• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

5.4. Analisis Margin dan Efisiensi Pemasaran

5.4.2. Keuntungan Pemasaran

Dalam memasarkan jamur tiram segar, keuntungan yang diperoleh oleh masing- masing lembaga pemasaran tidaklah sama dan tidak menyebar dengan merata. Tabel 9. menunjukkan bahwa rasio keuntungan untuk setiap saluran pemasaran berbeda-beda, tergantung pada banyaknya lembaga pemasaran yang ada dalam saluran tersebut. Perbedaan jumlah lembaga pemasaran akan mempengaruhi besarnya keuntungan per lembaga dan pada akhirnya mempengaruhi keuntungan total saluran pemasaran tertentu.

Keuntungan terbesar dari setiap penjualan satu kilogram jamur dalam saluran pemasaran jamur tiram di Bogor tetap terletak pada produsen. Sebagai lembaga pertama, produsen memiliki keuntungan sebesar Rp 5.403,37 per kg jamur tiram pada saluran pemasaran I. Keuntungan ini berbanding lurus dengan

kapasitas jamur tiram yang dijualnya. Demikian halnya dengan pedagang ya ng bertindak selaku perantara dalam proses tataniaga ini.

Keuntungan berbanding lurus dengan kapasitas penjualan suatu lembaga tertentu diartikan sebagai berikut, seorang pedagang besar hanya memiliki keuntungan terbesar Rp 2.466,67 atau 29,02 persen dari harga beli konsumen pada saluran pemasaran III, namun seorang pedagang besar mampu melakukan transaksi hingga lebih dari 150 kg per hari. Tentu saja hal ini akan menyebabkan seorang pedagang besar memiliki keuntungan bersih lebih besar daripada produsen ya ng hanya memiki kapasitas pasokan dibawah 50 kg.

Setelah produsen, pengecer pada saluran pemasaran VI merupakan lembaga pemasaran yang memperoleh keuntungan terbesar kedua, yaitu dengan keuntungan Rp 3.616,67,- per kg atau 35,28 persen dari harga beli konsumen. Untuk lembaga pemasaran dengan keuntungan terkecil jatuh pada pengumpul pada saluran pemasaran V, yakni dengan keuntungan sebesar Rp 483,4,- per kg atau hanya 4,60 persen dari harga beli konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa pengumpul tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya harga di pasar tradisional.

Secara keseluruhan, saluran pemasaran yang mendapatkan keuntungan terbesar adalah saluran pemasaran VI dengan keuntungan total Rp 6983.37 atau 68,13 persen dari harga beli konsume n pada saluran tersebut. Sementara saluran pemasaran yang memiliki keuntungan total terkecil secara keseluruhan merupakan saluran pemasaran II, dengan nilai keuntungan total sebesar Rp 4.456,70,- per kg atau 57,51 persen dari harga beli konsumen pada saluran tersebut.

Saluran pemasaran II hanya melibatkan dua lembaga, dengan harga jual akhir (harga beli konsumen) sebesar Rp 7.750,- per kg, sementara saluran pemasaran VI memiliki dua lembaga pemasaran, dengan harga jual akhir sebesar Rp 10.250,- per kg, dan saluran V yang memiliki lima lembaga pemasaran dan. Harga jual akhir sebesar Rp 10.500,- per kg. Dengan demikian, jelas terlihat bagaimana jenis lembaga pemasaran dan jumlah lembaga pemasaran yang berada dalam dalam satu saluran pemasaran tertentu, dapat mempengaruhi harga jual pedagang di tingkat konsumen akhir.. Pada akhirnya, harga jual akhir yang tinggi akan memperbesar keuntungan masing- masing lembaga tersebut dan juga keuntungan saluran tersebut secara keseluruhan.

Pada Tabel 9. dapat diketahui pula bahwa rasio keuntungan pemasaran terhadap biaya pemasaran tertinggi dimiliki oleh produsen pada saluran pemasaran III dengan nilai rasio sebesar 2,48. Tingginya angka rasio tersebut karena akumulasi keuntungan yang cukup besar yang diperoleh setiap lembaga pemasaran pada saluran tersebut, dengan mengeluarkan biaya pemasaran yang relatif kecil. Untuk saluran-saluran pemasaran lainnya, pedagang akan selalu memiliki rasio keuntungan dengan biaya pemasaran yang lebih tinggi daripada produsen. Golongan pedaga ng yang dimaksud dapat berupa pedagang besar, pedagang menengah, pedagang kecil, maupun pedagang eceran.

Untuk rasio keuntungan pemasaran terhadap biaya pemasaran terbesar terdapat di saluran pemasaran V sebesar 2,48 persen. Kondisi ini terjadi apabila produsen menjual jamur tiramnya melalui beberapa lembaga pemasaran, Sementara rasio keuntungan terkecil secara keseluruhan diperoleh saluran pemasaran II, yaitu dengan melalui perantara pengumpul.

5.4.3. Analisis Margin dan Efisiensi Pemasaran

a. Saluran pemasaran I

Tabel 10. menunjukkan rincian dan persentase margin serta keuntungan lembaga pemasaran pada setiap saluran pemasaran di Bogor. Dari Tabel 10. tersebut total nilai margin pemasaran pada saluran I adalah sebesar Rp 5.416,7 (63,73 persen) dari harga beli konsumen. Biaya pemasaran pada saluran ini sebesar Rp 13,33 (0,16 persen), dan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 5.403,37 atau 63,57 persen dari harga beli konsumen pada saluran ini. Biaya pemasran yang relatif kecil menunjukkan bahwa saluran ini sudah cukup efisien.

Produsen sebagai satu-satunya lembaga pemasaran pada saluran ini mendapatkan seluruh margin dan keuntungan yang tersedia. Adapun nilai farmer’s share yang terjadi pada saluran ini sebesar 100 persen, menunjukkan bahwa bagian yang diterima produsen jamur tiram segar sudah paling maksimal dan memberikan insentif penuh bagi produsen. .

Tabel 9. Rasio Rata-Rata Keuntungan Terhadap Biaya dari Setiap Lembaga Pemasaran Jamur Tiram di Bogor, 2005

Laba dan Biaya Setiap Lembaga

Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Saluran V Saluran VI Nilai (Rp/Kg) Persentase (%) Nilai (Rp/Kg) Persentase (%) Nilai (Rp/Kg) Persentase (%) Nilai (Rp/Kg) Persentase (%) Nilai (Rp/Kg) Persentase (%) Nilai (Rp/Kg) Persentase (%) Produsen Laba 5.403,37 63,57 2.866,70 36,99 2.733,70 32,16 2.366,70 57,89 2.366,00 22,54 3366,70 32,85 Biaya 3.096,63 36,43 3.133,30 0,65 3.266,30 385,42 3.133,30 0,53 3.133,30 0,48 3133,30 30,57 Rasio Laba/Biaya 1,74 0,91 0,84 0,76 0,76 1,07 Pengumpul Laba 1.590,00 20,52 483,40 5,09 483,40 4,60 Biaya 160,00 2,06 16,60 0,17 16,60 0,17 Rasio Laba/Biaya 9,94 9,96 29,12 29,94 29,12 27,06 Pedagang Besar Laba 2.466,67 29,02 1.430,00 15,05 1.430,00 13,62 Biaya 33,33 0,39 70,00 0,74 70,00 0,67 Rasio Laba/Biaya 74,01 20,43 20,43 Pedagang Menengah Laba 1.936,67 20,39 436,67 4,16 Biaya 63,33 0,67 63,33 0,60 Rasio Laba/Biaya 30,58 6,90 Pedagang Pengecer Laba 3.616,67 34,44 3.616,67 35,28 Biaya 77,50 0,74 133,33 1,30 Rasio Laba/Biaya 46,67 27,13

Harga Beli Konsumen 8.500 7.750 8.500 9.500 10.500 10.250

Total

Laba 5.403,37 63,57 4.456,70 57,51 5.200,37 61,181 5.733,37 60,35 8.332,74 79,36 6.983,37 68,13 Biaya 3.096,63 36,43 3.293,30 42,50 3.299,63 38,819 3.213,23 33,82 3.360,73 32,01 3.266,63 31,87

Rasio Laba/Biaya 1,74 1,35 1,58 1,78 2,48 2,14

b. Saluran pemasaran II

Pada saluran pemasaran II, total margin pemasaran yang terjadi adalah adalah sebesar Rp 4.666,70 (60,22 persen) dari harga beli konsumen. Persentase biaya pemasaran yang terjadi di saluran ini merupakan persentase biaya pemasaran terbesar dari seluruh saluran pemasaran yang diteliti, yakni sebesar Rp 210 (2,71 persen), sementara keuntungan yang diperoleh sebesar Rp4.456 atau 57,51 persen dari harga beli konsumen pada saluran ini. Margin pemasaran terbesar masih tetap diperoleh produsen, yakni sebesar 37,63 persen, sementara pengumpul mendapatkan 22,58 persen margin pemasaran dari harga beli konsumen akhir.

Farmer’s Share yang terjadi pada saluran ini adalah sebesar 77,42 persen, menunjukkan bahwa bagian yang diterima produsen sudah lebih besar daripada pengumpul, dan dapat memberikan insentif bagi produsen. Pengumpul dalam saluran ini lebih berperan dalam menyalurkan jamur tiram kepada konsumen akhir, berupa usaha catering atau rumah makan tanpa harus melewati pasar tradisional.

c. Saluran pemasaran III

Pada saluran pemasaran III, terlihat bahwa total margin pemasaran yang terjadi sebesar Rp 5.416,7 atau 63,73 persen dari harga beli konsumen. Biaya pemasaran yang terjadi sebesar Rp 216,33 (2,55 persen), dan total keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 5.403,37 (61,18 persen) dari harga beli konsumen pada saluran ini. Margin pemasaran terbesar masih tetap diperoleh produsen, yakni sebesar 34,31 persen, sementara pedagang besar mendapat 29,41 persen margin pemasaran dari harga beli konsumen akhir.

Untuk Farmer’s Share yang terjadi pada saluran ini sebesar 70,59 persen, dengan margin pemasaran 34,31 persen. Pedagang besar walaupun memperoleh margin yang lebih kecil dari produsen, namun apabila dilihat dari jumlah (kuantitas) jamur yang dimilikinya, maka ia akan memperoleh keuntungan yang relatif besar dibandingan total pendapatan produsen jamur. Sebaran margin yang sudah hampir seimbang merupakan indikasi bahwa saluran ini masih tergolong efisien bagi lembaga pemasaran yang ada di dalamnya. Kehadiran pedagang besar merupakan lembaga utama dalam perantaraan tataniaga jamur tiram dari produsen ke konsumen di pasar tradisional.

d. Saluran pemasaran IV

Pada saluran pemasaran IV, terlihat bahwa total margin pemasaran yang terjadi sebesar Rp 6416,70 (67,54 persen) dari harga beli konsumen. Biaya pemasaran yang terjadi sebesar Rp 199.93 (2,10 persen), dan total keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 6216,77 atau 65,44 persen dari harga beli konsumen pada saluran ini. Margin pemasaran terbesar tetap diperoleh produsen, yakni sebesar 25,44 persen, pedagang besar mendapat 15,79 persen, sementara pedagang menengah mendapat 20,39 persen margin pemasaran dari harga beli konsumen akhir.

Bagian harga yang diterima produsen (farmer’s share) pada saluran ini

sebesar 57,89 persen, dengan margin pemasaran 25,44 persen. Pedagang besar mendapat margin sebesar Rp 500 (5,26 persen) yang berarti lebih kecil dari margin produsen maupun pedagang menengah (21,05 persen). Akan tetapi

kadangkala strategi ini dilakukan untuk mendapatkan cakupan pasar (coverage)

terjual sebelum mengalami penurunan kualitas atau resiko tidak terjual. Untuk pedagang pengumpul, penjualan jamur lebih cenderung sebagai tambahan pendapatan, karena umumnya jamur tiram bukanlah komoditas utama yang diangkut oleh pengumpul untuk dijual di pasar.

Tabel 10. Rincian Margin dan Persentase Margin Lembaga Pemasaran Pada Saluran Pemasaran I, II, dan III di Bogor, 2005

Unsur Margin

Saluran I Saluran II Saluran III Harga (Rp/kg) Persentase (%) Harga (Rp/kg) Persentase (%) Harga (Rp/kg) Persentase (%) Produsen Harga Jual 8.500 100.00 6.000 77,42 6000 70.59 Biaya Produksi 3.083.3 36,27 3.083.30 39,78 3083.3 36.27 Biaya Pemasaran Biaya Pengemasan 13,3 0,16 50 0,65 50 0.59 Biaya Pengangkutan - - - - 133 1.56 Keuntungan 5.403.40 63,57 2.866.70 36,99 2733.70 32.16 Margin 5.416.70 63,73 2.916.70 37,63 2916.70 34.31 Pengumpul Harga Beli 6.000 77,42 Biaya Pemasaran Biaya Pengemasan - -Biaya Pengangkutan 160 2,06 Biaya Retribusi - - Harga Jual 7.750 100,00 Keuntungan 1.590 20,52 Margin 1.750 22,58 Ped. Besar Harga Beli 6000 70.59 Biaya Pemasaran Biaya Pengemasan 13.3 0.16 Biaya Pengangkutan - - Biaya Retribusi 20 0.24 Harga Jual 8500 100 Keuntungan 2466.7 29.02 Margin 2500 29.41176

Harga Beli Konsumen 8.500 100,00 7.750 100,00 8.500 100,00 Total Biaya Pemasaran 13,33 0,16 210 2,71 216,33 2,55 Total Keuntungan 5.403.37 63,57 4456,70 57,51 5200,37 61,18 Total Margin 5.416.70 63,73 4666,70 60,22 5416,70 63,73 Persentase (%) : Persentase dari harga jual pedagang di tingkat konsumen akhir

Saluran Pemasaran IV, V, dan VI di Bogor, 2005

Unsur Margin

Saluran IV Saluran V Saluran VI Harga (Rp/kg) Persentase (%) Harga (Rp/kg) Persentase (%) Harga (Rp/kg) Persentase (%) Produsen Harga Jual 5500 57,89 5500 52.38 6500 63.41 Biaya Produksi 3083.3 32.46 3083.3 29.36 3083.3 30.08 Biaya Pemasaran Biaya Pengemasan 50 0.53 50 0.48 50 0.49 Biaya Pengangkutan - - - - - - Keuntungan 2366.70 24.91 2366.70 22.54 3366.70 32.85 Margin 2416.70 25.44 2416.70 23.02 3416.70 33.33 Pengumpul Harga Beli 5500 57.89 5500 52.38 Biaya Pemasaran Biaya Pengemasan - - - - Biaya Pengangkutan 16.6 0.17 16.6 0.16 Biaya Retribusi - - - - Harga Jual 6000 63.16 6000 57.14 Keuntungan 483.4 5.09 483.4 4.60 Margin 500 5.26 500 4.76 P. Besar Harga Beli 6000 63.16 6000 57.14 Biaya Pemasaran 0.00 Biaya Pengemasan 50 0.53 50 0.48 Biaya Pengangkutan - - - - Biaya Retribusi 20 0.21 20 0.19 Harga Jual 7500 78.95 7500 71.43 Keuntungan 1430 15.05 1430 13.62 Margin 1500 15.79 1500 14.29 P. Menengah Harga Beli 7500 78.95 7500 71.43 Biaya Pemasaran 0.00 Biaya Pengemasan 13.33 0.14 13.33 0.13 Biaya Pengangkutan - - - - Biaya Retribusi 50 0.53 50 0.48 Harga Jual 9500 100.00 8000 76.19 Keuntungan 1936.67 20.39 436.67 4.16 Margin 2000 21.05 500 4.76 P. Pengecer Harga Beli 8500 80.95 6500 63.41 Biaya Pemasaran Biaya Pengemasan 27.5 0.26 13.33 0.13 Biaya Pengangkutan - - 120 1.17 Biaya Retribusi 50 0.48 - - Harga Jual 10500 100.00 10250 100.00 Keuntungan 1922.5 18.31 3616.67 35.28 Margin 2000 19.05 3750 36.59

Harga Beli Konsumen 9500 100.00 10500 100.00 10250 100.00 Total Biaya Pemasaran 199.93 2.10 277.43 2.64 183.33 1.79 Total Keuntungan 6216.77 65.44 6639.27 63.23 6983.37 68.13 Total Margin 6416.70 67.54 6916.70 65.87 7166.70 69.92 Persentase (%) : Persentase dari harga jual pedagang di tingkat konsumen akhir

e. Saluran pemasaran V

Pada saluran pemasaran V ini, total margin pemasaran yang terjadi sebesar Rp 6916,70 atau 65,87 persen dari harga beli konsumen. Biaya pemasaran yang terjadi sebesar Rp 277,43 (2,64 persen), sementara total keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 6.639,27 (63,13 persen) dari harga beli konsumen pada saluran ini. Margin pemasaran terbesar diperoleh produsen yakni sebesar 23,02 persen, pedagang besar mendapat 14,29 persen margin pemasaran, pedagang menengah mendapat 4,76 persen margin pemasaran, sementara pedagang pengecer mendapat 19,05 persen margin pemasran dari harga beli konsumen akhir.

Farmer’s Share yang terjadi pada saluran ini sebesar 52,38 persen dengan keuntungan sebesar 23,02 persen. Di pihak pedagang besar dan menengah, keduanya mendapat keuntungan yang lebih kecil (13,62 persen dan 4,16 persen) dibandingkan pedagang pengecer (19,05 persen). Pedagang menengah bersedia menjual jamurnya kepada pengecer dengan selisih harga yang rendah karena mengetahui bahwa pedagang pengcer tersebut akan menjual kembali, walau dengan harga yanga lebih tinggi. Akan tetapi, pedagang menengah menerapkan tingkat harga yang lebih tinggi apabila yang akan membeli merupakan konsumen akhir.

f. Saluran pemasaran VI

Pada saluran pemasaran VI, total margin pemasaran yang terjadi sebesar Rp 7166,70 atau sebesar 69,92 persen dari harga beli konsumen. Biaya pemasaran yang terjadi sebesar Rp 183,33 (31,87 persen), sementara total keuntungan yang diperoleh yaitu Rp 6983,37 atau 68,13 persen dari harga beli konsumen pada

saluran ini. Khusus pada saluran ini, margin pemasaran terbesar diperoleh pedagang pengecer, yakni sebesar 36,59 persen, sementara produsen mendapat

margin pemasaran sebesar 33,33 persen dari harga beli konsumen akhir. Farmer’s

Share yang terjadi pada saluran ini sebesar 63,41 persen dengan keuntungan sebesar 32,85 persen.

Dari uraian mengenai efisiensi pemasaran ini, dapat diketahui bahwa margin pemasaran yang dimiliki saluran I tidak terlalu besar dibandingkan ketiga saluran pemasaran lainnya, ya itu hanya kedua terendah dari saluran lain. Akan

tetapi, nilai Farmer’s Share yang paling besar dibandingkan saluran lain, dan

bahkan sudah mencapai nilai maksimum. Biaya pemasaran yang dikeluarkan juga merupakan biaya pemasaran yang paling rendah dari saluran-saluran lain. Kedua hal ini mengindikasikan bahwa saluran pemasaran I yang terdiri atas produsen dan konsumen akhir merupakan saluran pemasaran yang paling dibandingkan saluran-saluran pemasaran lainnya.

Saluran pemasaran V memiliki margin pemasaran kedua terbesar diantara saluran-saluran pemasaran jamur tiram lain. Keberadaan pengecer yang mampu menjual jamur tiram dengan harga lebih tinggi membuat margin yang diterima oleh pengecer menjadi relatif besar. Jumlah lembaga yang terdapat di saluran inipun paling banyak dibandingkan dengan saluran pemasaran lain. Nilai rasio keuntungan/biaya yang paling besar juga dimiliki oleh saluran ini. Akan tetapi,

nilai Farmer’s share yang dimiliki oleh saluran ini paling rendah diantara saluran

pemasaran lainnya, menunjukkan bagian harga yang diterima oleh produsen tidak terlalu baik. Kondisi ini menujukkan bahwa saluran V merupakan saluran pemasaran yang paling tidak efisien dari saluran-saluran lainnya.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang telah dilakukan ini adalah sebagai berikut:

1. Sistem pemasaran jamur tiram segar di Bogor dilakukan melalui enam lembaga saluran pemasaran, yaitu, (a) produsen, (b) pengumpul, (c) pedagang

besar, (d) pedagang menengah, (e) pengecer, dan (e) supplier.

2. Saluran pemasaran jamur tiram segar di Bogor terdiri dari delapan buah saluran pemasaran, yaitu (I) Produsen, konsumen, (II) Produsen, pengumpul, konsumen, (III) Produsen, pedagang besar, dan konsumen, (IV) Produsen, pengumpul, pedagang besar, pedagang menengah, dan konsumen, (V) Produsen, pengumpul, pedagang besar, pedagang menengah, pengecer, dan konsumen, (VI) Produsen, pengecer, dan konsumen. Dua saluran lain yang tidak dapat diteliti

secara lengkap adalah (VII) Produsen, supplier, supermarket, dan konsumen, serta

(VIII) Produsen, pengumpul, pedagang besar, supplier, supermarket, dan

konsumen.

3. Fungsi- fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran terlibat adalah, (a) Produsen: fungsi pertukaran (penjualan), fungsi fisik (pengangkutan), dan

fungsi fasilitas (sortasi, pengemasan, dan grading). (b) Pengumpul: fungsi

pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pengangkutan), dan fungsi fasilitas (pembayaran). (c) Pedagang besar dan pedagang menengah: fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), serta fungsi fasilitas (standarisasi, pembayaran, pengemasan, dan penanggungan resiko). (d) pengecer: fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pengangkutan), dan fungsi

fasilitas (pembayaran, pengemasan, dan penanggungan resiko). (e) supplier: fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pengangkutan), dan fungsi fasilitas (standarisasi, pembayaran, penanggungan resiko).

4. Struktur pasar yang dihadapi oleh masing- masing lembaga pemasaran yaitu, (a) antara produsen dan pengumpul: struktur pasar persaingan sempurna, (b) antara produsen dan pedagang besar: struktur pasar oligopsoni, (c) antara produsen dengan pengecer: struktur pasar persaingan sempurna (d) antara pedagang besar dengan pedagang menengah: struktur pasar oligopoli dan oligopsoni, (e) antara pedagang menengah dan pengecer: struktur pasar oligopoli, (f) antara pengumpul dengan pedagang besar: struktur pasar oligopsoni, dan (g) struktur pasar antara seluruh lembaga- lembaga pemasaran terhadap konsumen akhir: pasar persaingan sempurna.

5. Saluran antara produsen langsung kepada konsumen akhir memiliki

tingkat efisiensi terbaik dengan Farmer’s share sebesar 100 persen dan nilai

margin pemasaran saluran sebesar 63,73 persen dari harga beli konsumen. Saluran pemasaran dengan tingkat efisiensi terendah adalah saluran pemasaran yang mencakup produsen, pengumpul, pedagang besar, pedagang menengah, pengecer,

dan konsumen, yakni dengan nilai farmer’s share terkecil sebesar 52,38 persen,

dan margin pemasaran yang cukup besar, yaitu 65,87 persen dari harga beli konsumen.

6.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta kesimpulan yang diperoleh, beberapa saran yang dapat dirumuskan adalah,

a. Produsen melakukan penjualan langsung ke pihak konsumen.

Saluran pemasaran antara produsen langsung kepada konsumen akhir memiliki tingkat efisiensi pemasaran yang paling tinggi. Untuk produsen dengan skala usaha menengah dan besar, dapat mencoba mengoptimalkan saluran pemasaran I antara produsen dan konsumen akhir dengan mencari konsumen-konsumen akhir secara langsung. Konsumen yang dituju difokuskan kepada rumah makan, restoran, atau catering. Hal ini sesuai dengan istilah “B2B”,

business to business.

Penelitian di pasar menunjukkan bahwa konsumen dari rumah makan,

terutama rumah makan sunda, catering, dan restoran kerap melakukan pembelian

dalam jumlah relatif besar. Produsen dapat mencoba menjajaki kemungkinan kontrak dalam jangka waktu tertentu untuk memasok jamur tiram ke berbagai pihak catering atau rumah makan.

b. Fasilitasi pemerintah daerah antara produsen dengan konsumen bisnis.

Terkait dengan saran sebelumnya, pemerintah daerah melalui instansi dinas terkait bisa memfasilitasi hubunga n antara produsen dengan konsumen. Pemerintah daerah dapat menjembatani pertemuan atau perundingan kesepakatan

antara perwakilan produsen (MAJI) dengan himpunan pengusaha catering,

restoran serta rumah makan se-Bogor. Diharapkan dengan dukungan fasilitasi formal pemerintah, maka kesepakatan antara kedua belah pihak bisa terlaksana dengan baik.

c. Produsen lebih giat melakukan penjualan ke pengecer tetap diluar

Produsen skala usaha menengah dan besar dapat mencari pengecer-pengecer lain diluar pasar tradisional, atau pada pasar-pasar kecil selain pasar utama. Walaupun kuantitas serapannya tidak sebesar pasar utama, namun tingkat harga yang diperoleh dapat dipastikan akan lebih tinggi daripada menjual ke pedagang besar. Akan tetapi penetrasi pasar baru ini harus terlebih dahulu melakukan observasi mengenai tingkat penyerapan jamur tiram secara pasti di pasar dituju, sistem pemasaran yang telah berjalan, lembaga pemasaran yang ada, serta, yang utama, perhitungan biaya pemasaran, margin, dan keunt ungan pemasaran apabila melakukan pasokan ke pasar tersebut.

Dahl, Dale C. and Hammond J. W. 1977. Market and Price Analysis. The Agricultural Industries. Mc Graw Hill Book Company, Inc.

Departemen Koperasi. 2005. Pemerintah Fasilitasi 6 Juta Wirausaha Baru Sampai

2009. http://www.depkop.go.id. [07 Agustus 2005]

Fatika, Yeka Hendra. 2001. Analisa Kelayakan Pengembangan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Gunawan, Agustin Widya. 2000. Usaha Pembibitan Jamur Jakarta: Penebar

Swadaya.

Isdiyanto, Dwi Arie. 2002. Analisis Saluran Pemasaran Ayam Kampung (Gallus

domesticus) Di Jakarta Selatan Propinsi DKI Jakarta [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Krisnamurthi, Bayu. 2001. Agribisnis. Yayasan Pengembangan Sinar Tani.

Kohls, Richard L., and Joseph N. Uhl. 1985. Marketing of Agricultural Products.

New York: MacMillan Publishing Company.

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium. Jakarta: Prentince

Hall Indonesia.

Limbong, Wilson H dan Panggabean Sitorus. 1985. Pengantar Tataniaga

Pertanian. Jurusan Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.

Novita, Ine. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Jamur Tiram. (Kasus di Kecamatan Parungkuda dan Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi) [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Pasaribu, T., Permana D.R., dan Alda E.R., 2002. Aneka Jamur Unggulan Yang

Menembus Pasar. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia..

Rahwana, Heri. 2003. Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cicurug dan Parung Kuda Kebupaten Sukabumi. [Skripsi]. Bogor:Institut Pertanian Bogor.

Redaksi Trubus. 2004. Pengalaman Pakar & Praktisi Budidaya Jamur. Jakarta:

Lampiran 1. Karaktristik Produsen

Poin Pertanyaan Jumlah Reponden (orang) Persentase (% ) Jumlah Reponden (orang) Persentase (% ) Kriteria Pendidikan D3 1 14.29 S1 4 57.14 SMU 2 28.57 Total 7 100.00 Lamanya Usaha 0-4 th 4 57.14 5-10 th 3 42.86 > 10 th 0 Total 7

Alasan melakukan ini Ya Tidak

Harga Baik 6 85.71 1.00 14.29 Pemasaran Terjamin 7 100.00 0.00 0.00 Keturunan/Tradisi 1 14.29 6.00 85.71 Perawatannya Mudah 4 57.14 3.00 42.86 Iklimnya Cocok 4 57.14 3.00 42.86 Ketrampilan Dikuasai 7 100.00 0.00 0.00

Pernah Menerima Kredit

Pernah 4 57.14

Tidak 3 42.86

Total 7 100.00

Adakah Kesulitan Pemasaran

Ya 7 100.00 Tidak 0 0.00 Total 7 100.00 Masihkah berprospek? Ya 7 100.00 Tidak 0 0.00 Total 7 100.00 Melakukan Penyortiran Ya 6 85.71 Tidak 1 14.29 Total 7 100.00 Melakukan Grading Ya 5 71.43 Tidak 2 28.57 Total 7 100.00

Td k Ta m a t 2 25 2 40 0,00 4 12,50 Ta m a t SD 1 12,5 2 40 2 10,53 5 15,63 Ta m a t SMP 2 25 0 0 7 36,84 9 28,13 Ta m a t SMA 1 12,5 0 0 0,00 1 3,13 Dip lo m a 1 12,5 0 0 0,00 1 3,13 Unive rsita s 0 0 0 0 0,00 0 0,00 Tid a k te rd a ta 9 47,37 9 28,13 To ta l 8 100 5 100 19 100,00 32 100,00 La m a nya Usa ha 0-4 th 1 12,5 1 20 7 36,84 9 28,13 5-15 th 2 25 2 40 3 15,79 7 21,88 > 15 th 5 62,5 2 40 0 0,00 7 21,88 tid a k te rd a ta 9 47,37 9 28,13 Pe nd id ika n No n Fo rm a l Pe rna h 5 62,5 0 0 3 15,79 8 25,00 Tid a k Pe rna h 3 37,5 5 100 7 36,84 15 46,88 tid a k te rd a ta 9 47,37 9 28,13 Usa ha La in Ya 3 37,5 3 60 3 15,79 9 28,13 Tid a k 5 62,5 1 20 7 36,84 13 40,63 tid a k te rd a ta 9 47,37 9 28,13

Pe rkum pula n Usa ha

Ya 0 0 0 0 1 5,26 1 3,13 Tid a k 8 100 4 80 9 47,37 21 65,63 tid a k te rd a ta 9 47,37 9 28,13 Ke m itra a n Ya 0 0 0 0 0 0,00 0 0,00 Tid a k 8 100 4 80 10 52,63 22 68,75 tid a k te rd a ta 9 47,37 9 28,13

Ala sa n m e la kuka n ini Ya % Tid a k % Ya % Tid a k %

ha rg a b a ik 8 100 0 0 4 80 1 20

p e m a sa ra n te rja m in 8 100 0 0 4 80 1 20

ke turuna n/ tra d isi 2 25 6 75 3 60 2 40

Ba ntua n/ Kre dit

Pe rna h 1 12,5 0 0 5 26,32 6 18,75 Tid a k Pe rna h 7 87,5 5 100 4 21,05 16 50,00 tid a k te rd a ta 10 52,63 10 31,25 Ke sulita n Pe m a sa ra n Ya 1 12,5 2 40 7 36,84 10 31,25 Tid a k 7 87,5 3 60 5 26,32 15 46,88 Tid a k Ta hu 0 7 36,84 7 21,88 tid a k te rd a ta Ma sih Be rp ro sp e k Ya 7 87,5 4 80 3 15,79 14 43,75 Tid a k 1 12,5 1 20 2 10,53 4 12,50 Tid a k Ta hu 0 0 7 36,84 7 21,88 tid a k te rd a ta 7 36,84 7 21,88 Pe nyo rtira n Ya 8 100 1 20 2 10,53 11 34,38 tid a k 0 0 4 80 15 78,95 19 59,38 tid a k te rd a ta 2 10,53 2 6,25 Sta nd a risa si Ya 4 50 1 20 2 10,53 7 21,88 tid a k 4 50 4 80 15 78,95 23 71,88 tid a k te rd a ta 2 10,53 2 6,25 Ya 4 50 2 40 7 36,84 13 40,63 Tid a k 4 50 3 60 4 21,05 11 34,38 Tid a k Ta hu 6 31,58 6 18,75 tid a k te rd a ta 2 10,53 2 6,25 Pe nyim p a na n Ya 0 0 0 0 0 0,00 0 0,00 tid a k 8 100 5 100 19 100,00 32 100,00 tid a k te rd a ta 0 0,00 0 0,00 Me na ng g ung Re siko Ya 7 87,5 5 100 12 63,16 24 75,00 tid a k 1 12,5 0 0 6 31,58 7 21,88 tid a k te rd a ta 1 5,26 1 3,13

Ala sa n m e la kuka n ini Ya Pe rse nta se Tid a k Pe rse nta se Tid a k Pe rse nta se Tid a k Pe rse nta se to ta l Pe rse nta se (pe rse n) (pe rse n) Ja wa b (pe rse n) Te rd a ta (pe rse n) (pe rse n)

ha rg a b a ik 12 37,50 1 3,13 0 0 7 21,875 20 62,50

p e m a sa ra n te rja m in 12 37,50 4 12,50 4 12,5 7 21,875 27 84,38

ke turuna n/ tra d isi 5 15,63 12 37,50 3 9,375 7 21,875 27 84,38

LAMPI RAN 3 . Kuisioner Penelitian untuk Produsen

Kuisioner Untuk Produsen

Nomor: …….………..……

1. I dentitas Responden/ Usaha 1.1. Nama : ……….

1.2. Alamat : ……….

1.3. Jenis Kelamin : ……….

1.4. Umur/ tempat lahir : ………

1.5. Pendidikan : 1.5.1. Formal: [ ] Tidak Sekolah [ ] SMU/ Aliyah [ ] Tidak Tamat Sekolah [ ] Diploma (D3) [ ] Tamat SD/ I btidaiyah [ ] Universitas [ ] SMP/ Tsanawiyah [ ] Lain-Lain, sebut kan……….

1.5.2. Non Formal: [ ] Pernah [ ] Tidak Pernah Jika Pernah, sebutkan: (i) ……….. : t ahun……… di………

(ii) ……….. : t ahun……… di………

(iii) ……….. : t ahun……… di………

1.5.3. Penghargaan yang pernah diperoleh (i) ……….. : t ahun……… di………

(iI ) ……….. : t ahun……… di………

1.6. Sejak kapan usaha ini dimulai : ……….. tahun/ bulan 1.7. Sejak kapan saudara menjalani usaha ini: ……..………tahun bulan 1.7.1. Apakah saudara memiliki jenis usaha lain: [ ] Ya [ ] Tidak Jika Ya, sebut kan: ……….

1.8. Apakah Saudara menjadi anggota perkumpulan usaha sejenis: [ ] Ya [ ] Tidak Jika Ya , a. Nama Perkumpulan : ………..

b. Status/ Jabatan : ……….

c. Mulai Menjadi Anggota : …….………

Jika Tidak, mengapa : ………..……….

………..…

1.9. apakah Saudara melakukan kemitraan dengan usaha lain: [ ] Ya [ ] Tidak

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN JAMUR TIRAM SEGAR DALAM UPAYA PENINGKATAN HARGA

JUAL DI BOGOR, PROPINSI JAWA BARAT Oleh : Aditya Pandu Nugraha [ A.14101114] Departemen I lmu- I lmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Jika Ya,

a. Nama perusahaan mitranya………

b. Jenis Kemitraan : [ ] I nti Plasma [ ] Agen [ ] Bentuk lain,……….

[ ] Dagang Umum [ ] Sub kont rak 2. Profil Pola Pembiayaan Usaha Kecil Menengah 2.1. Apa alasan saudara melakukan usaha ini?

Dokumen terkait