• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERANGAN MENGENAI PEMERINGKATAN OBLIGASI

Dalam dokumen PT MANDIRI TUNAS FINANCE (Halaman 152-155)

H. PENGHARGAAN

XIV. KETERANGAN MENGENAI PEMERINGKATAN OBLIGASI

1. HASIL PEMERINGKATAN

Untuk memenuhi ketentuan Peraturan Bapepam dan LK No.IX.C.1 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-42/PM/2000 tanggal 27 Oktober 2000 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum dan Peraturan Bapepam dan LK No. IX.C.11 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Kep-712/BL/2012 tanggal 26 Desember 2012 tentang Pemeringkatan atas Efek Bersifat Utang, Perseroan telah melakukan pemeringkatan yang dilaksanakan oleh PT Pemeringkat Indonesia (Pefindo).

Berdasarkan hasil pemeringkatan atas surat hutang jangka panjang sesuai dengan surat Pefindo No. 1238/PEF-Dir/RC/VII/2016 tanggal 28 Juli 2016, Obligasi ini telah memperoleh peringkat:

idAA+

(Double A Plus)

Hasil Pemeringkatan ini berlaku untuk periode 28 Juli 2016 sampai dengan 1 Juli 2017.

Perseroan dengan tegas menyatakan tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Pefindo, baik langsung maupun tidak langsung sesuai dengan yang didefinisikan dalam UUPM. Sesuai dengan Peraturan No. IX.C.11 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP-712/BL/2012 tanggal 26 Desember 2012 tentang Pemeringkatan Atas Efek Bersifat Utang, Perseroan wajib menyampaikan Peringkat Tahunan atas Obligasi kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah berakhirnya masa berlaku peringkat terakhir sampai Perseroan telah menyelesaikan seluruh kewajiban yang terkait dengan Obligasi yang diterbitkan.

2. SKALA PEMERINGKATAN EFEK HUTANG JANGKA PANJANG

Tabel di bawah ini menunjukkan urutan peringkat yang berlaku sampai dengan yang tertinggi, untuk memberikan gambaran tentang posisi peringkat Perseroan.

Id AAA Efek hutang dengan peringkat id AAA merupakan efek hutang dengan peringkat tertinggi di Pefindo yang didukung oleh kemampuan Obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.

Id AA Efek hutang dengan peringkat id AA memiliki kualitas kredit sedikit di bawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan Obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, relatif dibanding entitas Indonesia lainnya.

Id A Efek hutang dengan peringkat id A memiliki dukungan kemampuan Obligor yang kuat dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan keadaan yang merugikan.

Id BBB Efek hutang dengan peringkat id BBB didukung oleh kemampuan Obligor yang memadai relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan.

Id BB Efek hutang dengan peringkat id BB menunjukkan dukungan kemampuan Obligor yang agak lemah relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu dan merugikan.

Id B Efek hutang dengan peringkat id B menunjukkan parameter perlindungan yang sangat lemah. Walaupun Obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan tersebut untuk memenuhi kewajiban finansialnya.

Id CCC Efek hutang dengan peringkat id CCC menunjukkan efek hutang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnya, serta hanya bergantung pada perbaikan keadaan eksternal.

Id D Efek hutang dengan peringkat id D menandakan efek hutang yang macet atau perseroannya sudah berhenti berusaha.

Sebagai tambahan, tanda tambah (+) atau kurang (-) dapat dicantumkan dengan peringkat mulai dari id AA” hingga “id CCC”. Tanda tambah (+) menunjukkan bahwa suatu kategori peringkat lebih mendekati kategori peringkat diatasnya. Tanda kurang (-) menunjukkan suatu kategori peringkat lebih baik dari kategori peringkat di bawahnya, walaupun semakin mendekati.

3. PERTIMBANGAN (RATIONALE) DARI PEFINDO Faktor-faktor pendukung peringkat tersebut adalah:

a. Anak perusahaan inti dari Bank Mandiri. Perseroan merupakan anak usaha inti BMRI. Perusahaan menjalankan peran penting sebagai unit pembiayaan konsumen yang membatu BMRI menyediakan layanan keuangan yang lengkap. Per 31 Maret 2016 (1H2016), aset kelolaan bersih (net service assets/NSA) Perseroan berkontribusi sebesar 5,0% terhadap total kredit konsolidasi BMRI sebesar Rp564,7 triliun. Sebagai bank komersial terbesar di Indonesia, dengan profil bisnis dan kinerja keuangan yang sangat kuat, PEFINDO memandang BMRI memiliki kemampuan dan komitmen yang kuat untuk memberikan dukungan kepada Perseroan. Dukungan Induk perusahaan dibuktikan dengan penyediaan sumber pendanaan dan kebijakan dividen yang moderat untuk mendukung pertumbuhan bisnis. PEFINDO juga memandang adanya keterkaitan reputasi yang dekat dan sistem yang terintegrasi antara Perseroan dan BMRI, tercermin dari penggunaan nama dan logo yang sama. Perseroan mengikuti kebijakan manajemen risiko yang sama dengan BMRI, yang meliputi standar underwriting, pemantauan kualitas aset, dan kebijakan pencadangan. Dengan adanya integrasi bisnis yang sangat erat, PEFINDO berpendapat bahwa BMRI memiliki kepentingan yang kuat untuk menjaga kesehatan keuangan Perseroan.

b. Posisi bisnis yang kuat. PEFINDO berpendapat bahwa Perseroan dapat mempertahankan pertumbuhan bisnisnya yang baik ke depan dengan dukungan yang berkesinambungan dari BMRI dalam hal pendanaan dan infrastruktur. Selama tahun 2015-2016, Perseroan dapat mempertahankan pertumbuhan pembiayaan yang kuat, dengan NSA sebesar Rp26,8 triliun per FY2015, naik 26,5% dari Rp21,2 triliun di FY2014, di tengah melambatnya penjualan otomotif nasional. NSA Perusahaan terus tumbuh dan mencapai Rp28,5 triliun di akhir Maret 2016, sekitar 5,8% dari total pembiayaan industri pembiayaan nasional. TUFI membiayai 101.260 mobil baru di FY2015, setara dengan 10,4% dari total penjualan mobil baru nasional, naik dari 8,3% di FY2014. Hingga 1H2016, TUFI telah memberikan pembiayaan baru sejumlah Rp9,6 triliun, lebih dari setengah target pembiayaan baru tahun 2016 sebesar Rp18 triliun. Sinergi yang lebih kuat dengan BMRI telah mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, yang ditunjukkan melalui pemanfaatan jaringan BMRI untuk berfungsi sebagai kantor satelit Perseroan. Di tahun 2015, Perseroan telah membuka 20 kantor satelit dan akan membuka 10 kantor lagi di tahun 2016. PEFINDO berpendapat bahwa Perseroan mampu untuk berkompetisi dengan perusahaan pembiayaan besar lainnya melalui dukungan pendanaan dan pemanfaatan jaringan yang kuat dari BMRI.

c. Fleksibilitas keuangan yang kuat. PEFINDO berpandangan Perseroan memiliki manajemen aset liabilitas (ALM) yang baik. Secara keseluruhan TUFI dapat menyeimbangkan jatuh tempo aset dan kewajibannya serta efektif dalam mengelola kesenjangan likuiditas (liquidity gap). Posisi pendanaan Perseroan dapat mendukung kinerja bisnisnya dan memenuhi kebutuhan likuiditas secara berkelanjutan. Walaupun rasio likuiditas jangka pendek (aset jangka pendek/kewajiban jangka pendek) berada di bawah 100% pada 1Q2016 dan FY2015, risiko likuiditas TUFI dimitigasi oleh fleksibilitas keuangan yang kuat untuk mengakses sumber pendanaan. Selama periode pemantauan, pendanaan TUFI terutama bergantung pada skema joint financing dengan BMRI, yang menyumbang sekitar 70% dari total pendanaan. Sekitar 23% pendanaan berasal dari bank lain dan sisanya dari penerbitan obligasi. Kami memproyeksikan likuiditas Perusahaan akan tetap kuat dalam jangka menengah, dengan mempertimbangkan fleksibilitas keuangan Perseroan yang kuat.

Faktor-faktor yang membatasi peringkat tersebut adalah:

Tingkat profitabilitas yang moderat. Perseroan memiliki profil profitabilitas yang moderat,

ditunjukkan oleh rendahnya rasio marjin bunga bersih (NIM, pendapatan bunga bersih/rata-rata NSA) sekitar 3,3%-3,6% selama 2011-1Q2016. Hal ini disebabkan oleh tingkat persaingan yang ketat di industri pembiayaan serta strategi TUFI untuk memperbesar segmen pembiayaan mobil baru di segmen premium. Walaupun memiliki tingkat risiko yang lebih rendah, segmen tersebut memberikan marjin yang relatif tipis. Rasio biaya terhadap pendapatan (cost to income ratio/CIR) juga relatif moderat sebesar 44%-46% dalam empat tahun terakhir (2011-1Q2016), lebih tinggi dibandingkan rata-rata peers di sekitar 40%. Struktur biaya operasional Perseroan yang moderat merefleksikan ekspansi bisnis yang dilakukan saat ini, di mana Perseroan harus mempertahankan jaringan dan sumber daya manusia yang signifikan. Sumber beban lainnya dikontribusikan oleh naiknya beban pencadangan karena tekanan dalam profil kualitas aset. Rasio piutang bermasalah (NPR, jatuh tempo >30 hari) melemah menjadi 3,1% di 1Q2016 dari 2,9% di FY2015 dan 2,6% di FY2014. Kenaikan rasio NPR terutama disebabkan kondisi makro-ekonomi yang kurang baik yang mengakibatkan menurunnya kemampuan bayar debitur. Dengan tingkat kompetisi yang ketat dan adanya potensi biaya pencadangan yang lebih tinggi, PEFINDO memproyeksikan tingkat profitabilitas Perseroan akan tetap moderat dalam jangka menengah dengan kisaran CIR di level 45%.

Perseroan tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Pefindo yang bertindak sebagai lembaga pemeringkat. Perseroan akan melakukan pemeringkatan atas Obligasi ini setiap 1 (satu) tahun sekali selama kewajiban atas efek tersebut belum lunas sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Nomor IX.C.1 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam tanggal 27 Oktober 2000 Nomor: Kep-42/PM/2000 dan Peraturan Nomor: IX.C.11 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-712/BL/2012 Tanggal 26 Desember 2012 tentang Pemeringkatan Atas Efek Bersifat Utang.

Dalam dokumen PT MANDIRI TUNAS FINANCE (Halaman 152-155)