• Tidak ada hasil yang ditemukan

REALISASI APBD PEMERINTAH PROVINSI PAPUA Hingga triwulan II 2017 kinerja realisasi Hingga triwulan II 2017 kinerja realisasi

KEUANGAN PEMERINTAH

2.2 REALISASI APBD PEMERINTAH PROVINSI PAPUA Hingga triwulan II 2017 kinerja realisasi Hingga triwulan II 2017 kinerja realisasi

pendapatan dan belanja APBD Pemerintah Provinsi Papua mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selisih realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Papua triwulan laporan dibandingkan triwulan II 2016 hingga -2,59% lebih rendah, sedangkan realisasi belanja terpantau lebih dalam yaitu sebesar -6,23%. Berdasarkan komponen penyusun pos pendapatan, terpantau penurunan terdalam pada pos Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sementara dari sisi realisasi belanja, tercatat rendahnya realisasi Belanja Modal justru menjadi faktor penahan pertumbuhan realisasi

belanja APBD Pemerintah Provinsi Papua pada triwulan laporan.

Dampak berlangsungnya Pilkada 2017 pada 11 Kabupaten dan Kota di Provinsi Papua yang diselenggarakan di triwulan I 2017 cenderung mendorong perubahan sebagian susunan perangkat daerah sehingga berpengaruh pada penyesuaian rencana realisasi belanja sepanjang tahun 2017. Selain itu, terdapatnya beberapa wilayah yang masih memerlukan untuk dilakukan Pemungutan Suara Ulang (PSU) dan keterlambatan pengesahan APBD di dua kabupaten juga menyebabkan realisasi belanja kurang optimal pada triwulan laporan.

2.2.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Papua Pagu pendapatan APBD Pemerintah Provinsi

Papua 2017 mencapai Rp 13,96 Triliun. Secara keseluruhan pagu pendapatan ini meningkat sebesar 12,34% dibandingkan pagu pada periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan komponennya peningkatan pagu terbesar pada pos DAK yang meningkat 148,58% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini sejalan dengan rencana pemerintah Provinsi Papua sepanjang Tahun Anggaran 2017 yang semakin memfokuskan program kerja ke

bidang kedaulatan pangan dan bidang transportasi. Meningkatnya jumlah rencana proyek pembangunan UPTD Bidang Pertanian dan pengembangan saluran irigasi menjadi dasar kebutuhan peningkatan alokasi DAK pada triwulan berjalan untuk mendukung program kedaulatan pangan. Selain itu, guna mendukung program nasional yaitu penyelesaian jalan trans papua, jumlah proyek khususnya infrastruktur jalan pendukung semakin meningkat pada triwulan laporan. Tercatat terdapat 86 proyek infrastruktur Tabel 0.2 Perkembangan Sisi Pendapatan APBD Provinsi Papua

Tw-II 2016 Tw-II 2017 Tw-II 2016 Tw-II 2017

PENDAPATAN 4.832,06 5.066,34 12.434,73 13.968,88 12,34 Pendapatan Asli Daerah 443,95 424,27 1.097,66 1.308,28 19,19

Pajak daerah 224,06 232,22 789,79 1.030,42 30,47

Retribusi daerah 25,56 32,60 101,16 82,93 -18,02

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 52,56 0,01 30,25 52,81 74,58

Lain-lain PAD yang sah 141,77 159,43 176,47 142,12 -19,47

Dana Perimbangan 2.122,67 2.168,37 4.301,95 4.419,28 2,73

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 538,98 339,62 1.299,47 606,16 -53,35

Dana Alokasi Umum 1.428,48 1.456,40 2.502,45 2.570,12 2,70

Dana Alokasi Khusus 155,21 372,35 500,04 1.243,00 148,58

Lain - Lain Pendapatan Daerah Yang Sah 2.265,43 2.473,70 7.035,12 8.241,32 17,15

Pendapatan Hibah 0,09 0,18 7,50 0,50 -93,33

Dana Otonomi Khusus 1.618,52 1.684,75 5.395,05 5.615,82 4,09

Dana Tambahan Infrastruktur 360,00 787,50 1.200,00 2.625,00 118,75

Lain - Lain Pendapatan Daerah Lainnya 286,83 1,28 432,57 - -100,00

sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah (BPKAD)

Realisasi (Rp Miliar)

KOMPONEN PENDAPATAN DAERAH Perubahan

Pagu (%yoy) Pagu (Rp Miliar)

penghubung yang telah direncanakan hingga triwulan II 2017

Realisasi pendapatan Pemdaprov Papua pada triwulan II 2017 mencapai 36,27% dari target, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 38,86%. Dilihat dari struktur realisasi pendapatan APBD triwulan II 2017 terpantau pos Lain Lain Pendapatan Daerah Yang Sah mendominasi dengan pencapaian sebesar 49%. Sementara Dana Perimbangan menjadi pos dengan realisasi terbesar kedua dengan pencapaian sebesar 43% disusul oleh pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai sebesar 8% dari keseluruhan realisasi pendapatan.

Realisasi pos Lain Lain Pendapatan Daerah Yang Sah pada triwulan II 2017 mencapai sebesar 30,02% lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya dengan realisasi sebesar 32,20%. Penurunan ini salah satunya disebabkan oleh kinerja sektor Pertambangan dan Penggalian yang cenderung moderat dibandingkan dengan

triwulan II 2016. Secara nominal realisasi telah mencapai Rp424,27 miliar di triwulan laporan. Pergerakan yang sama juga terjadi pada realisasi pos Dana Perimbangan dan PAD. Realisasi pada pos Dana Perimbangan mencapai 49,07% lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan II 2016 yang mencapai 49,34%. Selanjutnya realisasi PAD menurun dari 40,45% pada triwulan yang sama tahun lalu menjadi 32,43% di triwulan II 2017. Memasuki triwulan pertama setelah 11 kabupaten/kota mengalami pergantian pemimpin daerah, terpantau sebagian besar daerah dimaksud masih melakukan penyesuaian organisasi. Dampaknya, realisasi pendapatan masih tertahan. Selain itu, realisasi Dana Desa dan DAK tahap pertama yang tertunda juga berdampak pada realisasi Dana Perimbangan pada triwulan II 2017. Ke depan, diperkirakan dengan mulai dijalankan kebijakan daerah yang lebih stabil, realisasi pendapatan APBD mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2017.

Grafik 0.3 Struktur Realisasi Pendapatan APBD Grafik 0.4 Perkembangan Realisasi Pendapatan Lain

Grafik 0.5 Perkembangan Realisasi Dana Perimbangan Grafik 0.6 Perkembangan Realisasi PAD

8%

43%

49%

PAD Dana Perimbangan Lain - Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Sumber : Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

32,20% 1,18% 30,00% 30,00% 66,31% 30,02% 35,00% 30,00% 30,00% 0,00%

Lain - Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Pendapatan Hibah

Dana Otonomi Khusus Dana Tambahan Infrastruktur Lain - Lain Pendapatan

Daerah Lainnya

Tw-II 2016 Tw-II 2017

Sumber : Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

49,34% 41,48% 57,08% 31,04% 49,07% 56,03% 56,67% 29,96% Dana Perimbangan

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

Tw-II 2016 Tw-II 2017

Sumber : Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

40,45% 28,37% 25,27% 173,75% 80,34% 32,43% 22,54% 39,31% 0,02% 112,18% TOTAL PAD Pajak daerah Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan Lain-lain PAD yang sah

Tw-II 2016 Tw-II 2017

2.2.2 Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Papua Pagu belanja APBD Pemerintah Provinsi Papua

sepanjang tahun 2017 mencapai total sebesar Rp15,08 triliun atau meningkat 16,52% (yoy) dibandingkan dengan tahun 2017. Proporsi komponen penyusun pagu belanja APBD relatif berimbang antara pos Belanja Tidak Langsung yaitu sebesar 54% dan pos Belanja Langsung yang sebesar 46%.

Apabila dibandingkan dengan tahun 2016, proporsi pagu belanja langsung cenderung meningkat di triwulan laporan. Peningkatan ini terutama didorong oleh meningkatnya nominal pos Belanja Barang dan Jasa serta pos Belanja Modal. Peningkatan pagu pada kedua pos ini sejalan dengan meningkatnya pagu anggaran pendapatan pada pos Dana Tambahan Infrastruktur. Berdasarkan Informasi APBN dari Kementerian Keuangan, peningkatan pagu pendapatan pos Dana Tambahan Infrastruktur dapat direalisasikan salah satunya melalui Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal. Peningkatan pagu pendapatan pos Dana Tambahan Infrastruktur juga ditujukan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dermaga, sarana transportasi darat, sungai maupun laut.

Realisasi belanja APBD Pemerintah Provinsi Papua triwulan II 2017 berada dalam level

yang relatif rendah. Meningkatnya pagu belanja pada tahun 2017 justru tidak diikuti dengan peningkatan realisasi belanja yang seimbang. Hal ini terlihat dari realisasi belanja APBD Provinsi Papua hingga tengah tahun 2017 hanya mencapai 20,79% terpaut cukup rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2016 yang mencapai 27,03%.

Berdasarkan struktur penyusun realisasi belanja APBD triwulan II 2017, pos Belanja Tidak Langsung menjadi komponen dengan realisasi tertinggi yaitu sebesar 78% dari keseluruhan realisasi belanja. Kondisi ini menunjukkan bahwa hingga paruh tahun 2017 realisasi belanja APBD Provinsi Papua masih didominasi dengan pengeluaran rutin. Dilihat dari perubahan nominal yang relatif lebih besar dari triwulan yang sama tahun sebelumnya, menunjukkan salah satunya pengeluaran rutin masih dipengaruhi oleh

event Hari Raya Idul Fitri terutama dari sisi

belanja pegawai dalam bentuk penyaluran Tunjangan Hari Raya (THR).

Tabel 0.3 Perkembangan Sisi Belanja APBD Provinsi Papua

Tw-II 2016 Tw-II 2017 Tw-II 2016 Tw-II 2017

Belanja 3.498,70 3.136,42 12.945,48 15.083,88 16,52 Belanja Tidak Langsung 2.314,50 2.457,52 7.260,83 8.072,07 11,17

Belanja Pegawai 381,29 415,52 1.134,37 1.358,39 19,75

Belanja Subsidi dan Bantuan Sosial 42,06 68,84 188,95 131,51 -30,40

Belanja Hibah 466,07 422,38 994,14 1.089,14 9,56

Belanja Bagi Hasil Pajak daerah kepada kabupaten/Kota 46,30 108,16 367,47 383,67 4,41

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/ Kota/Pemerintah Kampung dan Partai Politik

1.378,78

1.442,62 4.555,91 5.094,36 11,82

Belanja Tidak Terduga - - 20,00 15,00 -25,00

Belanja Langsung 1.184,20 678,90 5.684,65 7.011,81 23,35

Belanja Pegawai 54,29 54,27 266,51 278,96 4,67

Belanja Barang dan Jasa 602,16 622,98 2.667,33 3.202,63 20,07

Belanja Modal 527,75 1,65 2.750,81 3.530,22 28,33

Aset lainnya - - - - 0,00

sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah (BPKAD)

KOMPONEN PENDAPATAN DAERAH Realisasi (Rp Miliar) Pagu (Rp Miliar) Perubahan Pagu (%yoy)

Realisasi belanja APBD Provinsi Papua berdasarkan realisasi per pos menunjukkan penurunan pada seluruh pos belanja. Penurunan realisasi anggaran terdalam pada pos Belanja Modal, dari triwulan II 2016 mampu terserap hingga 19,19% menjadi hanya 0,05% pada triwulan laporan. Rendahnya penyerapan ini terutama didorong oleh periode realisasi yang tertunda atas dampak Pilkada 2017 dan keterlambatan pengesahan APBD di dua kabupaten.

Rendahnya penyerapan pos Belanja Modal juga ditunjukkan dari data pengadaan pekerjaan konstruksi di Provinsi Papua. Hingga periode laporan, ditunjukkan bahwa total senilai Rp2,6 triliun pekerjaan konstruksi telah dibuka proses pengadaannya atau jika dibandingkan dengan pagu Belanja Modal triwulan II 2017 mencapai 82,70%. Namun sebagian besar proyek baru selesai dilakukan penandatanganan kontrak di rentang bulan Juli Agustus. Hal ini berdampak pada realisasi pos Belanja Modal pada triwulan hanya sebesar Rp1,65 miliar.

Hingga pertengahan tahun 2017, realisasi pos Belanja Barang dan Jasa juga menunjukkan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat realisasi pos

Belanja Barang dan Jasa triwulan II 2017 sebesar 19,45% relatif lebih rendah dibandingkan triwulan II 2016 yang sebesar 22,58%. Penurunan ini juga dikonfirmasi dari rendahnya jumlah proses pengadaan barang dan jasa yang telah dimulai hingga triwulan laporan. Jumlah proyek pengadaan barang dan jasa sampai akhir semester I 2017 sebanyak 284 proyek yang bersumber dari APBD. Dari jumlah tersebut terdapat 220 proyek atau 77,46% proyek yang baru selesai proses lelang pada awal triwulan III 2017. Sementara sisanya bahkan masih memasuki proses awal lelang. Proses yang cenderung dibelakang jadwal ini mendorong realisasi pos Belanja Barang dan Jasa yang hanya sebesar Rp622,98 miliar hingga triwulan laporan. Melihat kondisi ini, realisasi belanja APBD diperkirakan meningkat lebih tinggi pada triwulan III 2017. Hal ini di antaranya didorong oleh jumlah proyek pengadaan barang dan jasa maupun pekerjaan konstruksi yang telah selesai dilakukan penandatanganan kontrak di awal triwulan depan, sehingga pekerjaan bisa segera dimulai. Selain itu, dalam rangka mengejar target akhir periode realisasi anggaran Tahun Anggaran 2017 dinilai kinerja Pemerintah Daerah Provinsi Papua akan lebih optimal.

Grafik 0.7 Struktur Realisasi Belanja APBD Grafik 0.8 Realisasi per Pos Belanja APBD

78%

22%

Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung

Sumber : Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

27,03% 31,88% 20,83% 20,37% 22,58% 19,19% 20,79% 30,44% 9,68% 19,45% 19,45% 0,05% Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Pegawai Barang dan Jasa Modal TO TAL B el an ja Lan g su n g Tw-II 2016 Tw-II 2017 Sumber : Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

BAB 3

INFLASI

nflasi secara umum di Provinsi Papua1

pada triwulan II 2017 mencapai 3,10% (yoy) menurun jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi sepanjang triwulan II 2017 cenderung disebabkan oleh pergerakan harga kelompok harga yang diatur oleh pemerintah (Administered Prices). Sementara terjaganya kondisi pasokan komoditas pangan termasuk tanaman bahan pangan dan hortikultura mampu menahan inflasi pada level yang relatif rendah ditengah peningkatan permintaan dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri. Berdasarkan asesemen Bank Indonesia, sepanjang triwulan III 2017 diperkirakan inflasi mencapai 2,90%-3,30% (yoy). 3.1 INFLASI UMUM

Tekanan harga agregat (inflasi) di Provinsi Papua triwulan II 2017 turun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat inflasi di Papua pada triwulan II 2017 sebesar 3,10% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 3,89% (yoy), bahkan lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 4,37%

(yoy). Inflasi pada triwulan ini masih dalam

rentang target inflasi nasional tahun 2017 yaitu sebesar 4%±1%.

Sepanjang triwulan II 2017, pergerakan tingkat harga cenderung menurun, setelah meningkat signifikan ke level 4,75% (yoy) pada bulan April, inflasi mengalami penurunan bertahap sejak bulan Mei menjadi 3,95% (yoy) hingga level 3,10% (yoy) pada bulan Juni 2017.

Inflasi Kota Jayapura dan Merauke, sebagai kota penghitung inflasi di Provinsi Papua, menunjukkan pergerakan inflasi yang sama sama menurun. Tercatat inflasi Kota Jayapura pada triwulan II 2017 sebesar 2,57% (yoy) sedangkan Kabupaten Merauke jauh lebih tinggi atau sebesar 4,58% (yoy).

Apabila dibandingkan dengan Kota Kota sekitar di SulaMPua (Sulawesi, Maluku, Papua), Kota Jayapura adalah kota dengan inflasi terendah pada triwulan II 2017. Sedikit lebih

rendah dibandingkan dengan Kabupaten Bau - Bau yang menempati urutan kedua dengan inflasi sebesar 2,67% (yoy). Sementara Merauke menempati posisi kesebelas inflasi terendah di SulaMPua meskipun tidak lebih tinggi dari Kota Tual yang menjadi daerah dengan inflasi tertinggi di SulaMPua sepanjang triwulan II 2017 yaitu sebesar 9,67% (yoy).

Berdasarkan asesemen Bank Indonesia, Sepanjang triwulan III 2017 diperkirakan inflasi umum mencapai sebesar 2,90%-3,30% (yoy). Inflasi yang cukup tinggi dimaksud sebagian besar dipengaruhi oleh meningkatnya frekuensi penerbangan menghadapi sejumlah periode liburan panjang serta ketidakpastian cuaca di Provinsi Papua.

I

Grafik 0.1 Inflasi Tahunan Provinsi Papua & Nasional

0 2 4 6 8 10 12

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

Papua Nasional

sumber: BPS, diolah