• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Usaha Kecil Informal di Jalan Timoho-Sapen

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Profil Wirausaha

1. Pengembangan Usaha Kecil Informal di Jalan Timoho-Sapen

Proses pengembangan usaha merupakan kegiatan yang menggambarkan tentang kegiatan sejak sebelum berdirinya usaha, awal berdirinya usaha, dan perjalanan perkembangan usaha hingga saat sekarang. Gambaran tentang proses pengembangan usaha berupa proses mendirikan usaha, kebutuhan untuk mendirikan usaha, dan kondisi usaha saat sekarang. Berikut ini disajikan paparan selengkapnya.

a. Proses Mendirikan Usaha

Dalam mengembangkan usaha agar menjadi suatu usaha besar dibutuhkan kreatifitas, kerja keras dan kesabaran. Bagaimana cara dan proses yang dilakukan pedagang untuk memulai usahanya sangat penting untuk diperhatikan secara khusus karena langkah awal tersebut yang nantinya akan membentuk usaha itu sendiri. Secara umum usaha kecil yang berada di Jalan Timoho-Sapen di kelola langsung oleh pemiliknya. Berikut peneliti telah mewawancarai beberapa pedagang untuk mengetahui proses mereka mendirikan sebuah usaha :

Bapak Joko pengusaha bakso dan mie ayam mengatakan : “Seperti yang sudah mas ketahui, ini adalah usaha keluarga. Dulu bapak saya punya warung bakso dan mie ayam juga tapi di Malang, dari kecil saya dan saudara-saudara saya sudah terbiasa membantu bapak menyiapkan segala macam kebutuhan untuk membuat bakso dan mie ayam, bantu ngracik bumbu, nggiling daging sapi, bentuk bakso, sampai jualan saya membantu. Setelah lulus sekolah, saya ikut bantu kakak saya jualan di jogja, dia juga jualan bakso disini hanya saja

tempatnya berbeda, sambil kerja serabutan ini itu. Terus singkat cerita, saya di bantu modal oleh bapak dan kakak saya untuk membuat usaha bakso juga dan memutuskan untuk ikut membuka di Jogja pada tahun sekitar 2004.”

Sedangkan Mas Gun pengusaha es oyen, mengatakan bahwa : “Mertua saya pindah ke jogja sekitar tahun 2010, dan memang sudah berencana untuk membuka usaha di sana. Dulu jualan juga di trotoar situ mas, tempat mas e jualan roti bakar itu, karena usahanya lancar dan banyak yang meminati, maklum jogja panas jadi banyak yang minat es apa lagi dulu es oyen masih jarang sekali, lalu mertua saya menyewa ruko di samping trotoar untuk membuka es oyen. Kalau saya, sebelum ikut membuka usaha ini bekerja jadi pengrajin kayu di Bandung, Cuma karena bahan baku kayu dan pasar yang susah, saya pindah ke jogja ikut istri tapi ya tidak langsung buka cabang juga, masih bantu-bantu mertua dan ada kerjaan lah di jogja, lalu setelah ada modal baru buka usaha atau nyabangin usaha ini gitu. Belajar buat es oyen sampai ke penjualannya itu cepet kok mas, kan tinggal nyampur buah ini itu saja. Hanya yang lama itu pada saat membuat santan dan air gula.”

Bapak Eko pengusaha martabak juga mengatakan bagaimana Ia memulai usahanya, sebagai berikut :

“Dulu saya sebelum membuka usaha ini, masih bekerja menjadi supir di Temanggung, namun hasilnya yang pas-pasan membuat saya berpikir untuk ganti profesi. Lalu saya berpikir kalau usaha sendiri sepertinya bagus. Kebetulan punya teman yang jualan martabak, lalu saya minta ijin buat diajarin sekaligus bantu-bantu di usahanya itu. Kira-kira sebulan saya belajar membuat martabak dan ikut bekerja pada teman saya itu. Kemudian setelah bisa dan modal tabungan saya cukup, saya ke jogja untuk membuka usaha martabak disana di sekitar tahun 2012, selain istri saya yang kebetulan orang jogja, juga karena pasar di jogja lebih bagus menurut saya.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat di ambil kesimpulan bahwa para pelaku usaha kecil memiliki latar belakang profesi yang berbeda-beda sebelum membuka usaha, dalam hal latar belakang menjadi pengusaha pun berbeda, seperti usaha yang memang

sudah turun temurun dari keluarganya, dan karena faktor ekonomi di usaha sebelumnya yang kurang mencukupi dan usaha yang kurang berkembang.

Awal usaha kecil tersebut berjalan setelah proses mendirikan juga menjadi hal yang menarik untuk di teliti, apakah langsung berjalan dengan lancar atau kah menemui beberapa hambatan dalam hal modal atau pun dalam hal lainnya. Berikut ini hasil wawancara penelti dengan para pelaku usaha kecil tersebut :

Bapak Joko, pengusaha bakso mengatakan bahwa :

“awal buka warung ini belum begitu lancar atau laku karena pada waktu itu masyarakat masih kurang minat untuk jajan, dan dulu itu juga harga minyak tanah naik, ganti ke gas masih mahal, harga daging juga mahal, jadi ya untuk produksi masih susah, uang tabungan pun sampai habis waktu itu. Hampir kira-kira satu bulan lebih belum mendapat untung. Tapi saya tidak putus asa dan tetap berusaha tetap berjualan dengan menjual motor saya sebagai tambahan modal serta pinjam kakak saya. Mulai ramai itu tahun 2005 kalau tidak salah, itu sudah mulai untung dan sudah mulai banyak pelanggan”

Mas Gun, penjual es oyen, mengatakan bahwa :

“Pertama jualan kalau di sini itu, laris ya banyak lah yang minat mahasiswa atau warga karena belum begitu banyak saingan tidak hanya dari es oyen saja, tapi dulu usaha es itu belum banyak berkembang seperti sekarang. Buktinya ini belum ada setahun dari yang jualan di trotoar udah bisa buka kios. Kalau yang cabang si, langsung laris malah keuntungan lumayan, soalnya penempatannya yang pas di sekitar kampus dan yang satunya dekat jalan raya juga.”

Bapak eko penjual martabak, mengatakan bahwa :

“Awal buka si belum begitu laris, mungkin karena ini warung baru jadi belum banyak yang tahu, kalau produk martabak kan banyak yang sudah tahu. Yang penting tetap berusaha dan telaten kalau mau usaha, inshaa allah nanti berjalan sukses.

Tapi tidak sampai kekurangan modal atau kehabisan modal, Alhamdulillah usaha ini bisa lancar, soalnya keuntungan dari martabak itu besar mas.”

Berdasarkan hasil wawancara mengenai awal usaha para pelaku usaha tersebut berjalan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat persamaan dari para pelaku usaha kecil tersebut bahwa pada awal mereka berjualan tidak langsung ramai dan banyak pelanggannya bahkan cenderung sepi, dan para pelaku usaha ini tidak mudah putus asa dan ulet dalam menjalankan usahanya. Namun terdapat perbedaan dalam hal modal, ada yang sampai kekurangan modal tapi ada juga yang modalnya tercukupi.

b. Kebutuhan untuk memulai usaha kecil

Memulai suatu usaha tentunya memerlukan berbagai kebutuhan yang akan mendukung usaha tersebut, disini peneliti telah mewawancarai para pelaku usaha untuk mengetahui langkah apa saja yang pelaku usaha lakukan untuk membuka atau memulai usahanya. Peneliti melakukan wawancara dengan pengusaha bakso, hasilnya sebagai berikut :

“Yang paling penting untuk memulai usaha ini itu modal mas, karena besar kecilnya modal mempengaruhi usaha dan usaha tanpa modal itu susah. Lalu lihat pasar, dimana daerah yang ramai dan belum ada penjual bakso disana, saya memutuskan untuk berjualan di trotoar sini kebetulan disini dulu itu masih belum ada yang jual bakso jadi sedikit saingannya, bahkan orang jualan pun belum seramai sekarang, dulu hanya beberapa pedagang kaki lima dan usaha kuliner. Kalau tau tempat ini dari kenalan yang kebetulan tinggal disini setelah di survey dan karena alas an tadi itu, jadi saya memutuskan untuk jualan disini. Setelah itu, baru persiapan perlengkapan yang diperlukan untuk membuka usaha, gerobak, tempat, bahan-bahan bakso dan mie ayam, dsb. Dalam menyiapkan perlengkapan itu tidak ada hambatannya, karena sudah tau tempat untuk membeli bahan baku, tukang buat gerobak dll.

Mas Gun pengusaha es oyen, mengatakan :

“Kalau menurut saya yang penting itu kemauan untuk membuka usaha, itu sangat diperlukan di samping kebutuhan materiil lainnya. Lalu seperti biasa, uang untuk modal usaha, jangan terlalu banyak sesuaikan kebutuhan saja, usaha jangan langsung besar, di cicil sedikit-sedikit, itu juga untuk jaga-jaga apabila kita kekurangan modal. Lalu pasar dimana bahan baku bisa di dapat, seperti, kelapa muda, es batu dll, baru mikir tempat dimana akan membuka usahanya, yang walaupun saingan usaha sejenis itu banyak tapi tetap prospektif untuk usaha yang sedang saya buka ini, seperti mencari tempat yang dekat jalan, dekat kampus gitu,dan tingkat daya beli yang tinggi. Memutuskan untuk jualan disini kalau yang cabang ini sih, karena mertua dulu temannya tinggal disini. Kalau cabang yang saya buka ya karena ramai tempatnya, di belakang kampus yang di sanata darma dan dekat jalan raya kalau yang di tamsis itu.”

Sedangkan Bapak Eko mengatakan, sebagai berikut :

“Yang di perlukan untuk membuka usaha khususnya di martabak ini, itu keterampilan, karena untuk membuat satu martabak yang telur itu susah sekali, saya saja butuh waktu kurang lebih sebulan untuk belajar ini. Setelah keterampilan cukup, dan berani membuka sendiri baru modal berupa uang. Kemudian lokasi jualan, dulu saya bisa berjualan disini karena kebetulan punya saudara dekat sini,lalu saya melihat kondisi di sini sangat bagus untuk membuka usaha apa pun itu, karena dekat dengan jalan raya, perkampungan, kost mahasiswa dan juga kampus. Kesulitan untuk menyiapkan usaha ini, ya pada waktu berlatih membuat itu, dulu pas buka sendiri sampai habis berapa telur yang tidak jadi martabak.”

Dari hasil wawancara di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa modal berupa uang sangat diperlukan untuk membuka sebuah usaha, pengamatan pasar penting dilakukan untuk mengetahui pangsa pasar dan seberapa banyak pesaing di usaha tersebut, kemauan untuk membuka usaha dan juga keterampilan membuka usaha juga penting untuk diperhatikan.

c. Pemasaran Produk

Setelah semua proses telah terlaksana, selanjutnya adalah pemasaran hasil usaha tersebut. Pemasaran menjadi faktor penting untuk menarik para konsumen agar membeli barang dagangan, maka dari itu pedagang dituntut harus kreatif atau tampil berbeda dalam memasarkan produknya. Namun pemasaran untuk usaha kecil memang sangat terbatas selain karena keterbatasan modal, juga karena kurang kreatifnya pedagang yang hanya sekedar mementingkan kuantitas dan tidak begitu memperhatikan faktor pemasaran. Disini peneliti telah mewawancarai beberapa pedagang tentang bagaimana mereka memasarkan produknya.

Bapak Joko, pengusaha bakso dan mie ayam mengatakan bahwa : “Saya memasarkan usaha ini, terbatas hanya dengan menggunakan spanduk yang di tempel ini, selain untuk pemasaran, spanduk ini juga berguna untuk menutupi konsumen yang sedang makan di dalam. Dari dulu sampai sekarang hanya menggunakan spanduk ini, karena simple dan murah juga, lagian tempatnya kan dekat dengan jalan raya, kalau masang yang aneh-aneh seperti lampu dsb, susah dan ribet. Konsumen juga penting untuk pemasaran mas, ini bisa ramai seperti ini selain karena memang sudah lama berjualan disini juga karena konsumen yang mungkin menyebarkan lewat mulut ke mulut soal warung bakso ini.”

Mas Gun pengusaha es oyen mengatakan sebagai berikut :

“Kalau untuk pemasaran ya mas, jalan ini pun juga alat yang digunakan untuk pemasaran mas. Banyak pengendara yang lewat, dan melihat warung kami. Tapi menggunakan spanduk juga, banner, seperti pada umumnya. Kalau yang cabang saya itu, nitip promosi di kios ini, masang selebaran di kaca memberitahu kalau buka cabang di daerah sana gitu.”

Selanjutnya Bapak Eko, pengusaha martabak mengatakan bahwa : “Pemasarannya dulu si terbatas di tulisan depan gerobak itu mas, lalu tempelan stiker di kaca grobak ini. Lalu saya mikir untuk

promosi di kardus martabak juga, dengan menempeli kertas di penutup kardus. Konsumen juga pemasaran itu, kadang saya nitip promosi untuk disebarkan ke orang lewat konsumen saya.”

Berdasarkan hasil wawancara mengenai pemasaran dapat disimpulkan bahwa para pengusaha memasarkan produknya melalui banner atau spanduk yang di pasang di gerobaknya karena di nilai lebih simple dan murah dari segi biaya, menempelkan stiker tulisan pada gerobak, ada juga yang memakai selebaran yang di pasang di gerobak, pengusaha juga memanfaatkan konsumennya sebagai sarana pemasaran.

Dokumen terkait