• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSEKUSI HARTA PAILIT MELALUI LELANG DI KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG MEDAN

C. Alasan Tidak Optimalnya Eksekusi Harta Pailit Melalui Lelang di KPKNL Medan

1. Tingginya Nilai Limit Harta Pailit yang Dilelang

Pelaksanaan lelang mensyaratkan adanya nilai limit, dan penetapan nilai limit menjadi tanggung jawab penjual/pemilik barang.121

120Hasil wawancara pada tanggal 21 Juni 2012, dengan Bapak Burhanuddin H. Manik, Kepala KPKNL Medan dan hasil wawancara pada tanggal 25 Juni 2012, dengan Bapak Syuhada, Anggota Teknis Hukum Balai Harta Peninggalan Medan

121Lihat Pasal 35 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang

Demikian juga halnya dengan

pelaksanaan lelang eksekusi harta pailit, dimana penetapan nilai limit ditetapkan oleh Balai Harta Peninggalan selaku pemohon lelang dengan didasarkan pada hasil penilaian dari penilai independen.122

Laporan hasil penilaian menyajikan nilai pasar dan nilai likuidasi. Balai Harta Peninggalan Medan dalam menetapkan nilai limit biasanya sesuai dengan nilai pasar atau sedikit dibawah nilai pasar, sedangkan image yang berkembang di masyarakat bahwa penjualan melalui lelang identik dengan harga yang murah, sehingga lelang yang diajukan oleh Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator sering dinyatakan Tidak Ada Peminat (TAP).123

No.

Realisasi pelaksanaan lelang eksekusi harta pailit yang dimohonkan oleh Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator pada KPKNL Medan dalam kurun waktu tahun 2006 sampai dengan 2011, dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 1 : Realisasi pelaksanaan lelang eksekusi harta pailit yang dimohonkan oleh Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator pada KPKNL Medan (tahun 2006 sampai dengan 2011)

No. & Tgl.

RL Debitor Palilit Objek Lelang Nilai Limit

(Rupiah) Ket.

122 Hasil wawancara pada tanggal 25 Juni 2012, dengan Bapak Syuhada, Anggota Teknis Hukum Balai Harta Peninggalan Medan

123Hasil wawancara pada tanggal 21 Juni 2012, dengan Bapak Burhanuddin H. Manik, Kepala KPKNL Medan

No. No. & Tgl.

RL Debitor Palilit Objek Lelang Nilai Limit

(Rupiah) Ket.

3. Satu paket mesin-mesin

3.000.000.000,-

CV Widya Mandiri 1. Tanah/Bangunan (SHGB No.261)

2. Tanah/Bangunan (SHM No.260)

3. Tanah/Bangunan (SHM No.276)

4. Tanah/Bangunan (SHM No.215)

5. Tanah/Bangunan (SHM No.294)

3. Tanah/Bangunan (SHM No.325)

3. Tanah/Bangunan (SHM No.325)

No. No. & Tgl.

RL Debitor Palilit Objek Lelang Nilai Limit

(Rupiah) Ket.

7. 213/2008 21-08-2008

Benny 1. Tanah/Bangungan

(SHM No.1093 dan

5. Tanah/Bangunan (SHM No.82)

Benny 1. Tanah/Bangungan (SHM No.1093 dan

5. Tanah/Bangunan (SHM No.82)

Sumber Data : Seksi Pelayanan Lelang KPKNL Medan

Berdasarkan tabel 1 di atas, dari 30 (tiga puluh) paket objek lelang yang dimohonkan oleh Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator untuk dilelang, hanya 3 (tiga) paket objek lelang yang laku terjual. Untuk paket objek lelang lainnya dinyatakan Tidak Ada Peminat (TAP). Hal ini disebabkan nilai limit yang dirasa cukup tinggi oleh peserta lelang, walaupun telah dilelang sebanyak 2 (dua) kali

namun nilai limit tidak diturunkan dari lelang pertama, seperti objek lelang pada debitor pailit PT Prana Reksa Karya dan Benny.

Terhadap objek lelang yang tidak laku pada pelaksanaan lelang, maka Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator melakukan penjualan di bawah tangan dengan harga jual yang didasarkan pada hasil penilaian atau berdasarkan rumusan harga pasar ditambah Nilai Jual Objek Pajak dibagi dua.124

No.

Sebagai perbandingan nilai limit saat lelang dengan harga jual pada saat penjualan di bawah tangan, dapat dilihat pada tabel di berikut ini :

Tabel 2 : Perbandingan nilai limit lelang dengan harga jual pada saat penjualan di bawah tangan

Debitor Palilit Objek Lelang Nilai Limit (Rupiah)

Sumber Data : Seksi Pelayanan Lelang KPKNL Medan dan Balai Harta Peninggalan Medan

124 Hasil wawancara pada tanggal 25 Juni 2012, dengan Bapak Syuhada, Anggota Teknis Hukum Balai Harta Peninggalan Medan

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa harta pailit yang dijual pada penjualan di bawah tangan jauh lebih murah dari nilai limit yang ditetapkan pada saat pelaksanaan lelang, dimana harga jual harta pailit pada penjualan di bawah tangan turun sampai dengan 50 % (lima puluh persen) dari nilai limit yang ditetapkan pada saat pelaksanaan lelang. Hal ini dilakukan Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator dengan memperhatikan prinsip kepailitan yaitu proses pengurusan dan pemberesan harta pailit harus cepat, efektif dan efisien, dimana jika pemberesan harta pailit dilakukan dalam waktu yang terlalu lama dikhawatirkan nilai ekonomis dari harta pailit semakin menurun, seperti rumah, bangunan gudang/pabrik yang lama tidak dihuni akan cepat rusak dan materialnya hilang mengingat terhadap harta pailit yang tidak dihuni, Balai Harta Peninggalan Medan tidak memiliki anggaran untuk melakukan penjagaan/pengawasan harta pailit dimaksud. Dengan demikian, Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator segera mencarikan pembeli untuk harta pailit yang dijual di bawah tangan karena dikhawatirkan akan semakin menurunkan harga jual dari harta pailit.125

Penurunan nilai ekonomis harta pailit yang dilelang juga diakibatkan Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator pemerintah dalam kepailitan tidak memiliki tempat khusus untuk menyimpan harta kekayaan debitor pailit sebagai harta pailit yang menurut sifatnya harus disimpan agar tidak semakin menurun nilai

125 Hasil wawancara pada tanggal 25 Juni 2012, dengan Bapak Syuhada, Anggota Teknis Hukum Balai Harta Peninggalan Medan

ekonomisnya, seperti mobil, bus, truk, traktor, forklift, eskavator, sepeda motor, mesin-mesin pabrik dan sebagainya.126

Penetapan harga jual harta pailit pada penjualan di bawah tangan selain didasarkan pada hasil penilaian dari penilai independen juga berdasarkan penawaran yang diajukan oleh masyarakat yang berminat terhadap harta pailit yang akan dijual untuk selanjutnya diverifikasi oleh Balai Harta Peninggalan Medan guna mendapatkan penawaran yang tertinggi dan diusulkan kepada Hakim Pengawas untuk ditetapkan sebagai pembeli pada penjualan di bawah tangan harta pailit.127

Perbedaan yang terlalu jauh antara nilai limit lelang dengan harga jual di bawah tangan dikhawatirkan akan memberikan penilaian yang negatif terhadap Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator dan menimbulkan kerugian dari pihak kreditor karena akan mempengaruhi bearnya bagian dari para kreditor. Hal ini disebabkan tidak adanya suatu standar baku yang dituangkan dalam Standar Operating Procedure (SOP) dalam penjualan di bawah tangan, seperti penentuan harga jual harta pailit pada penjualan di bawah tangan yang didasarkan pada penawaran tertinggi yang masuk ke Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator.

Guna menghindari keberatan dari para kreditor, sebaiknya Balai Harta Peninggalan Medan juga meminta persetujuan dari kreditor atas usulan harga jual pada penjualan di bawah tangan yang akan diajukan kepada Hakim Pengawas.

126 Hasil wawancara pada tanggal 25 Juni 2012, dengan Bapak Syuhada, Anggota Teknis Hukum Balai Harta Peninggalan Medan

127 Hasil wawancara pada tanggal 25 Juni 2012, dengan Bapak Syuhada, Anggota Teknis Hukum Balai Harta Peninggalan Medan

Setelah melihat tabel dan penjelasan yang telah diutarakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa nilai limit yang ditetapkan saat lelang sangat tinggi sehingga berakibat pelaksanaan lelang eksekusi harta pailit yang dimohonkan oleh Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator sering tidak optimal.