BAB IV STUDI KASUS PENETAPAN KEBIJAKAN PENETAPAN TARIF
G. Kesimpulan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting. Dengan pendidikan manusia akan mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Meskipun demikian, pendidikan seakan menjadi impian semata. Karena tidak semua orang dapat menikmati pendidikan yang
69
tinggi. UPI sebagai perguruan tinggi yang berperan dalam menyediakan pendidikan bagi masyarakat berusaha keras agar pendidikan dapat dinikmati oleh semua kalangan. Salah satu strategi yang digunakan yaitu dengan menetapkan tarif DPL bagi mahasiswa jalur UM-UPI. Hal ini ditujukan agar tarif yang dikenakan kepada mahasiswa lain lebih rendah dan lebih terjangkau oleh masyarakat. Dengan strategi tersebut, semua mahasiswa dapat menikmati layanan yang disediakan oleh UPI, sehingga diperoleh lulusan yang berkualitas.
Upaya yang dilakukan oleh perguruan tinggi ditujukan agar semua masyarakat dapat memperoleh pendidikan yang layak, baik dengan penetapam tarif pendidikan yang lebih terjangkau maupun dengan adanya subsidi silang dari mahasiswa lain yang memiliki kemampuan lebih. Akan tetapi hal tersebut belum cukup tanpa adanya dukungan dari pemerintah. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah lebih fokus dalam menyediakan pendidikan yang layak bagi masyarakat, sehingga masyarakat dapat menikmati pendidikan yang layak. Karena kemajuan suatu bangsa tergantung pada kualitas bangsa tersebut, dan salah satu cara meningkatkan kualitas bangsa tersebut yaitu melalui pendidikan yang tinggi.
70 | P a g e
BAB V
STUDI KASUS PENETAPAN KEBIJAKAN
PENETAPAN TARIF Sektor Kesehatan
(studi Kasus Tarif RSUD Bandung)
A. Latar BelakangSalah satu kewajiban aparatur negara yang juga mengikuti kewajiban negara dalam menyelenggarakan tugas negara seperti diamanatkan dalam UUD 1945, GBHN dan UU APBN adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat (public service) dalam bentuk penyediaan barang dan jasa secara prima. Biaya penuh merupakan total pengorbanan sumber daya untuk menghasilkan produk, sehingga pengorbanan ini harus dapat ditutup oleh pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan produk, disamping itu harus pula dapat menghasilkan laba yang memadai, sepadan dengan investasi yang ditanamkan untuk menghasilkan produk.
RSUD Kota Bandung merupakan instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas (PP No.23 tahun 2005 Pasal1). Sesuai dengan fungsinya sebagai rumah sakit rujukan dan sebagai Rumah Sakit Kelas C , RSUD Kota Bandung memberikan 9 pelayanan medis spesialis. Pelayanan diupayakan selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran (IPTEKDOK) terkini dan perkembangan ilmu manajemen serta ilmu kesehatan lainnya.
71
Perkembangan IPTEKDOK mendorong munculnya keinginan- keinginan dari para klinisi untuk terus mengembangkan pelayanan spesialis/produk baru didukung oleh banyaknya peminat berinvestasi di bidang pelayanan kesehatan. RSUD Kota Bandung sebagai Badan Layanan Umum (BLU) dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit (unit cost) layanan atau hasil perinvestasi dana.
Tarif merupakan aspek yang sangat penting dalam institusi rumah sakit. Bagi rumah sakit pemerintah, tarif memang telah ditetapkan melalui SK MenKes atau Perda. Meskipun demikian, disadari bahwa tarif pemerintah umumnya mempunyai pemulihan biaya (cost-recovery) yang rendah. Jika tarif yang memiliki cost recovery yang rendah diberlakukan pada pelayanan terendah misalnya kelas III, maka hal tersebut adalah sesuatu yang layak karena hal ini terjadi subsidi pemerintah untuk masyarakat miskin dalam menggunakan pelayanan rumah sakit.
Jika cost recovery yang rendah juga diberlakukan pada kelas VIP misalnya, maka dapat terjadi subsidi bagi kalangan masyarakat atas. Dengan demikian, tujuan subsidi silang tidak akan tercapai dimana masyarakat atas tidak akan mensubsidi masyarakat bawah. Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan Rumah Sakit yang dibebankan kepada pasien/klien sebagai imbalan atas jasa pelayanan yang telah diterima.
Jasa Pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medik dan atau
72
pelayanan lainnya. Sedangkan jasa sarana adalah imbalan yang diterima Rumah Sakit atas pemakaian sarana, fasilitas dan bahan.
B. Dasar Hukum Kebijakan Tarif Layanan RSUD
Terdapat beberapa dasar hukum yang menjadi dasar penerapan
kebijakan tariff layanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), antara lain
adalah sebagai berikut:
1.
Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 tahun 2009, Pasal 49 ayat 2 yang
mensyaratkan penetapan pola tarif rumah sakit berdasarkan komponen
biaya satuan (unit cost) semakin memperkuat peraturan sebelumnya
2.
Permendagri 61/2007 tentang Pengelolaan Keuangan BLUD Pasal 57
ayat
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan BLU, sehingga semua RS Pemerintah yang akan
menerapkan PPK-BLU, PPK-BLU(D) maupun RS Swasta, dituntut
untuk memiliki hasil perhitungan biaya satuan (unit cost) sebagai dasar
penetapan tarif.
C. Karakteristik Rumah Sakit Umum Milik Pemerintah
Rumah sakit adalah salah satu contoh organisasi berorientasi
nonprofit.Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat sosial. Rumah sakit mempunyai tugas
utama memberikan pengobatan, perawatan kepada pasien, dan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Tugas-tugas rumah sakit itu menjadikan rumah
sakit sebagai pihakyang sangat dibutuhkan dalam menyediakan kebutuhan
masyarakat danmewujudkan cita-cita masyarakat yang menjadikan warganya
memilikikehidupan yang lebih baik.Berdasarkan kondisi tersebut maka rumah
sakit dituntut untuk dapatmemanfaatkan teknologi dan tenaga-tenaga ahli di
bidang kesehatan, bidangkomunikasi dan informasi, dan bidang transportasi
73
yang mendukung jasa pelayanan kesehatan sehingga mampu memberikan
pelayanan kesehatan yangterbaik. Pemanfaatan berbagai teknologi dan
tenaga-tenaga ahli membuat biayaoperasional yang dikeluarkan rumah sakit
menjadi besar yang akan berdampakpada tarif rawat inap yang tinggi. Untuk
mengendalikan biaya tersebut, pihak rumah sakit memerlukan sistem
akuntansi yang tepat khususnya metodeperhitungan tarif rawat inap untuk
menghasilkan informasi biaya yang akuratyang berkenaan dengan biaya
aktivitas pelayanannya.
Perhitungan harga pokok pada awalnya diterapkan dalam perusahaan
manufaktur, akan tetapi dalam perkembangannya perhitungan harga pokok
telahdiadopsi oleh perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan sektor nirlaba.
Dalam
pasal
3
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
560/MENKES/SK/IV/2003 tentang Pola Tarif Perjan Rumah Sakit
diperhitungkan atas dasar
unit costdarisetiap jenis pelayanan dan kelas
perawatan, yang perhitungannya memperhatikankemampuan ekonomi
masyarakat, standar biaya dan atau benchmarking darirumah sakit yang tidak
komersil. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah telah menyadari
pentingnya perhitungan harga pokok termasuk dalam sector pelayanan
kesehatan. “
Activty Based Costing (ABC) memfokuskan pada biaya yangmelekatpada produk berdasarkan aktivitas yang dikerjakan untuk
memproduksi, menjalankan, dan mendistribusikan atau menunjang produk
yang bersangkutan.Activity based costing
menganggap bahwa timbulnya
biaya disebabkan olehaktivitas yang menghasilkan produk. Pendekatan ini
menggunakan penggerakbiaya pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan
akan lebih akurat diterapkanpada perusahaan yang menghasilkan beraneka
ragam jenis produk serta sukaruntuk mengidentifikasi biaya tersebut ke setiap
produk secara individual.
74
Activity based costing
adalah sebuah sistem informasi akuntansi
yangmengidentifikasi bermacam-macam aktivitas yang dikerjakan di dalam
suatuorganisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar sifat yang ada dari
aktivitastersebut. Activity based costing dapat disimpulkan sebagai pendekatn
penentuanbiaya produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang
disebabkankarena aktivitas.
Rumah sakit biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di
suatu negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan
intensif ataupun jangka panjang. Di samping melaksanakan fungsi pelayanan
kesehatan masyarakat, rumah sakit juga memiliki fungsi pelatihan,
pendidikan, dan penelitian.
Rumah sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri tenaga medis
profesional yangterorganisir serta sarana kedokteran yang permanen
menyelenggarakan
pelayanankedokteran,
asuhan
keperawatan
yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatanpenyakit yang diderita oleh
pasien (American Hospital Assosiation :1974). Rumah sakit di Indonesia pada
awalnya dibangun oleh dua institusi.
Pertama, pemerintah dengan maksud
untuk menyediakan pelayanan kesehatan bagimasyarakatumum terutama
yang tidak mampu.
Kedua, adalah institusi keagamaan yangmembangun
rumah
sakit
nirlaba
untuk
melayani
masyarakat
miskin
dalam
rangkapenyebaran agama.
Hal yang menarik adalah adanya perubahan orientasi pemerintah
tentang manajemen rumah sakit dimana rumah sakit pemerintah digalakkan
untuk mulai berorientasi ekonomis. Untuk itu, lahirlah konsep rumah sakit
swadana di manainvestasi dan gaji pegawai ditanggung pemerintah namun
biaya operasional rumah sakit harus ditutupi dari kegiatan pelayanan
kesehatannya. Dengan demikian, saat inirumah sakit mempunyai peran ganda,
yaitu tetap melakukan pelayanan publik serta memperoleh penghasilan atas
75
operasionalisasi kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Rumah sakit
memiliki beberapa karakteristik khusus, antara lain:
a.
Menyediakan jasa pelayanan kesehatan bagi masyarakat, diantaranya
berupajasapemeriksaan dan perawatan dokter, jasa pelayanan
laboratorium, danfarmasi.
b.
Perusahaan penyelenggara jasa kesehatan (rumah sakit) selain
berusahamendapatkanaliran kas masuk untuk mencukupi kebutuhan
membayar jasapara dokter dan tenaga medis lainnya, pemakaian dan
perawatan peralatanlaboratorium dan medis, dan kebutuhan lainnya,
sekaligus memiliki peransosial yang dapat diwujudkan melalui
berbagai program yang ditetapkan olehmanajemen dan sesuai dengan
peraturan pemerintah.
c.
Sumber-sumber utama pendapatan perusahaan diantaranya berasal
dari jasapelayananmedis, jasa penunjang lainnya, dan jasa dokter.
D.
Jenis Layanan Rumah Sakit:
a.
Pelayanan Medik adalah pelayanan yang bersifat individu yang diberikan
oleh tenaga medik, para medik perawatan berupa pemeriksaan,
konsultasi, tindakan medik, yang meliputi : Layanan Rawat Jalan,
Layanan Rawat Darurat, Layanan Rawat Inap, Layanan Perawatan
Intensif, Layanan Bedah Sentral.
b.
Pelayanan Penunjang Medik adalah pelayanan kepada pasien untuk
membantu penegakan diagnosis dan terapi, mencakup : Layanan Patologi
Klinik, Layanan Patologi Anatomi, Layanan Radiologi, Layanan
Elektromedik, Layanan Perawatan Jenazah.
c.
Pelayanan Non Medik adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien
dan pihak lain di Rumah Sakit yang secara tidak langsung berkaitan
dengan Pelayanan Medik, meliputi : Layanan Pendidikan dan Pelatihan,
76
Layanan Penelitian, Layanan Transportasi dan Komunikasi, Layanan
Laundry, Layanan Non Medik lainnya.
d.
Pelayanan Medik, Penunjang Medik dan Non Medik dikelompokan
menjadi :
1)
Kelompok Layanan Sederhana
2)
Kelompok Layanan Kecil
3)
Kelompok Layanan Sedang
4)
Kelompok Layanan Besar
Direktur Rumah Sakit berwenang membebaskan sebagian atau seluruh
biaya jasa rumah sakit/jasa sarana sedangkan pembebasan sebagian atau
seluruh biaya jasa layanan yang dikerjakan oleh dokter ditentukan oleh dokter
yang bersangkutan.
Berapa pun harga yang dibebankan kepada masyarakat harusnya juga
merujuk pada standar yang dibuat oleh organisasi sektor publik sebagai bentuk
perbandingan pelayanan yang dapat di ukur, untuk itu sektor publik harus
segera merumuskan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang menekankan
pada pengelolaan sektor publik yang memiliki paradigma
Value for moneymerupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan
pada tiga elemen utama yaitu: ekonomi, efesiensi, dan efektivitas ekonomi.
E. Peranan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung
Rumah sakit tentu harus mencari keseimbangan antara fungsi sosial
dan fungsi ekonomi. Kalau fungsi ekonomi diartikan “
good and sound financial management” dan sekaligus menangkap potensi pasar, maka biaya
untuk menyediakan pelayanan dalam rangka menangkap potensi pasar harus
dihitung dengan baik. Hasilnya digunakan untuk menentukan tarif pelayanan
yang layak secara ekonomis. Artinya, harus dicegah terjadinya hidden subsidy
bagi pasien mampu. Fungsi ekonomi diarahkan pada (1) minimizing the cost
atau meningkatkan efisiensi dan (2)
maximizing revenuedengan cara
‘menjual’ produk yang dibutuhkan penduduk non miskin misalnya pelayanan
77
up.Sedangkan cost recovery untuk rumah sakit pemerintah rata-rata selama ini
masih rendah (sekitar 55%). Untuk Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bandung sudah mencapai 95%. Dengan adanya inflasi biaya, beban yang
dipikul oleh penyandang dana semakin berat. Adapun salah satu sebab utama
kurangnyanya
cost recoveryadalah tarif yang rendah dan tingkat utilisasi
dibawah kapasitas rumah sakit yang bersangkutan.
Kebijakan penentuan tarif harus didasari oleh: biaya yang dikenakan;
break even point yang diperlukan; kompetisi yang terjadi; pertimbangan masamendatang, seperti laba, biaya pemasaran khusus, biaya pengembangan rumah
sakit dan kebijakan keringanan pembayaran. Kebijakan tarif rumah sakit yang
dijelaskan diatas baru dari pertimbangan segi produksi. Sisi lain yang juga
penting diperhatikan adalah kemampuan dan kemauan masyarakat untuk
membayar, juga tarif dan mutu pelayanan yang diberikan oleh fasilitas pihak
lain (pesaing) harus juga dipertimbangkan.
Peningkatan secara bermakna pada pendapatan fungsional rumah
sakit, kesejahteraan pegawai dan mutu pelayanan tercapai karena adanya
fleksibilitas dalam pengelolaan dana, yaitu rumah sakit diberi kewenangan
menggunakan pendapatan fungsionalnya secara langsung dan diberi
keleluasaan dalam penggalian sumber dana. Pada Tahun 2006 telah ditetapkan
tarif berdasarkan perhitungan unit cost namun belum menjamin kepastian
biaya yang harus ditanggung pasien. Berkaitan dengan hal tersebut dalam
upaya peningkatan pelayanan rumah sakit, Departemen Kesehatan
mengarahkan penentuaan tarif berdasarkan
Case Mix System. Kasus Mix
System (CMS) dikembangkan sebagai sistem pendukung keputusan berbasis
luas untuk perencanaan dan pengelolaan efektivitas di lingkungan lini produk.
CMS terbukti dalam berbagai pengaturan rumah sakit dan menyediakan
informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tantangan manajemen pelayanan
kesehatan. Sistem Case-mix adalah sistem pembiayaan pelayanan kesehatan
yang berhubungan dengan mutu, pemerataan dan keterjangkauan, yang
merupakan unsur-unsur dalam mekanisme pembayaran biaya pelayanan
kesehatan untuk pasien yang berbasis kasus campuran. Pada Case-mix
membutuhkan 14 variabel yang diperoleh dari data rekam medis antara lain:
1.
Identitas pasien (misal, nomor RM,dll)
2.
Tanggal masuk RS
78
3.
Tanggal keluar RS
4.
Lama hari rawat (LOS)
5.
Tanggal lahir
6.
Umur (th) ketika masuk RS
7.
Umur (hr) ketika masuk RS
8.
Umur (mg) ketika keluar RS
9.
Jenis kelamin
10.Status keluar RS (Outcome)
11.Berat Badan Baru lahir (gram)
12.Diagnosis Utama
13.Diagnosis sekunder (komplikasi & Ko-morbiditi)
14.Prosedur/pembedahan utama
Dapat disimpulkan bahwa Pelayanan kesehatan dengan mutu yang
baik dan biaya terjangkau menjadi harapan bagi seluruh masyarakat. rumah
sakit merupakan pemberi pelayanan kesehatan yang utama yang harus
melakukan pengendalian biaya dan pengendalian mutu dalam menghadapi
persaingan yang semakin ketat. Pengembangan pelayanan rumah sakit dengan
pembiayaan atau pembayaran yang terstandar akan dapat memberikan banyak
keuntungan baik bagi pasien, penyedia pelayanan kesehatan dan pihak
penyandang dana lainnya. Selain itu juga bisa dapat dilakukan evaluasi mutu
pelayanan dengan mudah.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Kota Bandung adalah objek
yang dijadikan fokus penelitian yang terletak di Bandung Timur menawarkan
berbagai jenis pelayanan, yaitu: pelayanan rawat jalan, pelayananrawat
darurat, pelayanan ICU, pelayanan rawat inap, klinik rawat gigi dan mulut,
dan laboratorium. Untuk pelayanan rawat inap RSUD Kota Bandung
mempunyai 4 tipe kamar yang ditawarkan sesuai dengan tingkat pasien yang
ada, yaitu: kelas III, kelas II, kelas I, kelas VIP.
RSUD Kota Bandung menghitung tarif kamar rawat inapnya atas dasar
unit cost. Perhitungan unit costdilakukan secara terpisah untuk setiapjenis
79
kelas rawat inap. Cara perhitungannya yaitu dengan menjumlahkan
biayatetap, biaya semi variabel, dan biaya variabel sehingga dihasilkan biaya
total.Kemudian biaya total dibagi dengan jumlah hari rawat inap. Penentuan
tarif dengan menggunakan cara tersebut akan menghasilkan informasi yang
kurangakurat dalam menentukan tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa
rawat inap.
RSUD Kota Bandung secara organisasiberada dibawah dan
bertanggung jawab langsung kepada waliKotaBandung yangdipimpin oleh
seorang
direktur
yang
mempunyai
tugas
membantu
walikota
dalammenyelenggarakan pemerintahan daerah dibidang pelayanan kesehatan
masyarakat.
Susunan organisasi Badan RSUD Kota Bandung terdiri atas:
a. Direktur
b. Kepala Bidang Tata Usaha
i. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
ii. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perencanaan
iii. Kepala Sub Bagian Pelaporan dan Rekam Medis
c. Kepala Bidang Pelayanan Medik
i. Kepala Seksi Pelayanan Medik
ii. Kepala Seksi Monitoring dan Evaluasi
d. Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan
i. Kepala Seksi Keperawatan
ii. Kepala Seksi Diklat dan PKMRS
e. Kepala Bidang Pelayanan Penunjang
i. Kepala Seksi Pelayanan Sarana Penunjang Medik
ii. Kepala Seksi Pelayanan Sarana Penunjang Non Medik
80
Dalam pelaksanaanya, Rumah Sakit mempunyai tugas pokok yaitu
melaksanakan pelayanan medis dalam upaya penyembuhan dan pemulihan
kesehatan masyarakat secara berdaya guna dan berhasil guna, serta
melaksanakan pelayanan rujukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Selain tugaspokok tersebut RSUD Kota Bandung juga
dalammemenuhi kewajibannya mempunyai fungsi yaitu:
a. Penyelenggaraan pelayanan medis.
b. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis dan non medis.
c. Penyelenggaraan pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan.
d. Penyelenggaraan pelayanan rujukan.
e. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
f. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.
g. Penyelenggaraan teknis administrasi ketatausahan, keuangan dan
kepegawaian sertapenyusunan rencana dan program kegiatan Rumah Sakit.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat RSUDKota
Bandung dengan diselenggarakannyaberbagai unit – unit yang dibutuhkan
dalam memberikan pelayanan diantaranya :
i. Instalasi Rawat Jalan, terdiri :
- Poli Penyakit Dalam.
- Poli Anak.
- Poli Bedah.
- Poli Kebidanan dan Penyakit Kandungan.
- Poli Umum.
- Poli Gigi.
- poli Syaraf
- Poli THT
- Poli Mata
81
ii. Instalasi Rawat Inap, terdiri :
- Bedah
- Dalam (Internis)
- Anak
- Kamar Bersalin
- ICU
- Perinatologi
iii. Instalasi Gawat Darurat
iv. Instalasi Bedah Sentral
- Kamar Operasi 2 Ruang.
- Ruang Pemulihan 2 TT.
- Ruang Sterilisasi 1 Ruang.
v. Instalasi Penunjang Medik, terdiri :
- Instalasi Farmasi buka 24 jam.
- Instalasi Radiologi buka 24 jam.
- Instalasi Laboratorium buka 24 jam.
- Instalasi Gizi .
- Instalasi Fisioterapi buka jam kerja.
- Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.
- Instalasi Pemulasaran Jenazah.
vi. Sarana Pendukung Lainnya, terdiri :
- Ambulance 4 Unit.
- Mobil Jenazah 1 Unit.
- Klinik VCT/AIDS buka jam kerja.
- Laundry.
Melalui kedudukan, tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit serta
untukmengantisipasi berbagai perubahan yang sedang dan akan terjadi
82
meliputi perubahanberbagai kondisi dalam kehidupan masyarakat serta untuk
menjawab berbagaitantangan masa depan di era globalisasi yang dituangkan
dalam Visi, Misi, danBudaya Kerja RSUD Kota Bandung yaitu:
a. Sebagai organisasi untuk menjawab tantangan di masa depan Kota
Bandung mempunyai visi yaitu : “
Menjadi Rumah Sakit Rujukan
Terbaik Dan Terjangkau oleh Masyarakat Kota Bandung”. Visi ini
mengandung arti bahwa kelak di masa depan Rumah Sakit harusmampu
menjadi rujukan dengan sarana prasarana memadai, sertamasyarakatnya
merasa ikut memiliki dan bangga terhadap Rumah Sakit,karena mampu
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan keinginanmasyarakat
Kota bandung, yaitu professional, bermutu, ramah, nyaman dan
terjangkau.Dengan kondisi Rumah Sakit yang seperti ini diharapkan
perwujudan Pembangunan Kesehatan di Kota Bandung lebih baik.
b. Misi. Untuk mewujudkan visi tersebut maka misi yang harus dijalankan
dandiformulasikan ke dalam kalimat misi yaitu :
i. Memberikan pelayanan cepat, tepat, nyaman yang terjangkau oleh
masyarakat dengandilandasi etik profesi.
ii. Meningkatkan pemberdayaan Sumber Daya Manusia melalui
pendidikan dan latihan sertadidukung oleh sarana dan prasarana
yangmemadai.
iii. Mewujudkan pelayanan proaktif.
iv. Mengupayakan tingkat kesejahteraan karyawan yang lebih baik.
c. Budaya Kerja. Untuk menunjang terwujudnya misi dan visi Rumah Sakit
diciptakan budayakerja yang berslogan”
UBER”
UTAMAKAN: Lebih Mengutamakan kepentingan organisasi diatas
kepentingan pribadi
BERSIH: Meliputi kebersihan perorangan baik badan, pakaian
maupunperilaku.
83
EFEKTIF DAN EFISIEN : Pelayanan yang layak dan sesuai dengan
kebutuhan pelangan di dalamnya ada penghematan
RAMAH: Pelayanan dengan mengedepankan 3S (senyum, sapa, sabar)
yang dapat memuaskan pelanggan.
Dalam upaya untuk mencapai visi dan misi yang telah disepakati,
dalampengelolaannya Manajemen RSUD Kota Bandung perlu dibuat suatu
strategi organisasi agar terarah dalam mencapaivisi dan misi, maka acuannya
harus melihat kepada strategi pemerintah daerahyang tertuang dalam
Renstrada kota bandung yaitu meningkatkanfungsi dan kwalitas Pusat
Pelayanan Kesehatan dan Sistem Kesehatan DaerahKotamadya Bandung
yaitu Rajonisasi Rujukan Rumah Sakit di Kotamadya Bandung. RSUD Kota
Bandung dijadikan pusat rujukan RumahSakit di Wilayah Bandung Timur
dengan sasaran wilayah Kabupatenbandung, hal ini dijabarkankedalam
strategi organisasi Rumah Sakit sebagai berikut:
i. Kebijaksanaan Organisasi
- Kebijaksanaan Publik
- Kebijaksanaan Tehnis
- Kebijaksanaan alokasi sumber daya organisasi (sarana danprasarana)
- Kebijaksanaan SDM.
- Kebijaksanaan keuangan.
- Kebijaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat
ii. Program Organisasi
Program
kerja
oprasional
Rumah
Sakit
pada
dasarnya
merupakanupaya untuk mengimplementasikan strategi organisasi yang
telahdisepakati ke dalam program-program yaitu:
- Meningkatkan kemampuan SDM untuk menunjang tercapainya pelayanan
prima.
84
- Meningkatkan kemampuan unit oprasional pelayanan dalam memenuhi
kebutuhan pelayanan.
- Meningkatkan peran masyarakat dalam mengacu kinerjaRumah Sakit untuk
menunjang masyarakat Bandung Sehat.
- Terwujudnya otonomi pengelolaan Rumah Sakit dalam rangka menuju
Rumah Sakit yang effektif dan effisien.
iii. Kegiatan Organisasi
Kegiatan
Rumah
Sakit
yang
merupakan
penjabaran
kebijaksanaansebagai arah dari pencapaian visi dan misi diuraikan ke
dalamkegiatan-kegiatan sebagai berikut:
- Peningkatan mutu pelayanan.
- Pembangunan gedung perawatan dan kantor.
- Penyusunan/Penyesuaian Tarif.
- Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin.
- Pengembangan Sarana Dan Prasarana.
- Pelayanan Radiologi.
- Pelayanan EKG dan USG.
- Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap.
- Pelayanan Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.
- Pengembangan dan pemantapan manajemen.
- Melaksanakan seluruh uraian tugas sesuai analisis jabatan.
- Pengembangan sumber daya manusia.
- Pengembangan pemasaran.
- Menggalang kerja sama dengan PT ASKES dan perusahan-perusahan
dengan melakukankontrak kerja sama pelayananRumah Sakit.
85
-
Kerjasama dengan Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung
menempatkan residen kebidanan/obgin dan institusi lain dalamrangka alih
teknologi dan keterampilan.
- Peningkatan system rujukan.
F. Ruang Rawat Inap, Fasilitas dan Tarif RSUD Kota Bandung