• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Kondisi Umum Kelurahan Sukajadi, Kota Dumai

Kota Dumai dahulunya adalah sebuah kota nelayan kecil di pantai timur Sumatera. Saat ini, Kota Dumai berkembang menjadi kota jasa dan industri. Perkembangan Kota Dumai yang semakin pesat ini menyebabkan arus migrasi ke kota ini juga semakin meningkat. Secara geografis wilayah Kota Dumai terletak 100°51'30" - 10°59'8" Lintang Utara (LU) dan pada 114°24' - 114°34' Bujur Timur (BT) . Wilayah Kota Dumai beriklim tropis dengan curah hujan antara 100-300 cm dan suhu udara 24-33 oC serta kondisi tanah rawa bergambut. Permukaan tanah datar dan sebagian sedikit bergelombang dengan ketinggian dari permukaan laut 0-30 m, kecuali daerah dekat pantai. Penggunan lahan adalah untuk perumahan 10%, fasilitas kota 2%, sawah/tegalan 12%, hutan 24% , lain-lain 52%. Kota Dumai memiliki luas wilayah 1.772,38 km2 dan merupakan kota terluas nomor dua di Indonesia setelah Manokwari.

Batas wilayah Kota Dumai adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten

Bengkalis.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mandau dan Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bangko dan Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir.

Kota Dumai terdiri atas lima kecamatan dan terbagi menjadi tiga puluh dua kelurahan yaitu :

1. Kecamatan Dumai Barat dengan kelurahan Bagan Keladi, Bukit Datuk, Bukit Timah, Laksamana, Mekar Sari, Pangkalan Sesai, Purnama, Ratu Sima, Rimba Sekampung dan Simpang Tetap Darul Ichsan.

2. Kecamatan Dumai Timur dengan kelurahan Bintan, Bukit Batrem, Buluh Kasap, Dumai Kota, Jaya Mukti, Sukajadi, Tanjung Palas, Teluk Binjai dan Bumi Ayu.

3. Kecamatan Bukit Kapur dengan kelurahan Bagan Besar, Bukit Kayu Kapur, Bukit Nenas dan Gurun Panjang.

4. Kecamatan Medang Kampai dengan kelurahan Guntung, Mundam, Teluk Makmur dan Pelintung.

5. Kecamatan Sungai Sembilan dengan kelurahan Bangsal Aceh, Basilam Baru, Batu Teritip, Lubuk Gaung dan Tanjung Penyembal.

Tabel 1. Kecamatan di Kota Dumai dan Luas Wilayahnya Tahun 2002

No. Kecamatan Luas (Km2)

1. Bukit Kapur 250,00 2. Medang Kampai 373,00 3. Sungai Sembilan 970,38 4. Dumai Barat 120,00 5. Dumai Timur 59,00 Total 1.772,38

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Dumai, 2003

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa kecamatan dengan luas wilayah terbesar adalah Kecamatan Sungai Sembilan (970,38 km²) sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Dumai Timur (59 km²). Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur yang terdiri dari 23 RT. Luas Kelurahan Sukajadi adalah ± 203,2 ha. Suhu rata-rata daerah ini adalah 34oC dengan ketinggian dari permukaan laut ± 5 meter. Batas wilayah Kelurahan Sukajadi adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Jl. Sultan Syarif Qasim. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Dumai. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bintan.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Rimba Sekampung.

Kelurahan Sukajadi termasuk daerah yang rawan banjir karena letaknya berbatasan langsung dengan Sungai Dumai. Mayoritas penduduk Kelurahan Sukajadi menggunakan air sumur sebagai sumber air minum, namun saat ini hal tersebut jarang ditemukan karena ketersediaan air yang minim dan kualitas air

yang kurang baik. Penduduk mayoritas membeli air yang dijual keliling untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari seperti untuk minum dan memasak.

4.1.2 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana jalan di Kelurahan Sukajadi sudah baik yakni merupakan jalan aspal, namun terdapat beberapa jalan yang kondisinya rusak. Jembatan yang terdapat di Kelurahan Sukajadi juga tergolong baik dan terbuat dari beton. Sarana transportasi darat yang ada di Kelurahan Sukajadi antara lain adalah bus umum, angkutan kota (angkot), ojek, dan becak, sedangkan untuk sarana dan prasarana transportasi laut atau sungai tidak ditemukan di Kelurahan Sukajadi. Sarana penerangan di Kelurahan Sukajadi tergolong baik. Sarana hiburan atau wisata juga dapat digolongkan baik ditunjukkan dengan adanya beberapa hotel, restoran, penginapan dan tempat bilyar yang ramai dikunjungi.

Sarana dan prasarana drainase atau saluran pembuangan air limbah di Kelurahan Sukajadi tergolong kurang memadai kondisinya. Prasarana pemerintahan tergolong baik yang dapat dilihat dengan adanya Kantor Kelurahan dengan kondisi bangunan dan fasilitas yang baik. Sebagian besar penduduk Kelurahan Sukajadi menggunakan air sumur galian sebagai sumber air bersih dan sisanya menggunakan PAM. Prasarana perumahan di Kelurahan Sukajadi terdiri dari rumah permanen sebanyak ± 604 buah, rumah semi permanen sebanyak ± 241 buah dan rumah non permanen sebanyak ± 76 buah. Prasarana olahraga yang banyak ditemukan di Kelurahan Sukajadi adalah adanya lapangan bola voli yang sering digunakan penduduk untuk melakukan aktivitas olahraga. Sarana peribadatan di Kelurahan Sukajadi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sarana Peribadatan di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur Tahun 2008

No Jenis Sarana Peribadatan Jumlah (buah)

1. Masjid 6 2. Musholla 7 3. Gereja 1 4. Vihara - 5. Pura - Jumlah 14

Sarana pendidikan baik formal maupun non formal di Kelurahan Sukajadi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sarana Pendidikan di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur Tahun 2008

No. Jenis Sarana Pendidikan Jumlah (buah)

1. Kelompok Bermain (Play Group) 1

2. Taman Kanak-Kanak (TK) 2

3. Sekolah Dasar (SD) 3

4. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1

5. Sekolah Menengah Atas (SMA) 1

6. Madrasah 7

7. Perguruan Tinggi 1

8. Kursus Komputer 2

9. Kursus Menjahit 1

Jumlah 19

4.1.3 Kependudukan dan Kondisi Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk terbanyak di Kota Dumai terdapat di Kecamatan Dumai Timur, yaitu sejumlah 67.909 jiwa, sedangkan penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Medang Kampai, yaitu sebanyak 7.321 jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Dumai, 2003). Kecamatan dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu Kecamatan Dumai Timur (1.151 jiwa/km²), sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan terendah yaitu Kecamatan Sungai Sembilan (16 jiwa/km²).

Jumlah penduduk di Kelurahan Sukajadi adalah 9.967 jiwa dengan 2.113 Kepala Keluarga (KK). Penduduk Kelurahan Sukajadi mayoritas adalah etnis Minang, diikuti dengan etnis Melayu, Batak dan Jawa. Mayoritas penduduknya beragama Islam dan pendidikan terakhirnya adalah tamat SLTA/sederajat. Penduduk Kelurahan Sukajadi mayoritas bekerja di sektor non pertanian seperti buruh, pedagang, wiraswasta, pengusaha, Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan swasta, dan guru.

Keluarga pra sejahtera di Kelurahan Sukajadi berjumlah 351 keluarga, keluarga sejahtera 1 berjumlah 556 keluarga, keluarga sejahtera 2 berjumlah 413 keluarga, keluarga sejahtera 3 berjumlah 231 keluarga dan keluarga sejahtera ketiga plus berjumlah 214 keluarga. Jumlah keluarga yang memiliki pesawat televisi adalah 1.911 keluarga, memiliki sepeda motor dan sejenisnya sebanyak 1.941 keluarga, memiliki mobil sebanyak 10 keluarga dan memiliki ternak kecil sebanyak 824 keluarga. Fasilitas hiburan seperti televisi dan parabola hampir

dimiliki oleh seluruh penduduk di Kelurahan Sukajadi. Hal ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan untuk hiburan adalah penting dan telah cukup terpenuhi.

Lembaga kemasyarakatan yang terdapat di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur tampak pada Tabel 4.

Tabel 4. Jenis Lembaga Kemasyarakatan di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur Tahun 2008

No. Jenis Lembaga Kemasyarakatan Jumlah anggota (orang)

1. PKK 45

2. Karang Taruna 45

3. LPMK Sukajadi 12

4. Organisasi Pemuda ± 100

5. Majlis Ta’lim ± 500

6. Kelompok Gotong Royong Semua warga di setiap RT

Kelompok gotong royong yang ada di setiap RT saat ini tidak berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena kesibukan penduduk yang berbeda-beda di masing-masing RT dan pergeseran nilai budaya di kalangan masyarakat di Kelurahan Sukajadi. Partisipasi penduduk dalam Pemilihan Umum juga tergolong baik.

Kelurahan Sukajadi memiliki dua buah koperasi yang jumlah anggotanya adalah 216 orang. Jenis industri yang ada di Kelurahan Sukajadi antara lain adalah tampak pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis Industri dan Jumlah Tenaga Kerja yang Dipekerjakan di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur Tahun 2008

No. Jenis Industri Jumlah Industri (buah) Jumlah Tenaga Kerja (orang)

1. Industri makanan 3 18 2. Industri Kerajinan 3 15 3. Industri Mebel 3 18 4. Warung Makan 7 42 5. Kios Kelontong 46 92 6. Bengkel 4 20 7. Toko/Swalayan 39 126 8. Percetakan/Sablon 4 10

Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa jenis industri yang paling banyak ditemukan di Kelurahan Sukajadi adalah kios kelontong dan toko stau swalayan. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kelurahan Sukajadi banyak yang mulai berwirausaha dengan membuka kios kelontong dan toko atau swalayan. Selain itu,

gaya hidup yang semakin modern juga memicu peluang untuk membuka swalayan sebab saat ini berbelanja kebutuhan hidup sehari-hari di swalayan sudah menjadi gaya hidup tersendiri.

4.2 Karakteristik Responden Penelitian 4.2.1 Usia

Responden dalam penelitian ini adalah penduduk Kelurahan Sukajadi RT 21, RT 22 dan RT 23. Penduduk RT 21 mewakili keluarga etnis Minang, RT 22 mewakili keluarga etnis Jawa dan RT 23 mewakili keluarga etnis Batak. Sebaran responden etnis Minang, Jawa dan Batak berdasarkan usia adalah seperti tampak pada Tabel 6.

Tabel 6. Sebaran Responden Etnis Minang, Jawa dan Batak berdasarkan Usia di Kelurahan Sukajadi Tahun 2009

Rentang Usia KK (tahun) Etnis

Minang % Jawa % Batak %

20-29 5 8 0 0 0 0 30-39 20 38 9 64 23 68 40-49 24 46 2 14 11 32 50-59 4 0 3 22 0 0 > 60 0 0 0 0 0 0 Total 52 100 14 100 34 100

Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa sebaran terbesar untuk kepala keluarga dari keluarga etnis Minang berada pada rentang usia antara 40-49 tahun. Berbeda halnya dengan sebaran terbesar untuk kepala keluarga dari keluarga etnis Jawa dan Batak yang berada pada rentang usia antara 30-39 tahun.

5.2 Tingkat Pendidikan

Pada penelitian ini, variabel pendidikan Kepala Keluarga (KK) dibedakan menjadi pendidikan formal dan non formal. Sebaran tingkat pendidikan formal Kepala Keluarga (KK) dari keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak adalah seperti tampak pada Tabel 7.

Berdasarkan Tabel 7, rata-rata tingkat pendidikan formal dari Kepala Keluarga pada keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak adalah tamat SMA/sederajat. Kepala keluarga yang pendidikan formal terakhirnya adalah

Diploma 3 ditemukan pada etnis Minang sebanyak 2% dan Batak sebanyak 6%. Kepala keluarga dengan pendidikan formal terakhir S1 hanya ditemukan pada keluarga etnis Minang. Pada keluarga etnis Jawa, masih ditemukan 14% kepala keluarga yang pendidikan formal terakhirnya hanya tamat SD/sederajat. Menurut wawancara mendalam, mereka hanya menamatkan Sekolah Dasar karena kendala biaya dalam keluarga dan pola pikir orangtua mereka yang cenderung menganggap pendidikan tidak begitu penting.

Tabel 7. Sebaran Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga (KK) dari Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak di Kelurahan Sukajadi Tahun 2009

Tingkat Pendidikan Formal KK

Etnis

Minang % Jawa % Batak %

SD/sederajat-tamat 0 35 2 14 0 0 SMP/sederajat-tamat 18 54 1 7 5 15 SMA/sederajat-tamat 28 9 11 79 27 79 D3 5 2 0 0 2 6 S1 1 100 0 0 0 0 Total 52 100 14 100 34 100

Pendidikan non formal seperti kursus ataupun pelatihan, tidak banyak diikuti oleh Kepala Keluarga (KK) dari keluarga yang menjadi responden dalam penelitian ini. Pendidikan non formal seperti itu cenderung diikuti oleh istri, namun tidak banyak yang menggunakan ketrampilan yang mereka peroleh melalui pendidikan non formal tersebut.

5.3 Pekerjaan

Seluruh responden dalam penelitian ini bekerja di sektor non pertanian. Pekerjaan tersebut antara lain meliputi wiraswasta, karyawan swasta, pedagang, Pegawai Negeri Sipil (PNS), buruh pabrik, buruh bangunan, dan tukang becak. Mereka tidak menggeluti jenis pekerjaan di sektor pertanian mengingat bahwa di kawasan Kelurahan Sukajadi tidak banyak ditemukan lahan pertanian. Hampir seluruh lahan kosong yang ada di Kelurahan Sukajadi digunakan untuk membangun fasilitas pertokoan, pasar, klinik, dan kawasan perkantoran. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Kelurahan Sukajadi.

5.4 Pengeluaran Pangan dan Non Pangan

Distribusi responden berdasarkan jumlah pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan pada keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak adalah tampak pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Pengeluaran untuk Memenuhi Kebutuhan Pangan pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak di Kelurahan Sukajadi Tahun 2009

Jumlah Pengeluaran Pangan/bulan (Rupiah)

Etnis

Minang % Jawa % Batak %

500000-700000 5 10 2 14 1 3

700000-900000 29 56 6 43 16 47

900000-1100000 16 31 6 43 16 47

> 1100000 2 3 0 0 1 3

Total 52 100 14 100 34 100

Berdasarkan Tabel 8, pengeluaran keluarga etnis Minang untuk memenuhi kebutuhan pangan paling besar berada pada kisaran Rp 700.000,00 – Rp 900.000,00. Pada keluarga etnis Jawa dan Batak, pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan berada pada kisaran Rp 700.000,00 – Rp 900.000,00 dan Rp 900.000,00 – Rp 1.100.000,00, dengan jumlah persentase yang sama yakni 43% untuk keluarga etnis Jawa dan 47% untuk keluarga etnis Batak. Pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan ini sudah mencakup kebutuhan pangan pokok dan non pokok selama sebulan dalam keluarga tersebut.

Pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan non pangan mencakup kebutuhan sandang, biaya pendidikan anak, biaya kesehatan, hiburan, tabungan dan membayar tagihan sewa rumah, listrik serta air. Distribusi responden berdasarkan jumlah pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan non pangan pada keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak adalah tampak pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Pengeluaran untuk Memenuhi Kebutuhan Non Pangan pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak di Kelurahan Sukajadi tahun 2009

Jumlah Pengeluaran Non Pangan/bulan (Rupiah)

Etnis

Minang % Jawa % Batak %

200000-400000 14 27 10 71 13 38

400000-600000 34 65 4 29 20 59

600000-800000 4 8 0 0 1 3

Berdasarkan Tabel 9, persentase terbesar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan non pangan pada keluarga etnis Minang dan Batak berada pada kisaran Rp 400.000,00 – Rp 600.000,00 per bulan. Pada keluarga etnis Jawa, persentase terbesar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan non pangan berada pada kisaran Rp 200.000,00 – Rp 400.000,00. Bagi keluarga etnis Minang dan Jawa, pengeluaran non pangan paling banyak dialokasikan untuk biaya sekolah anak dan membayar tagihan sewa rumah, listik dan air. Berbeda dengan keluarga etnis Jawa yang masih mengalokasikan pendapatannya untuk ditabung meskipun tidak selalu sama jumlahnya setiap bulan. Hal ini berhubungan dengan responden dari keluarga etnis Jawa yang persentase kepemilikan rumahnya lebih besar dibanding keluarga etnis Minang dan Batak sehingga tidak perlu mengalokasikan pendapatan untuk membayar sewa rumah melainkan hanya membayar tagihan listrik dan air. Hiburan bukan merupakan suatu prioritas bagi keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak. Menurut mereka, pemenuhan kebutuhan hiburan sudah cukup dengan menonton televisi di rumah. Hal ini juga didukung dengan kepemilikan parabola hampir di setiap rumah yang menjadi responden dalam penelitian ini.

5.5 Kepemilikan Aset dalam Keluarga

Rasio kepemilikan aset berupa rumah, tanah, ternak, kendaraan bermotor dan perhiasan pada keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak adalah tampak seperti pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10, keluarga etnis Batak memiliki semua aset yang disebutkan. Hampir seluruh responden baik dari keluarga etnis Minang, Jawa maupun Batak memiliki kendaraan bermotor, bahkan terdapat beberapa keluarga yang memiliki kendaraan bermotor lebih dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa kendaraan bermotor merupakan aset yang penting bagi keluarga karena dibutuhkan untuk keperluan mobilitas.

Berkaitan dengan rasio kepemilikan aset berupa rumah, keluarga etnis Jawa lebih banyak yang memiliki rumah sendiri dibanding keluarga etnis Minang dan Batak yang mayoritas masih menempati rumah sewa. Hal ini juga berkaitan dengan jumlah pengeluaran non pangan dari keluarga etnis Jawa yang tidak terlalu banyak dialokasikan untuk membayar sewa rumah. Jenis aset berupa tanah

dimiliki oleh keluarga etnis Minang dan Batak. Tanah yang dimiliki berupa kebun kelapa sawit yang letaknya jauh dari tempat tinggal mereka. Pemeliharaan aset tersebut biasanya tidak dilakukan langsung oleh pemilik, melainkan dengan menggaji orang lain untuk menjaga dan merawat kebun tersebut. Pemilik hanya datang untuk meninjau kira-kira dua kali sebulan.

Tabel 10. Rasio Kepemilikan Aset pada Keluarga Etnis Minang, Jawa danBatak di Kelurahan Sukajadi tahun 2009

Jenis Aset Etnis

Minang % Jawa % Batak %

Rumah 26/52 50 8/14 57 16/34 47

Tanah 1/52 2 0/14 0 8/34 24

Ternak 0/52 0 0/14 0 5/34 14

Kendaraan Bermotor 49/52 94 14/14 100 34/34 100

Perhiasan 16/52 31 2/14 14 20/34 59

Jenis aset berupa ternak hanya dimiliki oleh beberapa keluarga etnis Batak. Jenis ternak yang dipelihara adalah babi. Sama halnya dengan kebun kelapa sawit, pemeliharaan ternak juga tidak dilakukan langsung oleh pemilik. Pemilik biasanya memantau sekali dalam seminggu karena letak tampat pemeliharaan yang tidak begitu jauh dari tempat tinggal pemilik. Rasio kepemilikan aset berupa perhiasaan paling banyak dimiliki oleh keluarga etnis Batak. Menurut hasil wawancara, kepemilikan aset berupa kebun, ternak dan perhiasaan merupakan bentuk investasi jangka panjang dari keluarga migran ini.

5.6 Pola Konsumsi Pangan

Makanan pokok dari seluruh responden adalah nasi. Pola makan yang diamati adalah mencakup frekuensi makan per hari, frekuensi konsumsi daging per minggu, frekuensi konsumsi ikan per minggu dan frekuensi konsumsi telur per minggu. Distribusi frekuensi makan/hari pada keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak adalah tampak pada Tabel 11.

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Makan/hari pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak di Kelurahan Sukajadi tahun 2009

Frekuensi Makan/hari Etnis

Minang % Jawa % Batak %

Kurang dari dua kali sehari 0 0 0 0 0 0

Dua kali sehari 27 52 3 21 10 29

Tiga kali sehari 25 48 11 79 23 68

Lebih dari atau sama dengan

tiga kali sehari 0 0 0 0 1 3

Total 52 100 14 100 34 100

Berdasarkan Tabel 11, keluarga etnis Jawa dan Batak mayoritas makan tiga kali sehari. Keluarga etnis Minang lebih banyak yang makan dengan frekuensi dua kali sehari. Pada keluarga yang frekuensi makannya dua kali sehari, biasanya yang dilewatkan adalah sarapan pagi. Hal ini terjadi karena mereka tidak terbiasa sarapan pagi. Jika istri bekerja, maka pada pagi hari istri biasanya hanya menyiapkan bekal untuk dibawa anak ke sekolah. Jika tidak, maka anak terbiasa sarapan di sekolah.

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Makan Daging, Ikan dan Telur/minggu pada Keluarga Etnis Minang di Kelurahan Sukajadi tahun 2009

Frekuensi Makan/minggu Jenis Bahan Makanan

Daging % Ikan % Telur %

Tidak pernah sama sekali 41 79 0 0 0 0

Satu kali 11 21 2 4 0 0

Dua kali 0 0 10 19 0 0

Lebih dari atau sama dengan

tiga kali 0 0 40 77 52 100

Total 52 100 52 100 52 100

Berdasarkan Tabel 12, keluarga etnis Minang paling sering mengkonsumsi telur dan ikan dalam seminggu. Frekuensi konsumsi daging hanya satu kali seminggu dan lebih bersifat tidak menentu. Menurut wawancara, mereka hanya mengkonsumsi daging saat ada perayaan keagamaan seperti Lebaran dan Idul Adha serta jika ada acara keluarga di rumah. Mereka tidak menganggap daging sebagai pangan yang wajib dikonsumsi setiap minggunya. Ikan dan telur lebih sering dikonsumsi karena harganya yang lebih murah dibandingkan dengan daging.

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Makan Daging, Ikan dan Telur/minggu pada Keluarga Etnis Jawa di Kelurahan Sukajadi tahun 2009

Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa keluarga etnis Jawa juga lebih sering mengkonsumsi ikan dan telur dibandingkan daging dalam seminggu. Sama halnya dengan keluarga etnis Minang, menurut keluarga etnis Jawa, mereka hanya mengkonsumsi daging saat Lebaran, Idul Adha, ataupun saat ada acara keluarga di rumah. Harga daging yang mahal menjadi pertimbangan bagi mereka untuk tidak sering mengkonsumsi daging.

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Makan Daging, Ikan dan Telur/minggu pada Keluarga Etnis Batak di Kelurahan Sukajadi tahun 2009

Frekuensi Makan/minggu Jenis Bahan Makanan

Daging % Ikan % Telur %

Tidak pernah sama sekali 15 44 0 0 0 0

Satu kali 19 56 0 0 0 0

Dua kali 0 0 0 0 0 0

Lebih dari atau sama dengan

tiga kali 0 0 34 100 34 100

Total 34 100 34 100 34 100

Berdasarkan Tabel 14, lebih dari setengah dari jumlah responden keluarga etnis Batak mengkonsumsi daging satu kali seminggu. Seluruh responden keluarga etnis Batak juga mengkonsumsi ikan dan telur lebih dari atau sama dengan tiga kali seminggu. Hal ini berhubungan dengan jumlah pengeluaran keluarga etnis Batak untuk memenuhi kebutuhan pangan yaitu berkisar antara Rp 700.000,00 – Rp 900.000,00 dan Rp 900.000,00 – Rp 1.100.000,00.

Frekuensi Makan/minggu Jenis Bahan Makanan

Daging % Ikan % Telur %

Tidak pernah sama sekali 12 86 0 0 0 0

Satu kali 2 14 0 0 0 0

Dua kali 0 0 3 21 0 0

Lebih dari atau sama dengan tiga kali 0 0 11 79 14 100

V. PERSEPSI NILAI ANAK PADA KELUARGA ETNIS