan kalau temuan temuan itu apalagi yang menyangkut keselamatan”

Namun terdapat informasi yang berbeda yang mengemukakan bahwa rencana atau tindakan perbaikan temuan ketidak sesuaian K3 biasanya di lakukan oleh Manajer Sarana. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan:

Informan 9 (Kepala Dipo Lokomotif Bandung)

“Belum soalnyakan wilayah KaDAOP terlalu luas, ya Pak Mansar paling ya, masalah itu kan kaya kemarin kan kita ee,, suruh pake keamanan untuk keselamatan kerja”

Kesimpulan dari pertanyaan ini yaitu Kepala DAOP atau Deputi melakukan rencana atau tindakan perbaikan terhadap temuan ketidak sesuaian baik secara langsung maupun tidak langsung, tidak langsung seperti pada saat rapat bersama manager atau safety committe dan memerintahkan safety committe segera melaksanakan tindakan perbaikan tersebut atau secara langsung datang ke Dipo untuk menindaklanjut temuan yang ditemukan.

6. Pantauan dan semua tindakan koreksi yang dilakukan senior manajemen Informasi pertanyaan ini digali melalui metode triangulasi sumber dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Inspector 2A dan 2B, serta Kepala Dipo

Lokomotif. In-depth interview dilakukan dalam waktu yang berbeda dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sama. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan oleh informan

Informan 1 (Manajer SDM)

“Ka DAOP lagi meriksa ini Pak Daputi juga sama jadi kita itu bersinergi jadi Pak Deputi juga sama dia melakukan langsung ke pegawai tersebut jadi evaluasinya juga langsung dengan cara tanya jawab seperti itu terus dia menyampaikan apa yang harus di tindak lanjuti beliau langsung ke pegawainya langsung ke ujung tombaknya langsung”

Hasil dari triangulasi sumber yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa Kepala DAOP atau Deputi memastikan dan memantau semua tindakan koreksi yang dilaksanakan dengan cara pembagian inspeksi wilayah antara Kepala DAOP dan Deputi dengan sidak, tanya jawab langsung dengan pekerja saat observasi dan laporan mingguan yang diterima dari para manager. Sehingga pertanyaan tersebut diberi nilai 1 yaitu iya yang berarti Senior Manajemen melakukan pemantauan terhadap tindakan koreksi yang dilakukan.

7. Persetujuan anggaran yang dilakukan senior manajemen untuk mengembangkan dan menerapkan SMK3

Pertanyaan ini digali melalui beberapa cara yaitu pertama peneliti melakukan triangulasi sumber yaitu dengan in-depth interview pada beberapa informan diantaranya adalah Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager

Inspector (JMI) 2A dan 2B, Kepala Dipo Lokomotif. Hasilnya menunjukkan bahwa Kepala DAOP dan Deputi menyetujui anggaran yang diajukan untuk pengembangan dan penerapan K3 atas beberapa pertimbangan Kepala DAOP atau Deputi. Dukungan cukup kuat ditunjukkan oleh Kepala DAOP dan Deputi tentang keselamatan. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan:

Informan 1 (Manajer SDM):

“maksudnya beliau tidak selalu menyetujui yang artinya dalam tanda kutip beliau juga selalu selektif apakah anggaran ini urgent ataukah memang dibutuhkan tidak selalu beliau itu mneyetujui tapi kalau misalnya untuk K3 pastilah beliau akan support gitu”

Selanjutya langkah ke dua untuk meyakinkan informasi tersebut peneliti meminta beberapa dokumen yang bisa ditunjukkan oleh bagian sarana DAOP 2 Bandung yang menunjukkan ada bukti bahwa Kepala DAOP menyetujui anggaran untuk mengembangkan K3 yang salah satunya adalah penyediaan Alat Pelindung Diri (APD), yang hasilnya terbukti bahwa Kepala DAOP menyetujui anggaran untuk kontrak dengan perusahaan lain yang akan menyediakan APD untuk DAOP 2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan ini memiliki nilai 1 yang berarti iya Kepala DAOP atau Deputi menyetujui anggaran dana yang diajukan departemen sarana untuk pengembangan SMK3 di DAOP 2.

8. Senior manajemen melakukan tinjauan dan monitoring terhadap progress program-program K3 terutama dalam penerapan SMK3 di DAOP 2 yang dilakukan bersama-sama dengan praktisi K3 maupun bersama orang ke-3

Informasi pertanyaan ini digali melalui dua cara yaitu berawal dari peneliti melakukan triangulasi sumber dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inspector 2A dan 2B, Kepala Dipo Lokomotif. Hasil triangulasi sumber menunjukkan Kepala DAOP dan Deputi melakukan tinjauan dan monitoring terhadap progress K3 melalui hasil laporan para manager atau melihat langsung ke lapangan namun hal ini belum dilakukan hanya bersama dengan SHE sebagai praktisi K3 belum dilakukan bersama pihak ke-3. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan oleh informan:

Informan 5 (Manajer Sarana)

“Ya itu tadi team itu yang kerja dan laporan kan tadi Ka DAOP monitoring terus baik itu monitoring langsung lapangan baik itu monitoring laporan yang dikirim ke sekretaris,,jadi dimonitor kalau pihak ke-3 laporannya dari kita”

Selanjutnya untuk memperkuat informasi tersebut peneliti berusaha mencari dokumen dari hasil evaluasi program K3 yang telah dilakukan, namun DAOP 2 tidak mengizinkan dokumen untuk dilihat. Kesimpulan dari pertanyaan ini berdasarkaninformasi dari 3 diatara 4 nforman yaitu bahwa tinjauan dan monitoring terhadap program K3 memang sudah dilakukan

melalui laporan yang diterima Kepala DAOP atau meninjau secara langsung dengan SHE pusat, sehingga pertanyaan ini memiliki nilai 1 yang berarti iya kegiatan ini dilakukan.

9. Investigasi kecelakaan kerja yang di lakukan oleh senior manajemen di DAOP 2

Informasi dari pertanyaan ini digali melalui beberapa cara yaitu peneliti melakukan triangulasi sumber dan metode. Pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan triangulasi sumber pada beberapa informan, yaitu diataranya adalah Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inspector 2A dan 2B, serta Kepala Dipo Lokomotif. Hasil triangulasi sumber menunjukkan bawa Kepala DAOP atau Deputi tidak secara langsung menginvestigasi kecelakaan kerja yang terjadi, investigasi atau temuan bahaya dilakukan oleh safety committe dan kecelakaan yang dianggap ringan oleh pekerja sering kali tidak dilaporkan dan ditangani sendiri oleh unit kerja. Seperti yang dikemukakan oleh informan, berikut kutipan wawancaranya:

Informan 1 (Manajer SDM)

“kalau investigasi kecelakaan kerja kan kita disini punya ada Safety committenya itu langsung dari Safety committenya kan dari SHE itu kan disebar ke seluruh daerah bahwa kita punya SI safety inspector nah itulah dia yang selalu memberikan temuan dan laporan laporan tindakan tindakan tentang SHE”

Selanjutnya peneliti melakukan telaah dokumen berupa prosedur investigasi kecelakaan atau dokumen pendata kecelakaan kerja yang terjadi. Namun peneliti tidak menemukan data tersebut baik di Dipo ataupun di Kantor DAOP. Berdasarkan hasil wawancara ternyata prosedur investigasi hanya untuk kasus kecelakaan kereta, sedangkan untuk kecelakaan kerja tidak ada prosedur investigasi. Informasi lain menjelaskan bahwa ternyata ketika terjadi kecelakaan kerja unit kerja atau rekan pekerja secara langsung membawa pekerja ke unit kesehatan DAOP atau menanganinya sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan ini memiliki nilai 0 yang berarti Senior Manajemen tidak melakukan investigasi kecelakaan kerja karena setiap kecelakaan yang terjadi langsung ditangani tanpa didata.

10.Analisis training yang dibutuhakan yang dilakukan oleh senior manajemen Informasi ini dicari melalui dua cara yaitu dengan melakukan triangulasi sumber dan penelusuran dokumen. Triangulasi sumber dilakukan dengan melakukan in-depth interview pada beberapa informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inpector (JMI) 2A dan 2B, serta kepala Dipo Lokomotif. Hasil triangulasi sumber menunjukkan Kepala DAOP atau Deputi memang melaksanakan training-training yang dibutuhkan oleh pekerja, namun usulan training tidak berasal dari Kepala DAOP atau Deputi melainkan diusulkan oleh bagian SDM, kator pusat atau unit terkait. Senior manajer hanya menyetujui atau tidak menyetujui tidak melakukan analisis sendiri untuk melakukan training K3 yang dibutuhkan pekerja. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dikemukakan oleh informan:

Informan 1 (Manajer SDM)

“kalau itu biasanya bukan dari Deputi sama Ka DAOP ya biasanya dari SDM-nya oh,,,misalnya perlu pelatihan ini untuk K3 makannya kemarin kita kerjasama dengan SHE untuk melakukan pelatihan DAMKAR” Training juga terkadang diusulkan oleh unit kerja, atau kantor pusat kepada Kantor DAOP, berikut kutipan wawacara dari informan:

Informan 5 (Manajer Sarana)

“kalau training itu dari kita…unit terkait pelatihan atau apa istilahnya tapi kalau kita undang pak Ka DAOP pasti datang”

Informan 9 (Kepala Dipo Lokomotif Bandung)

“kalau itu si ya paling inisiatif kita si,kalau untuk hal seperti itu biasanya dari kantor pusat kalau dari Pak Ka Daopnya dari SHEnya dari kantor pusat

Selanjutnya peneliti melakukan penelusuran dokumen untuk melihat persetujuan dari Kepala DAOP melakukan training-training K3, yang salah satunya adalah pelatihan penggunaan APAR. DAOP 2 memang melakukan training K3 untuk pekerja namun bukan atas dasar analisis yang diusulkan dari kepala DAOP untuk melakukan suatu training. Training yang dilakukan berdasarkan usulan dari departemen SDM atau kepala unit maisng-masing. Pertanyaan ini memiliki nilai 0 yang berarti kegiatan tersebut tidak dilakukan oleh Kepala DAOP atau Deputi.

11.Kehadiran senior manajemen pada kegiatan training.

Informasi ini digali triangulasi sumber dengan melakukan in-depth interview pada informan yaitu Manajer SDM, Manajer Sarana, Junior Manager Inspector (JMI) 2A dan 2B, Kepala Dipo Lokomotif. In-depth interview dilakukan pada waktu yang berbeda dengan pertanyaan yang sama. Rata-rata jawaban informan menyatakan bahwa Kepala DAOP atau Deputi selalu mengahadiri training baik ekternal mauapun internal, jika keduanya berhalangan hadir maka akan ada surat tugas kepada salah satu manajer untuk menggantikan. Berikut salah satu kutipan wawancara dari informan:

Informan 1 (Manajer SDM)

“oh iya minimal beliau pertama pembukaan terus pembekalan dari beliau misalnya tujuan misalnya seperti pelatihan kemarin pelatihan APAR”

Kesimpulan yang dapat disimpulkan dari jawaban beberapa sumber menyatakan bahwa kepala DAOP atau Deputi menghadiri training-training baik internal maupun eksternal sehingga pertanyaan ini memiliki nilai 1 yang berarti iya kegiatan tersebut dilakukan.

Dokumen terkait