• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan

Dalam dokumen STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON INCUMBEN (1) (Halaman 127-132)

Perbedaan utama dari tim kampanye pasangan calon incumbent dan pendatang baru adalah dari segi jumlah anggota tim kampanye, distribusi anggota-anggota tim kampanye ke dalam tiap bidang kerja, dan mekanisme kerja tim kampanye. Mekanisme kerja tim kampanye calon pendatang baru yang dibagi dua berdasarkan partai pendukung, yaitu HADE PKS dan HADE PAN lebih mampu menjalankan kampanye politik yang efektif dalam menghadapi waktu kampanye yang hanya kurang dari dua minggu. Tim kampanye pasangan incumbent yang merupakan gabungan dari Partai Golkar dan Partai Demokrat, menghadapi berbagai hambatan yang menyebabkan terjadinya kondisi ”saling tunggu” dalam pendistribusian atribut-atribut kampanye, sehingga kegiatan kampanye yang dijalankan menjadi terganggu.

Pada tahap perencanaan kampanye, tim kampanye pendatang baru melakukan targeting, sementara tim incumbent tidak melakukannya. Tim kampanye incumbent tidak menetapkan sasaran kampanye karena ingin menjangkau sebanyak mungkin pemilih agar dapat mencapai target perolehan suara sebesar 60 persen, namun kurangnya sumber daya dan sumber dana yang dimiliki oleh tim kampanye incumbent menyebabkan kegiatan kampanye yang dilaksanakan tidak maksimal. Sementara itu jumlah dana kampanye sebesar Rp. 1.200.000.000,00 dan bantuan dari 10.000 kader partai dan simpatisan yang mendukung pelaksanaan kampanye, membuat kampanye yang dilakukan oleh tim

kampanye pasangan pendatang baru lebih maksimal dalam menjangkau khalayak kampanye secara langsung.

Teknik kampanye pasangan pendatang baru lebih mampu menyentuh masyarakat secara langsung, karena dilakukan dengan teknik kampanye dari rumah ke rumah (direct selling) dan kunjungan ke pusat aktivitas masyarakat. Teknik kampanye semacam ini lebih mampu menyentuh masyarakat secara langsung sehingga menimbulkan kepercayaan dan kejelasan mengenai visi misi dan program-program yang dijanjikan. Kepercayaan masyarakat terhadap pasangan pendatang baru juga dibentuk dengan cara melakukan “kontrak politik” antara pasangan pendatang baru dengan masyarakat Jawa Barat. Kegiatan kampanye yang inovatif dan dapat langsung terasa manfaatnya oleh masyarakat, seperti “Angkot gratis dari HADE” juga semakin memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap janji pasangan HADE yang akan senantiasa melayani masyarakat. Persuasi politik yang dijalankan oleh tim kampanye HADEtergolong ke dalam persuasi politik dengan cara periklanan dan retorika. Persuasi periklanan dilakukan melalui pemasangan iklan pasangan HADE di media massa dan pemasangan atribut kampanye di sepanjang jalan di Kota Bogor, sedangkan persuasi retorika diimplementasikan melalui strategi direct selling kepada masyarakat.

Sementara itu kegiatan kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye pasangan incumbent lebih banyak didominasi oleh kegiatan kampanye satu-kepada-banyak, seperti kampanye massa langsung di Lapangan Sempur, kampanye pembukaan di sekretariat DPD Golkar Kota Bogor, kampanye massa tidak langsung melalui media massa, dan pawai motor simpatik.

Kegiatan-kegiatan kampanye tersebut sudah tidak mampu menarik minat dan menggalang kepercayaan masyarakat, karena tidak memberikan jaminan akan mengatasi permasalahan masyarakat secara langsung. Persuasi politik yang dijalankan oleh tim kampanye DA’I tergolong ke dalam persuasi politik dengan cara periklanan dan propaganda. Persuasi periklanan dilakukan melalui pemasangan iklan pasangan DA’I di media massa dan pemasangan atribut kampanye di sepanjang jalan di Kota Bogor, sedangkan persuasi propaganda dilakukan dengan cara menyatukan individu-individu ke dalam suatu massa yang diidentifikasi sebagai masyarakat Bogor, dan dipengaruhi dengan slogan kampanye yang berbunyi ”Pilih orang Bogor asli!!”, agar menjatuhkan pilihannya pada pasangan DA’I.

Pencitraan pasangan calon kepala daerah yang dilakukan oleh tim kampanye pasangan incumbentdan pendatang baru menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih yang menjadi responden polling mampu menangkap citra utama dari kedua pasangan tersebut yang dikomunikasikan oleh tim kampanye dari kedua pasangan calon tersebut. Persentase kesesuaian citra dari kedua pasangan berdasarkan usia dan tingkat pendidikan pemilih pasangan DA’Idan HADE yang lebih dari 50 persen (kecuali pemilih HADE yang berpendidikan menengah yaitu sebesar 30 persen), menunjukkan bahwa usia dan tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan kemampuan individu dalam menangkap citra dengan tepat.

Citra utama yang dikomunikasikan oleh tim kampanye pasangan incumbent, yaitu pasangan yang berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat tidak dianggap penting oleh masyarakat Jawa Barat dan Kota Bogor pada khususnya, karena masyarakat merasa kurang puas dengan pembangunan yang dilakukan selama lima tahun kepemimpinan calon incumbent. Masyarakat justru

lebih tertarik dengan citra pasangan calon pendatang baru, yaitu pasangan muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat, karena selama masa kampanye pemilihan kepala daerah Jawa Barat sedang ramai isu mengenai kemunculan pemimpin-pemimpin muda di dunia.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka faktor-faktor yang menyebabkan kemenangan pasangan HADE antara lain adalah, penggunaan strategi kampanye yang tepat melalui direct selling, mekanisme kerja tim kampanye yang efektif, kegiatan kampanye politik yang inovatif, dan ketepatan momentum mengenai citra pasangan muda dengan isu yang sedang berkembang saat itu. Sementara itu faktor-faktor yang menyebabkan kekalahan pasangan DA’I antara lain adalah, kurangnya konsolidasi internal tim kampanye dan partai ke tingkat atas dan bawah, kesalahan dalam penggunaan strategi kampanye melalui strategi ”panggung” yang merupakan cara-cara lama dalam berkampanye, dan ketidaksesuaian citra yang ingin dibentuk dari pasangan DA’I, dengan pandangan masyarakat mengenai pasangan DA’I.

8.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, maka saran yang dikemukakan ditujukan kepada pihak yang paling terkait dengan isi pembahasan, yaitu tim kampanye politik sebagai perencana dan pelaksana kegiatan-kegiatan kampanye politik. Selanjutnya saran ditujukan kepada para peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian mengenai kampanye politik dalam pemilihan umum. Saran-saran tersebut, yaitu:

1. Kepada tim kampanye politik, perlu mengembangkan teknik-teknik kampanye alternatif yang bersifat kreatif dan dapat dirasakan manfaatnya secara

langsung oleh masyarakat, sehingga biaya untuk kampanye politik tidak terbuang percuma. Selain itu perlu dikembangkan teknik-teknik kampanye yang sifatnya memberikan pendidikan politik untuk masyarakat, agar tidak mudah timbul pertikaian akibat perbedaan pilihan politik.

2. Dengan disahkannya Undang-undang mengenai calon kepala daerah dari jalur non-partai politik, maka penulis menyarankan kepada peneliti yang berminat pada studi kampanye politik dalam pemilihan umum untuk melakukan penelitian mengenai kampanye politik oleh calon kepala daerah yang berasal dari jalur non-partai, karena dalam penelitian ini kedua subjek penelitiannya adalah calon kepala daerah yang diusung oleh partai politik.

Dalam dokumen STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON INCUMBEN (1) (Halaman 127-132)