• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterbukaan Terhadap Fakta Materil Merupakan Suatu Kewajiban Pembuktian Dalam Sistem Penegakan Hukum Pasar Modal

Dalam dokumen Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal (Halaman 134-144)

Prinsip keterbukaan telah menjadi fokus sentral dari Pasar Modal itu sendiri dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal juga mengatur mengenai prinsip keterbukaan. Pelanggaran peraturan prinsip keterbukaan dapat dikategorikan dalam penipuan dan umumnya pelanggaran-pelanggaran peraturan prinsip keterbukaan adalah pernyataan menyesatkan dalam bentuk pernyataan yang salah (misrepresentation) atau penghilangan (omission) fakta material di dalam pembuktian sistem peradilan pidana, baik dalam dokumen-dokumen penawaran umum maupun dalam perdagangan saham. Pernyataan yang demikian itu dapat menciptakan gambaran yang salah tentang kualitas emiten, manajemen dan potensi ekonomi emiten. Oleh karena itu, peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan membuat larangan atas perbuatan misrepresentation dan omission.118

Tujuan penegakan prinsip keterbukaan untuk menjaga kepercayaan investor sangat relevan ketika munculnya ketidakpercayaan publik terhadap pasar modal yang Penekanan untuk mencermati pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam pasar modal Indonesia adalah langkah yang tepat dilakukan, mengingat terdapatnya berbagai masalah yang timbul dalam pelaksanaan prinsip keterbukaan. Tanpa upaya pembenahan prinsip keterbukaan terhadap masalah-masalah yang timbul menyebabkan tujuan prinsip keterbukaan tidak tercapai dan pada akhirnya mengakibatkan pasar modal mengalami distorsi atau menjadi tidak efesien.

118

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

pada gilirannya mengakibatkan pelarian modal (capital flight) secara besar-besaran dan seterusnya dapat mengakibatkan kehancuran pasar modal (bursa saham). Sebab ketidakadaan atau ketertutupan informasi akan menimbulkan ketidakpastian investor. Untuk menghindari keadaan yang demikian maka peraturan prinsip keterbukaan harus ditegakkan karena peraturan prinsip keterbukaan secara substansial dapat memberikan informasi pada saat-saat yang telah ditentukan dan lebih penting peraturan prinsip keterbukaan mengatur tentang pengawasan, waktu, tempat dan dengan cara bagaimana perusahaan melakukan keterbukaan.119

Pemahaman menyangkut keterbukaan dalam pembenaran prinsip keterbukaan secara akurat dan penuh diperkirakan dapat merealisiasikan tujuan prinsip keterbukaan dan mengatasi timbulnya pernyataan yang menyesatkan (misleading) bagi investor, hal ini dapat dilihat dari pengamatan Coffee tentang perlunya sistem keterbukaan wajib adalah suatu teori sederhana yang dapat menjelaskan bagaimana sistem keterbukaan difokuskan sebagai berikut:120

1. Informasi memiliki berbagai karakteristik dari suatu barang umum (public good), maka penelitian saham cenderung kurang tersedia. Kurangnya ketersediaan informasi bukan berarti bahwa informasi yang diberikan emiten tidak dapat diverifikasi secara optimal dan bahwa kurangnya upaya yang dilakukan terhadap

119

Ibid, hal. 28 120

Ibid, hal. 24-26 bahwa pengamatan Coffee tentang perlunya mempertahankan sistem keterbukaan wajib dapat dijadikan sebagai dasar penerapan prinsip keterbukaan bagi emiten atau perusahaan publik. Gunanya untuk mengatur pemberian informasi mengenai keadaan keuangan dan informasi lainnya kepada investor. Dengan perkataan lain, tujuan yang ingin dicapai ketentuan ini adalah untuk menghasilkan dokumen yang menceritakan kepada pembeli prospektif mengenai berbagai hal yang seharusnya diketahui oleh pembeli sebelum membeli suatu saham.

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

pencarian informasi material dari sumber emiten. Sistem keterbukaan wajib dapat dilihat sebagai suatu starategi pengurangan biaya dengan konsekuensi masyarakat mensubsidi biaya pencarian guna menjamin adanya informasi dalam jumlah besar dan pengujian akurasi yang lebih baik.

2. Ada dasar substansial untuk dipercaya bahwa ketidakefesienan yang lebih besar akan terjadi tanpa sistem keterbukaan wajib karena biaya sosial yang berlebih akan dikeluarkan investor untuk mengejar laba perdagangan. Sebaliknya pengkolektipan dapat mengurangi social waste yang timbul dari kesalahan alokasi sumber daya ekonomi untuk mencapai tujuan ini.

3. Teori self-induced disclosure, yang sekarang populer di antara para teoritisi perusahaan dan sebagaimana diyakini oleh Easterbrook dan Fischel hanya memiliki validitas terbatas. Suatu kelemahan khusus dalam teori tersebut adalah mengabaikan signifikasi kontrol perusahaan dan terlalu banyak menganggap bahwa kepentingan manajer dan pemegang saham dapat diluruskan secara sempurna. Pada kenyataannya, prasyarat besar yang ditentukan oleh para teoritisi ini diperlukan untuk efektifnya sistem keterbukaan sukarela (disclosure valuntary system) seperti tidak memuaskan. Walapun manajemen dapat dipengaruhi melalui

incentive contract device untuk mengidentifikasi kepentingan diri sendiri dengan memaksimalkan nilai saham, namun manajemen masih memiliki kepentingan dalam mengakuisisi penyertaan pemegang saham pada suatu harga diskon, sedikitnya sepanjang manajemen masih dapat melakukan insider traiding atau

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

masalah akan muncul sebab manajemen mendapatkan keuntungan dengan memberikan sinyal yang salah terhadap pasar.

4. Dalam pasar modal yang efesien, masih ada informasi lain yang dibutuhkan investor rasional untuk mengoptimalkan portofolio sahamnya. Informasi yang demikian sangat baik diberikan melalui suatu sistem keterbukaan wajib.

Selanjutnya menyangkut teori yang berhubungan dengan penanggulangan tindak pidana di bidang pasar modal difokuskan pada penegakan hukum yang diartikan sebagai tindakan menerapkan perangkat sarana hukum tertentu untuk memaksakan sanksi hukum guna menjamin pentaatan terhadap ketentuan yang ditetapkan tersebut, sedangkan menurut Satjipto Rahardio, penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum (yaitu pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum) menjadi kenyataan.121

Penanggulangan suatu tindak pidana dengan menerapkan upaya penegakan hukum tindak pidana di bidang pasar modal harus dilakukan secara terpadu

(integrited) dengan memberikan kepastian hukum dan memberikan perlindugan

Secara konsepsional, inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaedah-kaedah yang mantap dan mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.

121

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

kepada masyarakat122 akan dampak dari penipuan atas informasi yang menyesatkan (misleading information) terhadap informasi material yang sangat penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta material yang dapat merugikan investor dalam memutuskan membeli, menjual atau tetap menahan efek akibat pernyataan tidak benar dan menyesatkan yang muncul sehingga mempengaruhi keputusan untuk melakukan investasi bagi masyarakat pemodal baik dari anggota bursa, investor maupun orang dalam emiten sendiri. Informasi-informasi yang dipandang material dalam hal ini antara lain adalah informasi mengenai:123

1. Penggabungan usaha, pengambilalihan, peleburan (merger, acquisition, consolidation) atau pembentukan usaha patungan.

2. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham. 3. Adanya pendapatan dan deviden yang bersifat luar biasa. 4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting.

5. Adanya produk atau penemuan baru yang berarti. 6. Terjadinya perubahan tahun buku perusahaan.

122

Malcolm Devies, Hazel and Jane Tyrer, Criminal Justice, London Logman, 1995, page 4-6. Seperti terpetik dalam Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, (Malang: UMM Pres, 2004), hal. 257-261, bahwa pelaksanaan sistem peradilan pidana sesuai dengan fungsi yang sebenarnya akan membuat masyarakat terlindungi dari kejahatan. Fungsi yang harus dijalankan dalam penyelenggaraan sistem peradilan pidana adalah melindungi masyarakat melalui upaya penanggulangan dan pencegahan kejahatan, merehabilitasi pelaku kejahatan, dan melakukan upaya inkapasitas terhadap orang yang merupakan ancaman terhadap masyarakat, menegakkan dan memajukan the rule of law dan penghormatan pada hukum, dengan menjamin adanya due prosess dan perlakuan yang wajar bagi tersangka, terdakwa dan terpidana, melakukan penuntutan dan membebaskan orang yang tidak bersalah yang tuduh melakukan kejahatan. Menjaga hukum dan ketertiban, menghukum pelaku kejahatan sesuai dengan falsafah pemidanaan yang dianut, membantu dan memberi nasihat pada korban kejahatan.

123

Lihat, Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum dan Permasalahannya, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hal. 138

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

7. Terjadi perubahan dalam pengendalian atau adanya perubahan penting dalam manajemen dengan ketentuan bahwa informasi-informasi tersebut dapat mempengaruhi harga efek dan/atau dapat mempengaruhi keputusan untuk melakukan investasi bagi masyarakat pemodal.

Oleh sebab itu, penentuan kategori pernyataan efektif kewajiban informasi emiten cukup signifikan.124

1. Kewajiban Pelaporan secara berkala

Penentuan ini didasarkan pada corak maupun sifat dari tindak pidana penipuan di bidang pasar modal yang menempatkan Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal. Berdasarkan Pasal 173 dan 174 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1548/KMK.013/1990 yang telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1199/KMK.010/1991 tentang Pasar Modal mewajibkan emiten dan perusahaan publik untuk semua informasi secara berkala kepada Bapepam menyangkut:

a. Surat Ketua Bapepam Nomor: S-199/PM/1992 tanggal 22 Januari 1992 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Hasil Emisi. Ketentuan ini mewajibkan emiten untuk menyampaikan laporan realisasi penggunaan hasil emisi kepada Bapepam secara berkala setiap 3 (tiga) bulan (Maret, Juni, September dan Desember), dan disampaikan selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya.

124 Ibid, hal. 120 bahwa penyediaan dan penyiapan informasi berkala yang akurat merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan yang sudah merupakan perusahaan publik. Hal tersebut diperlukan untuk mendapatkan publisitas dan meningkatkan perhatian terhadap perusahaan, melakukan tindakan yang dapat membangun hubungan baik dengan masyarakat investor dan para aktivis di bidang keuangan

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

b. Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor: SE-24/PM/1987 tanggal 24 Desember 1987 Lampiran V, tentang Pedoman Tentang Bentuk dan Isi Laporan Keuangan dan Lampiran VII tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Tahunan dan Tengah Tahunan dan Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor SE-05/PM/1992 perihal Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan. Beberapa ketentuan dalam surat edaran tersebut telah diubah dengan Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor: SE-01/PM/1995 tanggal 20 Maret 1995. Ketentuan tersebut antara lain menyangkut:

1). Penyampaian Laporan Keuangan Tengah Tahunan kepada Bapepam dengan batasan waktu selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah tanggal tengah tahun buku, jika tidak disertai dengan laporan akuntan. Selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal tengah tahun buku, jika disertai dengan laporan akuntan dalam rangka penelaahan terbatas. Selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari setelah tanggal tengah buku, jika disertai dengan laporan akuntan (audited).

2). Kewajiban menyampaikan laporan Keuangan Tahunan (audited) dengan batas waktu selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari setelah tanggal penutupan tahun buku.

3). Kewajiban mengumumkan Neraca dan Perhitungan Laba Rugi pada sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia, satu di antaranya mempunyai peredaran nasional dan lainnya terbit di tempat

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

kedudukan emiten selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari setelah tahun buku berakhir.

c. Peraturan Nomor IX.C.3 tentang Laporan Tahunan, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-17/PM/1995 tanggal 9 Juni 1995. Ketentuan ini mewajibkan emiten untuk menyampaikan Laporan Tahunan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum Rapat Umum Tahunan Para Pemegang Saham dilaksanakan.

2. Kewajiban Pelaporan yang bersifat insidentil

a. Peraturan Nomor: IX.C.1 tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik, lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-22/PM/1991 tanggal 19 April 1991. Ketentuan ini mengharuskan emiten atau perusahaan publik untuk menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja kedua setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, keterangan penting dan relevan yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Adapun keterangan yang diperkirakan dapat mempengaruhi nilai efek atau keputusan pemodal antara lain sebagai berikut:

1). Penggabungan usaha (merger), pembelian saham (acquisition), peleburan usaha (consolidation) atau pembentukan usaha patungan.

2). Pemecahan saham atau pembagian deviden saham (stock deviden). 3). Pendapatan dan deviden yang laur biasa sifatnya.

4). Perolehan atau kehilangan kontrak penting. 5). Produk atau penemuan baru yang berarti.

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

6). Perubahan dan pengendalian (control) atau perubahan penting dalam manajemen.

7). Pengumuman pembelian atau pembayaran kembali efek yang bersifat hutang.

8). Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang berarti jumlahnya.

9). Penjualan, pembelian atau kerugian aktiva yang berarti. 10). Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting.

11).Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan/atau pengurus/pengawas perusahaan.

12). Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain. 13). Penggantian akuntan publik perusahaan.

14). Penggantian Wali Amanat.

15). Perubahan tahun fiskal perusahaan.

b. Peraturan Nomor: IX.D.1 tentang Persyaratan Keterbukaan Orang dalam dan Pemegang Saham Tertentu. Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-09/PM/1991 tanggal 3 Oktober 1991. Ketentuan ini mengatur bagi setiap Orang Dalam (insider) yang melakukan transaksi efek baik untuk pihak yang terorganisasi juga bagi pemegang saham yang memiliki atau kepemilikannya mencapai 5% atau lebih saham disetor wajib melaporkan kepada Bapepam selambat-lambatnya dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak terjadinya transaksi.

c. Surat Ketua Bapepam Nomor: S-456/PM/1991 tanggal 12 April 1991 perihal Pembelian Saham atau Pernyataan Pada Perusahaan lain. Ketentuan ini mengatur tentang prosedur yang harus dilakukan oleh emiten, apabila nilai transaksi (pembelian saham, penggabungan usaha, atau pembentukan perusahaan baru) tersebut cukup material yaitu memenuhi kriteria berikut yaitu: 5% dari pendapatan perusahaan atau 10% dari modal sendiri.

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010.

d. Peraturan Nomor: IX.D.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu. Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-04/PM/1994 tanggal 7 Januari 1994. Ketentuan ini mengatur tentang transaksi yang mengandung benturan kepentingan (conflict of interest).

Selanjutnya menyangkut penyataan efektif menyangkut emiten juga telah digariskan dengan berbagai kewajiban pelaporan dan larangan-larangan dalam melakukan kegiatan transaksi di pasar modal seperti yang diatur dalam pasal 85, pasal 86 (1), pasal 87 ayat (1,2) pasal 89 ayat (1), pasal 90 angka c, pasal 93 UUPM berikut dengan peraturan-peraturan pelaksanaannya, seperti Peraturan Nomor X.K.1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 86/PM/1996 tentang keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik. Peraturan Nomor X.K.2 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 80/PM/1996 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, Peraturan Nomor X.M.1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 82/PM/1996 tentang Keterbukaan Informasi Pemegang Saham tertentu, Peraturan Nomor X.K.5 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 46/PM/1998 tentang Keterbukaan Informasi Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Dimohonkan Pernyataan Pailit.

Budi Satrio : Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal, 2010. BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam dokumen Penegakan Hukum Pidana Di Bidang Pasar Modal (Halaman 134-144)