• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Profil Wirausaha

5. Upaya Mengatasi Hambatan Usaha Kecil Informal

Setiap mendirikan usaha,hambatan-hambatan sudah pasti ada dan harus dihadapi, namun sebuah upaya tentu sudah dipikirkan oleh para pelaku usaha untuk mengatasi hambatannya. Pedagang yang berjualan di sepanjang trotoar jalan Timoho-Sapen juga mempunyai hambatan-hambatan sendiri di dalam usahanya dan tentu juga mempunyai upaya untuk mengatasi hambatan tersebut. Berikut hasil wawancara peneliti terhadap pedagang untuk mengetahui bagaimana upaya mereka mengatasi hambatan usahanya. Hasilnya sebagai berikut :

Bapak Joko pengusaha bakso dan mie ayam mengatakan bahwa : “Upaya yang kami lakukan untuk mengatasi masalah tempat, yaitu dengan menggelar tikar di pinggir trotoar dan juga di belakang dekat parkiran kebetulan tempatnya luas dengan terlebih dahulu di

siram agar debu-debu hilang. Untuk mengatasi daging tadi, saya dan saudar-saudara membelinya patungan mas, jadi kita beli berapa ton sekaligus misalnya dan nanti di bagi-bagi per orang dapat berapa, itu saja fleksibel artinya kalau ada yang mau nambah porsi ya silahkan saja. Itu lebih murah daripada kita membelinya secara eceran gitu istilahnya, kan mending borongan.”

Mas Gun pengusaha es oyen mengatakan bahwa :

“Kami mencari SDM masih mengandalkan seseorang yang kenal dengan kita, jadi nitip promosi kalau ada yang butuh pekerjaan biar menghubungi saya gitu atau mencari dari desa saya di bandung. Seperti itu lumayan aman lah, jadi paling tidak kan kita sedikit tahu darimana asal usul karyawan itu. Mengenai bahan baku, saya mengakalinya dengan menggunakan lemari pendingin dan setiap dua hari sekali itu nyetok buah, jadi buah itu bisa segar terus.” Bapak Eko pengusaha martabak mengungkapkan :

“Ya mau tidak mau, harga harus di naikan sedikit mas. Karena saya kan modal juga tidak banyak, jadi kalau tidak begitu ya tidak dapat untung nanti, daripada harus mengurangi rasa martabaknya.” Dari hasil wawancara dapat di lihat bahwa para pelaku usaha kecil memiliki cara sendiri-sendiri dalam upaya mengatasi hambatan mereka diantaranya adalah menggelar tikar untuk mengatasi masalah kekurangan tempat, mencari SDM atau karyawan dengan lebih selektif, dan menaikan harga jual untuk mengurangi kerugian.

C. Pembahasan

1. Pengembangan Usaha Kecil

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dideskripsikan di atas dapat dijelaskan bahwa pengembangan usaha kecil di Jalan Timoho-Sapen melalui proses yang panjang. Masing-masing pengusaha mengalami proses yang berbeda-beda. Proses

pengembangan usaha masing-masing pengusaha lebih sederhana dapat disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.1 Proses Pengembangan Usaha Kecil

No Inisial Profil Usaha

Proses Mendirikan Usaha Kebutuhan Untuk Memulai Usaha Pemasaran Produk 1 JK - Pendatang - Membuka usaha secara turun temurun - Modal dibantu kerabat/ keluarga - Memperoleh keahlian berjualan mei bakso secara turun menurun - Modal usaha dibantu orang tua dan saudara - Mencari lokasi - Memasang sepanduk untuk tirai lapak - Konsumen memprom osikan keunggula n produk dari mulut ke mulut 2 GN - Pendatang - Membuka usaha bersama (ikut mertua) - Mulanya perajin kayu - Meneruskan usaha orang tua. - Kemauan - Menyiapkan modal uang - Mencari lokasi - Posisi keramaian - Slebaran ditempelka n di lokasi 3 EK - Sebagai pendatang - Merintis usaha baru - Mulanya bekerja sebagai sopir - Belajar membuat martabak bersama teman - Keterampilan membuat produk - Menyiapkan uang - Menyiapkan peralatan - Menentukan lokasi - Membuat tulisan ditempel digerobak - Promosi melalui kotak kardus kemasan produk

Pelaku usaha kecil memiliki latar belakang yang berbeda. Ada yang mulanya sebagai perajin dan ada yang berprofesi sebagai sopir. Ketika akan memutuskan untuk membuka sebuah usaha, mereka membuka usaha sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki. Ada

di antara mereka membuka usaha karena faktor keluarga yang sudah turun temurun di kelola dan tentunya memperhatikan keadaaan pasar di daerah yang akan digunakan sebagai tempat membuka usaha. Hal tersebut sesuai dengan kondisi para pelaku usaha kecil yang berjualan di Jalan Timoho Sapen, mereka mendirikan usahanya sesuai dengan keterampilan yang dimiliki atau pun bisnis yang berasal dari keluarga.

Proses mengembangkan usaha tentu banyak kebutuhan yang dibutuhkan di dalam prosesnya. Kebutuhan tersebut dapat berupa modal, baik modal materi, sarana maupun modal keterampilan. Para pengusaha kecil di jalan Timoho-Sapen sangat memperhatikan modal sebagai salah satu kebutuhan untuk mendirikan usaha kecil, terutama modal berupa materi karena mendirikan usaha tentu sangat bergantung pada modal yang berupa materi tanpa mengesampingkan modal lainnya. Bagaimana ke depan usaha tersebut dapat berkembang tentu pondasi berupa modal materi haruslah mencukupi. Hal ini sejalan dengan teori menurut Kasmir (2006:83) : Untuk mendirikan atau menjalankan suatu usaha diperlukan sejumlah modal (uang) dan tenaga (keahlian). Modal dalam bentuk uang diperlukan untuk membiayai segala kebutuhan usaha, mulai dari biaya prainvestasi, pengurusan izin-izin, biaya investasi untuk pembelian aktiva tetap, sampai dengan modal kerja. Sementara itu, modal keahlian adalah keahlian dan kemampuan seseorang untuk mengelola atau menjalankan usaha.

Mengembangkan usaha tentu tidak bisa lepas dari faktor pengamatan pasar, dan bagaimana memasarkan produk yang telah di hasilkan oleh para pelaku usaha kecil. Para pelaku usaha kecil memilih untuk berjualan di jalan Timoho-Sapen karena lokasinya yang dekat dengan jalan raya, pemukiman penduduk dan juga universitas di nilai sangat tepat untuk membuka usaha kecil. Mereka memasarkan produknya hanya melalui spanduk atau pun banner selebihnya melalui pelanggan dari usaha mereka. Hal ini sejalan dengan teori dari Kementrian Pendidikan Nasional (2010) yang mengatakan bahwa Pemasaran merupakan kegiatan perusahaan di dalam membuat perencanaan, menentukan harga, produk, mendistribusikan barang dan jasa, serta promosi. Adapun proses pemasaran meliputi 6 tahap yaitu : 1) Analisis Kesempatan pasar, 2) Pemilihan pasar sasaran, 3) Strategi Peningkatan posisi Persaingan, 4) Pengembangan sistem pemasaran, 5) Penyusunan rencana pemasaran, dan 6) Penerapan rencana dan pengendaliannya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa latar belakang para pengusaha sebelum mendirikan usaha dan dalam medirikan usahanya berbeda – beda. Modal dalam mendirikan usaha sangat di perhatikan oleh para pengusaha kecil, baik modal berupa materi maupun modal berupa keahlian atau keterampilan. Pengamatan pasar juga sangat di perlukan sebelum membuka usaha yang berskala besar maupun kecil. Para pelaku usaha kecil di jalan

Timoho-Sapen memasarkan produknya masih dengan cara yang sangat sederhana, hal ini bisa di liat dari media yang mereka gunakan yaitu banner dan spanduk.

2. Pengelolaan Usaha Kecil Informal

Pelaku usaha kecil di Timoho Sapen dikelola langsung oleh pemiliknya sendiri, mereka mengelola usahanya mulai dari modal dan kebutuhan lainnya. Usaha yang didirikan sebagian kurang berkembang dan tidak banyak perubahan dari waktu ke waktu, di dalam pengelolaannya pemilik usaha bisa juga menjadi tenaga kerja langsung sehingga tidak ada manajerial yang spesifik di usaha kecil yang ada di jalan Timoho-Sapen tersebut. Lebih jelas disajikan tabel berikut.

Tabel 3.2 Pengelolaan Usaha Kecil

No Inisial Pengelolaan Keuangan Pengelolaan Karyawan

1 JK Keuntungan diperoleh dari hasil

pengurangan pendapatan dengan pengeluaran belanja dan lain-lain.

- Komitmen bersama

- Gaji harian dan bulanan

- Karyawan penuh

2 GN Keuntungan diperoleh dari hasil

pengurangan pendapatan dengan pengeluaran belanja dan lain-lain.

- Kemitraan

- Gaji harian dan bulanan

- Karyawan penuh

3 EK Keuntungan diperoleh dari hasil

pengurangan pendapatan dengan pengeluaran belanja dan lain-lain.

- Tenaga harian, gaji harian

- Membantu pengemasan

produk untuk disampaikan pelanggan

Karakteristik usaha kecil meliputi: (1) dipimpin oleh pemiliknya sendiri, (2) hanya single product line, (3) Penanggung jawab pengambilan keputuasan hanya satu orang, (4) Hubungan antara managemen dengan pekerjaannya bersifat sangat dekat, (5) Tidak ada spesialisasi fungsional,artinya di dalam menjalankan usaha kecil tidak ada manajerial

yang spesifik, pemilik usaha bisa jadi tenaga kerja sekaligus juga manajer

usaha itu sendiri (6) Kurang mempunyai long term planning,maksudnya

adalah pemilik usaha tidak memiliki rencana jangka panjang terhadap usahanya.jadi usahanya akan bersifat stagnan dan kurang berkembang, dan (7) Tidak dominan dalam pasar, usaha yang dimiliki masih belum banyak di pasaran (Soeharto Prawirokusumo, 2010 : 48-49)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum pengembangan usaha kecil di Jalan Timoho-Sapen hampir sama, para pelaku usaha kecil mengelola usaha sendiri dan proses pengelolaannya dilakukan langsung oleh pemilik usaha yang bisa juga menjadi tenaga kerja. Para pelaku usaha kecil memiliki alasan atau latar belakang yang berbeda-beda dalam membuka usahanya.

Mendirikan usaha kecil tentu banyak hal yang harus dikelola dengan baik, terutama dalam hal keuangan, karena keuangan termasuk pengendali usaha. Perencanaan keuangan yang bagus, dapat mengatasi hambatan atau masalah pada usaha, seperti kekurangan modal atau ketika mendapat musibah yang tak terduga. Selain itu, apa bila pengelolaan keuangan jelas, pelaku usaha dapat menggunakannya untuk mengembangkan usahanya yang lebih besar dengan membuka cabang, atau pun membuka usaha baru lainnya. Di sini lah peran pengelolaan harus diperhatikan untuk stabilitas usaha kecil tersebut.

Ada 3 aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan keuangan, yaitu sumber dana, rencana, penggunaan dana, dan pengendalian keuangan.

Ketiganya penting untuk dilakukan dan diperhatikan untuk stabilitas usaha kecil tersebut. Dan permasalahan yang kerap kali ada pada pedagang

adalah keterbatasan financial Usaha mikro dan kecil khususnya di

Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek financial :

mobilitas modal awal (star-up capital) dan akses jangka panjang untuk

investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang (Suryana, 2014:195)

Sumber dana para pelaku usaha kecil di Jalan Timoho-Sapen berasal dari dana pribadi, mereka mendirikan usaha disesuaikan dengan dana yang dimiliki mulai dari membeli peralatan, bahan dagangan, dan kebutuhan lainnya. Pengendalian dana digunakan untuk mengetahui jumlah pendapatan mereka dalam sehari yang kemudian di bagi untuk modal jualan kembali, dan gaji untuk pemilik usaha yang mempunyai karyawan, sisanya sebagai keuntungan pedagang.

Salah satu aspek yang tak kalah pentingnya untuk di kelola oleh wirausahawan adalah sumber daya manusia yang dimiliki. Manusia (karyawan) sebagai motor penggerak kegiatan usaha perlu di kelola secara professional. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010) perencanaan tenaga kerja meliputi (a) menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan (b) persyaratan yang diinginkan. Langkah berikutnya adalah pengadaan tenaga kerja yang meliputi (a) penarikan/rekruitmen dan (b) seleksi. Langkah ketiga adalah pendidikan dan pelatihan tenaga kerja. Langkah berikutnya adalah menentukan gaji atau upah karyawan.

Tenaga kerja atau karyawan yang bekerja pada pengusaha di Jalan Timoho Sapen, sudah dikelola dengan baik mulai dari pemilihan tenaga kerja, jam kerja yang sudah ditentukan oleh pemilik, dan juga gaji atau upah yang sudah ditentukan dan disepakati bersama antara pemilik usaha dan karyawan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam mendirikan atau membuat usaha, pengelolaan keuangan harus sangat diperhatikan, karena keuangan menjadi tolak ukur keberhasilan suatu usaha. Sedangkan sumber dana atau modal untuk mendirikan usaha kecil sebagian besar dari dana pribadi mereka. Pengelolaan karyawan sudah dilakukan secara baik di jalan Timoho Sapen, jam kerja dan gaji sudah jelas dan sudah di sepakati bersama antara pemilik usaha dan karyawan.

3. Faktor Pendukung Usaha Kecil Informal

Usaha kecil dalam proses perkembangannya pasti akan mempunyai beberapa faktor pendukung, hal tersebut juga berlaku bagi para pelaku usaha kecil di jalan Timoho Sapen. Faktor pendukung pelaku usaha kecil di jalan Timoho Sapen adalah pada tempat berjualan atau daerah sekitarnya yang ramai karena berada di lingkungan kampus dan dekat dengan jalan raya dan pengelolaannya yang fleksibel karena di kelola langsung oleh pemiliknya, memiliki rasa yang berbeda dari usaha lainnya yang sejenis, dan juga loyalitas karyawan yang dapat di

pertanggungjawabkan. Secara sederhana tentang faktor pendukung usaha kecil disajikan berikut.

Tabel 3.3 Faktor Pendukung Usaha Kecil

No Inisial Faktor Pendukung

1 JK - Loyalitas karyawan - Lokasi Strategis - Kemandirian 2 GN - Kekhasan rasa - Kebersihan 3 EK - Kebebasan berkreativitas - Lokasi strategis - Kebersamaan antarpedagang

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor pendukung dalam usaha kecil berada pada pengelolaan usahanya yang fleksibel dan faktor lokasi berjualan yang strategis. Selain itu loyalitas karyawan yang dapat di pertanggungjawabkan juga menjadi faktor pendukung pada usaha kecil di Jl. Timoho-Sapen.

4. Faktor Penghambat Usaha Kecil Informal

Pelaku usaha di Jln. Timoho-Sapen mempunyai hambatan pada proses perkembangan usahanya. Secara sederhana tentang faktor penghambat dari para pelaku usaha kecil, disajikan dengan tabel sebagai berikut :

Tabel 3.4 Faktor Penghambat Usaha Kecil

No Inisial Faktor penghambat

1 JK - Tempat sempit, dekat jalan

raya, dan rawan kecelakaan

- Harga kebutuhan pokok

2 GN - Sumber Daya rendah

- Pengadaan buah segar

3 EK - Tenaga sendiri tak

tergantikan

- Kesulitan bahan baku (harga

selalu naik)

Faktor penghambat pelaku usaha disana pada umumnya terjadi di sektor pengelolaan keuangan yang kurang bagus, sumber daya manusia untuk di jadikan tenaga kerja banyak yang kurang memenuhi kriteria, dan melambungnya harga kebutuhan pokok juga turut serta menjadi kendala mereka dalam berwirausaha. Hal ini sejalan dengan teori menurut Tambunan (2002) yang mengatakan bahwa (1) Keterbatasan financial : Usaha mikro dan kecil khususnya di Indonesia menghadapi dua masalah

utama dalam aspek financial : mobilitas jangka panjang untuk investasi

yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang, (2) Keterbatasan Sumber Daya Manusia : Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia,

terutama dalam aspek-aspek enterpreunership, manajemen, teknik

produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control,

organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan

penelitian pasar. Keterbatasan ini menghambat usaha mikro dan kesil di Indonesia maupun pasar internasional (3) Masalah bahan baku : Keterbatasan bahan baku dan input-input lainnya juga sering menjadi salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia. Keterbatasan ini

dikarenakan harga bahan baku yang terlalu tinggi sehingga tidak terjangkau atau jumlahnya terbatas.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor penghambat pada usaha kecil informal di Jl. Timoho-Sapen adalah pada pengelolaan keuangan usaha yang terlalu sederhana, susahnya mencari tenaga kerja atau sumber daya manusia yang dapat dipercaya serta bertanggung jawab, dan harga kebutuhan pokok yang tidak stabil dan cenderung naik.

Dokumen terkait