• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETAHANAN SEKTOR KORPORASI .1 Sumber Kerentanan Korporasi.1 Sumber Kerentanan Korporasi

STABILITAS KEUANGAN DAERAH

4.1 KETAHANAN SEKTOR KORPORASI .1 Sumber Kerentanan Korporasi.1 Sumber Kerentanan Korporasi

Melihat perkembangan dan kondisi perekonomian terkini, terdapat dua faktor yang mempengaruhi kerentanan korporasi Papua pada triwulan II 2017, yaitu (i) belum optimalnya kinerja sektor tambang meskipun telah diberlakukan relaksasi izin ekspor konsentrat minerba sejak April 2017 dan (ii) rendahnya realisasi belanja pemerintah. Terkait dengan kinerja sektor tambang, pada triwulan II 2017 kinerja salah satu perusahaan tambang terbesar di Papua terkendala oleh demo ribuan karyawan yang terjadi sejak Mei 2017. Hal ini menahan kinerja produksi tambang dan berdampak pada kinerja ekspor yang kurang optimal ditengah kebijakan relaksasi ekspor minerba yang telah berlaku sejak April 2017. Lebih jauh, kondisi tersebut

juga akan mempengaruhi investasi eksplorasi tambang sebagaimana yang tercantum dalam rilis resmi perusahaan.

Sementara itu, realisasi belanja pemerintah pada triwulan II 2017 yang baru mencapai 20,79% terhadap pagu anggaran 2017. Berdasarkan informasi yang diperoleh, setidaknya terdapat dua penyebab rendahnya realisasi belanja pemerintah yaitu (1) kegiatan operasional pemerintah dan swasta yang kurang optimal karena libur puasa-lebaran yang relatif panjang, dan (2) konflik internal antara pemangku kebijakan di daerah yang membuat proses administrasi anggaran relatif sulit dilakukan, termasuk juga pelaksanaan Pemilihan Suara Ulang (PSU) pilkada di beberapa daerah yang sempat diwarnai oleh

S

Sumber : AsosiasiSemen Indonesia, diolah

Grafik 0.1 Penjualan Semen Papua

Sumber : Liaison dan Survei Konsumen, diolah

Grafik 0.2 Penjualan Domestik, Utilisasi dan Persepsi Ekonomi Saat Ini

-50 -30 -10 10 30 50 70 90 (100) (50) 50 100 150 200 I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017

Penjualan Semen Pertumbuhan [sk. kanan]

sumber: Asosiasi Semen Indonesia

ribu ton %, yoy

100 105 110 115 120 125 130 135 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017 LS

tindakan kekerasan. Kondisi tersebut perlu mendapat perhatian, mengingat rendahnya realisasi anggaran berpotensi menjadi kendala pembayaran proyek pembangunan yang selanjutnya dapat berdampak pada kinerja finansial korporasi yang terafiliasi. Hal tersebut diperkuat oleh data penjualan semen yang tercatat mengalami kotraksi sebesar -25% (yoy) pada triwulan II 2017.

Sementara itu, berdasarkan hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Papua dapat diketahui bahwa tingkat penjualan domestik di Papua masih belum optimal meski mengalami pembalikan arah (rebound). Rata-rata utilisasi mesin produksi juga tidak terlihat mengalami kenaikan yang signifikan dan cenderung konstan. Sementara di sisi lain, hasil Survei Konsumen menunjukkan bahwa optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini masih terjaga.

4.1.2 Kinerja Korporasi

Meskipun pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan II 2017 secara umum mengalami peningkatan, namun kinerja sektor korporasi di Papua belum menunjukkan kenaikan yang optimal. Hal tersebut tercermin dari hasil

liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Papua, dimana beberapa indikator kinerja perusahaan menunjukkan kondisi yang menahan optimalisasi kinerja perusahaan.

Penjualan Domestik dan Investasi

Penjualan domestik pada triwulan II 2017 mengalami perbaikan dari triwulan I 2017. Meskipun demikian, perbaikan kondisi penjualan domestik pada triwulan II 2017 masih relatif terbatas, tercermin dari nilai likert

scale yang naik 1 poin dari triwulan

sebelumnya yang berada di level negatif. Kondisi tersebut sejalan dengan berlangsungnya even perayaan hari besar keagamaan Puasa dan Lebaran pada triwulan II 2017.

Sementara itu, hasil likert scale komponen investasi pada triwulan II 2017 berada di level positif sebesar 0,29, lebih rendah dari triwulan I 2017 yang mencapai 1,00. Hal tersebut salah satunya disebabkan investasi yang dilakukan oleh mayoritas contact liaison lebih berupa perluasan lahan yang beberapa diantaranya yang telah berjalan dari triwulan sebelumnya.

Biaya dan Harga Jual

Dari sisi biaya, hasil liaison menunjukkan bahwa komponen biaya energi dan biaya bahan baku mengalami penurunan pada triwulan II 2017. Sementara tingkat upah relatif stabil. Untuk mengurangi beban biaya, mayoritas contact liaison merespon dengan melakukan efisiensi penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan juga tingginya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang naik 9,39% pada 2017.

Meskipun mayoritas komponen biaya produksi mengalami penurunan, namun harga jual pada triwulan II 2017 masih relatif stabil dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari

likert scale dengan nilai 0.

Sumber : Liaison, diolah

Grafik 0.3 Kinerja Korporasi Berdasarkan Liaison

-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 Penjualan Domestik

utilisasi Investasi Harga Jual Tenaga Kerja Upah Biaya Bahan Baku Biaya Energi QI 2016 s.d. QII 2017 Likert Scale

Sumber : SKDU, diolah

Grafik 0.4 Perkembangan Akses Kredit, Likuiditas dan Rentabilitas

Kondisi keuangan

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua menunjukkan bahwa kondisi keuangan korporasi pada triwulan II 2017 secara umum masih relatif terjaga. Aspek likuiditas dan rentabilitas pada triwulan laporan masih dalam kondisi positif, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Sementara di sisi lain, komponen akses kredit masih mengalami penurunan meski tidak sedalam triwulan I 2017. Tercatat nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pada masing-masing komponen di triwulan laporan mencapai 32,76; 37,93; dan -9,38.

Dari sisi likuiditas, 67% korporasi menyatakan bahwa kondisi likuiditas perusahaan masih stabil. Sementara itu, kenaikan tingkat likuiditas terutama terjadi pada pelaku usaha di sektor Jasa, dimana 46% pelaku usaha menyatakan bahwa likuiditas perusahaan mengalami kenaikan. Di sisi lain, penurunan likuiditas terutama terjadi di sektor Hotel. Siklus musiman perayaan hari besar keagamaan Puasa dan Lebaran menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut, dimana permintaan terhadap sektor jasa cenderung mengalami kenaikan. Sementara berdasarkan anekdotal informasi, pada periode lebaran masyarakat cenderung keluar Papua sehingga okupansi hotel pada periode tersebut relatif kurang optimal.

Dari sisi rentabilitas, 66% korporasi menyatakan bahwa laba yang dihasilkan melalui pemanfaatan aset/modal pada triwulan II 2017 relatif stabil. Kenaikan tingkat rentabilitas terutama terjadi pada korporasi di sektor Jasa yang dinyatakan oleh 54% responden. Berdasarkan hasil konfirmasi dengan responden, kondisi tersebut salah satunya disebabkan perluasan jaringan usaha. Di sisi lain, terdapat 10% dari pelaku usaha di sektor hotel yang mengalami penurunan rentabilitas. 18 .18 0 11 .76 -2.6 7 -15 .38 -9 .38 35 .85 28 .13 42 .86 46 .38 22 .73 32 .76 37 .74 29 .69 40 .00 49 .28 32 .73 37 .93 -20 -10 0 10 20 30 40 50 I II III IV I II 2016 2017

Akses Kredit Likuiditas korporasi Rentabilitas korporasi

% SBT

Sumber : SKDU, diolah

Grafik 0.5 % Korporasi Berdasar Likuiditas per Sektor

Sumber : SKDU, diolah

Grafik 0.6% Korporasi Berdasar Rentabilitas per Sektor

14% 30% 20% 30% 33% 46% 86% 70% 73% 60% 67% 46% 7% 10% 8% 0% 20% 40% 60% 80% 100% LGA Bangunan Perdagangan Hotel Angkutan Jasa

Naik Stabil Turun

29% 30% 23% 20% 17% 54% 71% 70% 70% 70% 83% 38% 7% 10% 8% 0% 20% 40% 60% 80% 100% LGA Bangunan Perdagangan Hotel Angkutan Jasa Naik Stabil

4.1.3 Eksposure Perbankan dalam Korporasi Kinerja perbankan di sektor Korporasi Papua pada triwulan II 2017 masih relatif terjaga. Kondisi tersebut tercermin dari beberapa indikator kinerja utama perbankan di sektor korporasi, dimana Dana Pihak Ketiga (DPK) korporasi secara signifikan mengalami kenaikan. Sementara kredit masih tumbuh meski lebih lambat dari triwulan sebelumnya. Kualitas kredit, yang tercermin dari tingkat

Non Performing Loans (NPL), mengalami

perbaikan meski masih berada diatas ketentuan Bank Indonesia sebesar 5%. Dari sisi kredit, tidak terdapat perubahan struktur penyaluran kredit, dimana mayoritas kredit korporasi masih disalurkan ke sektor Perdagangan, sektor Konstruksi dan sektor Pertanian, masing-masing mencapai 34,56%, 18,70% dan 12,61% dengan tingkat pertumbuhan masing-masing mencapai 80,08%, 6,52% dan 16,51% (yoy). Angka pertumbuhan kredit ketiga sektor tersebut pada triwulan II 2017 relatif mengalami

perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Asesmen menilai perlambatan penyaluran kredit korporasi pada triwulan II 2017 salah satunya disebabkan penurunan kegiatan dan output produksi seiring berlangsungnya even puasa dan lebaran.

Kualitas penyaluran kredit korporasi pada triwulan II 2017 mengalami perbaikan, tercermin dari penurunan tingkat Non

Performing Loans (NPL) dari triwulan I 2017

yang terutama terjadi pada sektor Konstruksi, sektor Perdagangan dan sektor Tansportasi, Komunikasi dan Pergudangan, meskipun tingkat NPL di ketiga sektor tersebut masih berada diatas ketentuan batas NPL Bank Indonesia (5%). Di sisi lain, NPL pada sektor Akomodasi dan sektor Jasa Masyarakat mengalami kenaikan yang signifikan, masing-masing mencapai level 35,53% dan 36,26%. Dari sisi penggunaan, tidak terdapat perubahan struktur penyaluran kredit, dimana lebih dari 60% kredit korporasi yang

Sumber : Laporan Perbankan, diolah

Grafik 0.7 Perkembangan DPK, Kredit dan NPL

Sumber : Laporan Perbankan, diolah

Grafik 0.8 % Proporsi Kredit per Sektor

Sumber : Laporan Perbankan, diolah

Grafik 0.9 Pertumbuhan Kredit Korporasi per Sektor

Sumber : Laporan Perbankan, diolah

Grafik 0.10 Perkembangan NPL per Sektor

10% 11% 12% 13% 14% 15% 16% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140% I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017

DPK (yoy) Kredit (yoy) NPL (sb.kanan)

yoy NPL 16.12% 15.04% 14.24% 11.12% 14.98% 12.61% 21.33% 24.39% 26.83% 19.96% 14.35% 18.70% 26.87% 26.66% 25.87% 31.97% 32.50% 34.56% 6.87% 5.89% 5.98% 4.68% 5.17% 5.00% 11.95% 10.28% 8.92% 8.22% 7.91% 7.20% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% I 2016 II 2016 III 2016 IV 2016 I 2017 II 2017 Pertanian Konstruksi Perdagangan TransKomGud Jasa Masy

-50% 0% 50% 100% 150% 200% I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017

Pertanian Konstruksi Perdagangan TransKomGud Jasa Masy yoy 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%

Konstruksi Perdagangan Akomodasi & Mamin

TransKomGud Jasa Masy I 2016 II 2016 III 2016 IV 2016 I 2017 II 2017

disalurkan digunakan untuk modal kerja dan lebih dari 30% untuk kredit investasi. Dalam perkembangannya, penyaluran kredit korporasi untuk modal kerja pada triwulan II 2017 mencapai 22,01% (yoy), mengalami perlambatan dibanding triwulan I 2017 yang tumbuh sebesar 33,69% (yoy).

Sementara itu, kualitas kredit modal kerja korporasi pada triwulan laporan relatif mengalami perbaikan, tercermin dari tingkat NPL modal kerja yang mencapai 13,57% lebih rendah dari periode sebelumnya yang mencapai 19,21%.

Meskipun melambat, kredit investasi sektor korporasi pada triwulan II 2017 masih tumbuh tinggi mencapai 111,44% (yoy), lebih rendah dari triwulan I 2017 yang tumbuh sebesar 146,61% (yoy). Namun di sisi lain, kualitas kredit investasi pada triwulan II 2017 mengalami penurunan yang tercermin dari kenaikan tingkat NPL investasi dari 8,06% pada triwulan I 2017 menjadi 13,69%. Dari sisi DPK, komposisi giro masih menjadi yang paling dominan pada triwulan II 2017 dengan persentase penempatan lebih dari 60%. Sementara penempatan dana pada komponen tabungan dan deposito di triwulan II 2017 masing-masing sebesar 22% dan 13,5%. Dalam perkembangannya, hanya deposito yang mengalami perlambatan, sementara giro dan tabungan mengalami kenaikan. Tercatat pertumbuhan

masing-masing komponen DPK tersebut pada triwulan II 2017 mencapai 80,25%, 133,51%, dan 167,28% (yoy). Kondisi tersebut membuat DPK korporasi secara total mengalami kenaikan sebesar 130,79% (yoy).

Asesmen menilai bahwa tingginya pertumbuhan DPK pada triwulan II 2017 salah satunya disebabkan oleh penempatan pendapatan perusahaan pada instrument perbankan yang relatif aman seiring masih rendahnya realisasi investasi.

Sumber: Laporan Perbankan, diolah

Grafik 0.13 Pertumbuhan DPK Korporasi

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140% 160% 180% I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017

Giro (sb.kanan) Tabungan (sb.kanan) Deposito (sb.kanan) g Giro g Tabungan g Deposito

yoy Pangsa

Sumber : Laporan Perbankan, diolah

Grafik 0.11 % Kredit Berdasarkan Penggunaan per Sektor

Sumber : Laporan Perbankan, diolah

Grafik 0.12 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi

74.79% 74.47% 66.44% 65.22% 61.54% 65.41% 23.22% 22.35% 29.44% 30.43% 35.24% 34.02% 1.99% 3.18% 4.12% 4.36% 3.22% 0.57% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% I 2016 II 2016 III 2016 IV 2016 I 2017 II 2017 Modal Kerja Investasi Konsumsi

-20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140% 160% 0% 5% 10% 15% 20% 25% I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017

g Modal Kerja (sb.kanan) g Investasi (sb.kanan) NPL Modal Kerja NPL Investasi

4.2 KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA