• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

5. Kinerja

a. Definisi Kinerja

Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja

(performance). Menurut Wirawan (2009:19) kinerja adalah keluaran yang

dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau

suatu profesi dalam waktu tertentu. Hasibuan (2005:93) menambahkan

definisi atau pengertian kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai

yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu.

Menurut Mangkunegara (2009:67), kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Menurut Mahmudi (2010:20) kinerja merupakan suatu konstruk

multidimensional yang mencakup banyak faktor yang memengaruhinya.

Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja adalah:

1) Faktor personal atau individual, meliputi unsur pengetahuan

keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan

komitmen yang dimiliki oleh tiap individu karyawan.

2) Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team

leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan

dukungan kerja kepada karyawan melalui pemberian insentif,

bonus, penghargaan dan lainnya.

3) Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang

diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama

4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau

infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan

kultur kinerja dalam organisasi.

5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan

lingkungan eksternal dan internal.

Dalam konteks penelitian ini, para pengajar atau guru pada suatu

lembaga pendidikan juga memiliki faktor yang mempengaruhi kinerja

mereka. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja, Prawirosentono

(2008: 27) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja guru sebagai berikut:

1) Efektivitas dan efisiensi

Efektivitas suatu orang adalah ukuran yang ditunjukkan oleh

kenyataan bahwa tujuan orang tersebut dapat dicapai sesuai

dengan kebutuhan yang direncanakan. Efisiensi berkaitan dengan

jumlah yang dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan.

2) Otoritas dan tanggung jawab (Authority and Responsibility)

Authority (otoritas) adalah sifat dari suatu komunikasi atau

perintah dalam suatu kegiatan organisasi formal yang dimiliki

(diterima) oleh seorang peserta organisasi kepada para anggota

organisasi lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai

dengan kontribusinya (sumbangan tenaganya). Perintah tersebut

dikerjakan dalam organisasi bersangkutan. Authority juga dapat

diartikan sebagai wewenang yang dimiliki seseorang untuk

memerintah orang lain untuk melaksanakan tugas yang dibebankan

kepada masing-masing orang tersebut. Dalam hal ini misalnya

guru memberikan tugas/kegiatan kepada anak didiknya.

Sedangkan tanggung jawab adalah bagian yang tidak terpisahkan

atau sebagai akibat dari kepemilikan wewenang tersebut.

3) Disiplin (Discipline)

Secara umum disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan

yang berlaku. Sedangkan disiplin guru adalah ketaatan guru

bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja di mana dia

bekerja. Dalam hal ini meliputi disiplin waktu dan disiplin kerja.

4) Inisiatif (Initiative)

inisiatif dalam hal ini berkaitan dengan daya pikir dan kreativitas

dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan

dengan tujuan organisasi.

c. Manfaat Penilaian Kinerja

Menurut Rivai (2005:54) Tujuan Penilaian Kinerja Secara individual

adalah :

1) Keputusan administratif, yang meliputi keputusan untuk

karyawan, pengakuan kinerja individual, pemutusan hubungan

kerja, dan mengidentifikasi yang buruk.

2) Untuk meningkatkan motivasi kerja, motivasi berprestasi, motivasi

keberhasilan, kepuasan kerja, etos kerja, rasa memiliki terhadap

perusahaan.

3) Sebagai sarana penyaluran keluhan yang berkaitan dengan masalah

pribadi atau pekerjaan.

4) Sebagai salah satu alat menjaga tingkat kinerja, sebagai contoh

dengan mendeteksi penurunan kinerja sebelum menjadi serius dan

mengambil langkah-langkah korektif.

5) Pimpinan memerlukan alat untuk membantu karyawannya dalam

memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan, mengembangkan

kemampuan dan keterampilan untuk mengembangkan karier dan

memperkuat kualitas hubungan antara pimpinan dan karyawan.

d. Indikator kinerja

Berikut adalah indikator kinerja yang dikemukakan oleh

Mangkunegara (2000:67), antara lain :

1) Kualitas kerja, yaitu kerapian, ketelitian, dan keterkaitan hasil

kerja dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan. Dengan

adanya kualitas kerja yang baik dapat menghindari tingkat

kesalahan dalam penyelesaian suatu pekerjaan serta produktivitas

2) Kuantitas kerja, yaitu volume kerja yang dihasilkan di bawah

kondisi normal. Kuantitas kerja menunjukkan banyaknya jenis

pekerjaan yang dilakukan dalam satu waktu sehingga efisiensi dan

efektivitas dapat terlaksana sesuai dengan tujuan perusahaan.

3) Tanggung jawab, yaitu menunjukkan seberapa besar karyawan

dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjanya, sarana dan

prasarana yang dipergunakan.

4) Inisiatif, yaitu menunjukkan seberapa besar kemampuan karyawan

untuk menganalisis, menilai, menciptakan dan membuat keputusan

terhadap penyelesaian masalah yang dihadapinya.

5) Kerja sama, yaitu merupakan kesediaan karyawan untuk

berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lain secara

vertikal atau horizontal di dalam maupun diluar pekerjaan

sehingga hasil pekerjaan semakin baik.

6) Ketaatan, yaitu merupakan kesediaan karyawan dalam mematuhi

peraturan-peraturan yang melakukan pekerjaannya sesuai dengan

instruksi yang diberikan kepada karyawan.

e. Hubungan komitmen karyawan terhadap kinerja karyawan

Komitmen merupakan sikap seseorang dalam mengidentifikasikan

dirinya terhadap organisasi beserta nilai-nilai dan tujuannya, serta

karyawan merasa bahwa sikap dan nilai-nilai yang dia yakini sama dengan

nilai-nilai yang dimiliki oleh organisasinya, hal ini akan memunculkan

dorongan untuk meraih tujuan organisasi. Hal tersebut sangat penting bagi

suatu organisasi. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Prabowo (2015) yang menyatakan bahwa karyawan yang

memiliki komitmen yang tinggi selalu bekerja keras untuk mencapai

tujuan organisasi.

Kemauan karyawan dapat mendorong usaha keras karyawan untuk

mencapai tujuan perusahaan. Kebanggaan karyawan mencerminkan sikap

kepuasan karyawan berada dalam perusahaan tersebut, dengan adanya rasa

bangga ini muncul rasa ingin menjaga citra perusahaan sehingga memicu

tindakan karyawan untuk terus bekerja lebih baik dan mencapai prestasi

yang tinggi. Hal tersebut sudah dijelaskan oleh Steers dan Porter

(2011:125) yang menyatakan bahwa dampak komitmen karyawan

berpengaruh terhadap prestasi kerja.

f. Hubungan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan

Organisasi selaku induk kerja menuntut agar setiap karyawan untuk

selalu bekerja dengan produktif. Salah satu cara agar para karyawan tetap

bekerja dengan produktif yaitu dengan penyediaan lingkungan kerja fisik

dan non-fisik yang nyaman dan kondusif. Sebagai mana yang dikatakan

fisik keduanya sama pentingnya dalam sebuah organisasi, kedua

lingkungan kerja ini tidak bisa dipisahkan. Apabila sebuah perusahaan

hanya mengutamakan satu jenis lingkungan kerja saja, tidak akan tercipta

lingkungan kerja yang baik, dan lingkungan kerja yang kurang baik dapat

menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung

diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien dan akan menyebabkan

perusahaan tersebut mengalami penurunan produktivitas kerja.

Sebelumnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Ginanjar

(2013) menemukan bahwa lingkungan kerja mempengaruhi kinerja

karyawan. Penyediaan lingkungan kerja yang nyaman, baik itu lingkungan

kerja fisik maupun non-fisik harus seimbang. Kinerja karyawan yang baik

tidak akan terwujud jika perusahaan hanya fokus ke salah satu jenis

lingkungan kerja saja.

g. Hubungan model pembelajaran terhadap kinerja karyawan

Bagi sebuah lembaga pendidikan, model pembelajaran adalah panduan

utama bagi mereka dalam melaksanakan kegiatan utama mereka yaitu

mengajar. Model pembelajaran yang tepat dengan bentuk dan tujuan

organisasi akan membantu para tenaga pengajarnya dan siswanya dalam

proses belajar mengajar, begitu pula sebaliknya.

Dalam penelitian yang dilakukan Endah Fauziah (2015) dia

berdampak kepada tenaga guru pada MTSN Tunggangri. Hal tersebut

dikarenakan para tenaga pengajar tidak dapat memahami model

pembelajaran lain, sehingga dalam keseharian para tenaga pengajar hanya

menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut ternyata

berjalan tidak efektif sehingga berdampak menurunnya prestasi siswa.

Terdapat berbagai macam jenis model pembelajaran yang bisa

diterapkan oleh lembaga pendidikan, bahkan tidak menutup kemungkinan

bahwa suatu lembaga dapat merancang model pembelajaran mereka

sendiri

Dokumen terkait