• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan terdapat hubungan antara faktor makroekonomi dengan kinerja bank dimana hubungan tersebut dapat digambarkan dengan expected sign sebagaimana digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.5. Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap Kinerja Bank 2.3.3. Pengaruh Struktur Modal Bank terhadap Likuiditas

Penelitian yang dilakukan oleh Sing dan Tandon (2013) terhadap bank State Bank of India (SBI) dan ICICI di India menggunakan variabel struktur modal berupa finance owned capital dan borrowing, sedangkan variabel tambahan adalah debt to equity ratio (DER), funded debt to capital ratio. Mereka menemukan bahwa bank SBI menggunakan komposisi hutang (debt) lebih tinggi dibanding modal sehingga menurunkan rata-rata biaya modal dan pada akhirnya mengurangi likuiditas bank untuk disalurkan ke aset produktif dalam rangka meningkatkan kekayaaan pemegang saham.

Struktur modal bank dan menjadi sumber dana bagi pembiayaan asetnya terdiri dari dana pihak ketiga (DPK) dan non-DPK (Gropp dan Heider, 2010). Kenaikan DPK bank berasosiasi positif dengan likuiditas bank namun dapat meningkatkan risiko likuiditas jika tidak terdapat penjaminan simpanan dari pemerintah (Limodio dan Strobbe, 2017). Pendapat tersebut sejalan dengan hasil penelitian Allen, Carletti dan Marques (2015) yang menyatakan bahwa perilaku nasabah terkait simpanannya di bank akan turut mempengaruhi struktur modal bank.

Inderst dan Mueller (2008) menemukan bahwa struktur modal bank berasosiasi positif terhadap fungsi intermediasi bank, terutama dalam penyaluran kredit dimana fungsi tersebut dapat dijalankan jika didukung dengan tingkat likuiditas yang memadai, sehingga struktur modal berpengaruh positif terhadap likuiditas pada saat awal. Namun pada saat dana/likuiditas tersebut digunakan untuk penyaluran kredit maka bank membutuhkan pembiayaan yang cukup besar agar tidak mengganggu kondisi likuiditas bank, sehingga bank meningkatkan rasio hutangnya atau dana pihak ketiga untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.

Correa, Goldberg dan Rice (2015) mengkonfirmasi beberapa penelitian terdahulu yang menemukan bahwa struktur neraca bank-bank di Amerika Serikat dipengaruhi oleh bagaimana mereka merespons risiko likuiditas. Penelitian

BI Rate (-) Inflasi (+) Nilai Tukar (-) PUAB (-) KINERJA BANK

Athanasoglou, Mattaios dan Chistos (2006); Raharja (2013); Ekpung et.al

(2015)

Engida (2015); Athanasoglou, Mattaios dan Chistos (2006)

Raharja (2013); Osundina, et. al (2016); Offiong, et.al (2016); Combey

and Togbenou (2016) Tesfaye (2012); Raharja (2013);

mereka mengungkapkan bahwa terdapat respons yang berbeda antara bank-bank yang berafiliasi dengan pihak asing dan yang tidak memiliki afiliasi dengan pihak asing terhadap risiko likuiditas.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan terdapat hubungan antara struktur modal dengan likuiditas bank dimana hubungan tersebut dapat digambarkan dengan expected sign sebagaimana digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.6. Pengaruh Struktur Modal terhadap Likuiditas 2.3.4. Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Bank Asing

Siddik, Kabiraj dan Joghee (2017) meneliti dampak dari struktur modal bank terhadap kinerja yang diukur dengan ROE, ROA dan earning per share (EPS). Hasil penelitian menemukan bahwa struktur modal berbanding terbalik dengan kinerja bank.

Mujahid, et. al (2014); Saeed, et. al. (2013) juga meneliti hubungan antara struktur modal bank dan kinerja bank (ROA, ROE, EPS) menemukan bahwa debt to equity (DTE) bank berpengaruh positif terhadap ROA, ROE dan EPS. Sedangkan hasil yang berbeda diperoleh oleh Anarfo (2015) yang melakukan alisis hubungan antara debt ratio sebagai proxy struktur modal terhadap kinerja bank (ROA, ROE, NIM) dimana struktur modal tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja bank.

Awunyo-Vitor dan Badu (2011); Adekunle dan Sunday (2010); Saputra, Achsani dan Angraeni (2015) dan Hasan, et.al (2014) menemukan bahwa variabel short term debt dan long term debt sebagai proxy struktur modal berpengaruh negatif terhadap kinerja bank (ROA dan ROE).

Penelitian terkait struktur modal yang didominasi oleh dana pihak ketiga (deposits) yang dilakukan oleh Okun (2012) menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara deposits dengan kinerja bank (ROA dan ROE). Hasil tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Grigorian dan Manole (2002) yang menggunakan model DEA. Mereka mengungkapkan bahwa tingginya dana pihak ketiga (DPK) akan meningkatkan net interest margin (NIM) bank (higher profitability).

Naceur dan Goiaed (2001) yang meneliti determinan kinerja bank di Tunisia periode 1985-1995 menemukan bahwa bank yang memiliki kinerja bagus adalah bank yang dapat memelihara rasio dana pihak ketiga (DPK) terhadap total asset. Berlin dan Mester (1999) menyimpulkan core deposits seperti giro dan

LTA (+)

LTCEMA (+)

TPFCEMA (+)

LIKUIDITAS BANK

Xie (2016); Inderst and Muller (2008); Sudirman; Diamond and

Dybvig (1983); Melese and Laximikanthan (2015)

Xie (2016); Inderst and Muller (2008); Sudirman; Diamond and Dybvig (1983);

Melese and Laximikanthan (2015) Gropp and Heider (2010); Limodio and

Strobbe (2017); Allen, Carletti and Marques (2015); Inderst and Muller (2008); Correa, Goldberg, dan Rice

tabungan dapat membantu bank dalam mengurangi biaya dana sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan profitabilitas bank.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan terdapat hubungan antara struktur modal dengan kinerja bank dimana hubungan tersebut dapat digambarkan dengan expected sign sebagaimana digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.7. Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Bank 2.3.5. Pengaruh Likuiditas terhadap Kinerja Bank Asing

Singh dan Sharma (2016) meneliti bank-bank di India periode 2000-2013 menemukan bahwa likuiditas yang diukur dengan liquid asset to total asset memiliki sifat yang sama dengan likuiditas involuntary berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA).

Nana dan Samson (2014) menemukan bahwa menurunnya volatilitas simpanan dana pihak ketiga (DPK) bank akan memotivasi bank untuk menurunkan cadangan likuiditas precautionary-nya, sehingga dapat membantu bank dalam menyalurkan kelebihan likuiditas menjadi kredit yang pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas bank. Likuiditas precautionary berpengaruh negatif terhadap profitabilitas bank.

Likuiditas precautionary dipengaruhi oleh ukuran bank, profitabilitas, kapitalisasi pasar, dan juga financial development, dimana profitabilitas berpengaruh negatif terhadap likuiditas precautionary (Delechat et. al., 2012). Temuan tersebut didukung oleh Mutu dan Corovei (2013) yang menyatakan bahwa motif bank dalam menumpuk likuiditas precautionary adalah untuk mengantisipasi kerugian dimasa yang akan datang akibat hapus buku dan antisipasi volatilitas simpanan dana pihak ketiga, sehingga mempengaruhi laju pertumbuhan kredit dan pada akhirnya menurunkan profitabilitas bank dalam bentuk pendapatan bunga.

Roman dan Sargu (2015) yang meneliti bank-bank di negara CEE (Central and Eastern European) periode 2004-2011 menemukan bahwa ROA dan ROE memiliki pengaruh positif terhadap likuditas pada negara Bulgaria sedangkan untuk negara Rumania, ROA berpengaruh negatif terhadap likuiditas. Likuiditas yang digunakan oleh Roman dan Sargu (2015) adalah total loans to total asset yang diasosiasikan memiliki nature yang sama dengan likuiditas involuntary. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Yimer (2016); Ebenezer (2015); Mousa

LTA (-)

LTCEMA (-)

TPFCEMA (+)

KINERJA BANK

Zaman et.al (2014); Adekunie dan Sunday (2010); Hasan et.al (2014); Siddik, Kabiraj dan Joghee (2017);

Amaliawati et.al (2013) Awunyo-Vitor and Badu (2011); Adekunie & Sunday (2010); Beyene and

Shiferaw (2015); Mujahid et. al (2014); Saeed et al. (2013); Taani (2013); Saputra, Achsani & Angraeni (2015) Naceur and Goiaed (2001); Berlin dan Mester (1999); Okun (2012);Grigorian

(2015); Vodova (2013b); dan Malik dan Rafique (2013) yang menemukan bahwa profitabilitas (ROE) berpengaruh positif terhadap likuiditas. Demikian pula dengan penelitian Petria, Capraru dan Ihnatov (2015) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap ROA.

Terdapat hubungan negatif antara NIM dan funding liquidity yang sifatnya dapat dipersamakan dengan likuiditas precautionary dan tidak terdapat korelasi antara NIM dan market liquidity atau likuiditas involuntary (Marozva, 2015).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan terdapat hubungan antara faktor makroekonomi dengan kinerja bank dimana hubungan tersebut dapat digambarkan dengan expected sign sebagaimana digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.8. Pengaruh Likuiditas terhadap Kinerja Bank 2.4. Hipotesis Penelitian

Karena penelitian ini adalah penelitian sensus, maka semua variabel adalah signifikan, sehingga hipotesis yang dikembangkan adalah expected sign dari masing-masing variabel. Adapun hipotesis penelitian adalah :

H-1. Makroekonomi dan struktur modal berpengaruh terhadap likuiditas bank asing di Indonesia.

H.1.1. Variabel makroekonomi terkait kebijakan moneter BI Rate/7 Days

BI Repo Rate berpengaruh positif terhadap likuiditas

precautionary bank asing di Indonesia.

H.1.2. Variabel makroekonomi terkait inflasi (INFL) berpengaruh negatif terhadap likuiditas precautionary bank asing di Indonesia. H.1.3. Variabel makroekonomi terkait nilai tukar (EXCH) berpengaruh

negatif terhadap likuiditas precautionary bank asing di Indonesia. H.1.4. Variabel makroekonomi terkait suku bunga PUAB berpengaruh

positif terhadap likuiditas precautionary bank asing di Indonesia. H.1.5. Variabel struktur modal leverage to total asset (LTA)

berpengaruh positif terhadap likuiditas precautionary bank asing di Indonesia.

H.1.6. Variabel struktur modal leverage to CEMA (LTCEMA) berpengaruh positif terhadap likuiditas precautionary bank asing di Indonesia.

Precautionary (-)

Involuntary (+)

KINERJA BANK Salim dan Bilal (2016); Bourke (1989);

Olagunju, David, dan Samuel (2012); Marozva (2015); Hasanovic dan Latic (2017); Sudirman (2014); Yimer (2016);

Ebenezer (2015); Mousa (2015); Vodova (2013b); dan Malik dan Rafique

(2013); Roman dan Sargu (2015) Marozva (2015); Melese dan Laximikantham (2015); Vodova (2013a);

Petria, Capraru, Ihnatov (2015); Tabari, Ahmadi, dan Emami (2013); Delechat et. al.

(2012); Nana dan Samson (2014)

H.1.7. Variabel struktur modal third party fund to CEMA (TPFCEMA) berpengaruh positif terhadap likuiditas precautionary bank asing di Indonesia.

H.1.8. Variabel makroekonomi terkait kebijakan moneter BI Rate/7 Days BI Repo Rate berpengaruh positif terhadap likuiditas involuntary bank asing di Indonesia.

H.1.9. Variabel makroekonomi terkait inflasi (INFL) berpengaruh negatif terhadap likuiditas involuntary bank asing di Indonesia. H.1.10. Variabel makroekonomi terkait nilai tukar (EXCH) berpengaruh

negatif terhadap likuiditas involuntary bank asing di Indonesia. H.1.11. Variabel makroekonomi terkait suku bunga PUAB berpengaruh

positif terhadap likuiditas involuntary bank asing di Indonesia. H.1.12. Variabel struktur modal leverage to total asset (LTA)

berpengaruh positif terhadap likuiditas involuntary bank asing di Indonesia.

H.1.13. Variabel struktur modal leverage to CEMA (LTCEMA) berpengaruh positif terhadap likuiditas involuntary bank asing di Indonesia.

H.1.14. Variabel struktur modal third party fund to CEMA (TPFCEMA) berpengaruh positif terhadap likuiditas involuntary bank asing di Indonesia.

H-2. Makroekonomi dan struktur modal berpengaruh terhadap kinerja bank asing di Indonesia.

H.2.1. Variabel makroekonomi terkait kebijakan moneter BI Rate/7 Days BI Repo Rate berpengaruh negatif terhadap kinerja ROA bank asing di Indonesia.

H.2.2. Variabel makroekonomi terkait inflasi (INFL) berpengaruh positif terhadap kinerja ROA bank asing di Indonesia.

H.2.3. Variabel makroekonomi terkait nilai tukar (EXCH) berpengaruh negatif terhadap kinerja ROA bank asing di Indonesia.

H.2.4. Variabel makroekonomi terkait suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) berpengaruh negatif terhadap kinerja ROA bank asing di Indonesia.

H.2.5. Variabel struktur modal leverage to total asset (LTA) berpengaruh negatif terhadap kinerja ROA bank asing di Indonesia.

H.2.6. Variabel struktur modal leverage to CEMA (LTCEMA) berpengaruh negatif terhadap kinerja ROA bank asing di Indonesia.

H.2.7. Variabel struktur modal third party fund to CEMA (TPFCEMA) berpengaruh positif terhadap kinerja ROA bank asing di Indonesia.

H.2.8. Variabel makroekonomi terkait kebijakan moneter BI Rate/7 Days BI Repo Rate berpengaruh negatif terhadap kinerja ROE bank asing di Indonesia.

H.2.9. Variabel makroekonomi terkait inflasi (INFL) berpengaruh positif terhadap kinerja ROE bank asing di Indonesia.

H.2.10. Variabel makroekonomi terkait nilai tukar (EXCH) berpengaruh negatif terhadap kinerja ROE bank asing di Indonesia.

H.2.11. Variabel makroekonomi terkait suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) berpengaruh negatif terhadap kinerja ROE bank asing di Indonesia.

H.2.12. Variabel struktur modal leverage to total asset (LTA) berpengaruh negatif terhadap kinerja ROE bank asing di Indonesia.

H.2.13. Variabel struktur modal leverage to CEMA (LTCEMA) berpengaruh negatif terhadap kinerja ROE bank asing di Indonesia.

H.2.14. Variabel struktur modal third party fund to CEMA (TPFCEMA) berpengaruh positif terhadap kinerja ROE bank asing di Indonesia.

H.2.15. Variabel makroekonomi terkait kebijakan moneter BI Rate/7 Days BI Repo Rate berpengaruh negatif terhadap kinerja NIM bank asing di Indonesia.

H.2.16. Variabel makroekonomi terkait inflasi (INFL) berpengaruh positif terhadap kinerja NIM bank asing di Indonesia.

H.2.17. Variabel makroekonomi terkait nilai tukar (EXCH) berpengaruh negatif terhadap kinerja NIM bank asing di Indonesia.

H.2.18. Variabel makroekonomi terkait suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) berpengaruh negatif terhadap kinerja NIM bank asing di Indonesia.

H.2.19. Variabel struktur modal leverage to total asset (LTA) berpengaruh negatif terhadap kinerja NIM bank asing di Indonesia.

H.2.20. Variabel struktur modal leverage to CEMA (LTCEMA) berpengaruh negatif terhadap kinerja NIM bank asing di Indonesia.

H.2.21. Variabel struktur modal third party fund to CEMA (TPFCEMA) berpengaruh positif terhadap kinerja NIM bank asing di Indonesia. Untuk hipotesis 3, meskipun makroekonomi dan struktur modal dimasukkan dalam membangun model regresi kinerja bank asing, namun fokus peneliti adalah bagaimana pengaruh likuiditas terhadap kinerja bank asing, sehingga hipotesis dan sub hipotesis-nya yang dikembangkan sebagai berikut:

H-3. Makroekonomi dan struktur modal serta likuiditas berpengaruh terhadap kinerja bank asing di Indonesia.

H.3.1. Variabel likuiditas precautionary (LP) berpengaruh negatif terhadap kinerja ROA bank asing di Indonesia.

H.3.2. Variabel likuiditas involuntary (LI) berpengaruh positif terhadap kinerja ROA bank asing di Indonesia.

H.3.3. Variabel likuiditas precautionary (LP) berpengaruh negatif terhadap kinerja ROE bank asing di Indonesia.

H.3.4. Variabel likuiditas involuntary (LI) berpengaruh positif terhadap kinerja ROE bank asing di Indonesia.

H.3.5. Variabel likuiditas precautionary (LP) berpengaruh negatif terhadap kinerja NIM bank asing di Indonesia.

H.3.6. Variabel likuiditas involuntary (LI) berpengaruh positif terhadap kinerja NIM bank asing di Indonesia.

Untuk menguji apakah variabel makroekonomi dan struktur modal berpengaruh secara langsung terhadap kinerja bank asing atau secara tidak langsung melalui variabel likuiditas, maka dikembangkan hipotesis 4 dimana likuiditas berfungsi sebagai variabel intervening sebagai berikut:

H-4. Makroekonomi dan struktur modal berpengaruh signifikan terhadap

kinerja bank asing melalui likuiditas.

H.4.1. Variabel makroekonomi yaitu BI Rate, inflasi, nilai tukar dan suku bunga PUAB dan struktur modal yaitu LTA, LTCEMA dan TPFCEMA berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank asing di Indonesia yang diukur melalui ROA, ROE dan NIM jika melalui variabel likuiditas precautionary.

H.4.2. Variabel makroekonomi yaitu BI Rate, inflasi, nilai tukar dan suku bunga PUAB dan struktur modal yaitu LTA, LTCEMA dan TPFCEMA berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank asing di Indonesia yang diukur melalui ROA, ROE dan NIM jika melalui variabel likuiditas involuntary.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, terungkap paradigma penelitian sebagaimana digambarkan berikut ini :

BAB III

METODE PENELITIAN