• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN WAWANCARA

A. PELAKU USAHA KECIL INFORMAL

1. Pengembangan Usaha Kecil Infomal

a. Memulai Usaha

JK: “Seperti yang sudah mas ketahui, ini adalah usaha keluarga. Dulu

bapak saya punya warung bakso dan mie ayam juga tapi di Malang, dari kecil saya dan saudara-saudara saya sudah terbiasa membantu bapak menyiapkan segala macam kebutuhan untuk membuat bakso dan mie ayam, bantu ngracik bumbu, nggiling daging sapi, bentuk bakso, sampai jualan saya membantu. Setelah lulus sekolah, saya ikut bantu kakak saya jualan di jogja, dia juga jualan bakso disini hanya saja tempatnya berbeda, sambil kerja serabutan ini itu. Terus singkat cerita, saya di bantu modal oleh bapak dan kakak saya untuk membuat usaha bakso juga dan memutuskan untuk ikut membuka di jogja pada tahun sekitar 2004.”

GN “Mertua saya pindah ke jogja sekitar tahun 2010, dan memang

sudah berencana untuk membuka usaha di sana. Dulu jualan juga di trotoar situ mas, tempat mas e jualan roti bakar itu, karena usahanya lancar dan banyak yang meminati, maklum jogja panas jadi banyak yang minat es apa lagi dulu es oyen masih jarang sekali, lalu mertua saya menyewa ruko di samping trotoar untuk membuka es oyen. Kalau saya, sebelum ikut membuka usaha ini bekerja jadi pengrajin kayu di Bandung, Cuma karena bahan baku kayu dan pasar yang susah, saya pindah ke jogja ikut istri tapi ya tidak langsung buka cabang juga, masih bantu-bantu mertua dan ada kerjaan lah di jogja, lalu setelah ada modal baru buka usaha

atau nyabangin usaha ini gitu. Belajar buat es oyen sampai ke penjualannya itu cepet kok mas, kan tinggal nyampur buah ini itu saja. Hanya yang lama itu pada saat membuat santan dan air gula.”

EK: “Dulu saya sebelum membuka usaha ini, masih bekerja menjadi

supir di Temanggung, namun hasilnya yang pas-pasan membuat saya berpikir untuk ganti profesi. Lalu saya berpikir kalau usaha sendiri sepertinya bagus. Kebetulan punya teman yang jualan martabak, lalu saya minta ijin buat diajarin sekaligus bantu-bantu di usahanya itu. Kira-kira sebulan saya belajar membuat martabak dan ikut bekerja pada teman saya itu. Kemudian setelah bisa dan modal tabungan saya cukup, saya ke jogja untuk membuka usaha martabak disana di sekitar tahun 2012, selain istri saya yang kebetulan orang jogja, juga karena pasar di jogja lebih bagus menurut saya.”

Kesimpulan: Para pelaku usaha kecil memiliki latar belakang profesi yang

berbeda-beda sebelum membuka usaha, dalam hal latar belakang menjadi pengusaha pun berbeda, seperti usaha yang memang sudah turun temurun dari keluarganya, dan karena faktor ekonomi di usaha sebelumnya yang kurang mencukupi dan usaha yang kurang berkembang.

b. Kebutuhan Memulai Usaha

JK: “Yang paling penting untuk memulai usaha ini itu modal mas,

karena besar kecilnya modal mempengaruhi usaha dan usaha tanpa modal itu susah. Lalu lihat pasar, dimana daerah yang ramai dan belum ada penjual bakso disana, saya memutuskan untuk berjualan di trotoar sini kebetulan disini dulu itu masih belum ada yang jual bakso jadi sedikit saingannya, bahkan orang jualan pun belum seramai sekarang, dulu hanya beberapa pedagang kaki lima dan

usaha kuliner. Kalau tau tempat ini dari kenalan yang kebetulan tinggal disini setelah di survey dan karena alas an tadi itu, jadi saya memutuskan untuk jualan disini. Setelah itu, baru persiapan perlengkapan yang diperlukan untuk membuka usaha, gerobak, tempat, bahan-bahan bakso dan mie ayam, dsb. Dalam menyiapkan perlengkapan itu tidak ada hambatannya, karena sudah tau tempat untuk membeli bahan baku, tukang buat gerobak dll.

GN: “Kalau menurut saya yang penting itu kemauan untuk membuka

usaha, itu sangat diperlukan di samping kebutuhan materiil lainnya. Lalu seperti biasa, uang untuk modal usaha, jangan terlalu banyak sesuaikan kebutuhan saja, usaha jangan langsung besar, di cicil sedikit-sedikit, itu juga untuk jaga-jaga apabila kita kekurangan modal. Lalu pasar dimana bahan baku bisa di dapat, seperti, kelapa muda, es batu dll, baru mikir tempat dimana akan membuka usahanya, yang walaupun saingan usaha sejenis itu banyak tapi tetap prospektif untuk usaha yang sedang saya buka ini, seperti mencari tempat yang dekat jalan, dekat kampus gitu,dan tingkat daya beli yang tinggi. Memutuskan untuk jualan disini kalau yang cabang ini sih, karena mertua dulu temannya tinggal disini. Kalau cabang yang saya buka ya karena ramai tempatnya, di belakang kampus yang di sanata darma dan dekat jalan raya kalau yang di tamsis itu.”

EK: “Yang di perlukan untuk membuka usaha khususnya di martabak

ini, itu keterampilan, karena untuk membuat satu martabak yang telur itu susah sekali, saya saja butuh waktu kurang lebih sebulan untuk belajar ini. Setelah keterampilan cukup, dan berani membuka sendiri baru modal berupa uang. Kemudian lokasi jualan, dulu saya bisa berjualan disini karena kebetulan punya saudara dekat sini,lalu saya melihat kondisi di sini sangat bagus untuk membuka usaha apa pun itu, karena dekat dengan jalan raya, perkampungan, kost

mahasiswa dan juga kampus. Kesulitan untuk menyiapkan usaha ini, ya pada waktu berlatih membuat itu, dulu pas buka sendiri sampai habis berapa telur yang tidak jadi martabak.”

Kesimpulan: modal berupa uang sangat diperlukan untuk membuka sebuah usaha, pengamatan pasar penting dilakukan untuk mengetahui pangsa pasar dan seberapa banyak pesaing di usaha tersebut, kemauan untuk membuka usaha dan juga keterampilan membuka usaha juga penting untuk diperhatikan.

c. Pemasaran Produk

JK: “Saya memasarkan usaha ini, terbatas hanya dengan menggunakan

spanduk yang di tempel ini, selain untuk pemasaran, spanduk ini juga berguna untuk menutupi konsumen yang sedang makan di dalam. Dari dulu sampai sekarang hanya menggunakan spanduk ini, karena simple dan murah juga, lagian tempatnya kan dekat dengan jalan raya, kalau masang yang aneh-aneh seperti lampu dsb, susah dan ribet. Konsumen juga penting untuk pemasaran mas, ini bisa ramai seperti ini selain karena memang sudah lama berjualan disini juga karena konsumen yang mungkin menyebarkan lewat mulut ke mulut soal warung bakso ini.”

GN: “Kalau untuk pemasaran ya mas, jalan ini pun juga alat yang

digunakan untuk pemasaran mas. Banyak pengendara yang lewat, dan melihat warung kami. Tapi menggunakan spanduk juga, banner, seperti pada umumnya. Kalau yang cabang saya itu, nitip promosi di kios ini, masang selebaran di kaca memberitahu kalau buka cabang di daerah sana gitu.”

EK: “Pemasarannya dulu si terbatas di tulisan depan gerobak itu mas,

promosi di kardus martabak juga, dengan menempeli kertas di penutup kardus. Konsumen juga pemasaran itu, kadang saya nitip promosi untuk disebarkan ke orang lewat konsumen saya.”

Kesimpulan: Para pengusaha memasarkan produknya melalui banner atau spanduk yang di pasang di gerobaknya karena di nilai lebih simple dan murah dari segi biaya, menempelkan stiker tulisan pada gerobak, ada juga yang memakai selebaran yang di pasang di gerobak, pengusaha juga memanfaatkan konsumennya sebagai sarana pemasaran

2. Pengelolaan Usaha

a. Pengelolaan Keuangan

JK: “Pengelolaan keuangan pasti ada, tapi ya tidak rinci sekali sperti

usaha-usaha besar itu, pembukuan di usaha ini, hanya sebatas berapa uang yang di keluarkan untuk berjualan hari ini, dan berapa yang di dapat dari penjualan hari ini. Untuk kemudian, di pisah antara modal yang di keluarkan untuk usaha sehari ini dan untung yang di dapat. Keuntungan tersebut di sisihkan sebagian untuk menggaji karyawan secara harian dan sebagian di simpan dan di hitung sebulan sekali untuk menggaji karyawan yang bulanan, sewa tempat, sewa listrik, dan hal-hal yang tak terduga lainnya.”

GN: “Manajemennya di sini tidak serumit di usaha lain, yang penting

kita tahu berapa uang yang di keluarkan untuk modal hari ini, dan keuntungan yang di dapat hari ini. Dari habisnya satu kaleng susu pun kita sudah bisa tahu berapa kira-kira untung yang sudah kita dapat. Keuntungan itu nanti untuk gaji karyawan, dan kebutuhan lainnya.”

EK: “Kalau pengelolaan uang, saya yang penting modal untuk hari ini

bisa kembali itu saja. Soalnya bahan baku untuk martabak ini sangat bergantung pada kondisi pasar, jadi harus pintar

mengira-ngira modal untuk jualan berapa gitu mas. Nanti keuntungan di sisakan untuk kebutuhan sehari-hari termasuk di tabung untuk dana tak terduga di usaha ini.”

Kesimpulan: pengelolaan keuangan para pengusaha tersebut memang tidak begitu rinci namun yang terpenting adalah mereka bisa mengetahui jumlah modal yang dikeluarkan untuk produksi sehari ini bisa kembali atau tidak, keuntungan yang di dapat mereka simpan dan di gunakan untuk menggaji karyawan serta kebutuhan lainnya

b. Pengelolaan Karyawan

JK: “Karyawan di sini mulai bekerja dari pukul 03.00 dini hari, mereka

mulai membuat kuah, menggiling mie, dan juga membentuk bakso. Kami mengerjakan semua sendiri bekerja sama dengan saudara saya saat menggiling daging agar rasa tetap terjaga. Selesai semuanya karyawan beristirahat dan jam 15.30 WIB mereka mulai bersiap siap untuk berjualan hingga jam 22.00 atau lebih. System gaji di sini, karyawan mendapat gaji harian dan bulanan, jadi setiap hari mereka mendapat 60.000 dan 650.000 perbulan, terkadang mendapat bonus juga. Kalau untuk mengurus karyawan tidak ada kesusahan karena sudah saling komitmen, hanya saja waktu mereka kebetulan ada urusan di rumah masing-masing, cari karyawan untuk beberapa hari kerja yang susah.

GN: “Di sini, karyawan mulai bekerja dari pukul 08.00 pagi,

menyiapkan buah-buahan, santan, merebus gula dan menyiapkan tempat. Setelah beres, baru mulai membuka warung, nanti tutup sekitar jam 21.00 malam. Gajinay mereka harian dan bulanan, setiap hari mereka mendapat 25.000 dan 650.000 perbulan, tempat tinggal saya yang sediakan. Susahnya tidak ada ya mas untuk

mengatur karyawan hanya mencari yang benar-benar tanggung jawab dan rajin yang susah.”

EK: “Kalau karyawan, mereka hanya membantu berjualan saja, yang

menyiapkan bahan dan belanja untuk martabak itu saya sendiri. Gajinya perhari, di kasihkan kalau sudah seminggu, dan kalau ada hari yang tidak masuk berarti ya tidak di gaji. Perhari itu 15.000, jualan dari jam 4 atau jam 5 sore sampai jam 11 malam. Tidak ada kesulitan karena ada atau tidaknya karyawan sebenarnya belum begitu berpengaruh, masih bisa saya urus sendiri. Tapi kan tenaga juga ada batasnya, jadi ya itu alas an saya menggunakan karyawan” Kesimpulan: jam kerja karyawan sudah di tentukan oleh pemilik usaha, jadi

mereka secara teratur akan memulai kerjaannya sesuai dengan jam yang sudah ditentukan, dan karyawan mendapat gaji harian dan juga bulanan dengan kisaran yang sudah di tentukan oleh pemilik usaha. Dalam mengelola karyawan, para pedagang tidak mengalami kesulitan karena sudah ada komitmen kerja diantara pedagang dan karyawan.

3. Faktor Pendukung Usaha Kecil

JK: “yang menjadi faktor pendukung dalam usaha ini adalah karyawan

yang mereka hampir semua masih saudara dengan saya, jadi loyalitas mereka dapat di ketahui dan di pertanggung jawabkan. Selain itu, faktor lokasi tempat jualan yang ramai, dekat dengan perkampungan penduduk, jalan raya serta kampus juga menjadikan usaha ini lancer sampai sekarang. Pada saat mengolah daging untuk di jadikan bakso dan menggiling mie itu saya lakukan bersama dengan saudara-saudara yang lain, sehingga modal yang dikeluarkan tidak terlalu banyak.”

GN: “Faktor pendukungnya itu di resepnya ya mas, soalnya beda rasa

faktor yang membuat es oyen saya ini banyak pelanggannya, karena rasa yang lebih enak. Faktor tempat jualan juga mendukung mas, ramai atau tidaknya tempat itu mempengaruhi pendapatan.”

EK: “Mungkin karena ini usaha milik saya sendiri, jadi bebas dalam

mengelolanya itu yang menjadi faktor pendukungnya. Selain itu tempat jualan, kedekatan antar pedagang juga menjadi faktornya.” Kesimpulan: loyalitas karyawan, tempat atau lokasi usaha yang strategis, rasa

dari sebuah produk yang memiliki cita rasa sendiri dan pengelolaan yang di lakukan oleh pemilik usaha itu sendiri menjadi faktor-faktor pendukung pengusaha tersebut.

4. Faktor Penghambat Usaha Kecil

JK: “Kendala dari dulu sampai sekarang itu di tempat mas, karena

sempit dan terbatas di trotoar saja jadi konsumen terkadang kurang nyaman karena harus berdesakan dengan konsumen lain pada saat makan, menunggu pesanan atau saat antri membayar, dan bahaya juga kalau sedang antri untuk membeli karena bisa kesrempet motor. Lalu kendalanya juga pada harga daging, bahan baku yang sekarang melonjak tinggi, membuat bingung mau naikan harga kasihan pelanggan, tidak di naikan untung yang di dapat sedikit.”

GN: “Faktor penghambatnya itu di SDM mas, artinya karyawan. Susah

mencari karyawan yang benar-benar bertanggung jawab dan bisa di percaya, makanya di sini sering ganti-ganti karyawan jadi perlu adaptasi dan pengarahan dari awal lagi. Kendala lain ada di bahan, soalnya es oyen itu kan mayoritas isi esnya itu dari buah dan harus segar agar menarik minat konsumen, jadi kita harus benar-benar bisa mengira-ngira berapa banyak buah yang akan di beli dan di gunakan.”

EK: “Kendala usaha ini ada di bahan bakunya, itu sangat mempengaruhi. Apa lagi sekarang semuanya serba naik, harga telur, gas, dan sebagainya. Sedangkan modal kita mepet, kalau kita menaikan harga nanti gimana, ga di naikan ya kita lama-lama rugi.“

Kesimpulan: lokasi usaha yang sempit dan dekat jalan raya menjadi hambatan para pedagang karena terbatasnya ruang gerak konsumen dan bahaya yang dapat ditimbulkan dari jalan raya, mencari tenaga kerja yang dapat bertanggung jawab susah di dapatkan padahal karyawan menjadi peran penting sebuah usaha, dan terutama harga bahan pokok yang melambung tinggi menjadi kendala pada setiap usaha tidak hanya yang berada di jalan Timoho-Sapen tersebut, pengusaha menjadi kesulitan untuk menentukan harga dagangannya.

5. Upaya Mengatasi Hambatan Usaha

JK: “Upaya yang kami lakukan untuk mengatasi masalah tempat, yaitu

dengan menggelar tikar di pinggir trotoar dan juga di belakang dekat parkiran kebetulan tempatnya luas dengan terlebih dahulu di siram agar debu-debu hilang. Untuk mengatasi daging tadi, saya dan saudar-saudara membelinya patungan mas, jadi kita beli berapa ton sekaligus misalnya dan nanti di bagi-bagi per orang dapat berapa, itu saja fleksibel artinya kalau ada yang mau nambah porsi ya silahkan saja. Itu lebih murah daripada kita membelinya secara eceran gitu istilahnya, kan mending borongan.”

GN: “Kami mencari SDM masih mengandalkan seseorang yang kenal dengan kita, jadi nitip promosi kalau ada yang butuh pekerjaan biar menghubungi saya gitu atau mencari dari desa saya di bandung. Seperti itu lumayan aman lah, jadi paling tidak kan kita sedikit tahu darimana asal usul karyawan itu. Mengenai bahan baku, saya mengakalinya dengan menggunakan lemari pendingin dan setiap dua hari sekali itu nyetok buah, jadi buah itu bisa segar terus.”

EK: “Ya mau tidak mau, harga harus di naikan sedikit mas. Karena

saya kan modal juga tidak banyak, jadi kalau tidak begitu ya tidak dapat untung nanti, daripada harus mengurangi rasa martabaknya.” Kesimpulan: pelaku usaha kecil memiliki cara sendiri-sendiri dalam upaya

mengatasi hambatan mereka diantaranya adalah menggelar tikar untuk mengatasi masalah kekurangan tempat, mencari SDM atau karyawan dengan lebih selektif, dan menaikan harga jual untuk mengurangi kerugian.

Lampiran 3

CATATAN LAPANGAN I

Tanggal : 25 Juli 2014

Waktu : 16.00-19.00

Tempat : Trotoar Jln Timoho-Sapen

Kegiatan : observasi awal

Deskripsi

Pada hari itu, peneliti mendatangi trotoar yang beralamat di jalan Timoho Sapen Yogyakarta untuk melakukan observasi dan bertemu dengan para pedagang kecil yang berjualan disana. Kemudian peneliti menyampaikan maksud dan tujuannya kepada para pedagang serta mohon kerja samanya untuk melakukan penelitian disana. Para pedagang menyambut baik dan memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian disana berkaitan dengan profesi mereka.

CATATAN LAPANGAN II

Tanggal : 26 Juli 2014

Waktu : 17.00-19.30

Tempat : Trotoar Jln Timoho-Sapen

Kegiatan : observasi

Deskrpisi

Pada hari itu, peneliti kembali mendatangi lokasi para pedagang tersebut berjualan. Disana peneliti melakukan observasi dan memilih beberapa pedagang yang akan dijadikan objek penelitian yang sudah di tetapkan sesuai dengan kriteria yang telah peneliti buat sebelumnya. Setelah mengobrol dengan beberapa pedagang yang ada disana akhirnya peneliti memutuskan untuk mengambil tiga orang yang akan dijadikan objek penelitian. Hari itu juga, peneliti meminta ijin kepada bapak “JK”, bapak “EK” dan bapak “GN” untuk dijadikan objek penelitian. Mereka menyambut dengan baik dan mengijinkan peneliti untuk menjadikan mereka objek penelitiannya.

CATATAN LAPANGAN III

Tanggal : 27 Juli 2014

Waktu : 20.00-22.00

Tempat : Trotoar Jln Timoho-Sapen

Kegiatan : wawancara dengan bapak JK (pedagang bakso)

Deskripsi

Pada hari itu peneliti melakukan wawancara dengan bapak JK yang merupakan pedagang bakso khas malang yang berjualan disana. Pada wawancara itu peneliti menanyakan tentang bagaimana perkembangan usahanya sekarang. Kemudian bapak JK menceritakan kisah awal perjuangannya untuk membuka usaha di trotoar ini mulai dari suka dukanya, untung ruginya sampai sekarang akhirnya usahanya telah ramai dan mempunyai banyak pelanggan tetap.

CATATAN LAPANGAN IV

Tanggal : 28 Juli 2014

Waktu : 18.00-20.00

Tempat : Trotoar Jln Timoho-Sapen

Kegiatan : wawancara dengan Bapak EK (penjual martabak)

Deskripsi

Pada hari itu peneliti kembali mendatangi trotoar jln timoho untuk mewawancarai bapak EK yang berjualan martabak manis dan martabak telur, setibanya di tempat bapak EK berjalan, peneliti disambut dengan baik oleh bapak EK. Kemudian peneliti menanyakan perkembangan usahanya hari itu. Setelah menyampaikan maksud dan tujuan peneliti kemudian mulai menanyakan beberapa hal mengenai usaha bapak EK tersebut mulai awal membuka usaha sampai hari ini. Setelah cukup melakukan wawancara, peneliti pamit dan kemudian menemui bapak GN untuk membuat janji melakukan penelitian esok harinya.

CATATAN LAPANGAN IV

Tanggal : 29 Juli 2014

Waktu : 20.00-21.00

Tempat : Trotoar Jln Timoho-Sapen

Kegiatan : wawancara dengan Bapak GN (penjual es oyen)

Deskripsi

Pada hari itu peneliti melakukan wawancara dengan bapak GN yang berjualan es oyen di trotoar tersebut. Setelah menyampaikan maksud dan tujuan peneliti mulai melakukan wawancara disela bapak GN menunggu pelanggan datang membeli es oyennya. Peneliti mulai bertanya dengan perkembangan usahanya hari itu, apakah laris atau tidak. Setelah itu, peneliti mulai bertanya tentang bagaimana awal mula bapak GN membuka usahanya, bagaimana cara memasarkannya dan hambatan apa saja yang dihadapi dari awal membuka usaha sampai sekarang. Setelah cukup melakukan wawancara peneliti pamit dan tak lupa menyampaikan terima kasih kepada bapak EK, bapak JK dan bapak GN karena telah mau menjadi objek penelitian.

CATATAN LAPANGAN V

Tanggal : 3 Agustus 2014

Waktu : 20.00-21.00

Tempat : Trotoar Jln Timoho-Sapen

Kegiatan : wawancara dengan Bapak GN (penjual es oyen)

Deskripsi

Pada hari itu peneliti kembali mendatangi para pedagang yang dijadikan objek wawancara untuk mewawancarai kembali secara lebih mendetail tentang dinamika awal usaha mereka dan upaya yang lebih mendetail tentang bagaimana mereka mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi selama proses awal jualan hingga sekarang sudah mulai lancar

Dokumen terkait