Menulis memiliki pengertian suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Aktivitas menulis melibatkan beberapa unsur, yaitu: penulis sebagai penyampai pesan, isi tulisan, saluran atau media, dan pembaca.31 Nurgiyantoro mengungkapkan bahwa menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Batasan yang dibuat Nurgiyantoro sangat sederhana, menurutnya, menulis hanya sekadar mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat dalam bahasa tulis, lepas dari mudah tidaknya tulisan tersebut dipahami oleh pembaca. Menulis merupakan sebuah keterampilan yang tidak datang dengan sendirinya. Oleh karena itu, jika seseorang ingin memiliki keterampilan menulis yang baik, maka dituntut latihan yang cukup teratur serta dibutuhkan pula pendidikan yang terprogam.32
Writing is clearly a complex proces, and competent writing is frequently accepted as being the last language skill to be acquired (for native
30 Adi Permana, Pengaruh Penggunaan Media Gambar Berseri Siswa Terhadap Kemampuan Menulis Narasi Peserta Didik Sekolah menengah Pertama (SMP), (DIALEKTIKA: jurnal bahasa dan sastra, dan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, 3(1), 2016, 87-99), diunduh pada tanggal 30 Maret 2019 pukul 08:17 WIB, (http://dx.doi.org/10.15408/dialektika.v3i1.4184), hlm. 90.
31 Dalman, Keterampilan Menulis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016), hlm. 3.
32 Novita Artika Sari, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menulis Puisi dengan Metode Field Trip pada Siswa SMP, (BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume 1 Nomor 3, April 2014, ISSN 12302-6405), diunduh pada Februari 2020, hlm. 541.
21
speakers of the language as well as for foreign/second language learners). few people write spontaneously, and few feel comfortable with a formal writing task intended for the eyes of someone else. when the 'someone else' is a teacher, whose eye may be critical, and who indeed may assign a formal assessment to the written product, most people feel uncomfortable. it makes sense, then, that the atmosphere of the writing classroom should be warm and supportive, and non threatening.33
Menulis merupakan proses yang kompleks, dan menulis yang kompeten sering diterima sebagai keterampilan bahasa terakhir yang diperoleh (untuk penutur asli bahasa tersebut serta untuk pelajar bahasa asing/kedua). Hanya sedikit orang yang menulis secara spontan, dan hanya sedikit yang merasa nyaman dengan tugas menulis formal yang dimaksudkan untuk dilihat oleh orang lain. Ketika 'orang lain' adalah seorang guru, yang matanya mungkin kritis, dan yang memang dapat memberikan penilaian formal untuk produk tertulis, kebanyakan orang merasa tidak nyaman. Maka, suasana kelas menulis harus hangat dan mendukung, dan tidak mengancam.
2. Tujuan Menulis
a) assignment purpose (tujuan penugasan)
Tulisan yang termasuk dalam tujuan penugasan ini adalah sebuah tulisan yang dibuat oleh penulis karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku;
sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat).
b) altruistic purpose (tujuan altruistik)
Tujuan penulisan ini yaitu untuk menyenangkan para pembaca dan menghindarkan kedukaan para pembaca.
c) persuasive purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan oleh penulis.
d) informational pupose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
33 Liz Hamp-Lyons, and Ben Heasley, Study Writing: a course in written English for academic and professional purposes. (United Kingdom: Cambridge University Press, 1987), hlm. 2.
Tulisan yang bertujuan untuk memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.
e) self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
Tulisan yang bertujuan untuk memperkenalkan atau mneyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.
f) creative purpose (tujuan kreatif)
Tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik atau seni.
g) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Tujuan pemacahan masalah ini dituangkan dalam tulisan untuk menjelaskan; menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat tentang gagasan-gagasan penulis agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.34
3. Ragam Tulisan
Salisbury (1955) membagi tulisan berdasarkan bentuknya sebagai berikut:
1. Bentuk-bentuk obyektif, yang mencakup:
a) penjelasan yang terperinci mengenai proses;
b) batasan c) laporan d) dokumen;
2. Bentuk-bentuk subjektif, yang mencakup:
a) otobiografi;
b) surat-surat c) penilaian pribadi;
d) esai informal;
e) potret/gambaran;
f) satire.
34 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Penerbit Angkasa Bandung, 2008), hlm. 25-26.
23
Juga berdasarkan bentuknya, Weayer membuat klasifikasi sebagai betrikut:
1. Eksposisi yang mencakup:
a) definisi;
b) analisis.
2. Deskipsi yang mencakup:
a) deksripsi ekspositori;
b) deskripsi literer.
3. Narasi yang mencakup:
a) urutan waktu;
b) motif;
c) konflik;
d) titik pandang;
e) pusat minat.
4. Argumentasi yang mencakup:
a) induksi;
b) deduksi.
Chenfeld (1978) membuat kalsifikasi atas:
1. Tulisan kreatif yang memberi penekanan pada ekspresi diri secara pribadi.
2. Tulisan ekspositori yang mencakup:
a) penulisan surat;
b) penulisan laporan;
c) timbangan buku, resensi buku;
d) rencana penelitian.35
4. Tahap-tahap Penulisan
Kita dapat melakukan kegiatan penulisan itu sebagai suatu aktivitas tunggal, jika yang ditulis ialah sebuah karangan yang sederhana, pendek,
35 Ibid., hlm. 27-29.
dan bahannya sudah di kepala. Akan tetapi, sebenarnya kegiatan menulis itu ialah suatu proses, yaitu proses penulisan.36
Writing, particularly academic writing, is not easy. It takes study and practice to develop this skill. For both native speakers and new learners of English, it is important to note that writing is a process, not a “product”.
This means that a piece of writing, whether it is a compositionfor your English class or a Hemingway short story is never complete; that is, it is always possible to review an revise, and review and revise again. The famous American writer Ernest Hemingway spent several hours each day writing, you can imagine how many times this great writer revised his work!37
Menulis, khususnya dalam penulisan akademis itu tidak mudah.
Dibutuhkan pembelajaran dan latihan untuk mengembangkan keterampilan ini. Untuk penutur asli dan pelajar bahasa Inggris perlu mencatat bahwa menulis adalah suatu proses, bukan "produk". Hal tersebut berarti bahwa sebuah tulisan, baik itu sebuah komposisi untuk kelas bahasa Inggris Anda atau sebuah cerita pendek Hemingway yang tidak pernah lengkap; bahwa, selalu ada kemungkinan untuk meninjau dan merevisi tulisan berulang kali.
Penulis Amerika terkenal Ernest Hemingway, menghabiskan beberapa jam setiap hari untuk menulis, Anda dapat membayangkan berapa kali penulis hebat ini merevisi karyanya!
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat diketahui bahwa menulis membutuhkan proses yang tidak mudah, hal tersebut tergambarkan oleh pengalaman seorang penulis terkenal di Amerika, yakni Ernest Hemingway yang selalu menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan sebuah tulisan karena selalu ada kemungkinan untuk meninjau kembali dan merevisi hasil tulisan yang telah kita buat. Proses menulis tidaklah mudah, oleh sebab itu beberapa ahli membagi beberapa tahapan dalam menulis untuk meringankan proses menulis yang tidak mudah tersebut.
36 Sukino, Menulis itu Mudah: Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal, (Yogyakarta: Pustaka Populer LkiS, 2010), hlm. 19.
37 Alice Oshima and Ann Hogue, Writing Academic English: A WRITING AND SENTENCE STRUCTURE HANDBOOK, (United States of America: Addison-Wesley Publishing Company, 1991), hlm. 3.
25
There are four main stages in the writing process: prewriting, planning, writing and revising drafts, and writing the final copy to hand in.38Ada empat tahap utama dalam proses penulisan: prapenulisan, perencanaan, penulisan dan revisi konsep, dan penulisan salinan akhir untuk diserahkan.
Berdasarkan kutipan di atas, hal iu sejalan dengan Tompkins. Namun, ia memisahkan tahap penulisan draf dengan tahap revisi, sehingga tahapan tersebut terbagi ke dalam lima tahap, yakni:
1. Tahap Prapenulisan (prewriting) a) Menentukan topik;
b) Penetapan tujuan;
c) Mengumpulkan bahan;
d) Menyusun Kerangka karangan.
2. Tahap Penulisan Draf (drafting)
a) Menuangkan ide secara langsung dalam bentuk tulisan.
Ide dituangkan dalam bentuk tulisan tanpa mempedulikan apa pun yang terjadi. Kita tidak perlu berpikir apakah tulisan kita baik atau buruk, apakah struktur kalimatnya benar. Yang terpenting kita menulis dan terus menulis. Apa yang kita pikirkan dituangkan dulu dalam bentuk tulisan. Setelah tulisan kita dianggap selesai, baru kita melakukan revisi.
b) Menuangkan ide berdasarkan kerangka karangan.
Tulisan mengacu pada kerangka karangan. Setiap topik dan subtopik yang ada dalam kerangka karangan kita coba uraikan. Di sini kita dapat menuangkan kalimat-kalimat topik yang menjiwai paragraf. Uraian dilakukan secara bertahap. Maksudnya, topik-topik yang ada kita kembangkan secara sistematis. Namun, bila tiba-tiba kekurangan bahan, kita bisa beralih pada kerangka yang lain.
3. Tahap Revisi (revising)
Jika draf seluruh tulisan sudah selesai, tulisan tersebut perlu dibaca kembali. Mungkin draf itu perlu ditambah, diperbaiki, dikurangi, dan
38 Ibid., hlm. 3.
kalau perlu diperluas. Tahap ini biasanya terfokus pada isi. Dengan demikian, penulis harus memperkaya isi tulisan dengan menggali informasi melalui bahan bacaan, serta melakukan pengamatan atau penggalian terhadap fenomena kehidupan, baik secara langsung maupun melalui media audiovisual.
4. Tahap Pengeditan (editing)
Editing merupakan tahapan yang berkaitan dengan penulisan secara final. Bila tahap-tahap sebelumnya difokusksan kepada isi, editing lebih difokuskan pada masalah mekanik, seperti ejaan, penggalan kata, kata hubung, struktur kalimat, dan sebagainya. Maksud dilakukan editing ini agar tulisan itu memiliki tingkat keterbacaan yang baik. Pembaca akan mudah memahami tulisan kita. Jarak antara pembaca dengan ide menjadi lebih dekat dan tulisan itu juga lebih komunikatif.
5. Tahap Publikasi (publishing)
Tahap terakhir dalam proses penulisan adalah publikasi. Publikasi di sini dapat dimaknai sebagai proses mengkomunikasikan tulisan kepada pembaca atau orang lain. Bentuk publikasi ini sangat beragam. Apakah media yang akan digunakan dalam bentuk buku, surat kabar, atau lainnya. Semuanya itu tergantung penulis dan kesesuaian tulisan dengan media yang dituju.39