LPSE
1. PA/KPA 2. PPK
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka secara garis besar peneliti menyimpulkan:
1. Sebelum adanya sistem e-procurement, pengadaan barang/jasa di Kementerian Agama se Sulawesi Utara mulai dari proses administrasi antara lain pendaftaran penyedia/vendor harus dilakukan berulang-ulang pada setiap satker yang mengadakan pelelangan diatas Rp. 200 juta. Setelah adanya e-procurement maka vendor hanya perlu sekali mendaftar untuk seluruh pelelangan barang/jasa di instansi manapun. Dengan keadaan ini maka panitia maupun penyedia merasa diuntungkan karena adanya penghematan waktu dan tenaga.
2. Ketika proses barang/jasa masih manual, kerahasiaan peserta tender tidak terjamin, persaingan tertutup dan tingkat transparansi rendah. Memasuki masa LPSE (Lelang Pengadaan Secara Elektronik) maka seluruhnya berubah 180 derajat. Hal ini membuat para panitia dan penyedia barang/jasa merasakan manfaat yang luar biasa, antara lain penyedia merasa persaingan terjadi secara adil dan transparan, panitia pun bisa tidur nyenyak karena tidak ada rongrongan dari berbagai pihak serta bisa menilai kelayakan suatu perusahaan lebih baik lagi.
3. Dari sisi waktu pelelangan saat pengadaan barang/jasa secara manual, 18-45 hari. Hal ini disebabkan karena proses sanggah banding yang alot sampai berhari-hari, proses pemeriksaan dan monitoring yang sulit. Saat ini seluruh proses tersebut hanya memakan waktu 18 hari saja karena dilakukan secara elektronik. Baik panitia maupun penyedia merasa diuntungkan dengan sistem elektronik ini karena terjadi penghematan anggaran yang luar biasa dan terhindar dari praktek KKN sehingga bisa meningkatkan kualitas good governance.
4. Saat seluruh pengadaan barang/jasa masih bersifat tertutup dan hanya diketahui oleh sedikit pihak maka dengan adanya Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) masyarakat diberikan kesempatan untuk mengetahui proses pengadaan. Hal ini membuka kesempatan pelaku usaha mengikuti proses lelang dan dari sisi panitia mendapatkan penawaran yang lebih banyak serta mudahnya pertanggung jawaban proses pengadaan.
6.2 Saran
Setelah dilakukannya penelitian ini, maka disarankan :
1. Membangun dan memperluas jaringan internet pada instansi-instansi di lingkungan Kementerian Agama se Sulawesi Utara;
2. Training juga sebaiknya dilakukan bukan hanya terbatas pada panitia tapi kepada seluruh pegawai yang telah memegang sertifikat L2 dan L4, agar saat menjadi panitia tidak terlalu banyak melakukan kesalahan karena telah memahami proses pengadaan barang/jasa secara elektronik;
3. Perbaikan menu-menu lain pada situs http://lpse.kemenag.go.id yang diupdate sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku, sehingga keamanan akan selalu terjaga atau lebih user friendly.
73
DAFTAR PUSTAKA
Agung Djojosukarto. 2010. E-Procurement di Indonesia-Pengembangan Barang dan Jasa Secara Elektronik di Indonesia, LPSE Nasional, Jakarta
Bodnar, GH & Hopwood, W.S. 2009. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta Croom, S.R, Brandon-Jones, A. 2007. Impact of E-procurement: Experiences From Implementation
In The UK Public Sector, Journal of Purchasing & Supply Management, Vol. 13
Dwiyanto, Agus. 2008. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Analisis Data, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta Rama, Dasaratha V-Jones, Frederick L. 2008. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi 18, Salemba Empat,
Jakarta
James A. O’Brien. 2007. Management Information Systems, 10th edition, Palgrave, Basingstoke Jogiyanto, Hartono. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi, Andi Yogyakarta.
Modul Pengantar Pengadaan Barang/Jasa di Indonesia. 2010. LKPP, Jakarta.
Modul Persiapan Pengadaan Barang/Jasa di Indonesia. 2010. LKPP, Jakarta.
Modul Penggunaan E-Procurement. 2010. LKPP, Jakarta
Maleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung
Septiawan Santana K. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Edisi 2, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi, Tiara Wacana, Edisi II, Yogyakarta
Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2000.
Akuntabilitas dan Good Goverenance, Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Jakarta
Lembaga Kajian Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. 2009. Implementasi E-procurement di Indonesia-LKPP Galakkan Lelang Via Elektronik (e-procurement), Lembaga Kajian Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, Jakarta.
Richardus Eko Indrajit & Richardus Djokopranoto. 2005. Dasar, Prinsip, Teknik dan Potensi Pengembangan E-Procurement, Dinastindo, Jakarta
Siahaya Willem. 2012. Manajemen Pengadaan: Procurement Management, Alfabeta, Bandung Widodo, Joko. 2009. Analisis Kebijakan Publik, Bayumedia Publishing, Malang
Yudho Giri Sucahyo, S.Kom, M.Kom, Ph.D, CISA dan Yova Ruldeviyani, S.Kom, M.Kom. 2010.
Implementasi e-Procurement Sebagai Inovasi Pelayanan Publik, LKPP, Jakarta
Peraturan Presiden 35 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Kepala LKPP Nomor 5 Tahun 2011 tentang Standar Dokumen Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Petunjuk Pengoperasian Aplikasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik. 2012. LKPP, Jakarta Prof. Himawan Adinegoro. 2012. Presentasi Pembentukan LPSE di K/L/D/I, LKPP, Jakarta.
http://lpse.kemenag.go.id www.kpk.go.id
www.lkpp.go.id
74
PELAKSANAAN AUDIT KEPATUHAN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT DI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK,
SENTRA KREDIT MENENGAH MANADO
Ronald David A. Irot Herman Karamoy
Lidia Mawikere
ABSTRAK
Kredit yang diberikan merupakan pos terbesar dalam aktiva lancar bank, karena presentasenya yang sangat besar dalam neraca maka kredit memegang peranan sangat penting dalam menentukan baik-buruknya operasional suatu bank. Bank yang berhasil biasanya berhasil mengelola kredit yang disalurkan atau sebaliknya keadaan bank terancam jika sebagian kredit yang disalurkan mengalami permasalahan. Resiko pemberian kredit oleh Bank selaku Kreditur adalah bahwa kredit tersebut tidak kembali atau kemungkinan kreditnya bermasalah/macet. Untuk mengantisipasi kerugian financial tersebut diatas diatas biasanya bank menyusun kebijakan kredit dengan memperhitung segala faktor risiko untuk memitigasi kerugian bank. Salah satu kebijakan perkreditan adalah audit kepatuhan sebelum kredit dikomitekan atau disetujui oleh pejabat pemutus kredit yang berwenang. Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan audit kepatuhan dalam proses pemberian kredit pada Bank BNI Sentra Kredit Menengah Manado. Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Sentra Kredit Menengah Manado. Penelitian menggunakan metode kualitatif secara etnografi. Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam kepada responden yang mewakili penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa audit kepatuhan telah dilaksanakan dengan baik pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Sentra Kredit Menengah Manado, hal ini dapat dilihat dari jumlah kredit NPL yang semakin menurun dan kolektibiliti pinjaman yang saat ini telah mencapai 95.19%.
Kata Kunci : Audit Kepatuhan, Kredit, Kerugian Financial dan PT. Bank Negara Indonesia (Tbk), Sentra Kredit Menengah, Credit Compliece Review.
75 ABSTRACT
Loans, as the biggest part of a Bank’s quick assets, have the most influence among all to decide whether the Bank is in a good -or bad- conditions. One that can be called in a good condition usually capable to maintains and controls the loans given, whereas one that has a lot of Non-performing loans (NPL) is usually in a tough spot. The risk of a Bank as a creditor is that the loans given are in default or close to being in default. In order to anticipate financial loss due to NPL, corporate governances are made to calculate all risk factors to mitigate and minimize losses. One of the governance is Credit Compliance Review, which is held before a credit application is being committed or approved by Credit Approval Officers. The aim of this research is to understanding the need and process of Credit Compliance Review in PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk, SKM Manado. This research uses qualitative and ethnography method, and uses intense interview with respondents as sources. The result of this research shows that Credit Compliance Review has been done accordingly in PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk, SKM Manado, which is proven by its decreasing NPL, and that Collectibility of Loans already passed 95.19%.
Keywords : Credit Compliance Review, Loans, Financial Loss, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, SKM.
1. PENDAHULUAN