• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

erkembangan transaksi Sistem Kliring Bank Indonesia (SKNBI) di Papua pada triwulan I 2017 menurun secara nominal dibandingkan triwulan sebelumnya. Transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan laporan juga tercatat menurun dibandingkan triwulan lalu. Sementara itu, aliran uang kartal melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua menunjukan posisi net outflow pada triwulan II 2017 sebesar Rp1,92 triliun. Pada triwulan ini posisi net outflow disebabkan adanya kebutuhan perayaan puasa dan lebaran, masyarakat cenderung menarik uang kartal dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan hari raya tersebut

5.1 SISTEM PEMBAYARAN

Perkembangan transaksi nontunai di Papua cenderung mengalami penurunan, sejalan dengan kondisi pertumbuhan perekonomian Papua. Pada Triwulan II 2017, terjadi penurunan baik secara volume maupun nilai transaksi yang dilakukan melalui SKNBI dengan nilai yang mencapai Rp2,56 triliun dan volume 75.560 lembar warkat. Jumlah tersebut turun dibanding triwulan sebelumnya yang mencatatkan nilai sebesar Rp3,05 triliun dengan volume 79.942 lembar warkat. Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, volume transaksi SKNBI mengalami penurunan 10,41% (yoy) sejalan dengan nilai transaksi yang juga mengalami penurunan sebesar 43,40% (yoy). Penurunan ini sejalan dengan rendahnya realisasi anggaran pemerintah Provinsi Papua sehingga menyebabkan aktivitas pembayaran proyek belum terealisasi dengan optimal.

Dari sisi kepatuhan pengguna SKNBI, pada triwulan II 2017 turut mengalami penurunan. Jumlah penarikan Cek dan Bilyet Giro (BG) kosong sepanjang triwulan II 2017 tercatat sebanyak 370 lembar warkat atau mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 274 lembar warkat.

Secara spasial, penatausahaan transaksi kliring di Provinsi Papua masih diakomodasi dari dua wilayah yaitu di Kota Jayapura dan Kabupaten Biak. Proporsi transaksi kliring masih didominasi oleh pemenuhan dari Kota Jayapura sebesar 90,52% terhadap keseluruhan transaksi kliring, sementara dari Kabupaten Biak hanya mengakomodasi sebesar 9,48%. Berdasarkan nominalnya, transaksi kliring di Kota Jayapura mencapai Rp2,32 triliun sedangkan di Kabupaten Biak hanya sebesar Rp243 miliar. Bila dibandingkan dengan triwulan II 2016 terjadi penurunan sebesar 45,09% (yoy) untuk Kota Jayapura dan untuk Kabupaten Biak juga terjadi penurunan sebesar 12,90% (yoy). Sementara apabila dilihat dari fisik penukaran warkat, di Kabupaten Biak sepanjang triwulan II 2017 sebanyak 2.638 lembar warkat yang ditukarkan atau jauh lebih rendah dibandingkan Kota Jayapura yang mencapai 52.779 lembar warkat.

Sementara untuk transaksi yang dilakukan melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlemen (BI-RTGS) Generasi II di Papua pada triwulan II 2017 juga mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Dibandingkan dengan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), jumlah transaksi RTGS

P

lebih sedikit namun dengan nominal transaksi rata rata yang jauh lebih tinggi dan kebutuhan warkat yang jauh lebih banyak. Jumlah nilai yang ditransaksikan melalui BI-RTGS selama triwulan II 2017 sebesar Rp1,25 triliun, naik 11,61% lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Namun jumlah ini turun bila dibandingkan dengan transaksi triwulan I 2017 sebesar Rp1,28 triliun. Volume transaksi yang terjadi pada di triwulan

II 2017 sebanyak 1.713 transaksi, meningkat 201,58% lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Penurunan transaksi secara nominal yang dilakukan melalui BI-RTGS sejalan dengan rendahnya pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua, realisasi pembayaran proyek pemerintah yang masih rendah, dan pembayaran aktivitas konsumsi lebaran yang masih didominasi oleh uang tunai.

5.2 PENGELOLAAN UANG RUPIAH Aliran uang kartal melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua menunjukan posisi net outflow pada triwulan II 2017 sebesar Rp1,92 triliun. Pada triwulan ini posisi net outflow disebabkan adanya kebutuhan perayaan puasa dan lebaran, masyarakat cenderung menarik uang kartal dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan hari raya tersebut.

Bila dilihat lebih lanjut, net outflow uang dari KPw BI Provinsi Papua pada triwulan II 2017 bersumber dari uang keluar sebesar Rp 3,2 triliun, lebih banyak dibandingkan uang masuk yang tercatat sebesar Rp 1,3 triliun. Dibandingkan dengan kondisi net outflow sepanjang triwulan II 2016 yang sebesar Rp 2,2 triliun, kondisi pada triwulan II 2017 relatif sedikit lebih rendah.

Sementara itu, jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang dimusnahkan di KPw BI Provinsi Papua pada triwulan laporan sebesar Rp64,35

miliar, menurun 74,20% dibandingkan triwulan yang sama pada tahun lalu yang mencapai Rp249,40 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa UTLE yang beredar di Provinsi Papua relatif menurun. Pemusnahan UTLE tersebut merupakan bagian dari kebijakan Clean Money Policy, yaitu upaya Bank Indonesia untuk menjaga kualitas uang yang beredar di tengah masyarakat. Untuk itu secara rutin KPw BI Provinsi Papua melakukan pemusnahan terhadap UTLE yang dilakukan berdasarkan prinsip good governance. Selain melakukan pemusnahan UTLE, dalam melaksanakan kebijakan kas keliling yang terdiri dari kas keliling dalam kota yang rutin diadakan 2 kali seminggu di 4 tempat di Kota Jayapura, serta kas keliling luar kota yang dilakukan diseluruh kabupaten Provinsi Papua. Selama triwulan II 2017, kegiatan kas keliling yang dilaksanakan oleh KPw BI Provinsi Papua mengalami sedikit peningkatan. Bila selama Grafik 0.1 Perkembangan Transaksi SKNBI Grafik 0.2 Aliran Uang Kartal Melalui KPw BI Papua

10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 100.000 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2014 2015 2016 2017

Nominal Volume (sisi kanan)

Rp miliar lembar warkat

(8.000) (6.000) (4.000) (2.000) 2.000 4.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2014 2015 2016 2017

Outflow Inflow Netflow

triwulan II 2016 kas keliling yang dilakukan sebanyak 42 kali, pada triwulan II 2017 total kas keliling yang dilaksanakan tercatat sebanyak 45 kali. Dengan rincian 35 kali kas keliling dalam kota dan 10 kali kas keliling luar kota.

Selain dalam bentuk kas keliling, distribusi uang di luar kantor perwakilan Bank Indonesia juga dilakukan dalam bentuk kas titipan. Hingga triwulan II 2017, KPw BI Provinsi Papua telah membuka 5 (lima) lokasi kas titipan, yakni di wilayah Sorong, Merauke, Timika, Biak dan Wamena. Pada akhir tahun 2017 akan dibuka pelayanan di dua wilayah baru yaitu di Kabupaten Nabire dan Kepulauan Yapen dengan tujuan untuk melayani tingginya kebutuhan uang layak edar di wilayah bagian barat Provinsi Papua.

KPw Bank Indonesia Provinsi Papua saat ini tengah gencar melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha KUPVA, dan masyarakat di perbatasan Papua mengenai Peraturan Bank

Indonesia terbaru nomor 19/7/PBI/2017 tentang Pembawaan Uang Kertas Asing Ke Dalam dan Keluar Daerah Pabean Indonesia. PBI ini mengatur jumlah maksimal pembawaan Uang Kertas Asing (UKA) oleh perorangan ke dalam maupun keluar wilayah Indonesia yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan satu milyar rupiah harus menggunakan bank atau melalui KUPVA yang telah mendapatkan ijin dari Bank Indonesia. Selama ini pelaku usaha KUPVA di Papua masih bersifat tradisional, mereka kebanyakan membeli Kina di Papua Nugini kemudian membawa sendiri ke Papua untuk kemudian diperjual belikan. Cara seperti ini memiliki resiko yang cukup besar karena Bank Indonesia kesulitan untuk melacak dan mengetahui secara pasti jumlah UKA yang beredar di Indonesia, ditambah resiko adanya peredaran uang asing palsu. Oleh karena itu PBI ini diberlakukan untuk meminimalisir resiko tersebut dan mulai berlaku 8 Maret 2018.

Tabel 0.1 Frekuensi Pelaksanaan Kas Keliling Dalam dan Luar Kota

Sumber: Bank Indonesia

I II III IV I II

Dalam Kota 27 27 38 39 49 35 Luar Kota 12 15 18 21 7 10

TOTAL 39 42 56 60 56 45

BOKS