• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

ondisi ketenagakerjaan Provinsi Papua pada triwulan II 2017 menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini salah satunya diindikasikan dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Papua yang menurun. Di sisi lain, perkembangan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Papua menunjukkan perbaikan. Berdasarkan data demografi Provinsi Papua triwulan II 2017 ditunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin terus menurun dengan tingkat kesenjangan yang juga mengindikasikan arah perbaikan.

6.1 KETENAGAKERJAAN

Perkembangan ketenagakerjaan di Provinsi Papua pada triwulan II 2017 cenderung menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Ditunjukkan dari tingkat pengangguran di Provinsi Papua, mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya yang hanya 3,35% menjadi 3,96% pada triwulan laporan. Tingkat pengangguran terbuka di Papua tersebut masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan nasional yang mencapai 5,33%.

Berdasarkan bidang pekerjaannya 80% penduduk yang bekerja hanya bekerja di

sektor informal dan 33,7% diantaranya merupakan Pekerja Keluarga/Tak Dibayar. Sementara itu jika dilihat dari lama waktu bekerjanya yang bekerja penuh waktu 58% berbanding 42% tidak penuh waktu.

Perkembangan yang perlu dicermati adalah bahwa tingkat pengangguran angkatan kerja yang berpendidikan Diploma I/II/III turun relatif dalam pada periode ini dari 7,04% pada Agustus 2016 menjadi 3,41% pada februari 2017 dan pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan yang turun dari 16,42%

K

Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama

Sumber : BPS, diolah

Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.1 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.2 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (yoy)

2017 Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb

Penduduk Usia 15+ (ribu orang) 2.057 2.073 2.097 2.129 2.157 2.189 2.213 2.245 2.269

Angkatan Kerja (ribu orang) 1.645 1.610 1.689 1.675 1.710 1.742 1.743 1.722 1.754

Bekerja (ribu orang) 1.598 1.560 1.630 1.617 1.646 1.672 1.691 1.664 1.684 Penganggur (ribu orang) 47 51 59 58 64 69 52 58 69

Bukan Angkatan Kerja (ribu Orang) 412 462 408 454 447 447 470 523 515

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 79,98 77,70 80,54 78,67 79,26 79,57 78,77 74,13 77,3

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2,86 3,15 3,48 3,44 3,72 3,99 2,97 3,35 3,96

2016 2015 2013 2014 Uraian 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb

2014 2015 2016 2017

Lainnya

Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan Perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi Industri

Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan

ribu orang -100 -50 0 50 100 150 200 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb

2014 2015 2016 2017

Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan Perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan Lainnya

Industri [skala kanan]

pada Agustus 2016 menjadi 10,63% pada Februari 2017.

Hal tersebut sejalan dengan program pemerintah dalam prioritas pendidikan sekolah vokasi yang lulusannya siap bekerja sehingga penyerapan tenaga kerja dari tingkat pendidikan ini terus bertambah. Perkembangan lain yang perlu diperhatikan juga adalah kenaikan tingkat pengangguran angkatan kerja yang berpendidikan universitas, dari sebelumnya 5,74% menjadi 6,13% pada triwulan II 2017.

Secara komposisi penyerapan tenaga kerja berdasarkan lapangan usaha tidak terdapat perubahan signifikan. Pada triwulan II 20171 mayoritas penduduk Papua bekerja di lapangan usaha Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan (69,2%). Kemudian, sebagian besar lainnya bekerja di lapangan usaha Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan (12,5%), khususnya di bidang pemerintahan.

Dalam satu tahun terakhir, Penyerapan tenaga kerja di lapangan usaha Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan

Perikanan meningkat. Sementara penyerapan tenaga kerja di sektor Industri, sektor Perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi, sektor Jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan, serta sektor Lainnya mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini menunjukkan terjadinya peralihan pekerjaan dari sektor lain ke sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan. Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan PDRB sektor pertanian dari 1,35% pada triwulan I menjadi 1,83% pada triwulan II dan juga pelaksanaan proyek pemerintah pada bidang pertanian dan perkebunan sepanjang tahun 2017.

Sejalan dengan rilis BPS, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha mengkonfirmasi peningkatan penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha pertanian dari 4,52% menjadi 8,19% pada triwulan II. Hal tersebut menunjukan adanya optimisme kegiatan usaha pertanian pada triwulan berjalan.

Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.3 Penyerapan Tenaga Kerja Pertanian berdasarkan SKDU

Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.5 Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja

Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.4 Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb 2014 2015 2016 2017

Penuh Waktu Tidak Penuh Waktu ribu orang 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb 2014 2015 2016 2017 Informal Formal ribu orang 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb

2014 2015 2016 2017

SD ke Bawah Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Kejuruan Diploma I/II/III Universitas TPT Papua

6.2 KESEJAHTERAAN

Secara umum kesejahteraan masyarakat Papua cenderung membaik dan jumlah penduduk miskin terus menurun. Tingkat kesenjangan menunjukan kecenderung menurun walaupun masih berada di atas nilai rata-rata nasional. Kemudian dilihat dari garis kemiskinan juga mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan. Di sisi lain, penurunan terjadi pada nilai tukar petani yang menandakan terjadinya penurunan kesejahteraan petani di Papua.

Terkait dengan tingkat kemiskinan, rilis BPS dalam dua tahun terakhir menunjukkan kecenderungan adanya penurunan penduduk miskin. Angka kemiskinan pada rilis BPS bulan Maret 2017 menunjukkan 27,62% penduduk Papua masih dibawah garis kemiskinan, jauh diatas angka kemiskinan nasional yang sebesar 10,64%. Angka tersebut sedikit menurun dibandingkan rilis BPS bulan September 2016 yang sebesar 28,4.

Kemudian dari tingkat kesenjangan pendapatan yang dilihat dari indeks Gini menunjukan terjadinya penurunan dilihat dari nilai Gini 0,399 pada rilis September 2016 menjadi 0,397 pada rilis Maret 2017. Namun secara berturut-turut nilai Gini Provinsi Papua masih berada di atas rata-rata Nasional. Selain itu, kesenjangan antara pengeluaran rata-rata penduduk miskin dengan Garis Kemiskinan (GK) yang ditunjukkan oleh Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) naik dibandingkan dengan rilis sebelumnya. Kemudian, ketimpangan kesejahteraan di antara kelompok penduduk miskin (P2) juga mengalami kenaikan, tercermin dari Indek Keparahan Kemiskinan yang dirilis oleh BPS pada bulan Maret 2017 naik menjadi 2,82 dari sebelumnya September 2016 sebesar 2.65. Sementara itu, garis kemiskinan Papua mengalami kenaikan dari periode sebelumnya (September 2016) sebesar Rp440.021,00 menjadi Rp457.541,00 pada Maret 2017.

Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.7 Jumlah Penduduk Miskin

Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.9 Perkembangan Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan

Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.8 Perkembangan Garis Kemiskinan di Provinsi Papua

Sumber : BPS, diolah

Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan) dimana komoditi makanan menyumbang 72,57% terhadap garis kemiskinan.

Kemudian Rilis BPS mengenai Nilai Tukar Petani (NTP) yang dirilis setiap bulan dan dapat menjadi indikator bagi tingkat kesejahteraan petani dan nelayan. NTP disusun dengan membandingkan sisi pendapatan dan sisi pengeluaran petani. Jika pendapatan petani tumbuh lebih tinggi dari pengeluarannya, maka nilai NTP akan meningkat. Ringkasnya, seiring semakin tinggi NTP maka semakin sejahtera petani.

Sebaliknya tingkat NTP Papua terlihat mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. NTP triwulan II 2017 turun menjadi 95,04 dari triwulan sebelumnya yang sebesar 96,07. Data yang ada masih menunjukkan bahwa petani mengalami defisit. Penurunan NTP terjadi karena perubahan indeks harga diterima petani (It) lebih kecil dari indeks harga dibayar petani (Ib) dimana It mengalami penurunan -0,64% dan Ib tidak mengalami perubahan indeks. Penurunan It terjadi karena It di subsektor Hortikultura mengalami penurunan cukup besar yaitu -2,47%, subsektor Peternakan 0,15%, subsektor Perikanan -0,02 % dan subsektor Tanaman PerkebunanRakyat sebesar -0,01 %. Sedangkan subsektor Tanaman Pangan mengalami kenaikan 0,17 persen.

Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.11 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Sumber : BPS, diolah

7 BAB 7