• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan lelang eksekusi harta pailit atas permohonan Balai Harta Peninggalan Medan pada KPKNL Medan telah sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku serta memenuhi asas-asas lelang. Hal ini terlihat pada proses pelaksanaan lelang eksekusi harta pailit yang dimohonkan oleh Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator, dimana Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator mengajukan permohonan lelang ke KPKNL Medan untuk selanjutnya ditetapkan waktu pelaksanaan lelang oleh Kepala KPKNL Medan setelah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen persyaratan lelang dan meneliti legalitas formal subjek dan objek lelang, selanjutnya Balai Harta Peninggalan Medan selaku pemohon lelang mengumumkan rencana pelaksanaan lelang di surat kabar harian untuk diketahui oleh khalayak ramai dan para pihak yang berkepentingan terhadap objek lelang serta mencari calon peserta lelang yang berminat untuk menyetorkan uang jaminan lelang sebagai syarat mengikuti pelaksanaan lelang, kemudian Pejabat Lelang KPKNL Medan memimpin pelaksanaan lelang pada waktu yang telah ditetapkan untuk mencari penawar tertinggi yang ditetapkan sebagai pembeli lelang, selanjutnya pembeli

2. lelang yang ditunjuk melakukan pelunasan hasil lelang dan Pejabat Lelang menyerahkan Risalah Lelang kepada pembeli lelang sebagai bukti pembelian dan digunakan sebagai syarat balik nama di Kantor Pertanahan setelah menunjukkan bukti pelunasan BPHTB. Selain itu, Bendaharawan Penerima menyetorkan hasil lelang yang telah dibayar oleh pembeli lelang setelah dikurangi bea lelang penjual dan pajak penghasilan ke Balai Harta Peninggalan Medan dan bea lelang pembeli, bea lelang penjual dan pajak penghasilan ke kas negara.

3. Pelaksanaan lelang eksekusi harta pailit pada KPKNL Medan sering tidak optimal. Hal ini disebabkan beberapa faktor, yaitu tingginya nilai limit yang ditetapkan oleh Balai Harta Peninggalan Medan, dimana Balai Harta Peninggalan Medan dalam menetapkan nilai limit hampir sama dengan harga pasar sedangkan image masyarakat tentang lelang identik dengan harga yang murah, kemudian kreditor separatis tidak kooperatif dengan tidak mau menyerahkan asli bukti kepemilikan harta pailit kepada Balai Harta Peninggalan Medan sebelum adanya pembayaran utang debitor pailit kepada kreditor separatis, selanjutnya debitor pailit tidak kooperatif, seperti tidak bersedia dengan sukarela mengosongkan harta pailit yang telah laku terjual dalam lelang sehingga pembeli lelang nantinya harus mengajukan permohonan eksekusi pengosongan ke Pengadilan Negeri yang memakan waktu cukup lama dan biaya yang relatif mahal.

4. Proses penjualan di bawah tangan harta pailit yang dilakukan Balai Harta Peninggalan Medan telah memberikan perlindungan hukum terhadap kreditor dan

debitor serta memenuhi asas-asas dalam kepailitan. Perlindungan hukum terhadap kreditor, yaitu dengan adanya permintaan persetujuan dari kreditor atas tindakan penjualan di bawah tangan yang akan dilakukan oleh Kurator meskipun UUK dan PKPU tidak mengharuskan adanya persetujuan dari kreditor dalam penjualan di bawah tangan serta tindakan Kurator membagi hasil penjualan di bawah tangan harta pailit secara proposional kepada para kreditor sesuai dengan jumlah piutang dan persentase yang wajar, dan perlindungan hukum terhadap debitor yaitu tindakan penjualan di bawah tangan sebagai salah satu upaya dalam proses pemberesan harta pailit yang cepat akan memberikan dampak yang positif bagi debitor karena proses pemberesan harta pailit akan segera beakhir dan debitor akan memperoleh hak mengajukan permohonan rehabilitasi ke pengadilan sehingga hak-hak debitor akan pulih kembali. Selain itu, debitor akan terlindungi dalam penjualan di bawah tangan karena Balai Harta Peninggalan Medan dalam melepas harga jual selalu berusaha mencari harga terbaik dari harta pailit dan jika diperlukan penetapan harga jual didasarkan pada hasil penilaian dari penilai independen. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator telah memenuhi asas-asas dalam kepailitan seperti asas keseimbangan, asas keadilan dan asas keadaan diam (standstill atau stay) dan Balai Harta Peninggalan Medan selalu bersifat transparan dan terbuka dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit baik kepada kreditor maupun debitor.

Mekanisme penjualan harta pailit secara di bawah tangan tidak ada diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban pembayaran Utang. Tapi, dalam praktiknya Balai Harta Peninggalan Medan melakukan penjualan di bawah tangan terhadap harta pailit dengan meminta izin Hakim Pengawas dan kreditor tentang rencana penjualan di bawah tangan, selanjutnya mencari peminat dengan mengumumkan di surat kabar dan mengundang calon pembeli potensial untuk memasukkan surat penawaran, dimana surat penawaran yang masuk kemudian diverifikasi untuk mencari penawaran tertinggi yang akan diusulkan ke Hakim Pengawas untuk ditetapkan sebagai pembeli atas harta pailit yang dijual untuk selanjutnya ditanda tangani akta jual beli di hadapan Notaris.

G. Saran

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator dan KPKNL Medan sebagai penyelenggara dan pelaksana lelang eksekusi harta pailit dapat menjalankan peran dan tanggungjawabnya masing-masing secara maksimal dan mematuhi asas-asas lelang dan kepailitan sehingga cara penjualan di muka umum (lelang) yang merupakan pilihan utama dalam pemberesan harta pailit dapat

terlaksana dengan optimal sehingga pemberesan harta pailit dapat terselesaikan dengan cepat, efektif dan efisien yang merupakan tujuan dari kepailitan.

2. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) sebagai unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang menaungi Kanwil DJKN dan KPKNL sebagai instansi vertikal DJKN dimana salah satu tugasnya merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang lelang hendaknya merumuskan kebijakan dan peraturan baru dalam pelaksanaan lelang eksekusi harta pailit, dengan mengizinkan Kurator menetapkan nilai limit di bawah nilai likuidasi atas persetujuan Hakim Pengawas dan para kreditor sehingga Kurator dapat mempertanggungjawabkan tindakan pemberesan harta pailit yang dilakukannya dan kepada Balai Harta Peninggalan selaku Kurator hendaknya memberikan sosialisasi yang cukup kepada kreditor separatis dan instansi terkait mengenai proses pemberesan harta pailit dalam kepailitan sehingga kreditor separatis meningkatkan kerjasamanya dengan memberikan asli bukti kepemilikan harta pailit kepada Kurator pada saat pelaksanaan lelang eksekusi harta pailit serta Balai Harta Peninggalan selaku Kurator hendaknya bersikap tegas terhadap debitor pailit yang kurang kooperatif dengan meminta debitor pailit agar mengosongkan rumah/bangunan yang ditempatinya apabila laku terjual dalam lelang sehingga faktor-faktor penyebab kurang optimalnya pelaksanaan lelang eksekusi harta pailit dapat teratasi dan menjadikan penjualan dimukan umum (lelang) sebagai cara yang efektif dan efisien dalam penjualan harta pailit.

3. Perlu dibuatkan Standart Operating Procedure (SOP) mekanisme penjualan di bawah tangan harta pailit yang dilakukan oleh Kurator, seperti menetapkan jangka waktu penjualan di bawah tangan mulai dari permohonan izin ke Hakim Pengawas sampai dengan pelaksanaan penjualan di bawah tangan dan bagaimana cara menetapkan harga jual harta pailit dalam penjualan di bawah tangan, sehingga memberikan kepastian waktu dalam pemberesan hata pailit dan melindungi kreditor dan debitor dari tindakan kesewenangan Kurator serta dapat mengantisipasi tindakan kolusi atau konspirasi yang dilakukan oleh Kurator dengan pihak-pihak yang berkepentinga terhadap harta pailit.