• Tidak ada hasil yang ditemukan

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada persepsi nilai psikologis anak, secara umum tidak terdapat perbedaan rata-rata untuk pernyataan anak dapat memperkuat kasih sayang antara suami dan istri, anak perempuan akan lebih memperhatikan orangtua di masa datang dan anak dapat menimbulkan stres pada orangtua. Pada persepsi nilai sosial anak, secara umum tidak terdapat perbedaan rata-rata untuk pernyataan bahwa anak yang terdidik dengan baik akan menimbulkan penghargaan dari masyarakat, baik anak laki-laki atau perempuan diharapkan dapat meningkatkan status sosial keluarga dan anak laki-laki atau perempuan diharapkan dapat meneruskan nilai-nilai yang dijunjung tinggi di dalam keluarga. Pada persepsi nilai ekonomi anak, secara umum tidak terdapat perbedaan rata-rata untuk pernyataan bahwa anak perempuan tidak berkewajiban memberikan bantuan ekonomi di hari tua, hanya anak laki-laki yang diharapkan membantu menyekolahkan adik-adiknya, anak perempuan diajarkan untuk dapat membantu dalam pekerjaan rumah tangga sejak kecil sedangkan anak laki-laki tidak, anak laki-laki tidak perlu turut membantu dalam mengerjakan urusan rumah tangga dan anak laki-laki harus diasuh/diperhatikan lebih baik daripada anak perempuan.

Persepsi nilai anak pada keluarga etnis Minang, Batak dan Jawa secara umum tidak begitu berbeda. Hanya terlihat bahwa keluarga etnis Batak masih lebih memandang anak laki-laki lebih penting dibandingkan anak perempuan, sedangkan untuk keluarga etnis Minang dan Jawa yang cenderung lebih netral.

2. Pada keluarga etnis Minang, faktor peran media massa dan pola komunikasi dalam keluarga paling berhubungan positif dengan pola asuh anak. Pada keluarga etnis Jawa, faktor lingkungan fisik dan peran lembaga keagamaan yang berhubungan positif dengan pola asuh anak. Pada

keluarga etnis Batak, lingkungan sosial, media massa dan pola komunikasi dalam keluarga yang berhubungan nyata positif dengan pola asuh anak. Media massa dan pola komunikasi dalam keluarga terlihat memiliki hubungan dengan pola asuh anak. Hal ini disebabkan karena hampir seluruh responden baik dari keluarga etnis Minang, Jawa maupun Batak yang memiliki akses terhadap media massa khususnya televisi yang kemudian mempengaruhi pola komunikasi dalam keluarga khususnya antara orangtua dan anak.

3. Pada aspek relasi gender dalam keluarga, terlihat bahwa sektor produktif tidak hanya milik laki-laki saja. Perempuan, dalam hal ini adalah istri juga terlibat dalam sektor produktif baik pada keluarga migran etnis Minang, Jawa maupun Batak. Anak laki-laki maupun perempuan yang telah dewasa dan belum menikah juga turut membantu memenuhi kebutuhan keluarga dengan bekerja. Jam kerja laki-laki di luar rumah tetap lebih besar daripada jam kerja perempuan. Laki-laki rata-rata menghabiskan 8 jam per hari untuk bekerja di luar rumah, sedangkan perempuan hanya berkisar antara 5-6 jam per hari. Berkaitan dengan sektor reproduktif, perempuan masih tetap memegang peran yang dominan meskipun laki-laki juga turut terlibat dalam beberapa hal. Peran laki-lai dalam sektor reproduktif bukanlah seuatu hal yang mutlak dan wajib sifatnya. Tugas pengasuhan yang bersifat fisik masih sering dilakukan oleh suami, khususnya pada keluarga muda yang baru memiliki satu atau dua orang anak. Pengasuhan yang bersifat psikis atau pemberian stimulasi positif pada anak lebih sering dilakukan oleh istri.

Peran laki-laki dan perempuan dalam aktivitas sosial adalah seimbang. Keduanya memiliki hak yang sama untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya asal tidak melupakan tanggung jawab dalam keluarga. Meskipun demikian, tidak ditemukan adanya organisasi atau perkumpulan bagi laki-laki di lokasi penelitian. Laki-laki biasanya berinteraksi dengan tetangga atau dengan teman sekerjanya. Anak, baik laki-laki maupun perempuan diberi hak untuk berinteraksi dengan teman

sebayanya dengan tidak mengabaikan tugas dan kewajiban anak dalam keluarga.

8.2 Saran

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai pergeseran nilai budaya dari keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak. Selain itu, juga dapat dikembangkan suatu bentuk program yang dapat dibawahi oleh Posyandu atau PKK yang berkaitan dengan pengasuhan anak yang baik. Hal ini berguna agar orangtua tidak lagi memandang bahwa pengasuhan hanya semata-mata bersifat fisik melainkan juga bersifat psikis dengan memberikan stimulasi yang mampu memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang menerima pengasuhan dengan baik akan membentuk anak dengan karakter yang baik pula sehingga kualitas sumber daya manusia yang terbentuk juga akan semakin baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Mas’oed. 2008. Posisi Dan Peranan Bapak Sebagai Kepala Keluarga dalam Masyarakat Hukum Adat Minangkabau. Dikutip dari http://www.cimbuak.net, diakses pada tanggal 13 November 2008

Agustrisno, Junjungan S.B.P Simanjuntak, Abdul Rachman, Edi Saputra Siregar.1995. Pembinaan Budaya dalam Lingkungan Keluarga Daerah Sumatera Utara. Ed. Nismawati Tarigan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Alfiasari. 2008. Pengasuhan: Peran Strategis Orangtua dan Komunitas. Bogor. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Gunarsa, S.D dan Gunarsa, S.Y. 1991. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BDK Gunung Mulia.

Handayani, Trisakti dan Sugiarti. 2002. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang: UMM Press.

Hastuti, Dwi. 2008. Pengasuhan: Teori, Prinsip dan Aplikasinya. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Hernawati, N. 2002. Nilai Anak dan Pola Pengasuhan Berdasarkan Gender pada Anak Usia 2-3 Tahun di Kota Bogor. [Skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.

Hermawati, Tanti. 2007. Budaya Jawa dan Kesetaraan Gender dalam Jurnal Komunikasi Massa Vol. 1, No. 1, Juli 2007, 25-34. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Hurlock, E. B. 1997. Perkembangan Anak Edisi 6 Jilid 2. (MM Tjandrasa: Penerjemah). Jakarta: Erlangga.

Iwan, Sugeng. 2005. Pengasuhan Anak Dalam Keluarga“The Next Lost Generation”. Dikutip dari www.orientalscholar.com.pdf, diakses tanggal 23 Mei 2009.

Jendrius.____. Perempuan dan Kerabat Perempuan dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau Kontemporer Dikutipdari http://www.unand.ac.id/sosiologi/ artikel/jendrius2.pdf, diakses pada tanggal 18 Desember 2008.

Lestari, Forina. 2006. Identifikasi Tingkat Kerentanan Masyarakat Pemukiman Kumuh Perkotaan Melalui Pendekatan Sustainable Urban Livelihood (SUL), Studi Kasus: Kelurahan Tamansari, Bandung. Dikutip dari

http://kk.pl.itb.ac.id/ppk, diakses pada tanggal 05 Maret 2009.

Lestari, Tri. 2005. Peranan Suami dalam Sosialisasi Anak pada Keluarga Migran Sirkuler Perempuan (Kasus Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah). [Skripsi]. Bogor: Departem Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Putri, Sinta Susanto. 2006. Hubungan Nilai Anak, Pola Asuh dan Aktivitas Anak Sibuk [Skripsi]. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ritonga, Ahmad Husin, Ermansyah, Sutan Harahap, Abdul Rahman. 1996. Fungsi Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia Daerah Sumatera Utara. Penyunting: Drs. Argenes Silitonga dan Dra Misnah Shalihat. Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rohman, Arif. 1995. Struktur Keluarga dan Pola Asuh Anak pada Keluarga Miskin dalam Jurnal Kependidikan, Nomor 2, Tahun XXV. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Sangganafa ,Naffi, Albertino Imbiri dan Markus Warip. 1994/1995. Pembinaan Budaya dalam Lingkungan Keluarga Orang Waropen di Daerah Irian Jaya. Penyunting: Drs. Prioyulianto Hutomo, M.Ed. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sa’adiyyah, Nino Yayah. 1998. Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Pola Pengasuhan Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (Studi Kasus pada Etnis Jawa dan Minang) [Tesis]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Salioso, Herdi. 2003. Kota Dumai Mutiara Pantai Timur Sumatera. Pekanbaru: UNRI Press.

Siregar, Fazidah A. 2003. Pengaruh Nilai dan Jumlah Anak pada Keluarga terhadap Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

Siregar, Rahma Sari. 2003. Sosialisasi Anak dalam Keluarga yang Tinggal bukan pada Lingkungan Budaya Asal (Kasus Masyarakat Migran si Salah Satu Kelurahan, Kecamatan Bogor Selatan, Kotamadya Bogor) [Skripsi].

Bogor: Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sudarta, Wayan.____. Peranan Perempuan dalam Pembangunan Berwawasan Gender.Dikutipdarihttp://ejournal.unud.ac.id/abstrak/peran%20perempuan .pdf,diakses pada tanggal 22 Desember 2008.

Prasodjo, Nuraini W dan Nurmala K. Pandjaitan. 2003. Stratifikasi Sosial dalam Sosiologi Umum. Bogor: Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan Pustaka Wirausaha Muda Bogor.

Tangdilintin, Paulus. 1996. Pengaruh Perubahan Struktur Keluarga terhadap Pelaksanaan Fungsi Utama Keluarga di Perkotaan (Studi Kasus : Kelurahan Kalibaru, Kemanggisan dan Pasar Minggu dalam Masyarakat, Jurnal Masyarakat No.4 Th. 1996. Jakarta: UI Press.

Zeitlin, Marian F, Ratna Megawangi, Ellen F.Kramer, Nancy D.Colleta, E.D Babatunde dan David Garman, 1995. Strengthening the Family: Introduction for International Development. New York: United Nations University Press.