• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK EKONOMI DAERAH

sesmen Bank Indonesia pada periode laporan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan IV 2017 berada dikisaran 4,3%-4,7% (yoy) dengan kecenderungan bias bawah. Angka perkiraan tersebut terutama didorong oleh kinerja pertambangan yang diperkirakan meningkat pasca pemberlakuan relaksasi izin ekspor minerba. Meskipun demikian, kebijakan tersebut hanya berlaku hingga awal triwulan IV 2017 (Oktober 2017) sehingga ke depan, kondisi tersebut diperkirakan akan mempengaruhi kebijakan investasi perusahaan tambang terbesar di Papua. terkait kondisi tersebut, asesmen memperkirakan pertumbuhan ekonomi Papua pada 2017 berada pada kisaran 3,7%-4,1% (yoy) dengan kecenderungan bias atas.

Dari sisi tekanan harga, inflasi pada triwulan IV 2017 diperkirakan berada pada kisaran 4,3%-4,7% (yoy) dengan kecenderungan bias atas. Tekanan inflasi volatile foods dan administered price diperkirakan berpotensi menjadi salah satu faktor pemicu kenaikan inflasi di akhir tahun. Kondisi tersebut menyebabkan tekanan inflasi 2017 berpotensi lebih tinggi dari 2016 dan berada pada kisaran 4,3%-4,7% (yoy).

7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Dari sisi lapangan usaha, kategori pertambangan diperkirakan masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Papua di triwulan IV 2017. Optimalisasi produksi tambang seiring berakhirnya batas berlakunya kebijakan izin ekspor tambang diperkirakan menjadi salah satu satu faktor utama pendorong kinerja sektor tambang terutama pada awal triwulan IV 2017. Kondisi tersebut berpotensi memberikan pengaruh positif pada kinerja ekspor di periode yang sama. Meskipun demikian, terdapat dua faktor yang berpotensi menahan kenaikan

kinerja tambang, yaitu (1) konflik internal perusahaan tambang terbesar di Papua yang hingga awal triwulan III 2017 masih terjadi yang terutama berkaitan dengan demo karyawan, dan (2) kondisi cuaca yang relatif sulit diprediksi yang dapat mempengaruhi kinerja produksi. Sementara untuk keseluruhan tahun 2017, kinerja sektor pertambangan diperkirakan berpotensi mengalami kontraksi pada kisaran -0,1% hingga -0,4% (yoy). Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh kendala regulasi pengalihan status izin usaha yang membuat

A

Sumber : PTFI, diolah

Grafik 7.1 Produksi Tambang Papua

Sumber : Survei Konsumen, diolah

Grafik 7.2 Perkembangan Ekspektasi Ekonomi dan Perkiraan Pengeluaran 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017** Tembaga [Target] Tembaga [Riil]

Emas [Target] Emas [Riil] NTB Tambang (sk. kanan)

Cu: juta pound Au: juta ounce

Rp milyar 100 110 120 130 140 150 160 170 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 2016 2017

kinerja produksi mengalami penurunan. Lebih lanjut, berdasarkan rilis resmi perusahaan tambang terbesar di Papua, kendala tersebut juga mempengaruhi keputusan investasi jangka panjang, dimana saat ini perusahaan cenderung menunggu hasil negosiasi perizinan usaha sehingga investasi terkait eksplorasi lahan tambang sementara belum dilakukan. Selain itu, juga dilakukan penyesuaian nilai investasi yang lebih rendah dari target di awal tahun 2017.

Dari sisi penggunaan, pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga pada triwulan IV 2017 diperkirakan masih terjaga positif. Hasil Survei Konsumen BI posisi Juli 2017 memperkuat tendensi tersebut, dimana

indeks ekspektasi konsumen dan perkiraan pengeluaran dalam jangka pendek masih berada di level yang relatif tinggi, masing-masing mencapai 139,78 dan 162,67. Selain itu, sesuai dengan pola historisnya, kinerja belanja pemerintah pada triwulan IV 2017 diperkirakan juga mengalami kenaikan sehingga mendorong kinerja konsumsi pemerintah.

Dengan melihat kondisi tersebut, kinerja perekonomian Papua pada triwulan IV 2017 diprakirakan akan berada pada rentang 4,3%-4,7% (yoy) dengan kecenderungan bias atas. Sementara untuk keseluruhan 2017, perekonomian Papua diprakirakan mencapai kisaran 3,7%-4,1% (yoy).

7.2 PROSPEK INFLASI

Dari sisi perkembangan harga, inflasi Papua dalam jangka pendek di triwulan IV 2017 diprakirakan berada pada rentang 4,3% 4,7% (yoy), lebih tinggi dari triwulan III 2017 yang diprakirakan berada pada rentang 2,9%-3,3% (yoy).

Kenaikan inflasi pada triwulan IV 2017 terutama berasal dari kelompok komoditas

administered price (AP) dan volatile foods (VF).

Perayaan Natal dan Tahun Baru berpotensi menjadi pemicu kenaikan tarif tiket angkutan udara yang berdampak pada peningkatan inflasi AP. Kondisi tersebut juga diperkuat oleh banyaknya jumlah hari libur akhir tahun 2017 yang telah ditetapkan pengaturannya

melalui SK Gubernur No.188.4/385/2016. Sementara, keterbatasan pasokan dan produksi komoditas bahan pangan serta kondisi cuaca yang relatif sulit diprediksi berpotensi memicu kenaikan harga komoditas VF.

Selain itu, hasil Survei Konsumen BI memperkuat tendensi terjadinya peningkatan tekanan inflasi, dimana ekspektasi masyarakat terhadap inflasi dan pengeluaran dalam jangka pendek mengalami kenaikan. Tercatat indeks inflasi jangka pendek dan pengeluaran masyarakat pada Juli 2017, masing-masing mencapai 158,67 dan 162,67.

Sumber : SK, diolah

Grafik 7.3 Perkembangan Ekspektasi Inflasi dan Perkiraan Pengeluaran

Sumber : BPS, diolah

Grafik 7.4 Kuadran Inflasi Papua Juni 2017

100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2016 2017

Perkiraan inflasi 3 bulan yang akan datang Perkiraan pengeluaran 3 bulan ke depan

Tarif Listrik 0.14 Cabai Rawit 0.13 Angkutan Udara 0.49 0.0 0.4 0.8 0 6 12

Frekuensi Inflasi dalam 1 tahun (kali)

R a ta -r a ta S u m b a n g a n I n fl a si ( %, m tm ) HIGH LOW HIGH Komoditas Lain

Di sisi lain, komitmen pemerintah dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas infrastruktur distribusi, seperti jalan trans Papua dan rencana implementasi Jembatan Udara diperkirakan dapat membuat tekanan inflasi Papua lebih terkendali (down side risk). Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut dan mengasumsikan bahwa tidak terdapat tekanan (shock) dalam perekonomian yang signifikan maka inflasi Papua selama tahun 2017 diperkirakan berada direntang 4,3 4,7% (yoy), lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang mencapai 3,26% (yoy).

Sumber utama peningkatan tekanan inflasi Provinsi Papua pada tahun 2017 terutama berasal dari kelompok AP. Sumbangan inflasi tarif angkutan udara diprakirakan masih relatif tinggi. Selain itu, kebijakan penyesuaian tarif listrik daya 900 VA menjadi juga menjadi faktor pemicu inflasi pada 2017. Tekanan inflasi kelompok komoditas VF diperkirakan masih relatif tinggi. Keterbatasan produksi dan pengaruh cuaca menjadi faktor pemicu kenaikan harga komoditas pada kelompok ini.

Di sisi lain, perkembangan komoditas inflasi inti pada 2017 diperkirakan relatif terkendali. Ekspektasi inflasi masyarakat selama tahun 2017 yang cenderung stabil menjadi peredam

tekanan inflasi pada 2017. Selain itu, peningkatan jumlah TPID yang terbentuk di Provinsi Papua mengindikasikan adanya peningkatan kepedulian pemerintah daerah terhadap inflasi. Tercatat hingga periode laporan, telah terbentuk 24 TPID kabupaten/kota di seluruh Papua.

Selanjutnya agar inflasi Papua dapat lebih terkendali serta dapat memberikan dampak positif dalam perekonomian, maka diperlukan komitmen dari seluruh elemen dan instansi terkait, khususnya yang tergabung dalam TPID di Papua.

Prioritas pengendalian harga dan pasokan beberapa komoditas strategis perlu diotimalkan. Berdasarkan plotting data dalam kuadran inflasi Papua hingga Juli 2017, terlihat bahwa komoditas angkutan udara memiliki sumbangan inflasi tertinggi, mencapai 0,80% (mtm) yang disusul oleh bawang putih dengan sumbangan inflasi sebesar 0,51% (mtm). Sementara tarif listrik dan cabai rawit menjadi komoditas yang paling sering menjadi pemicu inflasi, dimana hingga Juli 2017 kedua komoditas tersebut telah 5 kali dan 3 kali menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi dominan di Papua.