• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERHADAP KEWAJIBAN PEMBAYARAN BANK UMUM (lanjutan)

GUARANTEE ON OBLIGATIONS OF

COMMERCIAL BANKS (continued)

Pada tanggal 22 September 2004, Presiden Republik Indonesia mengesahkan Undang-Undang No. 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Berdasarkan Undang-undang tersebut, LPS berfungsi menjamin simpanan nasabah sampai dengan Rp100 dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Undang-undang tersebut berlaku efektif sejak tanggal 22 September 2005 dan sejak tanggal tersebut LPS resmi beroperasi.

On September 22, 2004, the President of the Republic of Indonesia approved Law No. 24 regarding “Lembaga Penjamin Simpanan” (LPS). Based on the Law, LPS guarantees customer deposits up to Rp100 and LPS involves actively maintaining the banking system stability according to its authority. The Law is effective September 22, 2005 and since then it officially operates.

Berdasarkan Salinan Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan No. 1/PLPS/2005 pada tanggal 26 September 2005 tentang Program Penjaminan Simpanan yang menyatakan bahwa sejak tanggal 22 September 2005, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menjamin simpanan yang meliputi giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu yang merupakan simpanan yang berasal dari masyarakat termasuk yang berasal dari bank lain. Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank adalah:

Based on the Indonesia Deposit Insurance Corporation (IDIC) Regulation No. 1/PLPS/2005 dated September 26, 2005 regarding Deposit Guarantee Program, since September 22, 2005, the IDIC will guarantee bank deposits including demand deposits, time deposits, certificates of deposits, savings deposit, and other forms of deposits, including deposits from other banks. Guaranteed bank balances of each customer are as follows:

a. maksimal sebesar Rp1.000, sejak tanggal 22 September 2006 sampai dengan 21 Maret 2007;

a. maximum of Rp1,000, from September 22, 2006 until March 21, 2007;

b. maksimal sebesar Rp100, sejak tanggal 22 Maret 2007 sampai dengan 12 Oktober 2008;

b. maximum of Rp100, from March 22, 2007 until October 12, 2008;

Pada tanggal 13 Oktober 2008, Presiden Republik Indonesia menetapkan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2008 tentang besaran nilai simpanan yang dijamin LPS. Berdasarkan Peraturan tersebut, nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank yang semula berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 ditetapkan maksimum Rp100 diubah menjadi maksimum Rp2.000.

On October 13, 2008, the President of the Republic of Indonesia approved Government Regulation No. 66, 2008 regarding the amount of guarantee on deposits guaranteed by LPS. Based on such Regulation, the guaranteed customer’s deposit amount in a bank which previously according to Law No. 24, 2004 amounted to maximum of Rp100 was amended to the maximum amount of Rp2,000.

Manajemen risiko dan pengawasan risiko pada Bank dimulai dari Risk Oversight Committee (ROC) pada tingkat Dewan Komisaris, yang menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko, melakukan review atas aktivitas-aktivitas menajemen risiko dan kepatuhannya terhadap prinsip dan kebijakan manajemen risiko, dan mendelegasikan wewenang manajemen dan pengawasan risiko harian kepada Dewan Direksi serta Risk Management Committee (RMC), Operational Risk Management Committee (ORMC), dan Asset & Liability Committee (ALCO), yang merupakan komite pada tingkat dewan direksi.

Risk management and supervision at the Bank begins with the Risk Oversight Committee (ROC) of the Board of Commissioners, which approves and evaluates the risk management policies, reviews the risk management activities and theirs obedience to the risk management policies, and delegates the day-to-day risk oversight and management to the Board of Directors, Risk Management Committee (RMC), Operational Risk Management Committee (ORMC), and the Asset & Liability Committee (ALCO) of the Board of Directors, which is the committee for the Board of Directors level.

Profil Risiko Risk Profile

Secara berkala, Bank membuat profil risiko yang mencerminkan tingkat risiko yang dimiliki Bank berdasarkan 8 (delapan) jenis risiko yang ditetapkan Bank Indonesia.

On regular basis, the Bank prepares a risk profile that reflects the Bank’s risk in accordance with Bank Indonesia’s 8 (eight) types of risks.

Sejalan dengan road map Bank Indonesia dalam implementasi Basel 2, Bank saat ini sedang membangun sistem perhitungan kecukupan modal menggunakan Basel 2-Standardised Approach yang saat ini memasuki tahapan implementasi akhir.

Inline with Bank Indonesia road map for Basel 2 implementation, the Bank is developing a system to calculate capital adequacy under Basel 2-Standardised Approach, which is in final implementation phase.

Sebagai bagian dari implementasi manajemen risiko kredit, khususnya dalam penggunaan metode yang lebih advance (Internal Rating Based

Approach/IRBA) untuk mendukung proses

keputusan kredit, Bank sedang melakukan validasi model rating yang dimiliki dan mengembangkan model rating baru untuk portofolio yang berada diluar cakupan model rating saat ini.

As part of credit risk management implementation, especially for a more advanced method (Internal Rating Based Approach/IRBA) to support credit approval process, the Bank will validate existing rating models regularly and develop new rating models for some portfolios which are not covered by existing rating models.

Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) dalam memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dikelola baik pada tingkat transaksi maupun portofolio. Pengelolaan risiko kredit dirancang untuk menjaga independensi dan integritas proses penilaian risiko, serta diversifikasi risiko kredit.

Credit Risk

Credit risk is the risk of loss resulting from the defaulting obligor or counterparty. This is managed both at the transaction and portfolio levels. Credit risk management practices are designed to preserve independence and integrity of the risk assessment process and also to diversify the credit risk.

Risiko Kredit (lanjutan) Credit Risk (continued)

Metode pemberian kredit Bank meliputi: The Bank’s credit granting process includes: 1. Pengembangan pagu kredit secara

keseluruhan pada tingkat debitur/ counterparty dan kelompok debitur/ counterparties terkait untuk eksposur on-balance sheet dan off-on-balance sheet;

1. Development of overall credit limits at individual borrowers and counterparty level, and a group of connected borrowers and counterparties for both on-balance sheet and off-balance sheet exposures;

2. Kapasitas pembayaran kembali dan integritas debitur/counterparty;

2. Repayment capacity and integrity of the borrowers/counterparty;

3. Persyaratan keuangan yang mengikat; 3. Requirements for financial covenants;

4. Penggunaan agunan; dan 4. Use of collateral; and

5. Penilaian kondisi makro ekonomi dan industri.

5. Assessment of macro economic and industry conditions.

Bank juga mengembangkan serta menerapkan kebijakan dan prosedur persetujuan kredit yang antara lain mencakup:

The Bank also develops and implements policies and procedures for the granting of credit, which among others covers:

1. Merumuskan wewenang yang jelas untuk

pemberian persetujuan kredit; 1. Clearly-defined approvals; authorities for credit 2. Atas dasar wewenang yang didelegasikan,

Risk-Taking-Unit bersifat independen dan bertanggungjawab untuk mengelola seluruh kegiatan bisnis; dan

2. Within delegated approval limits, the

Risk-Taking-Units are independent and

responsible for managing all business activities; and

3. Fungsi pengawasan risiko kredit yang independen berada dibawah Direktorat Manajemen Risiko.

3. An independent credit risk oversight function within the Risk Management Directorate. Bank telah mengimplementasikan credit risk

management yang mencakup penetapan prosedur dan kebijakan kredit, pengaturan limit dan mengevaluasinya secara berkala, penggunaan

Credit Risk Rating untuk kredit

UKM/komersial/korporasi, mengevaluasi kebijakan dan prosedur kredit untuk memastikan bahwa seluruh risiko yang mungkin timbul dari kegiatan pemberian kredit telah tercakup, serta menerapkan prinsip “Four Eyes Principle” secara konsisten. Bank telah melaksanakan pengelolaan portofolio kredit secara konsisten dan berkelanjutan serta melaporkannya kepada manajemen senior dan Dewan Komisaris secara berkala (dalam bulanan).

The Bank has implemented credit risk

management, set up procedures and credit policies, stipulate a limit and do regular evaluation,

implement Credit Risk Rating for

UKM/commercial/corporate, evaluate credit policies and procedures to ensure that all potential risks have been covered, and apply for “Four Eyes Principle" consistently. The Bank has managed credit portfolio continuously in a consistent manner and reports to senior management and Board of Commissioners regularly (monthly).

Untuk mempercepat proses pemberian kredit UKM, Bank mengimplementasikan sistem proses kredit UKM secara online dengan menggunakan Customer Acquisition System (CAS).

For streamline SME loan processing, the Bank has implemented an online system to process SME loan using Customer Acquisition System (CAS).

Risiko Kredit (lanjutan) Credit Risk (continued)

Untuk memfasilitasi penilaian risiko dari debitur korporasi, komersial dan UKM, Bank melakukan pemantauan terhadap seluruh aspek dari debitur dan sektor industrinya. Unit-unit Manajemen Risiko melakukan pemantauan portofolio yang dimiliki Bank secara berkesinambungan. Informasi yang relevan disampaikan kepada unit bisnis untuk mendukung pelaksanaan penilaian risiko.

To facilitate risk assessment of corporate, commercial and SME debtors, the Bank monitors all aspects of debtors and their industry sector. Risk Management Units monitor the portfolio continuously. All relevant information is shared to the business unit to support risk assessment.

Bank mengukur dan memantau risiko untuk setiap debitur baik secara individual maupun obligor, sektor ekonomi maupun seluruh portofolio kredit. Bank telah menetapkan standar dan prosedur untuk mendukung terciptanya suatu proses pemberian kredit yang mempertimbangkan risiko dan perolehan hasil.

The Bank measures and monitors risk for each debtor, on individual and obligor basis, by economic sector and credit portfolios. The Bank has set up a standard and procedure to support a process of granting credit by considering risk and return.

Risiko Pasar Market Risk

Risiko pasar adalah potensi timbulnya kerugian bagi Bank karena adanya perubahan yang tidak menguntungkan dalam tingkat bunga dan nilai tukar valas di pasar uang dimana Bank beroperasi. Risiko pasar adalah melekat pada hampir seluruh kegiatan dan aktivitas Bank baik di banking book maupun di trading book.

Market risk is the potential for losses to the Bank resulting from adverse changes in market factors such as interest and foreign exchange rates in the financial markets in which the Bank operates. Market risk is inherent in most of the Bank’s operating positions and/or activities, in the banking book and in the trading book.

Pengelolaan risiko pasar di trading book dilakukan dengan beberapa analisa risiko dan limit.

Managing market risk in the trading book is done through various risk analysis and limits.

Untuk mengelola risiko pasar pada portfolio trading book, tiga pengukuran daripada nilai risiko telah diperkirakan dan dimonitor setiap harinya yakni: § Sensitivity daripada posisi atau portofolio

terhadap perubahan faktor risiko pasar yang mempengaruhinya;

§ Maksimal perubahan daripada faktor risiko pasar dalam horison waktu tertentu dengan tingkat keyakinan tertentu; atau dengan kata lain, besaran perubahan faktor risiko pasar yang tidak akan melewati horison waktu tertentu dalam tingkat keyakinan tertentu (seperti 95% dari waktu); pengukuran yang dimaksud ini adalah volatility;

To manage market risk inherent in the trading book portfolio, three related measures of risk values are estimated or established and monitored on a daily basis:

§ the sensitivity of the position or portfolio to a movement in the market risk factor to which it is exposed;

§ the maximum expected movement in the market risk factor for a given time horizon at a specified level of confidence; expressed another way, it is the size of change the market factor is unlikely to exceed for the time horizon at a level of probability (e.g. 95% of the time); a measure referred to as factor volatility; § Kemungkinan terjadinya dampak terhadap

pendapatan di dalam waktu tertentu karena adanya perubahan risiko pasar yang telah diperkirakan, secara keseluruhan dikenal

§ the likely impact on earnings for a given time horizon due to those expected movements in the market factors, an aggregate measure of risk known as value-at-risk.

Risiko Pasar (lanjutan) Market Risk (continued)

Sebagai tambahan dari pendekatan tersebut, Bank juga melakukan stress test untuk mengetahui kemampuan Bank dalam menghadapi pergerakan atau kondisi pasar yang tidak normal.

Supplementary to the above risk measure is stress testing analysis, a proactive measure of the Bank’s capability to withstand unusual market volatility. Sementara itu untuk mengelola risiko pasar di

banking book, difokuskan pada pengelolaan risiko suku bunga, dimana pada saat ini telah dilakukan pengukuran dengan menggunakan analisa Repricing Gap, dalam analisa ini aktiva yang akan di-reprice dalam suatu periode tertentu akan dikurangi dengan pasiva yang akan di-reprice dalam periode yang sama untuk menghasilkan net repricing gap untuk periode waktu tersebut. Dengan metode ini dapat diukur pengaruh dari perubahan suku bunga terhadap:

Meanwhile, market risk for the banking book is focused on interest rate risk exposure as shown by monthly interest rate yield analysis to review the actual interest rate changes for all interest rate sensitive assets and liabilities and also by repricing gap analysis which is assets that would reprice over a certain time interval are subtracted from the liabilities that would reprice in the same period to produce the net repricing gap. By using this method, it is possible to measure the impact of interest rate changes to:

1. Net Interest Income dengan menggunakan analisa static atau dynamic repricing gap; 2. Akrual atas pendapatan bunga dengan

menggunakan analisa earning at risk (EAR); dan

3. Nilai ekonomis dari neraca Bank dengan menggunakan analisa EVE Balance sheet VaR (Economic perspective).

1. The Net Interest Income by using static or dynamic repricing gap analysis;

2. Accrual or reported earning by using Earning at Risk or EAR analysis (earning perspective); and

3. The economic value of the balance sheet or Bank’s net worth by using EVE Balance sheet VaR (Economic perspective).

Sehingga jika terjadi perubahan suku bunga yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja Bank, maka Bank dapat segera merestruktur aktiva dan kewajiban yang dimiliki, baik repricing date-nya ataupun jenis suku bunganya (Fix atau Variable). Disamping itu, Bank juga melakukan stress test untuk melihat ketahanan atau sensitivitas Bank dalam menghadapi kondisi pasar yang tidak normal.

ALM (Asset & Liability Management) limit risiko seperti, repricing gap limit by tenor, EAR limit, EVE limit, EAR stress limit dan EVE stress limit telah ditetapkan untuk mengelola risiko suku bunga di posisi banking book dengan hati-hati.

In case of adverse movements and also to measure the impact, the Bank is able to calibrate the risk profile of its assets and liabilities either by changing their repricing tenors or repricing characteristics (i.e. Fix or Variable). A quarterly stress test is likewise performed to assess the vulnerability of the Bank’s capital and its adequacy in abnormal market situations.

The ALM (Asset & Liability Management) risk limits, such as the repricing gap limit by tenor, EAR limit, EVE limit, EAR stress limit and EVE stress limit, has been set up, to ensure that the interest rate risk in the banking book is prudently managed. ALM Sistem untuk mengelola risiko suku bunga

pada posisi banking book, pada saat ini sudah diimplementasikan, sehingga metodologi tambahan yang lebih komplek seperti Dynamic dan simulasi EVE sudah dapat dilakukan untuk mengukur risiko suku bunga secara otomatis.

The ALM system, for managing interest rate risk in the banking book, has been implemented hence the additional complex method such as dynamic and EVE simulation are done for measuring the interest rate risk automatically.

Semua model, baik untuk trading dan banking book, dilakukan back-testing untuk meyakinkan bahwa model yang digunakan sudah cukup valid

All models used for both trading and banking book undergo back-testing procedures to ensure their reliability and appropriateness in estimating risks.

Risiko Pasar (lanjutan) Market Risk (continued)

Pada tahun 2009, Bank akan memulai proses penerapan Internal Model Approach (IMA) untuk mengukur risiko pasar, sesuai dengan petunjuk dari pemegang saham mayoritas, untuk penggunakan metodologi yang lebih advance dari Basel 2.

For the year 2009, the Bank will start the process of implementing the Internal Model Approach (IMA) to measure market risk in line with its parent’s thrust to use Basel 2 advance methodology.

Risiko Likuiditas Liquidity Risk

Risiko likuiditas adalah potensi timbulnya kerugian akibat dari ketidakmampuan Bank dalam membayar penarikan oleh nasabah, mendanai pertumbuhan aktiva dan memenuhi kewajiban sesuai kontrak melalui akses tak terbatas untuk pendanaan pada tingkat suku bunga pasar yang layak pada umumnya. Risiko Likuiditas juga timbul dari situasi dimana Bank tidak dapat mencairkan atau menjual aktivanya karena pasar tidak bisa memperdagangkan aktiva tersebut.

Liquidity risk is the potential for losses as a result of the Bank’s inability to accommodate withdrawals, fund asset growth and otherwise meet contractual obligations through generally unconstrained access to funding at reasonable market rates. Liquidity risk also arises from situations in which the Bank cannot unload its financial assets because nobody in the market wants to trade that asset.

Beberapa langkah telah diambil dalam mengelola risiko ini, di sisi aktiva, kebijakan untuk pembelian instrumen-instrumen keuangan untuk posisi trading book telah ditetapkan, yang juga meliputi kriteria-kriteria atau jenis-jenis aktiva yang bisa dibeli, baik untuk trading maupun untuk investasi. Sementara itu di sisi kewajiban analisa jenis-jenis kewajiban dan jangka waktunya selalu dilakukan secara konsisten agar likuiditas bisa terjaga sepanjang waktu. Bank juga mempunyai kemungkinan untuk mengalami kesulitan likuiditas yang dipicu oleh menurunnya credit rating Bank sehingga mengakibatkan terjadi penarikan-penarikan dana yang mendadak, atau terjadinya suatu kondisi dimana counterparty tidak mau melakukan transaksi atau meminjamkan dana ke Bank. Atas kemungkinan-kemungkinan tersebut maka pengelolaan risiko harus disentralisasi, dimana yang terlibat bukan hanya dari perspektif risiko pasar tetapi juga komponen-komponen lainnya, seperti dari risiko kredit dan operasional. Selanjutnya produk-produk/transaksi-transaksi/aktifitas-aktifitas baru yang mengakibatkan adanya penambahan aktiva dan kewajiban, selalu melalui proses review dan persetujuan yang seksama sebelum produk/transaksi/aktifitas baru tersebut dijalankan. Disamping itu pengukuran rasio-rasio likuiditas, analisa gap, stress-testing telah dilaksanakan secara konsisten, kebijakan liquidity contingency plan telah ditetapkan serta limit–limit telah

Steps are continuously being taken to manage this risk. On the asset side, policies for taking in financial assets for the trading book are in place detailing the acceptance criteria for trading and investment assets. The liability mix in terms of type and tenor are likewise analyzed on a continuing basis to ensure sufficient liquidity at all times. As the Bank may lose liquidity if its credit rating falls, it experiences sudden unexpected cash outflows, or some other event causes counterparties to avoid trading with or lending to the Bank, a centralised approach to risk management is in place, looking not only at the market risk perspective, but the credit and operational risk components as well. Further, new products/transaction/market approval process ensures that impact of additional assets or liabilities has been adequately reviewed before proceeding. Metrics involved include liquidity ratios and gap analysis. Such an analysis is supplemented with stress testing for which policies for liquidity contingency plan are also in place. Limits serve likewise to control liquidity risk.

Risiko Likuiditas (lanjutan) Liquidity Risk (continued)

Limit risiko likuiditas seperti, MCO limit, Interbank taking limit, FX swap liquidity limit, secondary reserve limit, telah ditetapkan untuk mengelola risiko likuiditas dengan hati-hati.

The liquidity risk limits, such as the MCO limit, Interbank taking limit, FX swap liquidity limit, secondary reserve limit, has been set up, to ensure that the bank wide liquidity risk is prudently managed.

Disamping itu sebagai tambahan, beberapa limit yang ditetapkan BI yang berkaitan dengan pengelolaan risiko likuiditas seperti: rasio limit top 50 depositor, rasio limit likuid aset/likuid kewajiban, rasio limit 1-month maturity mismatch, juga terus dipantau agar pengelolaan risiko likuiditas dilaksanakan secara hati hati.

Complementary to those limits, the regulatory limit determined by BI, such as top 50 depositor ratio limit, liquid asset/liquid liabilities ratio limit, 1-month maturity mismatch ratio limit are also observed to ensure that the liquidity risk is kept within the regulatory tolerances.

Risiko Operasional

Risiko operasional adalah potensi timbulnya kerugian sebagai akibat dari kejadian-kejadian yang melibatkan manusia, proses, sistem dan kejadian-kejadian diluar Bank.

Operational Risk

Operational risk is the potential for loss resulting from events involving people, processes, systems and external events.

Dalam rangka menjaga pengelolaan risiko Bank, risk-taking-unit bertanggungjawab atas seluruh