• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterpaduan Vertikal (hirarki) dan Horizontal (antar sektor) dalam Pengelolaan Kawasan Pesisir dan lautan Pengelolaan Kawasan Pesisir dan lautan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Disain Pengelolaan Terpadu Kawasan Pesisir dan lautan Berbasiskan Teknik Pantai dan Ekosistem mangrove

4.4.2 Keterpaduan Vertikal (hirarki) dan Horizontal (antar sektor) dalam Pengelolaan Kawasan Pesisir dan lautan Pengelolaan Kawasan Pesisir dan lautan

Keterpaduan yang dimaksud dari Gambar 105 adalah keterpaduan dimana sebuah kegiatan menjadi wewenang pusat, propinsi atau kota secara vertikal dan secara horizontal kegiatan itu menjadi tanggung jawab sektor yang terlibat sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang di atur dalam undang-undang. Hubungan antar lembaga yaitu antara lembaga pemerintah dan stakeholder

Pembangunan Bangunan Tepi Pantai dalam skala besar perlu dikaji dari beberapa faktor yaitu Faktor Wilayah

Administratif yg luas , Politis krn menjadi icon, Ekonomi serta sosial dan budaya. Hambatan dan peluang juga bervariasi mulai dari Teknologi Ramah lingkungan dan Pelanggaran SOP KERANGKA PERENCANAAN PESISIR Jenis Kegiatan Pembanguna n Bangunan Tepi Pantai Rehabilitasi Ekosistem mangrove Pembanguna n 17 Pulau Great SeaWall

Isu “TOP DOWN” (Nasional)

Pencemaran, Rusaknya Ekosistem, Banjir

Isu “BOTTOM UP” (Lokal)

Perubahan fungsi lahan, Sedimen, Penghasilan Menurun dari sektor Perikanan, Abrasi, Pencemaran

terkait. Keterlibatan antar sektor dan antar tingkatan merupakan syarat untuk dapat menjamin secara hukum dan teknis keberlanjutan suatu pengelolaan. Beberapa kegiatan berikut menggambarkan keterkaitan hubungan antar sektor dan lintas tingkatan (Tabel 8):

Gambar 105. Contoh Beberapa Kegiatan Keterpaduan antar tingkatan dan antar sektor dalam pengelolaan terpadu pesisir dan lautan.

Keterlibatan instansi antar sektor dan antar tingkatan tentunya tahap demi tahap pekerjaan sangat berbeda yang bergantung pada jenis kegiatan dan waktu pelaksanaan. Pada tahap satu dilakukan pengumpulan pendapat atau inisiasi oleh pemangku kepentingan yang bersifat study, penelitian serta analisa yang menghasilkan laporan pra study kelayakan dan study kelayakan. Pengumpulan pendapat dimulai dari pihak pemrakarsa baik perorangan atau kelompok dengan membentuk tim awal tanpa terlebih dahulu melibatkan pihak pemerintah secara langsung. Pada tahap ini kegiatan hanya bersifat horizontal saja tapi belum melibatkan antar tingkatan. Pemangku kepentingan dibidang perikanan dan pesisir dari awal mulai dilibatkan. Hal ini dilakukan agar tidak terdengar pada saat ada dampak muncul akan saling menyalahkan atau cuci tangan. Tujuan ditahap pertama adalah mendapatkan hasil pra study kelayakan dan study kelayakan berupa rekomendasi baik buruknya, kelebihan dan kekurangan program kerja itu serta melihat peluang dan hambatan yang akan muncul serta saran saran untuk antisipasi berbagai persoalan yang akan muncul. Pada tahap kedua maka keterlibatan pemerintah mulai ada yang sifatnya koordinasi dan perencanaan awal. Bappeda, perekonomian, BPLHD/lingkungan dan Perijinan mulai diajak duduk bersama dengan pemangku yang lain, bagaimanana konsep program rencana kerja itu bisa diwujudkan disesuaikan dengan RTRW atau

Tabel 8 Beberapa Kegiatan yang Melibatkan Antar Sektor dan Antar Tingkatan

No Kegiatan Item Pekerjaan Secara Vertikal

(Antar Tingkatan)

Secara Horizontal (Antar Sektor) 1 Kepelabuhanan Perijinan Operasi,

Pelayaran Kementerian Perhubungan Dinas Perhubungan, Dinas PU, BPLHD Perijinan Lokasi Dinas Tata Ruang Teknis Operasi Kapal Dinas

Perhubungan, Syahbandar Pembangunan Pelabuhan Kementerian

Perhubungan

Dinas PU, Dinas Pehubungan

2 Reklamasi Perijinan Kementrian Perhubungan

Dinas PU, Dinas Perhubungan, BPLHD

Pelaksanaan pekerjaan Dinas PU, Dinas Perhubungan

3 Mangrove Perijinan Kementerian Kehutanan

Dinas Kehutanan

Rehabilitasi Mangrove Dinas Kehutanan, Stakeholder

4 Gedung, Infrastruktur Perijinan Kementerian Perumahan, Kementerian PU, BAPPENAS Dinas Perumahan, Dinas PU, BAPPEDA Pembangunan Gedung, Jalan, dll

Dinas PU, Dinas Perumahan

Program Kerja pemerintah dilokasi pekerjaan. Proses kelengkapan perijian segera dilengkapi dan dilakukan beberapa kali presentasi masal atau sosialisasi yang disepakati bersama dengan pihak pemerintah dan bukan pemerintah. Bila mendapatkan persetujuan dari semua pihak serta sepakat maka perencanaan teknis dan non teknis dilakukan yang menghasilkan detail rencana serta metode kerja secara keseluruhan. Pada tahap ini bisa terlibat antar tingkatan bila pekerjaan tersebut dalam lingkup yang besar. Perijinan memungkinkan sampai dengan tingkatan kementerian. Selanjutnya tahap ketiga merupakan tahapan implementasi dari rencana yang dibuat. Tahapan ini merupakan proses pelaksanaan pembangunan dengan berdasarkan dari hasil perencanaan secara keseluruhan. Isi rencana itu adalah saling melindungi serta saling menjaga kelestarian dan keberlanjutan antara ekosistem mangrove dengan konstruksi yang ramah lingkungan. Tentu ini sudah masuk tahapan teknis yang sangat detail. Dinas teknis yang terlibat akan bekerja sebagai fungsi pengawasan dan koordinasi. Dinas PU, Dinas Perhubungan dan lain lain terlibat antar sektor secara horizontal sedangkan Kementrian Perhubungan, Kementerian PU, secara vertikal akan dapat berkoordinasi sesuai tupoksi masing masing sektor. Tahapan terakhir adalah tahapan monitoring yang sebenarnya sudah berjalan dari mulai tahap awal hanya saja belum berupa badan tersendiri. Maka di tahap ini kontrol dan monitoring secara periodik dilakukan dan sesuai dengan SOP baik dari segi lingkungan atau standar keamanan konstruksi. Leading sektor atau pemangku kepentingan dapat melakukan fungsi monitoring secara bersama sama untuk

menjaga keberlangsungan proses pekerjaan yang berkelanjutan disesuiakan dengan bidang keahliannya masing masing.

Program kerja yang dilakukan bila masuk dalam skala yang besar, dengan cakupan wilayah melebihi 2 atau 3 wilayah administratif atau tingkat kesulitan konstruksi yang tinggi atau wilayah konservasi mangrove yang sangat vital dan luas maka antar tingkatan akan ikut terlibat secara vertikal mulai dari tahap satu hingga akhir. Kementrian PU, Kementrian Perhubungan dan Bappenas akan berkoordinasi dengan dinas terkait di propinsi maupun kabupaten/kota terlibat aktif karena ini bisa saja akan menjadi icon nasional atau internasional. Pekerjaan bendung besar, dinding penahan ombak besar merupakan pekerjaan yang masuk dalam skala nasional bahkan internasional. Bila begitu kompleksnya program pesisir itu ada baiknya dibentuk sebuah badan khusus yang menangani pekerjaan itu sehingga tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan dengan pihak pemerintah atau lainnya baik secara adminitratif, kegiatan fisik maupun cahflow keuangan. Bila badan itu ada akan mengeliminir tumpang tindih administratif dan proses pekerjaan serta waktu pelaksanaan.

4.4.3 Pembangunan Berkelanjutan pada Pengelolaan Terpadu Kawasan