• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

Dalam dokumen Kebijakan Penetapan Tarif Barang Publik (Halaman 75-117)

BAB IV STUDI KASUS PENETAPAN KEBIJAKAN PENETAPAN TARIF

G. Kesimpulan

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting. Dengan pendidikan manusia akan mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Meskipun demikian, pendidikan seakan menjadi impian semata. Karena tidak semua orang dapat menikmati pendidikan yang

69

tinggi. UPI sebagai perguruan tinggi yang berperan dalam menyediakan pendidikan bagi masyarakat berusaha keras agar pendidikan dapat dinikmati oleh semua kalangan. Salah satu strategi yang digunakan yaitu dengan menetapkan tarif DPL bagi mahasiswa jalur UM-UPI. Hal ini ditujukan agar tarif yang dikenakan kepada mahasiswa lain lebih rendah dan lebih terjangkau oleh masyarakat. Dengan strategi tersebut, semua mahasiswa dapat menikmati layanan yang disediakan oleh UPI, sehingga diperoleh lulusan yang berkualitas.

Upaya yang dilakukan oleh perguruan tinggi ditujukan agar semua masyarakat dapat memperoleh pendidikan yang layak, baik dengan penetapam tarif pendidikan yang lebih terjangkau maupun dengan adanya subsidi silang dari mahasiswa lain yang memiliki kemampuan lebih. Akan tetapi hal tersebut belum cukup tanpa adanya dukungan dari pemerintah. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah lebih fokus dalam menyediakan pendidikan yang layak bagi masyarakat, sehingga masyarakat dapat menikmati pendidikan yang layak. Karena kemajuan suatu bangsa tergantung pada kualitas bangsa tersebut, dan salah satu cara meningkatkan kualitas bangsa tersebut yaitu melalui pendidikan yang tinggi.

70 | P a g e

BAB V

STUDI KASUS PENETAPAN KEBIJAKAN

PENETAPAN TARIF Sektor Kesehatan

(studi Kasus Tarif RSUD Bandung)

A. Latar Belakang

Salah satu kewajiban aparatur negara yang juga mengikuti kewajiban negara dalam menyelenggarakan tugas negara seperti diamanatkan dalam UUD 1945, GBHN dan UU APBN adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat (public service) dalam bentuk penyediaan barang dan jasa secara prima. Biaya penuh merupakan total pengorbanan sumber daya untuk menghasilkan produk, sehingga pengorbanan ini harus dapat ditutup oleh pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan produk, disamping itu harus pula dapat menghasilkan laba yang memadai, sepadan dengan investasi yang ditanamkan untuk menghasilkan produk.

RSUD Kota Bandung merupakan instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas (PP No.23 tahun 2005 Pasal1). Sesuai dengan fungsinya sebagai rumah sakit rujukan dan sebagai Rumah Sakit Kelas C , RSUD Kota Bandung memberikan 9 pelayanan medis spesialis. Pelayanan diupayakan selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran (IPTEKDOK) terkini dan perkembangan ilmu manajemen serta ilmu kesehatan lainnya.

71

Perkembangan IPTEKDOK mendorong munculnya keinginan- keinginan dari para klinisi untuk terus mengembangkan pelayanan spesialis/produk baru didukung oleh banyaknya peminat berinvestasi di bidang pelayanan kesehatan. RSUD Kota Bandung sebagai Badan Layanan Umum (BLU) dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit (unit cost) layanan atau hasil perinvestasi dana.

Tarif merupakan aspek yang sangat penting dalam institusi rumah sakit. Bagi rumah sakit pemerintah, tarif memang telah ditetapkan melalui SK MenKes atau Perda. Meskipun demikian, disadari bahwa tarif pemerintah umumnya mempunyai pemulihan biaya (cost-recovery) yang rendah. Jika tarif yang memiliki cost recovery yang rendah diberlakukan pada pelayanan terendah misalnya kelas III, maka hal tersebut adalah sesuatu yang layak karena hal ini terjadi subsidi pemerintah untuk masyarakat miskin dalam menggunakan pelayanan rumah sakit.

Jika cost recovery yang rendah juga diberlakukan pada kelas VIP misalnya, maka dapat terjadi subsidi bagi kalangan masyarakat atas. Dengan demikian, tujuan subsidi silang tidak akan tercapai dimana masyarakat atas tidak akan mensubsidi masyarakat bawah. Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan Rumah Sakit yang dibebankan kepada pasien/klien sebagai imbalan atas jasa pelayanan yang telah diterima.

Jasa Pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medik dan atau

72

pelayanan lainnya. Sedangkan jasa sarana adalah imbalan yang diterima Rumah Sakit atas pemakaian sarana, fasilitas dan bahan.

B. Dasar Hukum Kebijakan Tarif Layanan RSUD

Terdapat beberapa dasar hukum yang menjadi dasar penerapan

kebijakan tariff layanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), antara lain

adalah sebagai berikut:

1.

Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 tahun 2009, Pasal 49 ayat 2 yang

mensyaratkan penetapan pola tarif rumah sakit berdasarkan komponen

biaya satuan (unit cost) semakin memperkuat peraturan sebelumnya

2.

Permendagri 61/2007 tentang Pengelolaan Keuangan BLUD Pasal 57

ayat

3.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan BLU, sehingga semua RS Pemerintah yang akan

menerapkan PPK-BLU, PPK-BLU(D) maupun RS Swasta, dituntut

untuk memiliki hasil perhitungan biaya satuan (unit cost) sebagai dasar

penetapan tarif.

C. Karakteristik Rumah Sakit Umum Milik Pemerintah

Rumah sakit adalah salah satu contoh organisasi berorientasi

nonprofit.

Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang memberikan

pelayanan kesehatan yang bersifat sosial. Rumah sakit mempunyai tugas

utama memberikan pengobatan, perawatan kepada pasien, dan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Tugas-tugas rumah sakit itu menjadikan rumah

sakit sebagai pihakyang sangat dibutuhkan dalam menyediakan kebutuhan

masyarakat danmewujudkan cita-cita masyarakat yang menjadikan warganya

memilikikehidupan yang lebih baik.Berdasarkan kondisi tersebut maka rumah

sakit dituntut untuk dapatmemanfaatkan teknologi dan tenaga-tenaga ahli di

bidang kesehatan, bidangkomunikasi dan informasi, dan bidang transportasi

73

yang mendukung jasa pelayanan kesehatan sehingga mampu memberikan

pelayanan kesehatan yangterbaik. Pemanfaatan berbagai teknologi dan

tenaga-tenaga ahli membuat biayaoperasional yang dikeluarkan rumah sakit

menjadi besar yang akan berdampakpada tarif rawat inap yang tinggi. Untuk

mengendalikan biaya tersebut, pihak rumah sakit memerlukan sistem

akuntansi yang tepat khususnya metodeperhitungan tarif rawat inap untuk

menghasilkan informasi biaya yang akuratyang berkenaan dengan biaya

aktivitas pelayanannya.

Perhitungan harga pokok pada awalnya diterapkan dalam perusahaan

manufaktur, akan tetapi dalam perkembangannya perhitungan harga pokok

telahdiadopsi oleh perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan sektor nirlaba.

Dalam

pasal

3

Surat

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Nomor

560/MENKES/SK/IV/2003 tentang Pola Tarif Perjan Rumah Sakit

diperhitungkan atas dasar

unit cost

darisetiap jenis pelayanan dan kelas

perawatan, yang perhitungannya memperhatikankemampuan ekonomi

masyarakat, standar biaya dan atau benchmarking darirumah sakit yang tidak

komersil. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah telah menyadari

pentingnya perhitungan harga pokok termasuk dalam sector pelayanan

kesehatan.

Activty Based Costing (ABC) memfokuskan pada biaya yang

melekatpada produk berdasarkan aktivitas yang dikerjakan untuk

memproduksi, menjalankan, dan mendistribusikan atau menunjang produk

yang bersangkutan.Activity based costing

menganggap bahwa timbulnya

biaya disebabkan olehaktivitas yang menghasilkan produk. Pendekatan ini

menggunakan penggerakbiaya pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan

akan lebih akurat diterapkanpada perusahaan yang menghasilkan beraneka

ragam jenis produk serta sukaruntuk mengidentifikasi biaya tersebut ke setiap

produk secara individual.

74

Activity based costing

adalah sebuah sistem informasi akuntansi

yangmengidentifikasi bermacam-macam aktivitas yang dikerjakan di dalam

suatuorganisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar sifat yang ada dari

aktivitastersebut. Activity based costing dapat disimpulkan sebagai pendekatn

penentuanbiaya produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang

disebabkankarena aktivitas.

Rumah sakit biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di

suatu negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan

intensif ataupun jangka panjang. Di samping melaksanakan fungsi pelayanan

kesehatan masyarakat, rumah sakit juga memiliki fungsi pelatihan,

pendidikan, dan penelitian.

Rumah sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri tenaga medis

profesional yangterorganisir serta sarana kedokteran yang permanen

menyelenggarakan

pelayanankedokteran,

asuhan

keperawatan

yang

berkesinambungan, diagnosis serta pengobatanpenyakit yang diderita oleh

pasien (American Hospital Assosiation :1974). Rumah sakit di Indonesia pada

awalnya dibangun oleh dua institusi.

Pertama

, pemerintah dengan maksud

untuk menyediakan pelayanan kesehatan bagimasyarakatumum terutama

yang tidak mampu.

Kedua

, adalah institusi keagamaan yangmembangun

rumah

sakit

nirlaba

untuk

melayani

masyarakat

miskin

dalam

rangkapenyebaran agama.

Hal yang menarik adalah adanya perubahan orientasi pemerintah

tentang manajemen rumah sakit dimana rumah sakit pemerintah digalakkan

untuk mulai berorientasi ekonomis. Untuk itu, lahirlah konsep rumah sakit

swadana di manainvestasi dan gaji pegawai ditanggung pemerintah namun

biaya operasional rumah sakit harus ditutupi dari kegiatan pelayanan

kesehatannya. Dengan demikian, saat inirumah sakit mempunyai peran ganda,

yaitu tetap melakukan pelayanan publik serta memperoleh penghasilan atas

75

operasionalisasi kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Rumah sakit

memiliki beberapa karakteristik khusus, antara lain:

a.

Menyediakan jasa pelayanan kesehatan bagi masyarakat, diantaranya

berupajasapemeriksaan dan perawatan dokter, jasa pelayanan

laboratorium, danfarmasi.

b.

Perusahaan penyelenggara jasa kesehatan (rumah sakit) selain

berusahamendapatkanaliran kas masuk untuk mencukupi kebutuhan

membayar jasapara dokter dan tenaga medis lainnya, pemakaian dan

perawatan peralatanlaboratorium dan medis, dan kebutuhan lainnya,

sekaligus memiliki peransosial yang dapat diwujudkan melalui

berbagai program yang ditetapkan olehmanajemen dan sesuai dengan

peraturan pemerintah.

c.

Sumber-sumber utama pendapatan perusahaan diantaranya berasal

dari jasapelayananmedis, jasa penunjang lainnya, dan jasa dokter.

D.

Jenis Layanan Rumah Sakit

:

a.

Pelayanan Medik adalah pelayanan yang bersifat individu yang diberikan

oleh tenaga medik, para medik perawatan berupa pemeriksaan,

konsultasi, tindakan medik, yang meliputi : Layanan Rawat Jalan,

Layanan Rawat Darurat, Layanan Rawat Inap, Layanan Perawatan

Intensif, Layanan Bedah Sentral.

b.

Pelayanan Penunjang Medik adalah pelayanan kepada pasien untuk

membantu penegakan diagnosis dan terapi, mencakup : Layanan Patologi

Klinik, Layanan Patologi Anatomi, Layanan Radiologi, Layanan

Elektromedik, Layanan Perawatan Jenazah.

c.

Pelayanan Non Medik adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien

dan pihak lain di Rumah Sakit yang secara tidak langsung berkaitan

dengan Pelayanan Medik, meliputi : Layanan Pendidikan dan Pelatihan,

76

Layanan Penelitian, Layanan Transportasi dan Komunikasi, Layanan

Laundry, Layanan Non Medik lainnya.

d.

Pelayanan Medik, Penunjang Medik dan Non Medik dikelompokan

menjadi :

1)

Kelompok Layanan Sederhana

2)

Kelompok Layanan Kecil

3)

Kelompok Layanan Sedang

4)

Kelompok Layanan Besar

Direktur Rumah Sakit berwenang membebaskan sebagian atau seluruh

biaya jasa rumah sakit/jasa sarana sedangkan pembebasan sebagian atau

seluruh biaya jasa layanan yang dikerjakan oleh dokter ditentukan oleh dokter

yang bersangkutan.

Berapa pun harga yang dibebankan kepada masyarakat harusnya juga

merujuk pada standar yang dibuat oleh organisasi sektor publik sebagai bentuk

perbandingan pelayanan yang dapat di ukur, untuk itu sektor publik harus

segera merumuskan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang menekankan

pada pengelolaan sektor publik yang memiliki paradigma

Value for money

merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan

pada tiga elemen utama yaitu: ekonomi, efesiensi, dan efektivitas ekonomi.

E. Peranan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung

Rumah sakit tentu harus mencari keseimbangan antara fungsi sosial

dan fungsi ekonomi. Kalau fungsi ekonomi diartikan “

good and sound financial management

” dan sekaligus menangkap potensi pasar, maka biaya

untuk menyediakan pelayanan dalam rangka menangkap potensi pasar harus

dihitung dengan baik. Hasilnya digunakan untuk menentukan tarif pelayanan

yang layak secara ekonomis. Artinya, harus dicegah terjadinya hidden subsidy

bagi pasien mampu. Fungsi ekonomi diarahkan pada (1) minimizing the cost

atau meningkatkan efisiensi dan (2)

maximizing revenue

dengan cara

‘menjual’ produk yang dibutuhkan penduduk non miskin misalnya pelayanan

77

up.Sedangkan cost recovery untuk rumah sakit pemerintah rata-rata selama ini

masih rendah (sekitar 55%). Untuk Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Bandung sudah mencapai 95%. Dengan adanya inflasi biaya, beban yang

dipikul oleh penyandang dana semakin berat. Adapun salah satu sebab utama

kurangnyanya

cost recovery

adalah tarif yang rendah dan tingkat utilisasi

dibawah kapasitas rumah sakit yang bersangkutan.

Kebijakan penentuan tarif harus didasari oleh: biaya yang dikenakan;

break even point yang diperlukan; kompetisi yang terjadi; pertimbangan masa

mendatang, seperti laba, biaya pemasaran khusus, biaya pengembangan rumah

sakit dan kebijakan keringanan pembayaran. Kebijakan tarif rumah sakit yang

dijelaskan diatas baru dari pertimbangan segi produksi. Sisi lain yang juga

penting diperhatikan adalah kemampuan dan kemauan masyarakat untuk

membayar, juga tarif dan mutu pelayanan yang diberikan oleh fasilitas pihak

lain (pesaing) harus juga dipertimbangkan.

Peningkatan secara bermakna pada pendapatan fungsional rumah

sakit, kesejahteraan pegawai dan mutu pelayanan tercapai karena adanya

fleksibilitas dalam pengelolaan dana, yaitu rumah sakit diberi kewenangan

menggunakan pendapatan fungsionalnya secara langsung dan diberi

keleluasaan dalam penggalian sumber dana. Pada Tahun 2006 telah ditetapkan

tarif berdasarkan perhitungan unit cost namun belum menjamin kepastian

biaya yang harus ditanggung pasien. Berkaitan dengan hal tersebut dalam

upaya peningkatan pelayanan rumah sakit, Departemen Kesehatan

mengarahkan penentuaan tarif berdasarkan

Case Mix System

. Kasus Mix

System (CMS) dikembangkan sebagai sistem pendukung keputusan berbasis

luas untuk perencanaan dan pengelolaan efektivitas di lingkungan lini produk.

CMS terbukti dalam berbagai pengaturan rumah sakit dan menyediakan

informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tantangan manajemen pelayanan

kesehatan. Sistem Case-mix adalah sistem pembiayaan pelayanan kesehatan

yang berhubungan dengan mutu, pemerataan dan keterjangkauan, yang

merupakan unsur-unsur dalam mekanisme pembayaran biaya pelayanan

kesehatan untuk pasien yang berbasis kasus campuran. Pada Case-mix

membutuhkan 14 variabel yang diperoleh dari data rekam medis antara lain:

1.

Identitas pasien (misal, nomor RM,dll)

2.

Tanggal masuk RS

78

3.

Tanggal keluar RS

4.

Lama hari rawat (LOS)

5.

Tanggal lahir

6.

Umur (th) ketika masuk RS

7.

Umur (hr) ketika masuk RS

8.

Umur (mg) ketika keluar RS

9.

Jenis kelamin

10.Status keluar RS (Outcome)

11.Berat Badan Baru lahir (gram)

12.Diagnosis Utama

13.Diagnosis sekunder (komplikasi & Ko-morbiditi)

14.Prosedur/pembedahan utama

Dapat disimpulkan bahwa Pelayanan kesehatan dengan mutu yang

baik dan biaya terjangkau menjadi harapan bagi seluruh masyarakat. rumah

sakit merupakan pemberi pelayanan kesehatan yang utama yang harus

melakukan pengendalian biaya dan pengendalian mutu dalam menghadapi

persaingan yang semakin ketat. Pengembangan pelayanan rumah sakit dengan

pembiayaan atau pembayaran yang terstandar akan dapat memberikan banyak

keuntungan baik bagi pasien, penyedia pelayanan kesehatan dan pihak

penyandang dana lainnya. Selain itu juga bisa dapat dilakukan evaluasi mutu

pelayanan dengan mudah.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Kota Bandung adalah objek

yang dijadikan fokus penelitian yang terletak di Bandung Timur menawarkan

berbagai jenis pelayanan, yaitu: pelayanan rawat jalan, pelayananrawat

darurat, pelayanan ICU, pelayanan rawat inap, klinik rawat gigi dan mulut,

dan laboratorium. Untuk pelayanan rawat inap RSUD Kota Bandung

mempunyai 4 tipe kamar yang ditawarkan sesuai dengan tingkat pasien yang

ada, yaitu: kelas III, kelas II, kelas I, kelas VIP.

RSUD Kota Bandung menghitung tarif kamar rawat inapnya atas dasar

unit cost. Perhitungan unit cost

dilakukan secara terpisah untuk setiapjenis

79

kelas rawat inap. Cara perhitungannya yaitu dengan menjumlahkan

biayatetap, biaya semi variabel, dan biaya variabel sehingga dihasilkan biaya

total.Kemudian biaya total dibagi dengan jumlah hari rawat inap. Penentuan

tarif dengan menggunakan cara tersebut akan menghasilkan informasi yang

kurangakurat dalam menentukan tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa

rawat inap.

RSUD Kota Bandung secara organisasiberada dibawah dan

bertanggung jawab langsung kepada waliKotaBandung yangdipimpin oleh

seorang

direktur

yang

mempunyai

tugas

membantu

walikota

dalammenyelenggarakan pemerintahan daerah dibidang pelayanan kesehatan

masyarakat.

Susunan organisasi Badan RSUD Kota Bandung terdiri atas:

a. Direktur

b. Kepala Bidang Tata Usaha

i. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

ii. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perencanaan

iii. Kepala Sub Bagian Pelaporan dan Rekam Medis

c. Kepala Bidang Pelayanan Medik

i. Kepala Seksi Pelayanan Medik

ii. Kepala Seksi Monitoring dan Evaluasi

d. Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan

i. Kepala Seksi Keperawatan

ii. Kepala Seksi Diklat dan PKMRS

e. Kepala Bidang Pelayanan Penunjang

i. Kepala Seksi Pelayanan Sarana Penunjang Medik

ii. Kepala Seksi Pelayanan Sarana Penunjang Non Medik

80

Dalam pelaksanaanya, Rumah Sakit mempunyai tugas pokok yaitu

melaksanakan pelayanan medis dalam upaya penyembuhan dan pemulihan

kesehatan masyarakat secara berdaya guna dan berhasil guna, serta

melaksanakan pelayanan rujukan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Selain tugaspokok tersebut RSUD Kota Bandung juga

dalammemenuhi kewajibannya mempunyai fungsi yaitu:

a. Penyelenggaraan pelayanan medis.

b. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis dan non medis.

c. Penyelenggaraan pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan.

d. Penyelenggaraan pelayanan rujukan.

e. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.

f. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.

g. Penyelenggaraan teknis administrasi ketatausahan, keuangan dan

kepegawaian sertapenyusunan rencana dan program kegiatan Rumah Sakit.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat RSUDKota

Bandung dengan diselenggarakannyaberbagai unit – unit yang dibutuhkan

dalam memberikan pelayanan diantaranya :

i. Instalasi Rawat Jalan, terdiri :

- Poli Penyakit Dalam.

- Poli Anak.

- Poli Bedah.

- Poli Kebidanan dan Penyakit Kandungan.

- Poli Umum.

- Poli Gigi.

- poli Syaraf

- Poli THT

- Poli Mata

81

ii. Instalasi Rawat Inap, terdiri :

- Bedah

- Dalam (Internis)

- Anak

- Kamar Bersalin

- ICU

- Perinatologi

iii. Instalasi Gawat Darurat

iv. Instalasi Bedah Sentral

- Kamar Operasi 2 Ruang.

- Ruang Pemulihan 2 TT.

- Ruang Sterilisasi 1 Ruang.

v. Instalasi Penunjang Medik, terdiri :

- Instalasi Farmasi buka 24 jam.

- Instalasi Radiologi buka 24 jam.

- Instalasi Laboratorium buka 24 jam.

- Instalasi Gizi .

- Instalasi Fisioterapi buka jam kerja.

- Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.

- Instalasi Pemulasaran Jenazah.

vi. Sarana Pendukung Lainnya, terdiri :

- Ambulance 4 Unit.

- Mobil Jenazah 1 Unit.

- Klinik VCT/AIDS buka jam kerja.

- Laundry.

Melalui kedudukan, tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit serta

untukmengantisipasi berbagai perubahan yang sedang dan akan terjadi

82

meliputi perubahanberbagai kondisi dalam kehidupan masyarakat serta untuk

menjawab berbagaitantangan masa depan di era globalisasi yang dituangkan

dalam Visi, Misi, danBudaya Kerja RSUD Kota Bandung yaitu:

a. Sebagai organisasi untuk menjawab tantangan di masa depan Kota

Bandung mempunyai visi yaitu :

Menjadi Rumah Sakit Rujukan

Terbaik Dan Terjangkau oleh Masyarakat Kota Bandung”. Visi ini

mengandung arti bahwa kelak di masa depan Rumah Sakit harusmampu

menjadi rujukan dengan sarana prasarana memadai, sertamasyarakatnya

merasa ikut memiliki dan bangga terhadap Rumah Sakit,karena mampu

memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan keinginanmasyarakat

Kota bandung, yaitu professional, bermutu, ramah, nyaman dan

terjangkau.Dengan kondisi Rumah Sakit yang seperti ini diharapkan

perwujudan Pembangunan Kesehatan di Kota Bandung lebih baik.

b. Misi. Untuk mewujudkan visi tersebut maka misi yang harus dijalankan

dandiformulasikan ke dalam kalimat misi yaitu :

i. Memberikan pelayanan cepat, tepat, nyaman yang terjangkau oleh

masyarakat dengandilandasi etik profesi.

ii. Meningkatkan pemberdayaan Sumber Daya Manusia melalui

pendidikan dan latihan sertadidukung oleh sarana dan prasarana

yangmemadai.

iii. Mewujudkan pelayanan proaktif.

iv. Mengupayakan tingkat kesejahteraan karyawan yang lebih baik.

c. Budaya Kerja. Untuk menunjang terwujudnya misi dan visi Rumah Sakit

diciptakan budayakerja yang berslogan

UBER

UTAMAKAN: Lebih Mengutamakan kepentingan organisasi diatas

kepentingan pribadi

BERSIH: Meliputi kebersihan perorangan baik badan, pakaian

maupunperilaku.

83

EFEKTIF DAN EFISIEN : Pelayanan yang layak dan sesuai dengan

kebutuhan pelangan di dalamnya ada penghematan

RAMAH: Pelayanan dengan mengedepankan 3S (senyum, sapa, sabar)

yang dapat memuaskan pelanggan.

Dalam upaya untuk mencapai visi dan misi yang telah disepakati,

dalampengelolaannya Manajemen RSUD Kota Bandung perlu dibuat suatu

strategi organisasi agar terarah dalam mencapaivisi dan misi, maka acuannya

harus melihat kepada strategi pemerintah daerahyang tertuang dalam

Renstrada kota bandung yaitu meningkatkanfungsi dan kwalitas Pusat

Pelayanan Kesehatan dan Sistem Kesehatan DaerahKotamadya Bandung

yaitu Rajonisasi Rujukan Rumah Sakit di Kotamadya Bandung. RSUD Kota

Bandung dijadikan pusat rujukan RumahSakit di Wilayah Bandung Timur

dengan sasaran wilayah Kabupatenbandung, hal ini dijabarkankedalam

strategi organisasi Rumah Sakit sebagai berikut:

i. Kebijaksanaan Organisasi

- Kebijaksanaan Publik

- Kebijaksanaan Tehnis

- Kebijaksanaan alokasi sumber daya organisasi (sarana danprasarana)

- Kebijaksanaan SDM.

- Kebijaksanaan keuangan.

- Kebijaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat

ii. Program Organisasi

Program

kerja

oprasional

Rumah

Sakit

pada

dasarnya

merupakanupaya untuk mengimplementasikan strategi organisasi yang

telahdisepakati ke dalam program-program yaitu:

- Meningkatkan kemampuan SDM untuk menunjang tercapainya pelayanan

prima.

84

- Meningkatkan kemampuan unit oprasional pelayanan dalam memenuhi

kebutuhan pelayanan.

- Meningkatkan peran masyarakat dalam mengacu kinerjaRumah Sakit untuk

menunjang masyarakat Bandung Sehat.

- Terwujudnya otonomi pengelolaan Rumah Sakit dalam rangka menuju

Rumah Sakit yang effektif dan effisien.

iii. Kegiatan Organisasi

Kegiatan

Rumah

Sakit

yang

merupakan

penjabaran

kebijaksanaansebagai arah dari pencapaian visi dan misi diuraikan ke

dalamkegiatan-kegiatan sebagai berikut:

- Peningkatan mutu pelayanan.

- Pembangunan gedung perawatan dan kantor.

- Penyusunan/Penyesuaian Tarif.

- Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin.

- Pengembangan Sarana Dan Prasarana.

- Pelayanan Radiologi.

- Pelayanan EKG dan USG.

- Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap.

- Pelayanan Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.

- Pengembangan dan pemantapan manajemen.

- Melaksanakan seluruh uraian tugas sesuai analisis jabatan.

- Pengembangan sumber daya manusia.

- Pengembangan pemasaran.

- Menggalang kerja sama dengan PT ASKES dan perusahan-perusahan

dengan melakukankontrak kerja sama pelayananRumah Sakit.

85

-

Kerjasama dengan Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung

menempatkan residen kebidanan/obgin dan institusi lain dalamrangka alih

teknologi dan keterampilan.

- Peningkatan system rujukan.

F. Ruang Rawat Inap, Fasilitas dan Tarif RSUD Kota Bandung

Dalam memberikan pelayanan jasa rawat inap yang mencakup seluruh

Dalam dokumen Kebijakan Penetapan Tarif Barang Publik (Halaman 75-117)

Dokumen terkait